i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunianya kepada kami. Sehingga kami dapat menyelesaikan tugas yang berjudul “KONSEP
DAN ASUHAN KEPERAWATAN TRAUMA ABDOMEN”
Tak lupa kami haturkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan tugas ini. Begitu-pun kepada dosen yang membimbing kami guna
menyelesaikan tugas ini.
Meskipun banyak kekurangan yang terdapat di dalam di dalam tugas ini. Tapi kami selalu
berusaha agar tugas yang kami buat bisa bermanfaat baik bagi kami sendiri atau-pun orang lain.
Kami sangat berharap kepada siapa yang bisa memberikan kritik dan saran agar
kedepannya, kami bisa membuat tugas yang lebih baik lagi.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Trauma adalah keadaan yang disebabkan oleh luka atau cedera. Trauma juga mempunyai
dampak psikologis dan sosial. Pada kenyataannya, trauma adalah kejadian yang bersifat holistik
dan dapat menyebabkan hilangnya produktivitas seseorang.
Pada pasien trauma, bagaimana menilai abdomen merupakan salah satu hal penting dan
menarik. Penilaian sirkulasi sewaktu primary survey harus mencakup deteksi dini dari
kemungkinan adanya perdarahan yang tersembunyi pada abdomen dan pelvis pada pasien trauma
tumpul. Trauma tajam pada dada di antara nipple dan perineum harus dianggap berpotensi
mengakibatkan cedera intra abdominal. Pada penilaian abdomen, prioritas maupun metode apa
yang terbaik sangat ditentukan oleh mekanisme trauma, berat dan lokasi trauma, maupun status
hemodinamik penderita.
Adanya trauma abdomen yang tidak terdeteksi tetap menjadi salah satu penyebab
kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Sebaiknya jangan menganggap bahwa ruptur organ
berongga maupun perdarahan dari organ padat merupakan hal yang mudah untuk dikenali. Hasil
pemeriksaan terhadap abdomen mungkin saja dikacaukan oleh adanya intoksikasi alkohol,
penggunaan obat-obat tertentu, adanya trauma otak atau medulla spinalis yang menyertai,
ataupun adanya trauma yang mengenai organ yang berdekatan seperti kosta, tulang belakang,
maupun pelvis.Setiap pasien yang mengalami trauma tumpul pada dada baik karena pukulan
langsung maupun deselerasi, ataupun trauma tajam, harus dianggap mungkin mengalami trauma
visera atau trauma vaskuler abdomen.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan Trauma Abdomen?
2. Apa Etiologi dari Trauma Abdomen?
3. Bagaimana Patofisiologi dari Trauma Abdomen?
4. Apa Manifestasi Klinis dari Trauma Abdomen?
5. Bagaimana Pathway dari Trauma Abdomen?
6. Bagaimana Pemeriksaan Penunjang dari Trauma Abdomen?
7. Apa Penatalaksanaan dari Trauma Abdomen?
8. Bagaimana Asuhan Keperawatan Trauma Abdomen?
1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian dari Trauma Abdomen
2. Untuk Mengetahui Etiologi dari Trauma Abdomen
3. Untuk Mengetahui Patofisiologi dari Trauma Abdomen
4. Untuk Mengetahui Manifestasi Klinis dariTrauma Abdomen
5. Untuk Mengetahui Pathway dari Trauma Abdomen
6. Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang dari Trauma Abdomen
7. Untuk Mengetahui Penatalaksanaan Medik dari Trauma Abdomen
8. Untuk Mengetahui Asuhan Keperwatan dari Trauma Abdomen
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Trauma Abdomen
2.1.1 Definisi
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland,
2002).Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologi akibat gangguan
emosional yang hebat (Brooker, 2001). Trauma perut merupakan luka pada isi rongga perut
dapat terjadi dengan atau tanpa tembusnya dinding perut dimana pada
penanganan/penatalaksanaan lebih bersifat kedaruratan dapat pula dilakukan tindakan laparatomi
(FKUI, 2000),
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa kurang dari 44
tahun.Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi pada trauma tumpul dan
tembus serta yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer, 2001).Trauma abdomen adalah
cedera pada abdomen, dapat berupa trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma abdomen adalah pukulan/benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomeken,terutama organ padat (hati,
pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh
darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen (Sjamsuhidayat, 2002).
