MODUL PRAKTIKUM
ASUHAN KEBIDANAN IBU
BERSALIN KALA IV
1
TIM PENYUSUN
2
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing
3
4
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah swt, yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam, karena atas berkat rahmat dan karunia-
Nya lah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas modul praktikum Midwifery II
yang berjudul Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Kala IV. Dengan adanya modul
praktikum ini, di harapkan pembaca dapat meningkatkan pengetahuan tentang
Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Kala IV.
Kami menyadari bahwa modul praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami mengharapkan kritik yang membangun agar lebih baik lagi.
Semoga modul praktikum ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Atas
perhatiannya, kami ucapkan terimkasih.
Penyusun
5
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 8
B. MATERI ................................................................................................. 11
T E S F O R M A T I F ............................................................................................ 41
6
LAMPIRAN I ....................................................................................................... 45
LAMPIRAN II ...................................................................................................... 51
7
Kegiatan Belajar
Midwifery II (Persalinan)
150 Menit
PENDAHULUAN
8
Benua Asia terdapat 50 % ibu bersalin mengalami ruptur perineum. Robekan jalan
lahir merupakan penyebab kedua tersering dari perdarahan pasca persalinan.
Robekan dapat terjadi bersamaan dengan atonia uteri. Perdarahan pasca persalinan
dengan uterus yang berkontraksi baik disebabkan oleh robekan serviks, vagina
dan perineum.3
9
TUJUAN MATA KULIAH
1. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu mengetahui asuhan kebidanan ibu bersalin kala IV
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mengetahui fisiologi kala IV
b. Mengetahui evaluasi uterus
c. Mengetahui pemeriksaan servik, vagina dan perineum
d. Mengetahui pemantauan dan evaluasi lanjut
e. Mengetahui perkiraan kehilangan darah
f. Mengetahui penjahitan perineum (praktikum penjahitan perineum)
10
URAIAN MATERI
B. MATERI
1. FISIOLOGI KALA IV
Persalinan kala IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2
jam sesudahnya, adapun hal-hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi
uterus sampai uterus kembali dalam bentuk normal. Hal ini dapat
dilakukan dengan rangsangan taktil (masase) untuk merangsang uterus
berkontraksi baik dan kuat. Perlu juga dipastikan bahwa plasenta telah
lahir lengkap dan tidak ada yang tersisa sedikitpun dalam uterus serta
benar-benar dijamin tidak terjadi perdarahan lanjut.5
Perubahan- Perubahan Fisiologis Kala IV :
a) Tanda-tanda Vital
(1) Tekanan Darah
Segera setelah melahirkan, kebanyakan wanita
akan mengalami peningkatan tekanan darah sementara
baik sistotik maupun diastolik, dan akan kembali
11
setelah beberapa hari.
(2) Suhu
Suhu akan kembali normal setelah mengalami
sedikit peningkatan setelah 24 jam persalinan.
(3) Nadi
Denyut nadi yang mengalami peningkatan akan
kembali normal dalam waktu beberapa jam saja setelah
persalinan. Apabila denyut nadi diatas 100 pada masa
puerperium mungkin menunjukkan adanya infeksi
setelah persalinan.
(4) Pernapasan
Pernapasan akan kembali normal selama jam
pertama setelah persalinan.6
b) Payudara
Setelah melahirkan ibu akan mengalami perubahan
hormon yang menyebabkan dimulainya proses laktasi. Bagi
ibu yang memilih menyusui stimulus bayi yang disusui
akan memberikan respon pelepasan hormon dan stimulasi
alveoli untuk memproduksi susu. Sedangkan pada ibu yang
memilih untuk tidak menyusui bayinya akan terjadi involusi
jaringan payudara karena tidak adanya stimulasi.6
c) Uterus
Secara berangsur-ansur uterus akan menjadi kecil
(berinvolusi) hingga kembali seperti sebelum hamil. Berikut
ini merupakan TFU dan berat uterus menurut involusi pada
masa nifas :
Involusi Tinggi Fundus Uteri Berat Uterus
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir 2 jari di bawah pusat 750 gram
1 minggu Pertengahan antara 500 gram
pusat dengan simfisis
2 minggu Tidak teraba di atas 350 gram
12
simfisis
6 minggu Bertambah kecil 50 gram
8 minggu Sebesar normal 30 gram
Sumber : Mochtar, 2011; h. 87
d) Serviks
Segera setelah persalinan bentuk serviks agak
menganga atau masih terbuka lebar seperti corong dan
berwarna merah kehitaman. Konsistensi serviks lunak,
kadang-kadang terdapat perlukaan kecil. Setelah bayi lahir,
tangan pemeriksa masih bisa dimasukkan ke rongga rahim,
kemudian setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari, dan
setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari. 4
e) Lokia
Lokia merupakan sekret dari uterus yang keluar melalui
vagina selama masa nifas.6
Jenis lokia berdasarkan waktu pengeluaran :
Jenis Lokia Waktu Pengeluaran Warna Lokia
Lokia Rubra Hari ke1-3 setelah Warna merah karena
bersalin mengandung darah
dan jarinngan desidua
13
dari ruptur serat elastik pada kulit dan distensi uterus dalam
waktu yang lama, maka konsistensi dinding abdomen akan
tetap lunak dan flaksid. Diperlukan waktu beberapa minggu
untuk kembali normal, dan selama waktu pemulihan harus
dibantu dengan latihan. Kecuali untuk striae putih pada
dinding abdomen biasanya akan kembali seperti sebelum
hamil.2
g) Perubahan Gastrointestinal
Ibu mungkin akan merasa lapar dan mulai makan satu
atau dua jam setelah melahirkan, kecuali pada ibu dengan
komplikasi setelah persalinan. Konstipasi mungkin dialami
pada puerperium awal karena kurangnya asupan makanan
padat dan menahan defekasi karena perineumnya
mengalami perlukaan juga bisa karena kurangnya
pengetahuan dan perasaan takut akan merobek atau
merusak jahitan ketika defekasi.6
h) Saluran Kemih
Trauma kandung kemih berhubungan dengan lamanya
persalinan dan pada tahap tertentu merupakan akibat normal
dari persalinan pervaginam. Setelah persalinan, kandung
kemih akan mengalami peningkatan kapasitas dan
cenderung tidak sensitif terhadap tekanan intravesika.
Kandung kemih mengalami overdistensi, pengosongan yang
tidak sempurna, bahkan bisa terjadi residu urin yang
berlebihan. Ureter yang berdilatasi dan pelvis renal akan
kembali seperti keadaan sebelum hamil dalam 2 sampai 8
minggu setelah persalinan.
