1. Pembuatan Biodiesel Menggunakan Katalis Basa Heterogen Berbahan Dasar Kulit Telur.
A. Judul : Pembuatan Biodiesel Metodologi :
Menggunakan Katalis Basa Heterogen 1. Perlakuan Awal Bahan Berbahan Dasar Kulit Telur. Perlakuan awal umumnya ditujukan untuk mengurangi kandungan air dan asam lemak bebas Penulis : Herry Santoso, Ivan Kristianto , di dalam bahan baku minyak. Untuk Aris Setyadi menghilangkan kandungan air di dalam minyak Abstrak dapat dilakukan pemanasan pada suhu 100 – Katalis yang paling umum digunakan 130oC. Sementara itu, untuk menghilangkan dalam pembuatan biodoesel adalah katalis basa kandungan asam lemak bebas di dalam minyak homogen seperti NaOH dan KOH karena memiliki dapat dilakukan proses pretreatment menggunakan kemampuan katalisator yang lebih tinggi katalis asam untuk mengkonversikan asam lemak dibandingkan dengan katalis lainnya. Akan tetapi, bebas menjadi biodiesel. Dalam percobaan ini, penggunaan katalis ini memiliki kelemahan yaitu akan digunakan bahan baku minyak goreng baru sulit dipisahkan dari campuran reaksi sehingga yang memiliki kandungan air dan asam lemak tidak dapat digunakan kembali dan pada akhirnya bebas yang rendah. Dengan demikian, tidak akan ikut terbuang sebagai limbah yang dapat diperlukan pemanasan dan proses pretreatment mencemarkan lingkungan. Untuk mengatasi hal dengan katalis asam pada bahan baku minyak. ini, pembuatan biodiesel dapat dilakukan dengan Selain kandungan asam lemak bebas, bahan baku menggunakan katalis basa heterogen seperti CaO. minyak perlu juga diukur sifat fisik dan kimianya Katalis CaO dapat dibuat melalui proses kalsinasi seperti densitas, viskositas, komposisi kimia, dan CaCO3. Salah satu sumber CaCO3 yang mudah lain sebagainya. diperoleh disekitar kita adalah kulit telur. 2. Pembuatan Katalis Tujuan penelitian ini adalah untuk Katalis yang akan digunakan dalam mengembangkan proses pembuatan biodiesel pembuatan biodiesel adalah katalis CaO dari bahan dengan menggunakan katalis basa heterogen dasar kulit telur. Mula-mula, kulit telur berbahan dasar kulit telur. Secara khusus, hal ini dihancurkan dan diayak dengan ukuran 40 – 80 meliputi: (1) mempelajari cara pembuatan katalis mesh. Kulit telur yang telah dihancurkan ini basa heterogen menggunakan bahan dasar kulit kemudian dicuci dengan air untuk menghilangkan telur, (2) melakukan uji karakterisasi untuk pengotor-pengotor seperti debu yang menempel. mengetahui sifat fisik dan kimia katalis basa Setelah dicuci, kulit telur dikeringkan di dalam heterogen yang dihasilkan, (3) mempelajari dan oven pada suhu 100oC selama 24 jam. Kulit telur mengoptimasi proses pembuatan biodiesel kemudian dikalsinasi dalam sebuah furnace pada menggunakan katalis yang dihasilkan. suhu 1000oC selama 2 jam. Setelah proses Dalam penelitian ini katalis CaO dibuat kalsinasi selesai, katalis yang dihasilkan disimpan dengan melakukan kalsinasi terhadap kulit telur di dalam eksikator untuk menjaga kondisi katalis yang telah dibersihkan dan dihaluskan pada tetap kering. temperatur 1000oC selama 2 jam. Katalis kulit Beberapa analisa yang dapat dilakukan telur yang dihasilkan memiliki kandungan CaO untuk mengetahui karakterisasi sifat fisik dan 98.52%-b, luas permukaan katalis 62,04 m2/g, total kimia katalis kulit telur yang dihasilkan dalam volume pori 0,1596 cc/g, dan radius pori rata-rata percobaan ini antara lain: 51,44 Å. Katalis kulit telur ini kemudian dipakai a. X-Ray Diffraction (XRD) dalam pembuatan biodiesel dengan bahan baku Untuk mengetahui komposisi kimia katalis minyak goreng dan metanol. Didapatkan bahwa kulit telur yang dihasilkan kondisi operasi optimum untuk pembuatan b. Scanning Electron Microscopy (SEM) biodiesel adalah pada rasio molar metanol terhadap Untuk mengetahui struktur dan morfologi minyak goreng 9:1, jumlah katalis 3%-b terhadap permukan katalis kulit telur yang minyak goreng, dan waktu reaksi 2 jam, dengan dihasilkan perolehan rendemen biodiesel di atas 90%. c. Electron Dispersive Spectroscpy (EDS) Untuk mengetahui konsentrasi CaO dalam didekantasi untuk memisahkan produk katalis biodiesel yang dihasilkan. Dekantasi dilakukan d. Brunauer-Emmett-Teller (BET) dengan menggunakan corong pemisah. Untuk menentukan luas permukaan