Trauma abdomen didefinisikan sebagai cedera yang terjadi anterior dari garis putting ke
lipatan inguinal dan posterior dari ujung skapula ke lipatan gluteal.Gerakan pernapasan
diafragma memperlihatkan isi intra abdomen yang cedera, pada pandangan pertama, tampaknya
terisolasi ke dada (Ferman, 2003).
2.1.2 Etiologi
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) kecelakaan atau trauma yang terjadi pada abdomen,
umumnya banyak diakibatkan oleh trauma tumpul.Pada kecelakaan kendaraan bermotor,
kecepatan, deselerasi yang tidak terkontrol merupakan kekuatan yang menyebabkan trauma
ketika tubuh klien terpukul setir mobil atau benda tumpul lainnya.
Trauma akibat benda tajam umumnya disebabkan oleh luka tembak yang menyebabkan
kerusakan yang besar didalam abdomen. Selain luka tembak, trauma abdomen dapat juga
3
diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk sedikit menyebabkan trauma pada organ
internal diabdomen.
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu :
1. Paksaan/benda tumpul
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga peritoneum.Luka tumpul pada
abdomen bisa disebabkan oleh jatuh, kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan
bermotor, cedera akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk
pengaman.Lebih dari 50 % disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
2. Trauma tembus
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga peritoneum.Luka tembus pada
abdomen disebabkan oleh tusukan benda tajam atau luka tembak.
2.1.3 Patofisiologi
1. Patofisiologi Trauma Tumpul Abdomen
Beberapa mekanisme patofisiologi dapat menjelaskan trauma tumpul abdomen. Secara
garis besar trauma tumpul abdomen (non penetrating trauma) dibagi menjadi 3 yaitu :
a. Trauma kompresi
Trauma kompresi terjadi bila bagian depan dari badan berhenti bergerak, sedangkan
bagian belakang dan bagian dalam tetap bergerak ke depan. Organ-organ terjepit dari belakang
oleh bagian belakang thorak abdominal dan kolumna vetebralis dan di depan oleh struktur yang
terjepit. Trauma abdomen menggambarkan variasi khusus mekanisme trauma dan menekankan
prinsip yang menyatakan bahwa keadaan jaringan pada saat pemindahan energi mempengaruhi
kerusakan jaringan. Pada tabrakan, maka penderita akan secara refleks menarik napas dan
menahannya dengan menutup glotis. Kompresi abdominal mengakibatkan peningkatan tekanan
intra abdominal dan dapat menyebabkan ruptur diafragma dan translokasi organ-organ abdomen
ke dalam rongga thorax.Transient hepatic congestion dengan darah sebagai akibat tindakan
valsava mendadak diikuti kompresi abdomen ini dapat menyebabkan pecahnya hati. Keadaan
serupa dapat terjadi pada usus halus bila ada usus halus yang closed loop terjepit antara tulang
belakang dan sabuk pengaman yang salah memakainnya.
4
b. Trauma sabuk pengaman (seat belt)
Sabuk pengaman tiga titik jika digunakan dengan baik, mengurangi kematian 65%-70%
dan mengurangi trauma berat sampai 10 kali.Bila tidak dipakai dengan benar, sabuk pengaman
dapat menimbulkan trauma.Agar berfungsi dengan baik, sabuk pengaman harus dipakai di
bawah spina iliaka anterior superior, dan di atas femur, tidak boleh mengendur saat tabrakan dan
harus mengikat penumpang dengan baik. Bila dipakai terlalu tinggi (di atas SIAS) maka hepar,
lien, pankreas, usus halus, duodenum, dan ginjal akan terjepit di antara sabuk pengaman dan
tulang belakang, dan timbul burst injury atau laserasi. Hiperfleksi vertebra lumbalis akibat sabuk
yang terlalu tinggi mengakibatkan fraktur kompresi anterior dan vertebra lumbal.
