BAB I
PENDAHULUAN
melukai seseorang, baik secara fisik maupun psikologis (Keliat 2010 :13).
tersebut dapat mengancam secara fisik, emosional dan seksual kepada orang lain
Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan dan kondisi yang
memungkinkan fisik, mental dan sosial individu secara optimal dan selaras
masalah tersebut tidak jarang individu tersebut membutuhkan terapi, akan tetapi
tanpa disertai do’a tidak akan lengkap, sebaliknya do’a saja tampa disertai terapi
tidaklah efektif. Hal ini sesuai dengan ajaran islam dalam AL-Qur’an surat As-
1
2
seseorang, yang ditunjukan dengan prilaku aktual melakukan kekerasan, baik diri
sendiri orang lain maupun lingkungan, secara verbal maupun nonverbal, bertujuan
melukai orang lain secara fisik maupun psikologis (Iyus Yosep, 2014).
Untuk itu perlu dilakukan upaya diantaranya program intervensi dan terapi
masyarakat
(community based psyciatric services) (Priyanto, 2007). Maka dari itu peran serta
memberikan perawatan langsung pada setiap keadaan sehat sakit penderita. (Anna
“perawat utama” bagi penderita. Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat
hidup sendirian tanpa bantuan orang lain. Kebutuhan fisik (sandang, pangan,
papan),
psikis
termasuk rasa ingin tahu, rasa aman, perasaan religiusitas, tidak mungkin
terpenuhi tanpa bantuan orang lain. Apalagi jika orang tersebut sedang
menghadapi masalah,
baik ringan maupun berat. Pada saat menghadapi masalah seseorang akan mencari
diperhatikan dan di cintai. Contoh nyata yang paling sering dilihat dan dialami
adalah
bila ada seseorang yang sakit dan terpaksa dirawat di rumah sakit, maka sanak
tersebut maka orang yang sakit tentu merasa mendapat dukungan sosial.
informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau tingkah laku
sosialnya.
World Healt Organitation, masalah gangguan jiwa di dunia ini sudah menjadi
masalah yang semakin serius, paling tidak terdapat 1 dari 4 orang didunia ini yang
mengalami gangguan jiwa. Hasil riset WHO diperkirakan sekitar 450 juta orang
didunia ini ditemukan mengalami gangguan jiwa, saraf, maupun prilaku (WHO
2015).
kekerasan tidak diatasi akan beresiko pada klien untuk menciderai dirinya sendiri,
Menurut penulis, pendeta resiko peri laku kekerasan yang mendapatkan dukungan
data yang didapatkan dari Rumah Sakit Jiwa Provinsi Lampung pada bulan
halusinasi (12%), 8 orang isolasi sosial (15%), 17 orang harga diri rendah
1.4 Tujuan
1) Perawat
2) Institusi Pendidikan
6
3) Pasien
4) Rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN TEORI
1.2 Pengertian
intensitas ringan hingga kemarahan yang intens (berat), hal ini disertai dengan
bertingkah laku, hal ini terjadi karena menurunnya semua fungsi kejiwaan (Abdul
2.2 Etiologi
1) Predisposisi
a) Faktor psikologis
perilaku kekerasan
3) Frustasi
agresif sesuai dengan respon yang di pelajari. Faktor ini dapat dipelajari
kekerasan seperti adanya norma yang dapat membantu marah yang dapat
c) Faktor biologis
dimana jika terdapat kerusakan limbic (untuk emosi dan prilaku), lobus
sekitarnya.
2) Faktor presipitasi
injury secara psikis, atau ancaman konsep diri, beberapa faktor pencetus
terancam baik internal dari permasalahan dari klien sendiri maupun dari
Perasaan :cemas
Perasaan : marah
Perilaku : agitasi
pembicaraan.
menjaga komunikasi
Perasaan : marah
Perasaan : agitasi
gairah.
Pada pengkajian awal dapat diketahui alasan utama klien dibawa kerumah
bingung.
1) Farmakotrapi :
2) Terapi modalitas
3) Terapi keluarga
j) Jika terjadi prilaku kekerasan yang dilakukan adalah : bawa klien ketempat
yang tenang dan aman, hindari benda tajam, lakukan fiksasi sementara,
4) Terapi kelompok
12
sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain
Rentangrespon marah menurut Stuart dan Sunden (1995) dalam buku Satrio
4) Agresif adalah tidak menghargai hak orang lain. Individu merasa harus
5) Amuk adalah perasaan marah dan bermusuhan yang kuat yang disertai
Marah adalah emosi yang kuat. Ketika ditolak atau dipendam dapat memicu
masalah fisik seperti sakit kepala, migren, ulcers, radang usus dan bahkan
mengakibatkan depresi dan harga diri rendah. Ketika di ungkapkan tidak dengan
tepat, dapat memperburuk hubungan, ketika ditekan atau supresi, marah dapat
Tabel 2.1 Perbandingan perilaku asertif, pasif dan agresif (Stuar &Laria,
Faktor predisposisi
Sensor Presipitasi
Sumber Koping
Mekanisme Koping
Konstruktif Destruktif
Rentang Respon
kemarahannya pada suatu objek seperti pada adonan kue yang di remas-
marah.
( Stuart, 2009:32 ).
adalah :
sampai 12 bulan.
terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan usia lengkap dari kehidupan
sehari-hari.