Tetapi tetap harus diwaspadai terjadinya infeksi saluran
kemih (ISK) akibat residu urin dan bakteriuria pada
kandung kemih yang mengalami trauma, dengan sistem
saluran yang berdilatasi sehingga bersifat kondusif untuk
14
terjadinya infeksi.2
i) Penurunan Berat Badan
Penurunan berat badan rata-rata 12 pon (4,5 kg) setelah
melahirkan, yang mencakup gabungan dari berat bayi,
plasenta, dan cairan amnion. Penurunan berat badan sangat
ditentukan oleh penambahan berat badan selama hamil, ibu
dengan peningkatan paling banyak akan mengalami
penurunan yang besar pula.6
2. EVALUASI UTERUS
Perlu diperhatikan bahwa kontraksi uterus mutlak diperlukan untuk
mencegah terjadinya perdarahan dan pengembalian uterus kebentuk
normal. Kontraksi uterus yang tak kuat dan terus menerus dapat
menyebabkan terjadinya atonia uteri yang dapat mengganggu keselamatan
ibu. Untuk itu evaluasi terhadap uterus pasca pengeluaran plasenta sangat
penting untuk diperhatikan. Untuk membantu uterus berkontraksi dapat
dilakukan dengan masase agar tidak menjadi lembek dan mampu
berkontraksi dengan kuat. Kalau dengan usaha ini uterus tidak mau
berkontraksi dengan baik dapat diberikan oksitosin dan harus diawasi
sekurang-kurangnya selama satu jam sambil mengamati terjadinya
perdarahan post partum. 1
15
plasenta biasanya dalam waktu 5 sampai 10 menit pada akhir kala II.
Memijat fundus seperti memeras untuk mempercepat pelepasan plasenta
tidak dianjurkan karena dapat meningkatkan kemungkinan masuknya sel
janin ke dalam sirkulasi ibu. Setelah kelahiran plasenta perhatian harus
ditujukan pada setiap perdarahan rahim yang dapat berasal dari tempat
implantasi plasenta. Kontraksi uterus yang mengurangi perdarahan ini dapat
dilakukan dengan pijat uterus dan penggunaan oksitosin. Dua puluh unit
oksitosin rutin ditambahkan pada infus intravena setelah bayi dilahirkan.
Plasenta harus diperiksa untuk memastikan kelengkapannya. Kalau pasien
menghadapi perdarahan masa nifas (misalnya karena anemia, pemanjangan
masa augmentasi, oksitosin pada persalinan, kehamilan kembar atau
hidramnion) dapat diperlukan pembuangan plasenta secara manual,
eksplorasi uterus secara manual atau kedua-duanya. 1
4. PEMANTAUAN DAN EVALUASI LANJUT
Masa postpartum merupakan masa kritis. Kematian ibu pasca
persalinan biasanya terjadi dalam 6 jam post partum. Hal ini disebabkan
oleh perdarahan, infeksi dan eklampsia post partum. Pemantauan kala IV
dimulai dari plasenta lahir sampai 2 jam post partum. Untuk pemeriksaan
pada 1 jam pertama, dilakukan setiap 15 menit dan setiap 30 menit pada 1
jam kedua, dengan total pemeriksaan sebanyak 6 kali selama 2 jam
tersebut. Adapun pemeriksaan yang dilakukan meliputi: tekanan darah,
nadi, suhu, tinggi fundus uteri, kontraksi, kandung kemih dan perdarahan.
1. Tekanan darah
Tekanan darah normal < 140/90 mmHg
2. Suhu
Suhu normal < 38o C jika suhu > 38o C kemungkinan terjadi
dehidrasi ataupun infeksi.
3. Nadi
Nadi normal adalah 60-100 x/m, jika frekuensi nadi yang cepat
atau semakin meningkat > 100 x/menit dapat menunjukkan
hipovolemik hipofisis karena perdarahan.
16
4. Tinggi Fundus Uteri
Setelah kelahiran plasenta uterus biasanya akan berada pada
garis tengah dari abdomen kira-kira ¾ naik ke atas antara
simfisis pubis dan umbilicus
5. Kontraksi Uterus
Tanda dari uterus berkontraksi dengan baik adalah fundus
teraba keras, untuk membantu uterus berkontraksi dapat
dilakukan dengan masase agar uterus tidak menjadi lembek,
selain itu menyusui merupakan metode efektif untuk
meningkatkan tonus uterus.
6. Kandung kemih
Jika kandung kemih penuh, maka uterus tidak dapat
berkontraksi dengan baik. Kandung kemih penuh ditandai
dengan uterus naik didalam abdomen dan tergeser kesamping.
7. Perdarahan
Perdarahan normal setelah kelahiran bayi sebanyak satu
pembalut atau seperti darah haid yang banyak selama 6 jam
petama. Jika lebih dari normal identifikasi penyebab dari
robekan jalan lahir, kontraksi yang lemah atau kandung kemih
penuh. 7
5. PERKIRAAN KEHILANGAN DARAH
Banyak faktor yang membuat perkiraan jumlah perdarahan antara
kedua metode tersebut terdapat selisih, yaitu adanya faktor perancu
didalam memperkirakan jumlah perdarahan dengan visual estimasi, karena
sangat sulit untuk memperkirakan jumlah kehilangan darah secara tepat,
darah seringkali bercampur dengan cairan kebutuhan. Kontraksi uterus
nantinya juga bisa sebagai indikator volume perdarahan di mana apabila
kontraksi uterus baik maka perdarahan juga akan sedikit dan sebaliknya. 1
Satu cara untuk menilai kehilangan darah adalah dengan melihat
dan memperkirakan volume darah yang terkumpul. Cara langsung untuk
mengukur jumlah kehilangan darah adalah melalui penampakan gejala dan
17
tekanan darah. Apabila perdarahan menyebabkan ibu lemas, pusing dan
kesadaran menurun serta tekanan darah sistolik turun lebih dari 10 mmHg
dari kondisi sebelumnya maka telah terjadi perdarahan lebih dari 500 ml.
Jika ibu mengalami syok hipovolemik maka ibu telah kehilangan darah
50% dari total jumlah darah ibu (2000-2500 ml). Penting untuk selalu
memantau keadaan umum dan menilai jumlah kehilangan darah ibu
selama kala IV melalui tanda vital, jumlah darah yang keluar dan kontraksi
uterus.7
6. PENJAHITAN PERINIUM (PRAKTIKUM PENJAHITAN
PERINEUM)
1. Laserasi (ruptur) perineum dapat diklasifikasikan menjadi:
a) Derajat 1
Pada ruptur perineum derajat 1 akan mengenai kulit perineum,
dan membran mukosa vagina, tetapi tidak mengenai fasia dan otot.
b) Derajat 2
Pada ruptur perineum derajat 2 mengenai kulit dan membran
mukosa, fasia dan otot-otot perineum, tetapi tidak mengenai
sphincter ani.
c) Derajat 3
i. Derajat 3a: <50% spinchter ani externa
ii. Derajat 3b: >50% spinchter ani externa
iii. Derajat 3c: spincter ani externa & interna
d) Derajat 4
Pada ruptur perineum derajat 4, meluas sampai ke mukosa
rektum sehingga lumen rektum. Pada derajat ini, robekan di
daerah uretra yang dapat menimbulkan perdarahan hebat
mungkin terjadi. Robekan mengenai kulit, otot dan melebar
sampai sphincter ani dan mukosa rektum.