5
2.1.4 Manifestasi Klinis
Menurut (Hudak & Gallo, 2001) tanda dan gejala trauma abdomen, yaitu :
1. Nyeri tekan
2. Nyeri spontan
3. Nyeri lepas
4. Distensi abdomen tanpa bising usus bila terjadi peritonitis umum
5. Syok
6. Takikardi
7. Peningkatan suhu tubuh
8. Leukositosis
9. Anorexia
10. Mual dan muntah
Pada trauma non penetrasi biasanya terdapat adanya :
1. Jejas atau fruktur dibagian dalam abdomen
2. Terjadi perdarahan intra abdominal
3. Apabila trauma terkena usu, mortilisasi usu terganggu sehingga fungsi usus tidak normal
dan biasanya akan mengakibatkan peritonitis dengan gejala mual, muntah, dan BAB
hitam (melena)
4. Kemungkinan bukti klinis tidak sampai beberapa jam setelah trauma
5. Cedera serius dapat terjadi walaupun tak terlihat tanda kontusio pada dinding abdomen.
Pada trauma penetrasi biasanya terdapat :
a. Terdapat luka robekan pada abdomen
b. Luka tusuk sampai menembus abdomen
c. Penanganan yang kurang tepat biasanya memperbanyak perdarahan/memperparah
keadaan.
d. Biasanya organ yang terkena penetrasi bisa keluar dari dalam abdomen
6
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan darah rutin, yaitu kadar Hemoglobin, Hematokrit, angka Leukosit karena
terjadi perdarahan maka akan terjadi penurunan hemoglobin, hematocrit, dan disertai
peningkatan leukosit. Hemoglobin diperiksa berulang kaali secara serial untuk
mengetahui penurunan yang bertahap.
2. Untuk membantu menentukan adanya darah bebas didalam rongga peritoneum yang
meragukan dapat filakukan :
Peritonium lavage adalah tindakan melakukan bil asam rongga perut dengan
memasukkan kurang lebih 1 liter cairan air garam fisiologis (NaCI 0,9 %) yang
steril melalui kanul dimasukkan kedalam rongga peritonium, setelah 10-15 menit
cairan tadi dikeluarkan lagi, bila cairan yang keluar berwarna merah, maka
kesimpulannya adalah ada darah dalam rongga perut. Menurunnya hematocrit
disertai dengan perasaan nyeri yang tetap pada perut kiri atas, ada kalanya
memerlukan peritoneal lavage yang kedua meskipun peritoneal lavage yang
pertama memberi hasil yang negative.
Pemeriksaan foto abdomen, yaitu foto polos abdomen 3 posisi, yang perlu
diperhatikan adalah adanya gambaran patah tulang iga sebelah kiri, peninggian
diafragma kiri, bayangan lien yang membesar, dan udara bebas intra. Pada foto
polos abdomen memperlihatkan pendorongan lambung atau kolon transversa, dan
peningkatan suatu bayangan di hipokondrium atas kiri, obliterasi pada ginjal kiri,
bayangan psoas kiri dan hemidiaafragma kiri naik.
Pemeriksaan angiografi, khususnya pada penderita yang gawat dimana dapat
diketahui dengan pasti adanya kerusakan pada lien baik kerusakan berat maupun
ringan.
Pemeriksaan CT scan dengan cara sekarang yang sangat populer ini dapat kita
menentukan diagnosis pasti dari rupture lien. Selain untuk mendiagnosis,
scanning dapat dipakai untuk mengevaluasi berat ringannya kerusakan, untuk
pengamatan lebih lanjut, dan untuk melihat penyembuhan dan kerusakan pada
lien. Hasil ini sangat berguna bila kita mengobati penderita ruptur lien secara
konservatif. Dengan scanning dapat dilihat bahwa 2-5 bulan setelah trauma pada
lien, gambaran lien dapat sudah normal kembali apabila dibandingkan dengan
7
angiografi, scanning mempunyai ketelitian yang sama dengan morbiditas yang
lebih rendah.
3. Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan rontgen servikal lateral, toraks, anteroposterior (AP), dan pelvis.