1) Pengkajian
a) Aspek biologis
otot seprti rahang terkatup tangan dikepal tubuh kaku, dan reflek cepat,
hal ini disebabkan oleh energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
b) Aspek emosional
c) Aspek intekltual
d) Aspek sosial
e) Aspek spiritual
tidak berdosa.
a) Prilaku kekerasan
b) GSP: Halusinasi
3) Tindakan keperawatan
yangdilakukan.
Kekerasan.
Satrio KS (2015 :34) mengungkapkan data yang perlu dikaji pada perilaku
1) Data subyekitif
2) Data objektif
b) Pandangan tajam
5) Pohon masalah
Menurut Keliat dkk (2005) dalam buku Satrio KS (2015:34) pohon masalah
6) Diagnosa keperawatan
1) Prilaku kekerasan
7) Rencana keperawatan
- Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan memberikan
pujian
Sp 2: Sp 2:
- Evaluasi kegiatan latihan - Evaluasi kegiatan
fisik, beri pujian kluarga dalam
- Latih cara mengontrol merawat atau
perilaku kekerasan melatihpasien fisik,
dengan obat (jelaskan 6 beri pujian
benar:jenis, guna, Dosis, - Jelaskan 6 benar cara
frekuensi, cara, pemberian obat
Kontiunitas minum obat) - Latih cara
- Masukan pada jadwal memberikan atau
kegiatan untuk latihan membimbing minum
fisik dan minum obat obat
- Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan beri pujian
- Sp 3: - Sp 3:
- Evaluasi kegiatan latihan - Evaluasi kegiatan
fisik dan obat, beri pujian kluarga dalam
- Latih mengontrol perilaku merawat atau melatih
kekerasan secara verbal pasien fisik dan
( 3 cara yaitu: memberikan obat, beri
mengungkapkan, pujian
meminta, menolak dengan - Latih cara
benar) membimbing :cara
- Memasukkan pada jadwal bicara yang baik
kegiatan untuk latihan - Latih cara
fisik, minum obat dan membimbing kegiatan
verbal sepiritual
- Anjurkanmembantupa
sien sesuai jadwal dan
memberi pujian
22
Sp 4: Sp :4
- Evaluasi kegiatan latihan - Evaluasi kegiatan
fisik danobat dan verval, kluarga dalam
beri pujian merawat atau melatih
- Latih cara mengontrol pasien fisik,
spiritual (2 kegiatan untuk memberikan obat,
latihan fisik, minum obat, - latihan bicara yang
verbal dan spiritual baik dan kegiatan
- Masukan pada jadwal sepiritual, beri pujian
kegiatan untuk latihan - Latiah cara
fisik, minum obat, verbal, mengontrol perilaku
dan spiritual kekerasan dengna cara
spiritual (2 kegiatan)
- Anjurkan membantu
pasien sesuai jadwal
dan memberikan
pujian
( Satrio KS,2015 : 35-36).
8) Implementasi
cara: latihan fisik, tarik nafas dalam dan pukul bantal), dan RTL, klien
perawat.
bantuan perawat.
9) Evaluasi
apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data
klien yang terdiri dari tindak lanjut klien (PR), dan tindak lanjut oleh
perawat.
4) Rencana atau diagnosis selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang
baru. Klien dan kluarga perlu dilibatkan dalam evaluasi agar dapat
mengontrol emosi dengan cara fisik pada klien resiko perilaku kekerasan,
kekerasan.
dan masalahnya. Data yang muncul pada saat pengkajian adalah resiko
ketiga yang dapat dilakukan dan masukan dalam jadwal kegiatan pasien.
cara tarik nafas dalam, memukul-mukul bantal, minum obat, bicara baik
dan cara spiritual. Sedangkan yang belum tercapai dukungan dari keluarga,
BAB III
Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung, yang akan dilakukan penelitian di ruang
Cendrawasih.
definisi konseptual :
1) Definisi operasional
lain yang mempunyai suatu emosional yang tinggi yang tidak dapat
2) Definisi konseptual
diagnosis medis dan diagnosa keperawatan yang sama yaitu asuhan keperawatan
Lokasi yang dipilih untuk penelitian adalah di rumah sakit jwa daerah
5-9 Juni 2017. Adapun lamanya penelitian ini dilakukan selama 5 hari. Dan
3) Studi dokumentasi (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yang
relavan).
asuhan keperawatan apabila data yang dikumpulkan kurang lengkap atau tidak
sesuai dengan teori, dan peneliti akan mencari suatu data sumber informasi
tambahan nya baik dengan klien yang dilakukan penelitan, dan peneliti akan
menanyakan kepada perawat selama pasien dirawat diruangan, apa saja keluhan
yang dialami klien serta apabila ada keluarganya peneliti juga akan menanyakan
yang menggambarkan suatu datayang akan dibuat baik sendiri maupun secara
secara sistematis data ysang factual dan akurat mengenai fakta-fakta, serta
hubungan antara fenomena yang diselidiki atau diteliti. Urutan dalam analisis
1) Pengumpulan data
Disini peniliti akan mengumpulkan data penelitian dengan cara yaitu dengan
secara langsung terhadap klien, setelah data terkumpul semua maka peneliti
2) Mereduksi data
30
Data dilapangan yang telah terkumpul dalam bentuk transkrip maka peneliti
3) Penyajian data
Disini peneliti akan menyajikan datanya dalam bentuk teks naratif ataupun
4) Kesimpulan
sama bukan hanya itu saja penelitijuga akan membandingkan hasil penelitian
1) Informed consent
penelitian.
memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan
hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian
yang disajikan.
3) Kerahasiaan (confidentiality)
sebaik mungkin akan menjaga kerahasian masalah klien dan peneliti akan
( Dalami, 2010)