18
Teknik penjahitan
a) Tingkat I : Penjahitan robekan perineum tingkat I dapat dilakukan
hanya dengan memakai catgut yang dijahitkan secara jelujur
(continuous suture) atau dengan cara angka delapan (figure of eight)
b) Tingkat II : Sebelum dilakukan penjahitan pada robekan perineum
tingkat II maupun tingkat III, jika dijumpai pinggir yang tidak rta atau
bergerigi, maka pinggir be rgerigi tersebut harus diratakan terlebih
dahulu.pinggir robekan sebelah kiri dan kanan masing-masing diklem
terlebih dahulu Kemudian digunting. Setelah pinggir robekan rata,
baru dilakukan penjahitan luka robekan. Mula-mula otot-otot dijahit
denbgan catgut. Kemudian selaput lendir vgina dijahiot dengan catgut
secra terputus-putus atau jelujur. Penjahitan selaput lendir vagina
dimulai dari puncak robekan . terakhir kulit pwerineum dijahit dengan
benang sutera secara terputus-putus.
c) Tingkat III : Mula-mula dinding depan rectum yang robek dijahit.
Kemudian fasia peirektal dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan
catgut kromik, sehingga bertemu kembali. Ujung-ujung otot sfingter
ani yang terpisah oleh karena robekan diklem dingan klem pean lurus.
Kemudian dijahit dengan 2-3 jahitan catgut kromil sehingga bertemu
kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit
robekan perineum tingkat II.
19
d) Tingkat IV : Pasien dirujuk ke fasilitas dan tenaga kesehatan yang
memadai. 1
20
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PENJAHITAN PERINEUM
21
6. Kasa steril
7. Deepers steril
8. Air DTT
9. Larutan klorin 0,5 %
10. Bengkok
11. Tempat sampah medis dan non medis
12. Lampu sorot
A. SIKAP
1. Menyambut dengan sopan dan ramah serta
memosisikan klien
2. Memperkenalkan diri kepada klien
3. Melakukan anamnesa pada klien
4. Menjelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan
dilaksanakan
5. Melakukan inform concent
B. ISI
1. Bersihkan sarung tangan didalam larutan klorin 0,5
%, lepaskan dalam keadaan terbalik dan rendam
PROSEDUR
dalam klorin 0,5 %
PELAKSANAAN
2. Siapkan peralatan untuk melakukan penjahitan :
Dalam wadah set partus masukkan :
sepasang sarung tangan, pemegang jarum,
jarum jahi, cromic catgut atau catgut no. 2/0
atau 3/0, pinset
Buka alat suntik 10 ml sekali pakai,
masukkan kedalam wadah set partus
Patahkan tabung lidocain
Perkirakan volume lidocain yang akan
digunakan sesuaikan dengan besar /
dalamnya robekan. Bila tidak tersedia
22
larutan jadi lidocain 1% dapat digunakan
lidocain 2 % yang diencerkan 1:1 dengan
menggunakan aquades steril.
3. Posisikan bokong ibu pada sudut ujung tempat
tidur, dengan posisi litotomi.
4. Pasang kain bersih dibawah bokong ibu.
5. Atur lampu sorot kearah vulva /perineum ibu
6. Pakai sarung tangan.
7. Isi tabung suntik 10 ml dengan larutan lidocain 1 %
tnp epinefrin.
8. Lengkapi pemakaian sarung tangan pada kedua
tangan.
9. Gunakan kasa bersih untuk membersihkan ke
arah luka dari darh atau bekuan darah, dan nilai
kembali luas dan dalamnya robekan pada daerah
perineum.
10. Beritahu ibu akan di suntik dan mungkin timnul rasa
kurang nyaman
11. Tusukkan jarum suntik pada ujung luka / robekan
perineum, masukkan jarum secara subcutan di
sepanjang tepi luka
12. Aspirasi untuk memastikan tidak ada darah terisap.
Bila ada darah, tarik jarum sedikit dan kembali
masukkan. Ulangi lagi aspirasi. (cairan lidocain
yang masuk ke dalam pembuluh darah dapat
menyebabkan denyut jantung tidak teratur).
13. Suntikan cairan lidocain 1 % sambil menarik jarum
suntik pada tepi luka daerah perineum
14. Tanpa menarik jarum suntik keluar dari luka,
arahkan jarum suntik sepanjang luka pada
mukosa vagina, lakukan aspirasi, suntikan cairan
23
lidocain 1 % sambil menarik jarum suntik. (bila
robekan besar dan dalam, anastesi daerah bagian
dalam robekan alur suntikan anastesi akan
berbentuk seperti kipas : tepi perineum, dalam luka,
tepi mukosa vagina)
15. Lakukan langkah n0. 11 s.d14 untuk tepi robekan
kedua.
16. Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan penjahitan
unntuk mendapatkan hasil optimal dari anestesi
17. Lakukan inspeksi vagina dan perineum untuk
melihat robekan
18. Jika perdarahan yang terlihat menutupi luka
episotomy, pasang tampon atau kassa ke dalam
vagina. (sebaiknya menggunakan tampon berekor
benang).
19. Tempatkan jarum jahit pada pemegang jarum,
kemudian kunci pemegang jarum.
20. Pasang benang jahit (cromic 2/0) pada mata jarum.
21. Lihat dengan jelas batas luka episiotomy.
22. Lakukan penjahitan pertama 1 cm diatas puncak
luka robekan di dalam vagina, ikat jahitan pertama
dengan simpul mati. Potong ujung benang yang
bebas (ujung benang tanpa jarum) hingga tersisa ± 1
cm.
23. Jahit mukosa vagina dengan menggunakan jahitan
jelujur hingga tepat di belakang lingkaran hymen.
24. Tusukkan jarum pada mukosa vagina dari
belakang lingkaran hymen hingga menembus
luka robekan bagian perineum. Bila robekan
yang terjadi sangat dalam.
25. Teruskan jahitan jelujur pada luka robekan
24
perineum sampai ke bagian bawah luka
robekan.(bila menggunakan benang plain catgut,
buat simpul mati pada jahitan jelujur paling bawah)
26. Jahit jaringan subkutis kanan-kiri kearah atas
hingga tepat dimuka lingkaran hymen.
