Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PAJAK DAERAH

Oleh :

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

FAKULTAS EKONOMI

2019
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dalam memenuhi mata kuliah Perpajakan I
yang berjudul “Pajak Daerah”. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada
Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang tetap istiqamah
hingga akhir zaman.

Terima kasih juga yang amat besar kami sampaikan kepada ibu dosen pengajar mata
kuliah Perpajakan I yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Makalah Pajak daerah ini diajukan sebagai salah satu tugas pada mata kuliah
Perpajakan I . Makalah ini memuat tentang Pajak daerah sebagai Sumber Pendapatan daerah,
dasar hukum pajak daerah, jenis-jenis pajak daerah dan dan Retribusi daerah. Pada makalah
ini di jelaskan sumber-sumber pendapatan daerah antara lain pajak dan retribusi daerah dan di
lengkapi dengan undang - undangnya, dalam makalah ini juga menjelaskan aspek aspek lain
yang insya allah akan bermanfaat bagi kita, sebab kita sebagai warga negara yang baik dan
taat pada hukum kita perlu mengetahui hal-hal apa saja yang menyangkut pajak daerah dan
retribusi daerah, karena kalau kita dapat mengetahuinya kita dapat dengan mudah memahami
dan menjalankan aturan perundang- undangan yang telah dibuat pemerintah daerah.

Demikianlah makalah ini kami sajikan, kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari semua pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata
penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna bagi kemajuan dalam bidang pendidikan
dan menambah pengetahuan serta dapat meningkatkan iman dan taqwa kita kepada Allah
SWT, Aamiin.

Indralaya, 21 oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i


DAFTAR ISI...................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
1.3. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 2
1.4. Manfaat Penulisan ........................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Pajak Daerah ............................................................................................... 3
2.2 Dasar Pajak Daerah .......................................................................................................
2.3 Jenis-Jenis Pajak Daerah ...............................................................................................
2.4 Pengertian Retribusi ......................................................................................................
BAB III PENUTUP
3.1. Kesimpulan ..................................................................................................................
3.2. Saran ............................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam rangka meningkatkan kemampuan keuangan daerah untuk melaksanakan


otonomi, pemerintah melakukan berbagai kebijakan perpajakan daerah. diantaranya dengan
menetapkan undang-undang nomor 34 tahun 2000 tentang perubahan atas undang-undang
nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daaerah dan retribusi daerah. Pemberian kewenangan
dalam pengenaan pajak dan retribusi daerah diharapkan dapat lebih mendorong pemerintahan
daerah untuk terus berupaya mengoptimalkan PAD khususnya yang berasal dari pajak daerah
dan retribusi daerah. Kebijakan pungutan pajak daerah berdasarkan Perda diupayakan tidak
berbenturan dengan pungutan pusat (pajak maupun bea dan cukai karena hal tersebut akan
menimbulakan duplikasi pungutan yang pada akhirnya akan mendistorsi kegiatan
perekonomian. Hal tersebut sebetulnya sudah diantisipasi dalam undang-undang Nomor 17
tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagaimana di ubah dengan undang-
undang nomor 34 tahun 2000 pasal 2 ayat 4 yang antara lain menyatakan bahwa objek pajak
daerah bukan merupakan objek pajak pusat. Negara-negara yang menganut paham hukum,
segala sesuatu yang menyangkut pajak harus ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan. dengan demikian, pemungutan pajak kepada rakyat tentunya harus diseratai
dengan perangkat peraturan perundang-undangan yang di sebut dengan hukum pajak. Di
indonesia, undang-undang dasar 1945 pasal 23A mengatur dasar hukum pemungutan pajak
Oleh negara. Pasal ini menyatakan bahwa pajak dan pungutan lain bersifat memaksa untuk
keperluan negara di atur dengan undang-undang. Penyelenggaraan otonomi daerah akan
dapat dilaksanakan dengan baik apabila didukung sumber-sumber pembiayaan yang
memadai. Salah satunya adalah dengan meningkatkan kemampuan keuangan daerah bagi
penyelenggara rumah tangganya. Sekalipun demikian, otonomi daerah dalam kerangka
Negara "Republik IndOnesia, bukan hanya diukur dari jumlah PAD yang dapat dicapai,
tetapi lebih dari itu yaitu sejauh mana pajak daerah dan retribusi daerah dapat berperan dalam
mengatur perekonomian masyarakat agar dapat bertumbuh kembang, yang pada gilirannya
dapat meningkatkankesejahteraan masyarakat di daerah.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dapat ditarik rumusan masalah yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan pajak daerah?
2. Apa saja dasar hukum pajak daerah?
3. Apa saja yang termasuk dalam pajak daerah dan jenis-jenis pajak daerah?
4. Apa yang di maksud dengan retribusi?
5. Apa saja landasan hukum retribusi?
6. Apa saja objek retribusi?
7. Apa saja yang menjadi kriteria retribusi?
8. Bagaimana pemungutan retribusi?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu pajak daerah
2. Untuk mengetahui apa saja dasar hukum pajak daerah
3. Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam pajak daerah dan jenis-jenis pajak
daerah
4. Untuk mengetahui apa itu retribusi
5. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi landasan hukumretribusi
6. Untuk mengetahui objek retribusi
7. Untuk mengetahui kriteria retribusi
8. Untuk mengetahui tata cara pemungutan pajak