katalis Kondisi operasi yang akan divariasikan kulit telur yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah rasio molar metanol 3. Pembuatan Biodiesel terhadap minyak goreng, jumlah katalis yang Pembuatan biodiesel dilakukan dengan digunakan, serta waktu reaksi. Rasio molar mencampurkan metanol dan katalis kulit telur ke metanol terhadap minyak goreng akan divariasikan dalam sebuah labu erlenmeyer. Ke dalam pada 6:1 dan 12:1. Jumlah katalis kulit telur yang campuran tersebut kemudian ditambahkan minyak digunakan akan divariasikan pada 5%-berat dan goreng dan diaduk dengan kecepatan pengadukan 15%-berat katalis kulit telur terhadap minyak 600 rpm. Reaksi pembuatan biodiesel goreng. Sementara itu, waktu reaksi akan dilangsungkan pada temperatur 65oC. divariasikan pada 2 jam dan 4 jam. Campuran hasil reaksi ini kemudian Kondisi operasi pembuatan biodiesel di dipisahkan dari katalis menggunakan kertas saring atas kemudian akan dioptimasi untuk mendapat dan corong Buchner. Campuran yang telah bebas rasio molar metanol terhadap minyak goreng, dari katalis kemudian jumlah katalis yang digunakan, serta waktu reaksi yang memberikan konversi minyak goreng serta perolehan biodisel yang optimum. Hasil dan Pembahasan :
1. Pembuatan Katalis CaO
Pembuatan katalis CaO dilakukan dengan Gambar 5.1 Uji XRD terhadap katalis CaO yang cara kalsinasi kulit telur yang telah dicuci dan disimpan di tempat tertutup dikeringkan. Tujuan kalsinasi kulit telur adalah untuk menghilangkan senyawa karbon dioksida melalui reaksi dekomposisi kalsium karbonat yang terkandung dalam kulit telur sehingga diperoleh senyawa kalsium oksida. Pada percobaan, kalsinasi kulit telur dilakukan selama 2 jam pada temperatur 1000oC. Reaksi yang terjadi pada proses kalsinasi adalah:
CaCO3 → CaO + CO2
2. Uji XRD Uji X-Ray Diffraction (XRD) dilakukan Gambar 5.2 Uji XRD terhadap katalis CaO yang di FTTM Insitut Teknologi Bandung. Uji XRD disimpan di tempat terbuka dilakukan untuk mengetahui senyawa apa saja Dari Gambar 5.1 terlihat bahwa yang terkandung dalam katalis. Gambar 5.1 dan komponen utama yang terdapat pada katalis yang 5.2 menunjukkan hasil uji XRD terhadap katalis disimpan di tempat tertutup adalah CaO yang disimpan di tempat tertutup dan tempat sementara dari Gambar 5.2 terlihat bahwa terbuka. komponen utama yang terdapat pada katalis yang disimpan di tempat terbuka adalah Ca(OH)2. CaO dapat bereaksi dengan uap air di udara membentuk Ca(OH)2. Oleh karena itu, penyimpanan katalis CaO hasil kalsinasi harus di tempat yang tertutup rapat atau disimpan di dalam eksikator. Jika tidak dimungkinkan untuk menyimpan katalis dalam tempat kedap udara, maka sebelum digunakan katalis dapat diaktifkan kembali dengan cara pemanasan pada temperatur 500oC (Sharma et al., 2010). 3. Uji SEM dan EDS Selain uji XRD, katalis yang telah dibuat juga diuji dengan analisis SEM (Scanning Kesimpulan dan Saran : Electron Microscopy) dan EDS (Energy Dispersive Spectroscopy). Kesimpulan yang diperoleh dari Uji SEM bertujuan untuk mengetahui percobaan adalah struktur tiga dimensi dari katalis yang dihasilkan. 1. Katalis CaO dapat dibuat dengan Gambar 5.3 dan 5.4 menunjukkan hasil uji SEM melakukan kalsinasi kulit telur pada temperatur dengan perbesaran 10000 kali dan 25000 kali. 1000 selama 2 jam. 2. Katalis CaO hasil kalsinasi kulit telur mempunyai bentuk yang tidak beraturan dan teragregasi. 3. Katalis CaO hasil kalsinasi kulit telur memiliki kandungan CaO sebesar 98,52%-b, luas permukaan katalis 62,04 m2/g, total volume pori 0,1596 cc/g, dan radius pori rata-rata 51,44 Å. 4. Nilai densitas dan viskositas kinematis biodiesel hasil percobaan telah berada pada rentang SNI, yaitu 850 – 890 kg/m3 untuk densitas, dan 2,3 – 6,0 mm2/s untuk viskositas Gambar 5.3 Hasil uji SEM dengan perbesaran kinematis. 10000 kali Saran untuk penelitian selanjutnya adalah: 1. Katalis CaO hasil kalsinasi kulit telur sebaiknya disimpan dalam tempat yang kedap udara sehingga tidak membentuk Ca(OH)2. 2. Sebaiknya dilakukan kalibrasi terlebih dahulu terhadap sensor temperatur pada Furnace yang akan digunakan untuk kalsinasi agar temperatur kalsinasi dapat ditentukan dengan akurat. Gambar 5.4 Hasil uji SEM dengan perbesaran 25000 kali