Anda di halaman 1dari 4

Sel Darah

Sel-sel darah terutama disintesis di dalam sumsum tulang merah. Selain itu, beberapa limfosit diproduksi di dalam
jaringan limfoid. Di dalam sumsum tulang merah, sel darah berasal dari sel punca (stem celi) pluripoten dan melalui
beberapa tahap perkembangan sebelum memasuki darah. Proses pembentukan sel darah ini disebut hemopoiesis dan
berlangsung di sumsum tulang. Pada tahun pertama kehidupan, sumsum merah menduduki seluruh kapasitas tulang
sehingga hemopoiesis terjadi di sumsum merah. Pada orang dewasa, hemopoiesis di skeleton berlangsung di tulang
pipih, tulang ireguler, ujung (epifisis) tulang panjang, lokasi utama sternum, iga, pelvis, dan tengkorak. Selain itu,
sebagian limfosit (sel darah putih) dihasilkan di jaringan limfoid.

1. Eritrosit (sel darah merah)


Sel-sel darah merah sejauh ini merupakan tipe sel darah yang paling banyak; 99 % dari seluruh sel darah adalah
eritrosit. Sel darah merah merupakan kepingan bikonkaf yang tidak memiliki inti sel, dan berdiameter sekitar 7
mikrometer. Bentuknya yang bikonkaf sesuai dengan fungsinya, yaitu meningkatkan area permukaan untuk
pertukaran gas dan bagian tengahnya yang tipis memungkinkan keluar-masuk gas secara cepat.
Fungsi utama eritrosit adalah mengangkut, terutama oksigen dan juga sebagian karbon dioksida. Fungsi ini terkait dengan
hemoglobin yang ada di dalam eritrosit. Hemoglobin adalah protein kompleks berukuran besar yang mengandung protein
globular (globin) dan kompleks yang mengandung zat besi berpigmen yang disebut heme.
2. Leukosit (sel darah putih)
Sel ini memiliki fungsi yang penting dalam pertahanan tubuh terhadap mikroba dan materi asing lainnya,
Leukosit adalah sel darah yang paling besar dan menyusun sekitar 1% volume darah. Leukosit mengandung
inti sel dan sebagian leukosit memiliki granula dalam sitoplasmanya. Ada dua jenis leukosit, yaitu
granulosit/leukosit polimorfonuklear (neutrofil, eosinofil, dan basofil) dan agranulosit (limfosit dan monosit).
Peningkatan jumlah sel darah putih dalam aliran darah biasanya mengindikasikan masalah fisiologis, seperti,
infeksi, trauma, atau keganasan.
Neutrofil merupakan penyapu yang kecil, cepat dan aktif melindungi tubuh terhadap invasi bakteri, dan
membuang sel-sel mati dan tidak berguna dari jaringan yang rusak. Neutrofil ditarik masuk ke area infeksi oleh suatu
zat kimia yang dilepaskan oleh sel yang rusak, yang disebut kemotaksin. Neutrofil memiliki mobilitas tinggi dan
menerobos dinding kapiler pada area yang terkena infeksi melalui diapedesis. Selanjutnya neutrofil menelan dan
membunuh mikroba melalui fagositosis. Inti sel neutrofil memiliki ciri yang kompleks, dengan enam lobus dan
granula yang mengandung lisosom berisi enzim untuk mencerna materi yang ditelan. Pus yang dapat terbentuk pada
area yang terinfeksi terdiri atas jaringan sel mati, mikroba hidup dan mikroba mati, serta fagosit yang dibunuh oleh
mikroba.
Peningkatan fisiologis neutrofil dalam sirkulasi terjadi pada individu yang melakukan aktivitas berat dan pada kehamilan
trimester akhir. Jumlah neutrofil juga meningkat pada infeksi mikroba, kerusakan jaringan yang luas (inflamasi, infark
miokardium, Iuka bakar, cedera/luka berat), gangguan metabolik (ketoasidosis, gout akut), leukemia, perokok berat, dan
penggunaan kontrasepsi oral.
Eosinofil meskipun mampu memfagositosis, lebih iarang aktif daripada neutrofil; peran utamanya adalah
menyingkirkan parasit, seperti cacing, yang terlalu besar untuk difagosit. Eosinofil memiliki zat kimia toksik, yang
disimpan di dalam granula, yang dilepaskan saat eosinofil mengikat organisme penginfeksi. Eosinofil sering
ditemukan pada Sisi inflamasi akibat alergi, seperti asma dan alergi kulit.

Mikroba Pseudopodium
Pseudopodium Mikroba yang dimakan

Gambar: Kegiatan fagosit neutrofil.

