METODE SEJARAH
BUDIMAN (180105109)
RABIATUL ADAWIYAH
AHLUN NAZAR (180105106)
2019
1
KATA PENGANTAR
Kelompok 1
2
DAFTAR ISI
Cover ...................................................................................................................................... 1
A. Kesimpulan ................................................................................................................ 10
B. Kritik dan Saran ......................................................................................................... 10
Daftar Pustaka
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metode penelitian sejarah adalah cara yang digunakan sebagai pedoman
dalam melakukan penelitian peristiwa sejarah dan permasalahannya. Dengan kata
lain, metode penelitian sejarah adalah instrumen untuk merekonstruksi peristiwa
sejarah menjadi sejarah sebagai kisah. Dalam ruang lingkup Ilmu Sejarah, metode
penelitian itu disebut dengan metode sejarah.
Dalam proses penulisan sejarah sebagai kisah, pertanyaan-pertanyaan dasar itu
dikembangkan sesuai dengan permasalahan yang perlu diungkap dan dibahas.
Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itulah yang harus menjadi sasaran penelitian
sejarah, karena penulisan sejarah dituntut untuk menghasilkan eksplanasi (kejelasan)
mengenai signifikansi (arti penting) dan makna peristiwa.
Dalam ilmu sejarah juga terdapat objek studi yang perlu di perhatikan sebelum
melakukan penulisan dan penelitian ilmu sejarah, sehingga kita tahu apa yang harus di
teliti dalam ilmu sejarah yang di kaji.
Dalam melakukan penelitian juga di perlukan asas yang menjadi patokan
dalam penyusunan ilmu sejarah, karena asaslah yang berperan sebagai penyempurna
dalam penulisan ilmu sejarah yang di kaji.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja obyek study dalam Ilmu Sejarah?
2. Apa saja asas-asas dalam ilmu sejarah dan bagaimana prosedur penulisan
sejarah/penelitiannya?
3. Metode, prosedur dan teknik apa saja yang di gunakan untuk penulisan sejarah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa saja obyek studi yang ada dalam ilmu sejarah.
2. Mengetahui dan memahami asas-asas ilmu sejarah dan cara prosedur penulisan
sejarah/penelitiannya.
3. Mempelajari metode, prosedur dan teknik yang di gunakan dalam penulisan
sejarah, sehingga kita dapat mengetahui dan memahami.
4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Objek Studi Ilmu Sejarah
Objek kajian sejarah adalah Manusia dan Masa Lalu dalam arti sempit,
sedangkan dalam arti luas yaitu Manusia dan Alam. Salah satu syarat sejarah sebagai
ilmu adalah memiliki objek kajian sejarah. Yang dikaji di sini adalah kejadian-
kejadian yang dialami manusia di masa lalu serta alam yang merupakan sebab akibat.
Syarat lainnya adalah :
Adanya metode sejarah yang menghubungkan bukti.
Di susun secara sistematis berdasarkan peristiwa paling awal kejadiannya.
Kebenaran fakta diperoleh dari penelitian sumber yang disusun secara rasional
dan objektif, artinya tidak boleh ditambah atau dikurangi dalam menyusun kisah
sejarah.1
1
Basri, MS, Metodologi Penelitian Sejarah, Restu Agung Jakarta, h.35
5
5. Objektif
Objektif di sini adalah sejarah yang bisa diyakini keabsahannya, tapi bisa juga
melibatkan perkiraan dan asumsi. Dengan didukung dengan fakta/data. Sehingga
terjadi keselarasan dalam ilmu sejarah tersebut.
6. Mempunyai dalil, hukum dan generalisasi
7. Dapat Memprediksi
Prediksi adalah suatu proses memperkirakan secara sistematis tentang sesuatu
yang paling mungkin terjadi di masa depan berdasarkan informasi masa lalu dan
sekarang yang dimiliki, agar kesalahannya (selisih antara sesuatu yang terjadi
dengan hasil perkiraan) dapat diperkecil.2
2
Hugiono dan P.K Poerwantana, Pengantar ilmu Sejarah, Rinika Cipta Jakarta, h. 19
3
Abdillah, Aam, Pengantar Ilmu Sejarah, Bandung : Pustaka Setia Bandung, h. 34
6
menentukan penting atau tidaknya suatu peristiwa diteliti. Juga sebagai alat
untuk menentukan hal-hal mana yang bisa dijadikan “fakta sejarah”
b. Mencari informasi subjek berdasarkan macam sumber-sumber yang ada
Sumber tersebut dapat di perolah dari :
Rekaman sezaman yang terdiri dari instruksi atau perintah, rekaman
stenografis dan fonografis, surat niaga dan hukum, serta buku catatan
pribadi dan memorandum prive
Laporan konfidensial yang terdiri berita resmi militer dan diplomatik,
jurnal atau buku harian, dan surat-surat pribadi
Laporan-laporan umum yang terdiri dari laporan dan berita surat kabar,
memoar dan otobiografi, sejarah “resmi” suatu instansi, perusahaan dan
sejenisnya.