27. Tusukkan jarum dari depan lingkaran hymen ke
mukosa vagina di belakang hymen. Buat simpul
mati di belakang lingkaran hymen dan potong
benang hingga tersisa ± 1 cm.
28. Bila menggunakan tampon / kasa di dalam vagina,
keluarkan tampon / kasa. Masukkan jari telunjuk ke
dalam rectum dan rabalah dinding atas rectum. (bila
teraba jahitan, ganti sarung tangan dan lakukan
penjahitan ulang)
29. Nasihati ibu agar :
Membasuhi perineum dengan sabun dan
cair, terutama setelah buang air besar (arah
basuhan dari bagian depan ke belakang)
Kembali untuk kunjungan tidak lanjut
setelah 1 minggu untuk pemeriksaan
jahitan dan rectum. (segera rujuk jika terjadi
fistula
C. TEKNIK
1. Teruji melakukan secara sistematis
2. Teruji melaksanakan teknik aseptik antiseptik
3. Menjaga privacy klien
4. Teruji melaksanakan komunikasi selama tindakan
5. Teruji mendokumentasikan hasil tindakan dengan
lengkap, tanggal, jam, nama dan tanda tangan
25
Damayanti, Ika Putri, dkk. 2014. Buku Ajar Asuhan
DOKUMEN
Kebidanan Komprehensif pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru
TERKAIT
Lahir. Yogyakarta : Deepublish.
26
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
PERSALINAN KALA IV
A. SIKAP
PROSEDUR 1. Ucapkan salam.
PELAKSANAAN 2. Jelaskan tujuan pemeriksaan.
3. Siapkan informed consent tindakan yang akan
27
dilakukan untuk ditanda tangani oleh klien atau
keluarga klien.
B. ISI
IX. MENILAI PERDARAHAN
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu
maupun bayi dan pastikan selaput ketuban
lengkap dan utuh. Masukkan plasenta ke dalam
katung plastik atau tempat khusus
41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan
perinium. Lakukan penjahitan bila ada laserasi
menyebabkan perdarahan
X. MELAKUKAN PROSEDUR PASCA
PERSALINAN
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan
terjadi perdarahan pervaginam
43. Lakukan inisiasi menyusui dini dan biarkan bayi
tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu
paling sedikit 1 jam (setelah bayi berhasil
menyusu dalam waktu 1 jam beri vitamin K1 1
mg intramuskuler di paha kiri dan salep mata
antibiotik)
44. Lakukan pemeriksaan fisik
45. Setelah satu jam pemberian vit K1 beri imunisasi
hepatitis B di paha kanan
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah
perdarahan pervaginam
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase
uterus dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih
28
setiap 15 menit selama 1 jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit selama 1
jam kedua pasca persalinan
50. Pantau tanda-tanda bahaya pada bayi setiap 15
menit. Pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik
(40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal
(36,5-37,5 C)
51. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam
larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10
menit). Cuci bilas peralatan setelah
dekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke
tempat sampah yang sesuai
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT
bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah.
Bantu ibu untuk memakai pakain yang bersih
dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu untuk
memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk
memberikan makan dan minuman yang
diinginkan ibu
55. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan
klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan
klorin 0,5% balikkan dalam ke luar dan rendam
dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air
mengalir
58. Lengkapi partograf, periksa tanda tanda vital dan
asuhan kala IV
29
C. TEKNIK
1. Teruji melakukan secara sistematis
2. Teruji melaksanakan teknik aseptik antiseptik
3. Teruji mendokumentasikan hasil tindakan dengan
lengkap, tanggal, jam, nama dan tanda tangan
Buku Asuhan Persalinan Normal tahun 2008
DOKUMEN
TERKAIT
30
SKILL LABORATORIUM
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
1. Memosisikan klien.
2. Memperkenalkan diri kepada klien.
3. Melakukan anamnesa pada klien.
4. Menjelaskan prosedur dan tujuan
tindakan yang akan dilaksanakan.
5. Melakukan inform concent
31
jahi, cromic catgut atau catgut
no. 2/0 atau 3/0, pinset
Buka alat suntik 10 ml sekali
pakai, masukkan kedalam wadah
set partus
Patahkan tabung lidocain
Perkirakan volume lidocain yang
akan digunakan sesuaikan
dengan besar / dalamnya
robekan. Bila tidak tersedia
larutan jadi lidocain 1% dapat
digunakan lidocain 2 % yang
diencerkan 1:1 dengan
menggunakan aquades steril.
3. Posisikan bokong ibu pada sudut ujung
tempat tidur, dengan posisi litotomi.
4. Pasang kain bersih dibawah bokong ibu.
5. Atur lampu sorot kearah vulva /perineum
ibu
6. Pakai sarung tangan.
7. Isi tabung suntik 10 ml dengan larutan
lidocain 1 % tnp epinefrin.
8. Lengkapi pemakaian sarung tangan pada
kedua tangan.
9. Gunakan kasa bersih untuk
membersihkan ke arah luka dari darh
atau bekuan darah, dan nilai kembali luas
dan dalamnya robekan pada daerah
perineum.
10. Beritahu ibu akan di suntik dan mungkin
32
timnul rasa kurang nyaman
11. Tusukkan jarum suntik pada ujung luka /
robekan perineum, masukkan jarum secara
subcutan di sepanjang tepi luka
12. Aspirasi untuk memastikan tidak ada
darah terisap. Bila ada darah, tarik jarum
sedikit dan kembali masukkan. Ulangi
lagi aspirasi. (cairan lidocain yang
masuk ke dalam pembuluh darah dapat
menyebabkan denyut jantung tidak
teratur).
13. Suntikan cairan lidocain 1 % sambil
menarik jarum suntik pada tepi luka
daerah perineum
14. Tanpa menarik jarum suntik keluar dari
luka, arahkan jarum suntik sepanjang
luka pada mukosa vagina, lakukan
aspirasi, suntikan cairan lidocain 1 %
sambil menarik jarum suntik. (bila
robekan besar dan dalam, anastesi
daerah bagian dalam robekan alur
suntikan anastesi akan berbentuk seperti
kipas : tepi perineum, dalam luka, tepi
mukosa vagina)
15. Lakukan langkah n0. 11 s.d14 untuk tepi
robekan kedua.
16. Tunggu 1-2 menit sebelum melakukan
penjahitan unntuk mendapatkan hasil
optimal dari anestesi
17. Lakukan inspeksi vagina dan perineum
untuk melihat robekan
33
18. Jika perdarahan yang terlihat menutupi
luka episotomy, pasang tampon atau
kassa ke dalam vagina. (sebaiknya
menggunakan tampon berekor benang).
19. Tempatkan jarum jahit pada pemegang
jarum, kemudian kunci pemegang jarum.
20. Pasang benang jahit (cromic 2/0) pada
mata jarum.