Basofil, yang sangat berkaitan dengan reaksi alergi, mengandung padatan granula sitoplasmik dengan heparin
(antikoagulan), histamin (agen inflamasi), dan zat lain yang meningkatkan inflamasi. Stimulus yang biasanya
menyebabkan basofil melepaskan isi granulnya adalah alergen (antigen penyebab alergi). Alergen berikatan dengan
reseptor antibodi pada membran basofil. Jenis sel yang sangat mirip dengan basofil adalah sel mast. Sel mast
melepaskan isi granul dalam beberapa detik setelah mengikat alergen, yang menyebabkan awitan cepat gejala alergi
setelah terpapar.
Monosit merupakan sel mononuklear berukuran besar yang dihasilkan sumsum merah tulang. Sebagian sel ini
bersirkulasi dalam darah dan secara aktif bergerak dan melakukan fagosit, sementara sebagian sel lainnya berpindah
ke jaringan di mana sel ini berkembang menjadi makrofag. Makrofag memiliki fungsi inflamasi dan imunitas. Sistem
makrofag-monosit kadang disebut juga sistem retikuloendotelium, terdiri atas komplemen monosit dan makrofag
tubuh. Sebagian makrofag bergerak bebas, dan sebagian lagi terfiksasi (menetap). Kumpulan makrofag yang menetap
berada di histiosit (jaringan ikat), sel sinovial dalam sendi, sel Langerhans pada kulit, mikroglia di otak, sel Kupffer
di hati, makrofag alveolar, makrofag yang melapisi sinus (sel retikular) di limpa, nodus limfe dan kelenjar timus, sel
mesangial (di glomerulus ginjal), dan osteoklas di tulang. Monosit menghasilkan dan melepaskan zat kimia yang aktif
secara biologis, yang disebut sitokin, termasuk interleukin 1, yang bekerja pada hipotalamus (menyebabkan suhu
tubuh naik saat ada infeksi), menstimulasi produksi sejumlah globulin oleh jaringan hati, dan meningkatkan produksi
limfosit T teraktivasi.
Limfosit berukuran lebih kecil daripada monosit dan memiliki inti sel yang besar. Limfosit bersirkulasi dalam
darah dan berada di jaringan limfatik (nodus limfe dan limpa) dalam jumlah yang besar. Limfosit berfungsi dalam
mekanisme pertahanan tubuh terhadap antigen (materi asing), seperti sel yang dianggap abnormal (misal sel yang
diserang oleh virus, sel kanker, dan sel iaringan transplan), serbuk bunga dan tanaman, jamur, bakteri, serta sebagian
Obat dengan molekul besar (misal penisilin dan aspirin). Limfosit terdiri atas dua yaitu limfosit T dan limfosit B.

Limfosit Monosit

Gambar: Agranulosit.