4. Diagnostik Peritoneal Lavage ( DPL)
Merupakan test cepat dan akurat yang digunakan untuk mengidentifikasi cedera intra-
abdomen setelah trauma tumpul pada pasien hipoyensi atau tidak responsive tanpa indikasi yang
jelas untuk eksplorasi abdomen. Pemeriksaan ini harus dilakukan oleh tim bedah yang merawat
penderita dengan hemodinamik abnormal dan menderita multitrauma.
5. Ultrasound Diagnostik (USG)
USG digunakan untuk evaluasi pasien dengan trauma tumpul abdomen.Tujuan evaluasi
USG untuk mencari cairan intraperitoneal bebas.
6. Computed Tomography Abdomen (CT Scan Abdomen)
CT adalah metode yang paling sering digunakan untuk mengevaluasi pasien dengan
trauma abdomen tumpul yang stabil. (NANDA,NOC-NIC,2018)
8
PATHWAY TRAUMA ABDOMEN
Terjatuh, pukulan benda tumpul, kompresi, dll
TRAUMA ABDOMEN
Kompresi organ Kompensasi organ intra abdomen
Memar, jejas pada dinding abdomen Muncul vulnus Perdarahan intra abdomen
Nyeri atau luka Syok hipovolemik
Kerusakan Integritas Kulit Defisit Volume cairan
Aliran balik
Tindakan pembedahan
Aliran darah ke perifer Volume cardiac output
Pre-op Post-op
Ketidakefektifan perfusi Penurunan curah jantung
Kurang Terputusnya jaringan perifer
Informasi kontinuitas Volume isi sekuncup
jaringan
Suplai O2
Ansietas Resiko Infeksi
Ketidakefektifan
pola nafas
9
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
10
danretrovesica. Tindakan emergency pada pasien tersebut di UGD adalah resusitasi cairan RL
sebanyak 2000 cc, sebelum MRS pasien makan 3 x sehari, saat MRS pasien tidak mau makan
karena pasien merasakan nyeri pada perutnya, pemasangan kateter untuk monitoring diuresis dan
NGT untuk dekompresi abdomen. Pasien juga mengalami gelisah saat mau tindakan operasi.
Pemberian antibiotika profilaksis dan H2 blocker untuk mencegah stress ulcer. Dilakukan
persiapan transfusi darah dengan Pack Red Cell(PRC).
Setelah cairan RL masuk sebanyak 2000 cc dilakukan pengukuran vital sign namun tensi
menjadi 80/50 mmHg dan nadi 120 x/menit. Diputuskan untuk dilakukan pembedahan
exploratory laparotomy cito. Setelah dilakukan informed consent kepada penderita dan keluarga,
akhirnya operasi dilakukan dalam general anesthesia. Saatoperasi ditemukan darah di intra
abdomen ± 1300cc bercampur dengan usus dan organabdomen lainnya. Segera dilakukan
evakuasi blood clot dan suction serta packing di 4 kuadran abdomen untuk melokalisir
perdarahan dan mencari sumber perdarahan. Akhirnya ditemukan bahwa sumberperdarahan
berasal dari ruptur lien. Dicoba dilakukan Splenorraphy dan tidak berhasil,akhirnya diputuskan
dilakukan splenectomytotal dengan memotong pedikel lien terlebih dahulu untuk menghentikan
perdarahan dilanjutkan dengan memotong ligamentumg astrolienalis, splenocolica,
splenophrenica, dan splenorenalis.Akhirnya luka operasi ditutup dengan meninggalkan 2 buah
vacuum drain dan 1 buah penrose drain di dinding abdomen.
Setelah penutupan dinding abdomen selesai, maka dilakukan pengecekan pada organ lien
dan didapatkan robekan pada facies diafragmatica berbentuk stellate dan tembus (through end
through) sampai ke faciesvisceralis. Hari ke-4 operasi vacuum drain sudah dilepas dan hari ke-5
operasi penrose drains udah dilepas. Pasien mobilisasi hari ke-5 sampai 6 dan pasien sudah bisa
pulang dengan membawa obat antibiotika dan analgetika. Benang jahitan baru dilepas setelah 21
hari pasca operasi saat kontrol di poli bedah.