Quesionaris tertulis
Dokumen pemerintah dan kompilasi, terdiri dari risalah instansi
pemerintah, undang-undang dan peraturan;
Pernyataan opini, terdiri tajuk rencana, esei, pidato, brosur, surat kepada
redaksi, dan sejenisnya;
Fiksi, nyanyian, dan puisi;
Folklore, nama tempat, dan pepatah.
Delapan sumber informasi tersebut bukanlah sumber sejarah dalam arti
sebenarnya. Artinya ia hanya sebagai sarana untuk mencari keterangan tentang
subjek. Sedangkan sumber sejarah itu sendiri adalah hasil yang diperoleh dari
pencarian informasi tersebut yang nantinya digunakan dalam penulisan sejarah
setelah melalui tahapan pengujian.
Nugroho Notosusantoelah mengklasifikasikannya ke dalam tiga bentuk
yang sederhana yakni:
Sumber benda; menyangkut benda-benda arkeologis, efigrafi, numistik,
dan benda sejenis lainnya;
Sumber tertulis, terdiri dari buku-buku dan dokumen;
Sumber lisan, terdiri dari hasil wawancara dan tradisi lisan (oral tradition).
Ada beberapa teknik pengumpulan data yang dapat dipergunakan
dalam metode sejarah, seperti: studi kepustakaan, pengamatan lapangan, wa-
wancara (interview). Dapat pula digunakan teknik lain seperti questionnaires,
pendekatan tematis (topical approach) beserta berbagai perangkat ilmu bantu
7
lainnya, terutama digunakan terhadap topik yang mengarah kepada studi kasus
(case study).
2. Kritik
Hasil pengerjaan studi sejarah yang akademis atau kritis memerlukan
fakta-fakta yang telah teruji. Oleh karena itu, data-data yang diperoleh melalui
tahapan heuristik terlebih dahulu harus dikritik atau disaring sehingga diperoleh
fakta-fakta yang sobjektif mungkin. Kritik tersebut berupa kritik tentang otentitas-
nya (kritik ekstern) maupun kredibilitas isinya (kritik intern), dilakukan ketika dan
sesudah pengumpulan data berlangsung.Sumber sejarah yang telah dikritik
menjadi data sejarah.
Kritik ekstern terhadap sumber lisan kalau memang menggunakan teknik
wawancara dilakukan terhadap para informan yang akan diwawancarai. Informan
harus memiliki kemampuan untuk memberikan keterangan yang sebenarnya. Hal
itu dapat dilihat dari keterlibatannya atas suatu peristiwa, serta tingkat
keintelektualannya. Caranya antara lain dengan jalan meminta keterangan kepada
para informan tentang keterlibatan informan lainnya atas peristiwa tersebut.
Kritik ekstern terhadap sumber tertulis perlu dilakukan agar tidak
terperangkap kepada dokumen palsu. Oleh karena itu perlu dipertanyakan tentang
otentik atau tidak sejatinya suatu sumber. Juga perlu diketahui tentang asli dan
utuhnya sumber-sumber. Kalau sebuah dokumen tidak lagi utuh atau cacat, seo-
rang sejarawan harus mengadakan restorasi teks agar dokumen tersebut kembali
utuh dalam arti isi yang terkandung dapat diterima secara ilmiah. Untuk itu
diperlukan berbagai ilmu bantu sejarah yang dapat memberikan penjelasan yang
logis atas dokumen tersebut, seperti arkeologi, filologi, dan sebagainya.