21. Lihat dengan jelas batas luka episiotomy.
22. Lakukan penjahitan pertama 1 cm diatas
puncak luka robekan di dalam vagina, ikat
jahitan pertama dengan simpul mati.
Potong ujung benang yang bebas (ujung
benang tanpa jarum) hingga tersisa ± 1
cm.
23. Jahit mukosa vagina dengan menggunakan
jahitan jelujur hingga tepat di belakang
lingkaran hymen.
24. Tusukkan jarum pada mukosa vagina
dari belakang lingkaran hymen hingga
menembus luka robekan bagian
perineum. Bila robekan yang terjadi
sangat dalam.
25. Teruskan jahitan jelujur pada luka robekan
perineum sampai ke bagian bawah luka
robekan.(bila menggunakan benang plain
catgut, buat simpul mati pada jahitan
jelujur paling bawah)
26. Jahit jaringan subkutis kanan-kiri
kearah atas hingga tepat dimuka
lingkaran hymen.
34
27. Tusukkan jarum dari depan lingkaran
hymen ke mukosa vagina di belakang
hymen. Buat simpul mati di belakang
lingkaran hymen dan potong benang
hingga tersisa ± 1 cm.
28. Bila menggunakan tampon / kasa di dalam
vagina, keluarkan tampon / kasa.
Masukkan jari telunjuk ke dalam rectum
dan rabalah dinding atas rectum. (bila
teraba jahitan, ganti sarung tangan dan
lakukan penjahitan ulang)
29. Nasihati ibu agar :
Membasuhi perineum dengan
sabun dan cair, terutama
setelah buang air besar (arah
basuhan dari bagian depan ke
belakang)
Kembali untuk kunjungan tidak
lanjut setelah 1 minggu untuk
pemeriksaan jahitan dan rectum.
(segera rujuk jika terjadi fistula).
C FASE TERMINASI 10%
35
tanda tangan
36
SKILL LABORATORIUM
NILAI
NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT
YA TIDAK
1. Ucapkan salam.
2. Jelaskan tujuan pemeriksaan.
3. Siapkan informed consent tindakan yang
akan dilakukan untuk ditanda tangani oleh
klien atau keluarga klien.
37
penjahitan bila ada laserasi
menyebabkan perdarahan
X. MELAKUKAN PROSEDUR
PASCA PERSALINAN
42. Pastikan uterus berkontraksi dengan
baik dan terjadi perdarahan
pervaginam
43. Lakukan inisiasi menyusui dini dan
biarkan bayi tetap melakukan kontak
kulit ke kulit di dada ibu paling
sedikit 1 jam (setelah bayi berhasil
menyusu dalam waktu 1 jam beri
vitamin K1 1 mg intramuskuler di
paha kiri dan salep mata antibiotik)
44. Lakukan pemeriksaan fisik
45. Setelah satu jam pemberian vit K1
beri imunisasi hepatitis B di paha
kanan
46. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan
mencegah perdarahan pervaginam
47. Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan
masase uterus dan menilai kontraksi
48. Evaluasi dan estimasi jumlah
kehilangan darah
49. Memeriksa nadi ibu dan keadaan
kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama
pascapersalinan dan setiap 30 menit
selama 1 jam kedua pasca persalinan
50. Pantau tanda-tanda bahaya pada bayi
setiap 15 menit. Pastikan bahwa bayi
38
bernafas dengan baik (40-60
kali/menit) serta suhu tubuh normal
(36,5-37,5 C)
51. Tempatkan semua peralatan bekas
pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit).
Cuci bilas peralatan setelah
dekontaminasi
52. Buang bahan-bahan yang
terkontaminasi ke tempat sampah
yang sesuai
53. Bersihkan ibu dengan menggunakan
air DTT bersihkan sisa cairan
ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu
untuk memakai pakain yang bersih
dan kering
54. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu
ibu untuk memberikan ASI.
Anjurkan keluarga untuk
memberikan makan dan minuman
yang diinginkan ibu
55. Dekontaminasi tempat bersalin
dengan larutan klorin 0,5%
56. Celupkan sarung tangan kotor ke
dalam larutan klorin 0,5% balikkan
dalam ke luar dan rendam dalam
larutan klorin 0,5% selama 10 menit
57. Cuci kedua tangan dengan sabun dan
air mengalir
58. Lengkapi partograf, periksa tanda
tanda vital dan asuhan kala IV
39
C FASE TERMINASI 10%
40
TES FORMATIF
1. Seorang ibu, usia 23 tahun, melahirkan 2 jam yang lalu di klinik bidan,
mengeluh merasa ada pengeluaran darah dari kemaluan, lemah dan
pandangan berkunang-kunang. Hasil pemeriksaan menunjukkan wajah pucat,
TD 90/60 mmhg, HR 76 x/I, TFU 1 jari di bawah pusat uterus teraba lembek
dan volume perdarahan lebih kurang 200cc.
Apakah diagnosis pada kasus tersebut?
A. Atonia uteri
B. Rupture uteri
C. Inversion uteri
D. Retensio plasenta
E. Kelainan pembekuan darah
2. Seorang perempuan usia 25 tahun hamil anak pertama kiriman BPS dengan
KU lemah. Dari hasil anamnesa ibu mengatakan melahirkan 3 jam yang lalu
dengan BBL 3000 gram, ibu mengeluh perutnya terasa mules dan nyeri pada
jalan lahir. TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi kuat, pada inspeculo dan
rectal terlihat ada luka pada perineum sampai sfingter ani.
Apakah yang paling tepat diagnosis oleh bidan?
A. Ruptur uteri derajat I
B. Ruptur perineum derajat II
C. Ruptur perineum derajat III
D. Ruptur perineum derajat IV
E. Ruptur uteri derajat II
3. Seorang perempuan baru melahirkan anak pertama 1 jam yang lalu di bidan
praktek mandiri, bayi lahir spontan , BB 2500 gr, PB 49 cm dan jenis kelamin
laki – laki. Berdasarkan hasil pengkajian di temukan KU ibu baik , TD
120/70 mmHg , nadi 82x/mnt, kontraksi uterus baik, TFU 2 jari di bawah
41
pusat, plasenta lahir spontan lengkap, ibu mengeluh perutnya mules dan
masih mengeluarkan darah, sehingga ia merasa cemas dengan keadaanya.
Apakah asuhan yang tepat untuk kasus di atas?
A. Melakukan mesase uterus
B. Mengukur nadi dan respirasi
C. Memberikan penkes perubahan fisiologi pada kala IV
D. Mengukur tekanan darah
E. Mengosongkan kandung kemih
4. Seorang perempuan baru melahirkan anak pertama 1 jam yang lalu bayi lahir
spontan di Bidan Praktik Mandiri mengeluhperutnya mules dan masih
mengeluakan darah sehingga ia merasa dems dengan keadaannya.