1.4 Manfaat Penulisan


Manfaat bagi penulis:
Penulis mengharapkan mendapatkan tambahan wawasan dan pengetahuan mengenai
bagaimana menulis makalah yang baik serta memperoleh pengetahuan lebih mengenai
Pajak daerah
Manfaat bagi pembaca:
Penulis berharap agar pembaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru mengenai
Pajak daerah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pajak Daerah

Pajak daerah sebagai salah satu komponen penerimaan pendapan asli daerah (PAD),
potensi pungutan pajak daerah lebih banyak memberikan peluang bagi daerah untuk
dimobilisasi secara maksimal bila dibandingkan dengan komponen-komponen penerimaan
pendapatan asli daerah (PAD) lainnya. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, terutama
karena potensi pungutan pajak daerah mempunyai sifat dan karakteristik yang jelas, baik
ditinjau dari tataran teoritis, kebijakan, maupun dalam tataran implementasinya.

Menurut Davey (1988:40) secara umum perpajakan daerah dapat diartikan sebagai
berikut:

a. pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dengan pengaturan dari daerah sendiri
b. pajak yang dipungut berdasarkan peraturan nasional, tetapi penetapan taripnya oleh
pemerintah daerah
c. pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh pemerintah daerah;
d. pajak yang dipungut dan diadminitrasikan oleh pemerintah pusat tetapi hasil
pungutannya diberikan kepada, dibagihasilkan dengan, atau dibebani pungutan
tambahan (opsen) oleh pemerintah daerah.
Menurut Tony Marsyahrul (2004:5) : “Pajak daerah adalah pajak yang di kelolah oleh
pemerintah daerah (baik pemerintah daerah TK.I maupun pemerintah daerah TK.II) dan hasil
di pergunakan untuk membiayai pengeluaran rutin dan pembangunan daerah (APBD)”.
Sedangkan, menurut Mardiasmo, (2002:5) : “Pajak adalah iuran wajib yang dilakukan
oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang yang
dapat di paksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di gunakan untuk
membiayai penyelenggarakan pemerintah daerah dan pembangunan daerah”.
Dan di dalam ketatanegaraan Indonesia yang dimaksud dengan pajak berdasarkan
Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 1 ayat 10 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (PDRD) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 pasal 1 ayat 6 Undang-Undang
Nomor 18 tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah adalah kontribusi
wajib kepada Daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2.2 Dasar hukum Pajak Daerah