3. Trombosit
Trombosit merupakan kepingan berukucan sangat kecil, berdiameter 2—4 pm dan tidak berinti, dihasilkan oleh
sitoplasma megakariosit pada sumsum merah tulang. Trombosit mengandung berbagai zat yang nrningkatkan
pembekuan darah yang menyebabkan hemostasis (penghentian perdarahan).
Jumlah trombosit normal sekitar (200.000—350.000/mm3 ). Ginjal melepaskan zat yang disebut tronlbopoietin,
yang menstimulasi sintesis trombosit; selain itu sitokin lain juga ikut terlibat.
Masa hidup trombosit antara 8-11 hari dan sisa trombosit yang tidak digunakan dalam hemostasis dihancurkan oleh
makrofag, terutama di limpa.
Hemostasis. Saat pembulull darah rusak, darah yang kcluar dihentikan dan sembuh melalui serangkaian proses yang
melibatkan trombosit. Proses tcrscbut adalah sebagai berikut:
a. Vasokonstriksi.
Saat trombosit kontak dengan pembuluh darah yang rusak, permukaan trombosit menjadi lengket dan trombosit
melekat pada dinding yang rusak. Kemudian trombosit melepaskan serotoniıı (5-hidroksitriptamin), yang
mengonstrİksİ (menyempitkan) pembuluh darah, mengurangi aliran darah yang lewat. Zat kimia lainnya yang
menyebabkan vasokonstriksi, misal tromboksan, dilepaskan oleh pembuluh yang rusak itü sendiri.
b. Pembentukan sumbatan trombosit.
Gumpalan trombosit yang saling melekat dan melepaskan zat lain, termasuk adenosin difosfat (ADP), yang
menarik trombosit lebih banyak pada lokasi luka. Trombosit semakin banyak yang beredar di sisi pembuluh yang
rusak dan dengan cepat membentuk sumbatan trombosit sementara.
c. Koagulasi (pembekuan darah).
Koagulasi merupakan proses kompleks yang juga melibatkan sistem umpan balik positif. Nomor faktor tersebut
menunjukkan urutan faktor ditemukan dan bukan urutan partisipasi faktor dalam proses pembekuan. Pembekuan
darah menghasilkan pembentukan jaring menyerupai benang yang disebut fibrin, yang menjaring sel darah dan
lebih kuat daripada sumbatan trombosit yang cepat. Pada akhir tahap proses ini, aktivator protombin bekerja
pada protein plasma protrombin dan mengubahnya menjadi trombin.
Trombin kemudian bekerja pada protein plasma fibrinogen dan mengubahnya menjadi fibrin. Aktivator
protrombin dapat dibentuk melalui dua proses yang sering kali terjadi bersamaan, yaitu jalur ekstrinsik dan
intrinsik. Jalur ekstrinsik terjadi dengan cepat (beberapa detik) ketika ada kerusakan jaringan di luar sirkülasi.
Jarİngan yang rusak ini melepaskan kompleks kimia yang disebut tromboplastin atau faktor jaringan, yang
menginİsİasi koagulasi. Jalur intrinsik terjadi lebih lambat (3-6 menit) dan berlangsung di dalam sirkülasi.
Jalur ini dipicu oleh kerusakan pada lapisan dinding pembuluh darah (endotelium) dan pengaruh trombosit
yang melekat pada lapisan dinding pembuluh darah yang rusak. Setelah masa pembekuan menurun karena
keterlibatan trombosit, kemudian akan mengeluarkan serum, yaitu cairan bening yang lengket dan terdiri atas
plasma (cairan yang sudah tidak mengandung faktor pembekuan). Kerutan bekuan menarik tepi pembuluh
darah yang rusak, mengurangi perdarahan, dan menutup lubang pada dinding pembuluh.
d. Fibrinolisis.
Pecahnya bekuan atau fibrinolisis adalah tahap pertama. Substansi yang tidak aktif (plasminogen) berada dalam
bekuan dan diubah menjadi plasmin enzim oleh aktivator yang terlepas dari sel endotelium yang rusak. Plasmin
mulai menghancurkan fibrin menjadi produk yang dapat dilarutkan yang dianggap sebagai materi sisa dan
disingkirkan oleh fagositosis. Saat bekuan disingkirkan, proses penyembuhan memulihkan integritas dinding
pembuluh darah. Aktivator + plasminogen + plasmin fibrin -+ penghancuran produk

4. Golongan Darah
Golongan darah terdiri atas empat golongan, yaitu A, B, AB, dan O. Pada orang yang memiliki golongan darah O,
orang tersebut tidak memiliki baik antigen A maupun antigen B di dalam membran sel darah merahnya, dan darah
mereka dapat ditransfusikan ke semua golongan darah sehingga disebut donor universal. Sebaliknya golongan darah
AB tidak memiliki baik antibodi anti-A maupun B sehingga dapat menerima transfusi dari semua golongan darah
sehingga disebut resipien universal.
Perhatian yang saksama harus diberikan kepada pasien saat akan dilakukan transfusi. Kesalahan transfusi
dapat berakibat fatal pada penerima donor (resipien). Ketidakcocokan transfusi golongan darah dapat menyebabkan
hemolisis, rigor, peningkatan suhu tubuh, kerusakan ginjal, dan lain lain.
5. Faktor Rhesus
Selain pemeriksaan golongan darah ABO, faktor Rhesus juga harus diperhatikan saat transfusi darah. Golongan darah
Rhesus pada manusia terdiri atas Rhesus D positif dan negatif.
Jika faktor Rhesus darah resipien adalah negatif, dan menerima transfusi dari golongan darah yang positif untuk
pertama kali, tidak menimbulkan bahaya. Akan tetapi, jika selanjutnya resipien menerima transfusi faktor Rhesus
positif untuk kedua kalinya akan terjadi reaksi dalam sistem peredaran darah yang membahayakan,
Di Asia, 99% penduduk tergolong Rhesus D positif. Wanita yang mempunyai faktor Rhesus negatif dapat
mengandung dan melahirkan yang memiliki Rhesus positif untuk pertama kali dengan selamat, tetapi besar
kemungkinan kehamilan seterusnya menyebabkan janin mengalami eritroblastosis fetalis.

Anda mungkin juga menyukai