Berdasarkan hasil pengkajian di temukan KU baik, TD 110/70 mmHg, nadi
76 kali /mnt, kontraksi uterus baik TFU 2 Jari dibawah pusat, plasenta lahir
spontan lengkap
Apakah masalah yang ditemukan pada kasus diatas?
A. Perut mules
B. TFU 2 jari dibawah pusat
C.Plasenta lahir spontan
D. Ibu merasa cemas
E. Adanya pengeluaran pervaginaan
5. Seorang perempuan baru saja melahirkan anak pertamnya di bidan praktik
mandiri bayi lahir spontan 1menit kemudian dilakukan penyuntikan oksitosin
10 IU . sudah dilakukan IMD untuk mencegah hipotermi
Apakah tindakan selanjutnya pada kasus diatas
A. Masase uterus
B. Mengikat tali pusat
C. Memeriksa perdarahan
D. Melahirkan plasenta
E. Melakukan PTT
6. Seorang perempuan usia 30 tahun melahirkan anak ke 4 di puskesmas bayi
lahir menangis kuat, tali pusat di potong dan bayi diletakan di dada ibu kepala
42
bayi di tutupi dan di selimuti
Apakah konseling yang diberikan pada kasus tersebut?
A. ASI eksklusif
B. Inisiasi menyusui dini
C. Perawatan bayi baru lahir
D. Perawatan perineum
E. Manajemen aktif kala III
43
DAFTAR PUSTAKA
3. Kemenkes. (2015). Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kemenkes RI.
7. Widiastini, L. (2018). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dan Bayi Baru
Lahir. Bogor: IN MEDIA.
44
LAMPIRAN I
45
STUDI KASUS
Kala III, Tanggal, pukul : 05 Oktober 2017 02:49 WIB
1. SUBJEKTIF
a. Ibu mengatakan perutnya terasa mules.
2. OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
b. Bayi lahir pukul 02:41 WIB
c. Status Obstetri :
Perut
1) TFU: Setinggi pusat.
2) Kontraksi: Keras
Genitalia : Tali pusat memanjang di depan vulva, ada semburan darah,
uterus membulat.
PPV : Darah segar ±50cc.
3. ANALISA
a. Diagnosis Kebidanan : Inpartu kala III.
b. Masalah : Tidak ada.
c. Diagnosis Potensial : Tidak ada.
d. Kebutuhan Tindakan Segera: Tidak ada.
4. PENATALAKSANAAN
1. Melakukan Manajeman Aktif Kala III
a. Memindahkan klem 5-10 cm di depan vulva
b. Meletakkan tangan kiri pada perut bawah ibu untuk mendeteksi
kontraksi.
c. Tangan kanan menegangkan tali pusat sejajar dengan lantai dengan
cara memegang klem di antara jari telunjuk dan jari tengah dengan
posisi tangan menggenggam & telapak tangan menghadap ke atas.
d. Cek tanda pelepasan plasenta: adanya semburan darah , tali pusat
semakin memajang, uterus membulat.
46
e. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat ke arah bawah
sambil tangan kiri mendorong uterus ke arah belakang atas
(dorsokranial).
Evaluasi :
a. Klem telah dipindahkan 5 cm di depan vulva
b. Tangan kiri sudah berada di perut bawah ibu dan kontraksi uterus
keras
c. Tangan kanan sudah menegangkan tali pusat sejajar dengan lantai
d. Setelah tali pusat ditegangkan muncul tanda-tanda pelepasan
plasenta yaitu tali pusat betambah panjang, ada semburan darah dari
jalan lahir, uterus membulat.
e. Tali pusat sudah ditegangkan sambil melakukan dorsokranial.
2. Melahirkan plasenta saat muncul di intoitus vagina, menangkap
plasenta dengan kedua tangan dan memutar searah jarum jam hingga
plasenta lahir lengkap.
Evaluasi : Plasenta lahir spontan.
3. Melakukan masase fundus uterus segera setelah plasenta dan selaput
ketuban lahir agar rahim kontraksi dan mengurangi perdarahan.
Meletakkan telapak tangan di fundus gerakkan melingkar dengan
lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba keras).
Evaluasi : Sudah dilakukan masase fundus uterus :
Kontraksi: keras
TFU: 2 jari di bawah pusat.
4. Mengecek kelengkapan plasenta pada kedua sisi plasenta (maternal-
fetal).
Evaluasi : Plasenta lahir lengkap, kotiledon berjumlah ±20, diameter
±20 cm, berat ±500 gram, insersi centralis, panjang tali pusat ±50 cm.
5. Mengecek laserasi pada vagina dan perineum.
Evaluasi : Terdapat laserasi dari jalan lahir yaitu derajat 1 yang
meliputi; mukosa vagina, dan kulit perineum.
47
Kala IV, Tanggal, pukul : 05 Oktober 2017 02:49 WIB
1. SUBJEKTIF
a. Ibu mengatakan bahwa perutnya masih terasa mules.
b. Ibu mengatakan nyeri pada daerah jalan lahir saat bergerak.
c. Ibu mengatakan belum ingin BAK.
2. OBJEKTIF
a. Pemeriksaan Umum
KU : Baik
Kesadaran : Composmentis
Bayi masih dalam proses IMD di dada ibu dan sudah menemukan
puting.
b. Status Obstetri :
1) Perut
TFU: 2 jari di bawah pusat.
Kontraksi: Keras.
2) Genitalia : terdapat luka jahitan.
PPV : Darah segar ±20cc.
3. ANALISA
a. Diagnosis Kebidanan : P2A0 umur 26 tahun inpartu kala IV.
b. Masalah: Tidak ada
c. Diagnosis potensial : Tidak ada
d. Kebutuhan Tindakan Segera : tidak ada
4. PENATALAKSANAAN
1. Memberitahu ibu bahwa proses IMD sudah selesai selanjutnya
akan dilakukan penimbangan dan pengukuran.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia bayinya di di timbang dan di
ukur.
2. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian
keringkan tangan dengan handuk yang bersih dan kering.
Evaluasi : Telah dilakukan cuci tangan.
48
3. Memakai sarung tangan DTT untuk melakukan pemeriksaan
antropometri dan pemeriksaan fisik pada bayi.
Evaluasi : Sudah menggunakan sarung tangan DTT.
4. Mengambil bayi dari dada ibu dan diletakkan di meja pemeriksaan.
Evaluasi : Bayi sudah berada di meja pemeriksaan.
5. Melakukan melakukan pemeriksaan antropometri pada bayi.
Evaluasi : Hasil pemeriksaan antropometri:
By. Ny.S lahir pukul 02:41 WIB
a. Jenis kelamin: perempuan
b. BB : 3100 gram
c. PB : 51 cm
d. LK : 33 cm
e. LD : 32 cm
f. LiLA : 11 cm
6. Memberikan salep mata profilaksis infeksi pada kedua mata dan
vitamin K1 di paha kiri sebelah luar secara IM.