Dalam hal pemungutan pajak, Undang-Undang Dasar 1945 telah menetapkan pada
pasal 23 A yang ,menyebutkan bahwa :”Pajak & pungutan lain yang bersifat memaksa untuk
keperluan negara diatur dengan undang-undang”
Selain itu, dalam evolusi penarikan pungutan ini ditandai dengan beragamnya
peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah pusat dalam penarikannya.
Sejak masa kemerdekaan, peraturan perundang-undangan yang mendasari pemungutan Pajak
Daerah sebagai berikut :
a. Undang-Undang Darurat Nomor 11 Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Pajak
Daerah
b. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
c. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
d. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
e. PP No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah

2.3 Jenis-jenis Pajak daerah


Jenis pajak Propinsi terdiri dari :

a. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor


Menurut UU No. 28 Tahun 2009 Pasal 1 ayat 12 Pajak Kendaraan Bermotor adalah
“pajak atas kepemilikan dan/atau penguasaan kendaraan bermotor”. Dan dalam pasal
1 ayat 13 Kendaraan Bermotor adalah “semua kendaraan beroda beserta
gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh
peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah
suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang
bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya
menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan
bermotor yang dioperasikan di air”.
b. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air
Merupakan pajak terhadap seluruh kendaraan berod yang digunakan disemua jenis
jalan baik darat maupun air. Tarif pajak ini sebesar 5%.
c. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
Menurut peraturan daerah No 9 Tahun 2010 bea balik nama kendaraan bermotor
adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor sebagai akibat perjanjian
dua pihak atau pembuatan sepihak atau keadaan terjadi karena jual beli, tukar
menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha. Tarif pajak ini di
tetapkan pada penyerahan pertama sebesar 10%, penyerahan kedua dan seterusya
sebesar 1%.
d. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor
Bahan bakar kendaraan bermotor yang dimaksud adalah semua jenis bahan bakar baik
yang cair maupun gas yang di gunakan untuk kendaraan bermotor. Tarif pajak ini di
tetapkan sebesar 5%.
e. Pajak Air Permukaan (Pengambilan dan pemanfaatan air di bawah tanah)
Pengambilan dan pemanfaatan air di bawah tanah merupakan setiap kegiatan
pengambilan dan pemanfaatan air di bawah tanah yang di lakukan dengan cara
penggalian, pengeboran atau dengan membuat bangunan untuk di manfaatkan air nya
dan atau tujuan lainnya. Tarif pajak ini di tetapkan 20%.
f. Pajak Rokok
Pajak rokok merupakan pungutan atas cukai rokok yang di pungut oleh pemerintah
pusat. Tarif pajak rokok sebesar 10% dari cukai rokok.

Jenis pajak Kabupaten/Kota terdiri dari :

a. Pajak Restoran
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Tarif pajak
restoran sebesar 10% dari biaya pelayanan yang ada di berika sebuah restoran.
b. Pajak Hiburan
Pajak Hiburan adalah pajak yang di kenakan atas dasar pelayanan hiburan yang
memiliki biaya atau yang ada pungutan biaya di dalam nya. Kisaran tarif untuk pajak
hiburan 0% - 35% tergantung jenis hiburan yang dinikmati.
c. Pajak Reklame
Pajak Reklame adalah pajak yang di ambil atau di pungut atas benda, alat, perbuatan,
atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial untuk
menarik perhatian umum. Tarif pajak ini di tetapkan sebesar 25% dari nilai sewa
reklame yang bersangkutan.
d. Pajak Penerangan Jalan
Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang
dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. Pajak ini di kenakan tarif
sebesar 10%.
e. Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan
Merupakan pajak yang dikenakan atas pengambilan mineral yang bukan logam seperti
asbes, batu kapur, batu apung, granit dan lain sebagainya. Tarif untuk mineral bukan
logam sebesar 25% dan tarif untuk batuan sebesar 20%.
f. Pajak Hotel
Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. hotel adalah
fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya
dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata,
wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta
rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).
g. Pajak Parkir.
Pajak Parkir adalah pajak yang di pungut atas pembuatan tempat parkir di luar badan
jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan
sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor.
Lahan parkit yang di kenakan pajak lahan yang kapasitasnya bisa menampung lebih
dari 10 kendaraan roda empat/lebih dari 20 kendaraan roda dua. Tarif nya di kenakan
20%.
h. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah.
Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanah atau batuan di bawah
permukaan tanah.
i. Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan/atas
pengusahaan sarang burung walet. Trif pajak ini di tetapkan sebesar 10%.
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau
bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan.
2.4 Pengertian Retribusi