Kritik intern terhadap sumber tertulis terutama dilakukan dengan jalan
melihat kompetensi, atau kehadiran pengarang terhadap waktu atau peristiwa. Ke-
pentingan pengarang, sikap berat sebelah serta motif pengarang, juga sangat perlu
untuk diketahui guna menentukan kredibilitas isi tulisan. Sedangkan terhadap
sumber tertulis berupa dokumen, dilakukan dengan melihat segi semantik,
hermeneutik, dan pemahaman terhadap historical mindedness.
Data sejarah belum bisa dikatakan fakta sejarah. untuk menjadi fakta
sejarah maka data sejarah harus dikoroborasikan atau didukung oleh data sejarah
lainnya. Dukungan tersebut akan menghasilkan fakta sejarah yang mendekati
kepastian atau hanya dugaan. Bisa saja satu data sejarah menjadi fakta sejarah,
8
selama tidak ada pertentangan di dalamnya, ini dinamakan prinsip argumentum ex
silentio.
3. Interpretasi
Interpretasi adalah proses pemaknaan fakta sejarah. Dalam interpretasi,
terdapat dua poin penting, yaitu sintesis (menyatukan) dan analisis (menguraikan).
Fakta-fakta sejarah dapat diuraikan dan disatukan sehingga mempunyai makna
yang berkaitan satu dengan lainnya.
Fakta-fakta sejarah harus diinterpretasikan atau ditafsirkan agar sesuatu
peristiwa dapat direkonstruksikan dengan baik, yakni dengan jalan menyeleksi,
menyusun, mengurangi tekanan, dan menempatkan fakta dalam urutan kausal.
Dengan demikian, tidak hanya pertanyaan dimana, siapa, bilamana, dan apa yang
perlu dijawab, tetapi juga yang berkenaan dengan kata mengapa dan apa jadinya.
Perlu pula dikemukakan di sini, bahwa dalam tahapan interpretasi inilah
subjektifitas sejarawan bermula dan turut mewarnai tulisannya dan hal itu tak
dapat dihindarkan. Walau demikian, seorang sejarawan harus berusaha sedapat
mungkin menekan subjektifitasnya dan tahu posisi dirinya sehingga nantinya tidak
membias ke dalam isi tulisannya.4
4. Historiografi
Tahap ini adalah tahap terakhir metode sejarah. Setelah sumber
dikumpulkan kemudian dikritik (seleksi) menjadi data dan kemudian dimaknai
menjadi fakta, langkah terakhir adalah menyusun semuanya menjadi satu tulisan
utuh berbentuk narasi kronologis. Imajinasi sejarawan bermain disini, tetapi tetap
terbatas pada fakta-fakta sejarah yang ada. Semuanya ditulis berdasarkan urut-
urutan waktu.
Dalam historiografi modern (sejarah kritis), seorang sejarawan yang
piawai tidak lagi terpaku kepada bentuk penulisan yang naratif atau deskriptif,
tetapi dengan multidimensionalnya lebih mengarah kepada bentuk yang analitis
karena dirasakan lebih scientific dan mempunyai kemampuan memberi keterangan
yang lebih unggul dibandingkan dengan apa yang ditampilkan oleh sejarawan
konvensional dengan sejarah naratifnya.
4
Ibid, h.35
9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Objek kajian sejarah adalah Manusia dan Masa Lalu dalam arti sempit,
sedangkan dalam arti luas yaitu Manusia dan Alam. Salah satu syarat sejarah sebagai
ilmu adalah memiliki objek kajian sejarah.
Dalam Ilmu Sejarah juga memiliki asas-asas di antaranya sistematis, koheren,
valid, akurat, objektif, mempunyai dalil, hukum dan generalisasi dan dapat
memprediksi.
Metode yang di gunakan dalam penelitisan dan penulisan ilmu sejarah adalah
metode heuristic, metode kritik, metode interpretasi dan metode historiografi. Dari
metode inilah ilmu sejarah dapat di susun dengan sempurna sehinggan dapat di
jadikan sebagai bahan dalam ilmu pengetahuan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Basri, MS, Metodologi Penelitian Sejarah, Restu Agung Jakarta 2006
Hugiono dan P.K Poerwantana, Pengantar ilmu Sejarah, Rinika Cipta Jakarta 1992
Abdillah, Aam, Pengantar Ilmu Sejarah, Bandung : Pustaka Setia Bandung 2012
11