Evaluasi : Bayi sudah di berikan salep mata dan vitamin K1.
7. Melakukan rawat gabung dengan memberikan bayi kepada ibu
setelah dilakukan pemeriksaan antropometri.
Evaluasi : Bayi sudah diberikan kepada ibu dalam keadaan sudah
di bedong.
8. Mengevaluasi kala IV pada 1 jam kedua setiap 30 menit
Evaluasi :
a. TD : 120/80 mmHg
b. Nadi : 84x/menit
c. Suhu : 36,60C
d. TFU: 2 jari dibawah pusat
e. Kontraksi uterus: keras
f. Kandung kemih: kosong
g. PPV : ±10 cc.
9. Melanjutkan evaluasi kala IV pada 30 menit ke-2
49
Evaluasi :
a. TD : 120/80 mmHg
b. Nadi : 80x/menit
c. TFU: 2 jari dibawah pusat
d. Kontraksi uterus: keras
e. Kandung kemih: kosong
f. PPV : ±10 cc
10. Melengkapi partograf termasuk asuhan kala IV persalinan.
Evaluasi : Partograf sudah di lengapi.
ES FORMATI
50
LAMPIRAN II
51
Studi Literature
FISIOLOGI KALA IV
Tri Buana Desembriani
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Karya Husada Semarang
ABSTRAK
Pendahuluan : Kala IV merupakan proses observasi sejak lahirnya
plasenta sampai 2 jam postpartum. Dua jam pertama setelah persalinan
merupakan saat yang paling kritis bagi ibu dan bayinya. Berbagai
komplikasi dapat dialami oleh ibu pada masa ini dan bila ibu tidak
tertangani dengan baik akan memberikan kontribusi yang cukup besar
terhadap tingginya Angka Kematian Ibu (AKI). Asuhan kebidanan ini
bertujuan agar ibu dapat melewati masa kritisnya yaitu masa 2 jam
pertama pasca melahirkan. Metode : Artikel ilmiah ini merupakan studi
literatur ( literature review), menggunakan jurnal penelitian yang berkaitan
dengan fisiologis kala IV. Diskusi : terdapat beberapa fisologi kala IV,
artikel ilmiah ini akan membahas tentang: pengawasan kondisi ibu dimulai
dari 2 jam pertama setelah bayi dan plasenta lahir.
Kata Kunci : Persalinan kala IV, fisiologi kala IV
PENDAHULUAN
Proses persalinan terjadi melalui empat tahap persalinan, yaitu kala I, kala
II, kala III dan kala IV. Kala I merupakan tahap yang berlangsung sejak
terjadinya kontraksi uterus yang teratur sampai dilatasi serviks lengkap. Kala II
berlangsung sejak dilatasi serviks lengkap sampai janin lahir. Kala III
berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir. Kala IV berlangsung kira-kira
dua jam setelah plasenta lahir. (1)
Persalinan kala IV merupakan masa-masa kritis bagi ibu, karena
kebanyakan wanita melahirkan kehabisan darah atau mengalami suatu keadaan
yang menyebabkan kematian pada kala IV ini. Bidan harus terus memantau
keadaan ibu sampai masa kritis ibu telah terlewati. Perubahan maternal terjadi
pada saat stress fisik dan emosional akibat persalinan dan kelahiran, mereda dan
ibu memasuki penyembuhan pascapartum dan bonding (ikatan). Banyak
52
perubahan fisiologi yang terjadi selama persalinan dan pasca bersalin kembali ke
level pra-persalinan dan menjadi stabil selama 1 jam pertama pascapartus dan
pada masa ini ibu mengalami perubahan fisik yang luar biasa, dimana ibu baru
saja melahirkan. Asuhan kebidanan pada persalinan kala IV adalah memantau
tanda-tanda vital, tinggi fundus uteri, kontraksi uterus, memastikan kandung
kemih dalam keadaan kosong dan memantau perdarahan pervaginam. (1)
Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2015,
angka kematian ibu di Indonesia masih tinggi sebesar 309 per 100.000 kelahiran
hidup. Angka ini turun jika di bandingkan pada tahun 2012 yang hanya 359
per 100.000 kelahiran hidup. Target global SDGs (Sustainable Development
Goals) tahun 2030 adalah menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) menjadi 70
per 100.000 kelahiran hidup. (2)
Menurut Kementrian Kesehatan tahun 2010, tiga faktor utama penyebab
kematian ibu melahirkan adalah Pendarahan (28%), Eklampsia (24%), dan
Infeksi (11%). Pada tahun 2013 penyebab kematian ibu di Indonesia akibat
pendarahan sebanyak (30,3%). (2)
METODE
Studi ini merupakan suatu tinjauan literatur (Literature Review) yang mencoba
menggali fisiologi kala IV persalinan. Sumber untuk melakukan tinjauan literatur
ini meliputi studi pencarian sistematis database terkomputerisasi (PubMed,
Hindawi Publishing Corporation, Google Cendekia) bentuk jurnal penelitian dan
artikel review sebanyak 7 jurnal. Penulisan artikel ilmiah ini menggunakan
penulisan daftar pustaka vancouver.
DISKUSI
Pada persalinan kala IV setelah bayi dan plasenta lahir terjadi perubahan fisiologis
pada ibu dan dilakukan pemantauan selama 2 jam pertama postpartum. Partus
kala IV dilakukan observasi pada tanda-tanda vital, kontraksi uterus dan
perdarahan dan kandung kemih. (4)
a. Tanda-tanda vital
Tekanan darah yang normal adalah <140/90 mmHg. Sebagian wanita
mempunyai tekanan darah <90/60 mmHg. Jika denyut nadinya adalah normal,
maka tekanan darah yang rendah seperti ini tidak akan menjadi masalah. Akan
tetapi, jika tekanan darah adalah <90/60 mmHg dan nadinya adalah >100 x/menit,
53
maka ini mengindikasikan adanya suatu masalah. Hal ini dapat menyebabkan ibu
mengalami demam atau terlalu banyak mengeluarkan darah. (5)
Suhu tubuh normal adalah 36,5°C – 37,5°C. Jika suhunya >38°C, hal ini
dapat menyebabkan dehidrasi (oleh karena persalinan yang lama dan tidak cukup
minum) atau oleh infeksi. (6)
b. Tonus uterus dan tinggi fundus uteri
Palpasilah uterus untuk menentukan tonusnya serta lokasinya dalam
hubungannya dengan umbilicus. Uterus akan terasa lembek jika tidak berkontraksi
dengan baik. Masase-lah uterus tersebut setiap 15 menit selama satu jam kedepan.