Retribusi berdasarkan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 1 ayat 64 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000
Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah
”pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi
atau badan”.

2.5 Landasan Hukum Retribusi


Dalam hal pemungutan retribusi daerah, Undang-Undang Dasar 1945 telah menetapkan
pada pasal 23 A Tahun 2000 Undang-Undang Nomor 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah adalah ”pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau
pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah
untuk kepentingan orang pribadi atau badan”.yang ,menyebutkan bahwa :”Pajak &
pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-
undang”
Selain itu, dalam pemungutan Retribusi Daerah juga diatur dalam peraturan-
perundang-undangan sebagai berikut :
a. Undang-Undang Darurat Nomor 11 Tahun 1957 tentang Peraturan Umum
Pajak Daerah
b. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
c. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
d. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah
e. PP No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah

2.6 Objek Retribusi


Menurut UU Nomor 28 tahun 2009 pasal 108 tentang Objek dan Golongan Retribusi,
dikelompokan menjadi 3 golongan, yaitu :
a) Jasa Umum
Objek Retribusi Jasa Umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan
Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat
dinikmati oleh orang pribadi atau Badan.
Menurut UU Nomor 28 tahun 2009 pasal 110 ayat 1 tentang Jenis Retribusi Jasa
Umum adalah:
1) Retribusi Pelayanan Kesehatan
2) Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan
3) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akta Catatan Sipil
4) Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat
5) Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum
6) Retribusi Pelayanan Pasar
7) Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
8) Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran
9) Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta
10) Retribusi Penyediaan dan/atau Penyedotan Kakus
11) Retribusi Pengolahan Limbah Cair
12) Retribusi Pelayanan Tera/Tera Ulang
13) Retribusi Pelayanan Pendidikan
14) Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi

b) Jasa Usaha
Objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah
Daerah dengan menganut prinsip komersial yang meliputi:
 pelayanan dengan menggunakan/memanfaatkan kekayaan Daerah yang belum
dimanfaatkan secara optimal; dan/atau
 pelayanan oleh Pemerintah Daerah sepanjang belum disediakan secara
memadai oleh pihak swasta.
Menurut UU Nomor 28 tahun 2009 pasal 127 tentang Jenis Retribusi Jasa Usaha:
1) Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah
2) Retribusi Pasar Grosir dan/atau Pertokoan
3) Retribusi Tempat Pelelangan
4) Retribusi Terminal
5) Retribusi Tempat Khusus Parkir
6) Retribusi Tempat Penginapan/Pesanggrahan/Villa
7) Retribusi Rumah Potong Hewan
8) Retribusi Pelayanan Kepelabuhanan
9) Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga
10) Retribusi Penyeberangan di Air; dan
11) Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah

c) Perizinan Tertentu
Objek Retribusi Perizinan Tertentu adalah pelayanan perizinan tertentu oleh
Pemerintah Daerah kepada orang pribadi atau Badan yang dimaksudkan untuk
pengaturan dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber
daya alam, barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.
Menurut UU Nomor 28 tahun 2009 pasal 141 tentang Jenis Retribusi Perizinan
Tertentu adalah:
1) Retribusi Izin Mendirikan Bangunan
2) Retribusi Izin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol
3) Retribusi Izin Gangguan
4) Retribusi Izin Trayek
5) Retribusi Izin Usaha Perikanan