11
3.2 Analisis Data
No Data Masalah Etiologi
1. DS: px mengatakan Jatuh, pukulan benda tumbul,
merasakan nyeri menjalar Nyeri Akut kompresi
sampai dibahu sebelah ↓
kirinya diserta rasa mual Gaya presdiposisi trauma ≥
tetapi tidak muntah. elastisitas & viskositas
↓
P: akibat membentur stang Ketidakmampuan Ketahanan
kemudi sepeda motor jaringan tidak mampu
Q: badan terasa lemas, mata mengkompensasi
berkunang-kunang ↓
R: bahu sebelah kiri Trauma abdomen
S: skala nyeri 8 ↓
T: 4 detik Nyeri tekan, spontan, lepas
↓
DO: Ekspresi wajah nyeri, Nyeri Akut
Pemeriksaan pekak pindah
(shiftingdulness) tidak
dilakukan karena pasien
mengeluh nyeri saat
perubahan posisi
TTV: TD : 85/50 mmHg
N : 120 x/menit
S : 37 ◦ C
RR : 40 x/menit
12
sepeda motor dan saat Gaya presdiposisi trauma ≥
operasi ditemukan darah di elastisitas & viskositas
intra abdomen bercampur ↓
dengan usus dan organ Ketidakmampuan Ketahanan
lainnya. jaringan tidak mampu
mengkompensasi
DO: Setelah operasi ↓
selanjutnya dilakukan Trauma abdomen
pengecekan pada organ lien ↓
didapatkan robekan pada Trauma tajam
facies diafragmatica ↓
berbentuk stellate dan Kerusakan organ abdomen
tembus sampai facies ↓
visceralis. Tindakan operasi
↓
Resiko infeksi
3. DS: Pasien mengalami Ansietas Jatuh, pukulan benda tumbul,
gelisah saat mau tindakan kompresi
operasi. ↓
DO: Gaya presdiposisi trauma ≥
Saat akan dilakukan operasi elastisitas & viskositas
vital sign menurun. ↓
Ketidakmampuan Ketahanan
jaringan tidak mampu
mengkompensasi
↓
Trauma abdomen
↓
Tindakan pembedahan
↓
Pre-op
13
↓
Kurang informasi
↓
Ansietas
14
Mengenali apa yang sampaikan penerimaan
terkait dengan gejala Evaluasi bersama pasien
nyeri (4-5). dan tim kesehatan
Melaporkan nyeri yang lainnya, mengenai
terkontrol (4-5). efektifitas tindakan
pengontrolan nyeri yang
pernah digunakan
sebelumnya.
Beritahu dokter jika
tindakan tidak
berhasil/jika keluhan
pasien saat ini berubah
signifikan dari
pengalaman nyeri
sebelumnya.
2. Risiko infeksi Kontrol Risiko (1902) Perlindungan infeksi
Mencari informasi Monitor adanya tanda
tentang risiko kesehatan dan gejala infeksi
(3-5) sistemik dan local.
Mengidentifikasi faktor Monitor kerentanan
risiko (2-5) terhadap infeksi
Mengenali faktor risiko Berikan perawatan kulit
individu (2-5) yang tepat untuk area
Mengembangkan strategi (yang mengalami)
yang efektif dalam edema.
mengontrol risiko (2-5) Periksa kondisi setiap
Menghindari paparan sayatan bedah atau luka.
ancaman kesehatan (1-5) Instruksikan pasien
untuk minum antibiotic
yang diresepkan.
15
Ajarkan pasien dan
keluarga mengenai
tanda dan gejala infeksi
dan kapan harus
melaporkannya kepada
pemberi layanan
kesehatan.
3. Ansietas b.d Krisis Tingkat kecemasan (1211) Pengurangan kecemasan
Situasi - Perasaan gelisah - Gunakan pendekatan
- Perubahan pada pola yang tenang dan
makan menyakitkan.
- Rasa cemas yang - Pahami situasi krisis
disampaikan secara lisan yang terjadi dari
perspektif klien.
- Berada di sisi klien
untuk meningkatkan rasa
aman dan mengurangi
ketakutan.