2.7 Kriteria Retribusi


Selain memperhatikan objek retribusinya, dalam menentukan jenis retribusi juga perlu
memperhatikan kriterianya sesuai UU Nomor 28 tahun 2009 pasal 150 sebagai berikut:
a. Retribusi Jasa Umum:
1) Retribusi Jasa Umum bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Usaha
atau Retribusi Perizinan Tertentu
2) jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan Daerah dalam rangka pelaksanaan
desentralisasi
3) jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau Badan yang
diharuskan membayar retribusi, disamping untuk melayani kepentingan dan
kemanfaatan umum
4) jasa tersebut hanya diberikan kepada orang pribadi atau Badan yang membayar
retribusi dengan memberikan keringanan bagi masyarakat yang tidak mampu;
5) Retribusi tidak bertentangan dengan kebijakan nasional mengenai
penyelenggaraannya
6) Retribusi dapat dipungut secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu
sumber pendapatan Daerah yang potensial
7) pemungutan Retribusi memungkinkan penyediaan jasa tersebut dengan tingkat
dan/atau kualitas pelayanan yang lebih baik.

b. Retribusi Jasa Usaha:


1) Retribusi Jasa Usaha bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Umum
atau Retribusi Perizinan Tertentu
2) jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya
disediakan oleh sektor swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang
dimiliki/dikuasai Daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah
Daerah.

c. Retribusi Perizinan Tertentu:


1) perizinan tersebut termasuk kewenangan pemerintahan yang diserahkan kepada
Daerah dalam rangka asas desentralisasi
2) perizinan tersebut benar-benar diperlukan guna melindungi kepentingan umum
3) biaya yang menjadi beban Daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan biaya
untuk menanggulangi dampak negatif dari pemberian izin tersebut cukup besar
sehingga layak dibiayai dari retribusi perizinan.

2.8 Pemungutan Retribusi


a. Tata Cara Pemungutan
Dalam hal pemungutan retribusi harus memperhatikan tata caranya sebagai berikut :
 Retribusi akan dipungut dengan menggunakan SKRD (Surat Ketetapan Retribusi
Daerah) atau dokumen lain yang dipersamakan (karcis, kupon, dan kartu
langganan)
 Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada waktunya atau
kurang membayar, akan dikenakan sanksi administratif berupa bunga sebesar 2%
(dua persen) setiap bulan dari Retribusi yang terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD (Surat Tagihan Retribusi
Daerah).
 Penagihan Retribusi terutang akan didahului dengan Surat Teguran bagi wajib
retribusi-nya.
b. Pemanfaatan
Adapun manfaat yang diperoleh dari pemungutan retribusi ini, setiap penerimaan
masing-masing jenis Retribusi akan diutamakan untuk mendanai kegiatan yang
berkaitan langsung dengan penyelenggaraan pelayanan yang bersangkutan