- Dorong keluarga untuk
mendampingi klien
dengan cara yang tepat.
No Implementasi Evaluasi
1. Manajemen Nyeri S :Klien mengatakan perutnya terasa sakit
Mengobservasi adanya petunjuk akibat membentur stang kemudi sepeda
non verbal mengenai motornya.
ketidaknyamanan terutama pada O : Masih terdapat ↑ nyeri
mereka yang tidak dapat A : Masalah teratasi sebagian dari nyeri
berkomunikasi secara efektif. P : Intervensi dilanjutkan dari manajemen
16
Memastikan perawatan analgesik nyeri
bagi pasien dilakukan dengan
pemantauan yang ketat.
Menggunakan strategi
komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri
dan sampaikan penerimaan
Mengevaluasi bersama pasien
dan tim kesehatan lainnya,
mengenai efektifitas tindakan
pengontrolan nyeri yang pernah
digunakan sebelumnya.
Memberitahu dokter jika
tindakan tidak berhasil/jika
keluhan pasien saat ini berubah
signifikan dari pengalaman nyeri
sebelumnya.
2. Perlindungan infeksi S :Klien mengatakan akan dilakukan operasi
Memonitor adanya tanda dan pembedahan exploratory laparotomy cito.
gejala infeksi sistemik dan local. O: Masih terdapat darah di intra abdomen
Memonitor kerentanan terhadap yang bercampur dengan usus dan organ
infeksi lainnya.
Memberikan perawatan kulit A: Masalah teratasi sebagian infeksi
yang tepat untuk area (yang P: Intervensi dilanjutkan dari perlindungan
mengalami) edema. infeksi.
17
Mengajarkan pasien dan
keluarga mengenai tanda dan
gejala infeksi dan kapan harus
melaporkannya kepada pemberi
layanan kesehatan.
3. Pengurangan kecemasan S: Merasa Gelisah
- Menggunakan pendekatan yang O: TTV menurun
tenang dan menyakitkan. A: Masalah teratasi sebagian
- Memahami situasi krisis yang P: Intervensi dilanjutkan
terjadi dari perspektif klien.
- Berada di sisi klien untuk
meningkatkan rasa aman dan
mengurangi ketakutan.
- Mendorong keluarga untuk
mendampingi klien dengan cara
yang tepat.
18
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Trauma abdomen adalah pukulan/benturan langsung pada rongga abdomen yang
mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomeken,terutama organ padat (hati,
pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus halus, usus besar, pembuluh – pembuluh
darah abdominal) dan mengakibatkan ruptur abdomen (Sjamsuhidayat, 2002).
Beberapa Pemeriksaan Penunjang yang dilakukan pada pasien dengan Trauma Abdomen
adalah :
a. Pemeriksaan Darah
b. Pemeriksaan Rontgen
c. Diagnostik Peritoneal Lavage
d. Ultrasound Diagnostik
e. Computed Tomography Abdomen
4.2 SARAN
Dengan adanya makalah ini dapat memberikan pelajaran tentang bagaimana menangani
atau memberikan pengobatan yang tepat kepada penderita kejang demam dalam Keperawatan
Gawat Darurat dan meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya tindakan yang tepat untuk
pasien trauma abdomen. Dan bagi kami Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan diharapkan
saran dan kritik dari pembaca agar makalah kami bisa jauh lebih baik dari sekarang.
19
DAFTAR PUSTAKA
Stone, CK, 2003. Current Diagnosis & Treatment Emergency Medicine.6th edition.
USA : The McGraw-Hill Companies, Inc.
Fermann, GJ, 2003. Emergency Medicine-An Approach to Clinical Problem Solving.
In : Hamilton, et al., Emergency Medicine-An Approach to Clinical Problem
Solving.2nd edition.USA : W.B. Saunders Company.
Hudak & Gallo. 2001. Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1.FKUI : Media Aesculapius
Sjamsuhidayat. 1998. Buku Ajar Bedah. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and Suddarth
Ed.8 Vol.3. : Jakarta: EGC.
Suddarth & Brunner.2002.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.Jakarta : EGC
20