c. Keberatan
Jika dalam proses pemungutan retribusi mengalami kendala, seperti keberatan bagi
Wajib retribusi-nya maka, mereka dapat mengajukan keberatan mereka dengan tata
cara sebagai berikut :
 Wajib Retribusi tertentu dapat mengajukan keberatan hanya kepada Kepala
Daerah atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD (Surat Ketetapan Retribusi Daerah)
atau dokumen lain yang dipersamakan (karcis, kupon, dan kartu langganan).
Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan disertai alasan-
alasan yang jelas.
 Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak
tanggal SKRD SKRD (Surat Ketetapan Retribusi Daerah) diterbitkan, kecuali jika
Wajib Retribusi tertentu dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat
dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. Keadaan di luar kekuasaannya
yang dimaksud adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak atau
kekuasaan Wajib Retribusi
 Pengajuan keberatan ini sama sekali tidak akan menunda kewajiban membayar
Retribusi dan pelaksanaan penagihan Retribusi
 Kepala Daerah dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak tanggal
Surat Keberatan diterima harus memberi keputusan atas keberatan yang diajukan
dengan menerbitkan Surat Keputusan Keberatan. Keputusan Kepala Daerah atas
keberatan dapat berupa menerima seluruhnya atau sebagian, menolak, atau
menambah besarnya Retribusi yang terutang
 Apabila jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan telah lewat dan Kepala Daerah
tidak memberi suatu keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap
dikabulkan.
 Tetapi, jika pengajuan keberatan dikabulkan sebagian atau seluruhnya, kelebihan
pembayaran Retribusi dikembalikan dengan ditambah imbalan bunga sebesar 2%
(dua persen) sebulan untuk paling lama 12 (dua belas) bulan. Dan imbalan bunga
akan dihitung sejak bulan pelunasan sampai dengan diterbitkannya SKRDLB
(Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pajak daerah dan retribusi daerah merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
APBD tapi dengan syarat penerapan pajak dan retribusi daerah harus dilaksanakan dengan
benar dan adil oleh pemerintah maupun pembayaran pajak, seperti yang terdapat pada
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi. Dari bahasan diatas
bahwa terdapat kriteria-kriteria pajak. Berapa tarif pajak harus disesuaikan dan tidak menjadi
beban bagi pembayar pajak, dijelaskan juga jenis-jenis pajak apa saja yang diambil seperti
pajak perhotelan, pajak restoran, pajak reklame, pajak penerangan jalan dan lain-lain.
Diharapkan dengan adanya pembayaran pajak dan retribusi daerah tidak membebani
masyarakat pajak dapat berperan mengatur perekonomian masyarakat agar dapat bekembang
dan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah.
Dengan diberlakukannya Undang-Undang terbaru untuk pajak daerah dan retribusi
daerah (UU No. 28 Tahun 2009), kemampuan Daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya semakin besar karena Daerah dapat dengan mudah menyesuaikan
pendapatannya sejalan dengan adanya peningkatan basis pajak daerah dan diskresi dalam
dunia usaha yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

3.2 Saran
Untuk meningkatkan pembangunan di setiap daerah maka dibutuhkan dana guna
membangun berbagai fasilitas yang berguna untuk kepentingan daerah tersebut seperti
pembangunan Jalan Raya, Jembatan, Rumah Sakit dan tempat-tempat pelayanan umum
lainnya yang merupakan berguna untuk kepentingan bersama di daerah tersebut, oleh karena
itu dengan adanya Pajak Daerah maka hal ini dapat membantu dalam pembangunan di
berbagai sektor di daerah tersebut.
Dengan dipungutnya Pajak Daerah ini yaitu untuk meningkatkan pembangunan daerah
tersebut dalam pelayanan masyarakat sesuai dengan daerah masing-masing yang
ditempatinya, karena setiap daerah mempunyai peraturan-peraturan yang berbeda akan tetapi
terpaku pada peraturan pemerintah pusat.
Oleh karena itu agar pembangunan di suatu daerah ini berkembang maka diperlukan
kesadaran masyarakat akan pentingnya kewajiban membayar Pajak.
DAFTAR PUSTAKA

Maulida,Rani. 2018. Pajak Daerah:Pengertian,Ciri-ciri,jenis,danTarifnya. Diakses pada

Oktober 17,2019, dari https://www.online-pajak.com/pajak-daerah

Pratama,A,Tevan.2010. Pajak Daerah dan Retribusi. Diakses pada Oktober 17,2019, dari

https://dearthur-tevan.blogspot.com/2010/11/pajak-daerah-dan-retribusi-daerah.Html?m

Resmi,S.2017. Perpajakan: Teori dan Kasus. Jakarta: Selemba Empat

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

Anda mungkin juga menyukai