Tinggi fundus yang normal segera setelah persalinan adalah kira-kira setinggi
umbilicus. Jika ibu tersebut sudah berkali-kali melahirkan anak, atau jika anaknya
adalah kembar atau bayi yang besar, maka tinggi fundus yang normal adalah di
atas umbilicus. Periode involusi uterus yang paling intensif adalah bulan pertama
setelah melahirkan. Kecenderungan involusi pada wanita primipara dan multipara
serupa; Namun, pada wanita multipara, itu berlangsung lebih lama dari 6-8
minggu. (4)
Jika menemukan tinggi fundus yang naik, dilakukan pemeriksaan pada
kontraksi dan kantung kemihnya. Jika uterus lembek dan ada gumpalan darah,
masase uterus dan berikan oksitosin atau methergin.Involusi uterus dimulai segera
setelah melahirkan plasenta. Periode nifas normal, involusi uterus didefinisikan
oleh indeks perubahan ukuran uterus, sisipan rongga rahim, dan aliran arteri
uterus. (3)
c. Perdarahan
Perdarahan yang normal setelah kelahiran mungkin hanya akan sebanyak satu
pembalut wanita perjam selama enam jam pertama atau seperti darah haid yang
banyak. Jika perdarahan lebih banyak dari ini atau ≥ 500 ml harus diwaspadai
akan terjadinya perdarahan postpartun, maka ibu tersebut hendaknya diperiksa
lebih sering dan penyebab-penyebab dari perdarahan seperti laserasi pada vagina
atau servik, uterus berkontraksi dan kandung kemih. (3)
d. Kandung kemih
Jika kandung kencing ibu penuh dengan air seni, maka uterus tidak dapat
berkontraksi dengan baik. Jika uterus naik di dalam abdomen, dan tergeser
kesamping, hal ini biasanya merupakan pertanda bahwa kandung kencingnya
penuh. Bantulah ibu tersebut bangun dan coba apakah dia dapat buang air kecil.
Jika ia tidak bisa buang air kecil, bantulah ibu agar merasa rileks dengan
meletakkan jari-jarinya di dalam air hangat, mengucurkan air keatas perineumnya,
dengan menjaga privasinya. Jika ia tetap tidak dapat kencing, lakuakan
kateterisasi. Setelah kandung kencingnya kosong, maka uterusnya akan dapat
berkontraksi dengan baik.
Kandung kemih dalam puerperium akan berkurang sensitifitasnya dan
kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kemih penuh atau sesudah
kencing masih tertinggal urine residual (normal + 15 cc). Sisa urine dan
trauma pada kandung kemih waktu persalinan memudahkan terjadinya
infeksi. (7)
SIMPULAN
Persalinan kala IV merupakan masa-masa kritis bagi ibu, karena kebanyakan
54
wanita melahirkan kehabisan darah atau mengalami suatu keadaan yang
menyebabkan kematian pada kala IV ini. Bidan harus terus memantau keadaan
ibu sampai masa kritis ibu telah terlewati. Dan melakukan pemeriksaan pada
tanda-tanda vital, kontraksi uterus, perdarahan dan kandung kemih.
DAFTAR PUSTAKA
1. Chalid, M. T. (2016). Upaya menurunkan angka kematian ibu: peran
petugas kesehatan.
55
Studi Literature
EVALUASI UTERUS
Tri Buana Desembriani
Mahasiswa Sarjana Kebidanan STIKES Karya Husada Semarang
ABSTRAK
Pendahuluan : Kala IV persalinan adalah kala pengawasan selama 2 jam
setelah bayi lahir, untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya
perdarahan postpartum. Kala IV terjadi sejak plasenta lahir 1-2 jam
sesudahnya hal yang perlu diperhatikan adalah kontraksi uterus sampai uterus
kembali ke bentuk normal. Hal tersebut bisa dilakukan rangsangan taktil
(massase) untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan kuat. Metode : Artikel
ilmiah ini merupakan studi literatur ( literature review), menggunakan jurnal
penelitian yang berkaitan dengan evaluasi uterus. Diskusi : Ada beberapa cara
untuk merangsang kontraksi uterus beberapa diantaranya yaitu dengan inisiasi
menyusi dini dan pijat oksitosin.
Kata Kunci : evaluasi uterus kala IV persalinan, involusi uterus, inisiasi
menyusui dini
PENDAHULUAN
Berdasarkan Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI
di Indonesia mengalami kenaikan sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup,
dibandingkan rata-rata kematian ibu berdasarkan SDKI 2007 yang berjumlah
228 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab langsung 50% kematian
ibu pada masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama yang sebagian besar
disebabkan karena perdarahan postpartum.6
Kala IV persalinan adalah kala pengawasan selama 2 jam setelah bayi lahir,
untuk mengamati keadaan ibu terutama terhadap bahaya perdarahan postpartum.
Pendarahan postpartum adalah kehilangan darah antara 500 ml atau lebih selama
bersalin ataupun masa nifas. Pendarahan post partum pada 24 jam pertama
menyebabkan kematian sebesar 45%, 68%-73% dalam satu minggu setelah
bayi lahir, dan 82%-88% dalam dua minggu setelah bayi lahir . Penyebab
pendarahan postpartum yaitu 4T (Tonus, Tissu, Trauma, dan Trombin). Penyebab
lain pendarahan post partum antara lain oleh plasenta previa, retensio
56
plasenta, atonia uteri, inversio uteri, ruptur uteri, kehamilan ektopik, abortus,
dan laserasi jalan lahir.4
Kala IV terjadi sejak plasenta lahir 1-2 jam sesudahnya hal yang perlu
diperhatikan adalah kontraksi uterus dimana uterus mengalami involusi dan
kembali ke keadaan semula dan endometrium kembali ke ketebalan normalnya.
Ada banyak cara untuk merangsang kontraksi uterus yaitu bisa dengan dilakukan
rangsangan taktil (massase) untuk merangsang uterus berkontraksi baik dan
kuat.1 Inisiasi menyusui dini juga bermanfaat dalam pengeluaran hormon
oksitosin yang dapat membantu merangsang kontraksi uterus sehingga dapat
mengembalikan uterus seperti semula.4 Selain itu pijat oksitosin juga
bermanfaat dalam involusi uterus karena merangsang pengeluaran oksitosin.2
Terapi konservatif tambahan termasuk pijatan uterus, pengepakan mulut,
tamponade balon uterus (balon Bakri), dan perbaikan laserasi saluran genital
bawah. Balon tampo-nade telah menunjukkan tingkat keberhasilan klinis mulai
dari 75 hingga 86% dalam penanganan perdarahan postpartum.3
METODE
Studi ini merupakan suatu tinjauan literatur (Literature Review) yang mencoba
menggali evaluasi uterus kala IV. Sumber untuk melakukan tinjauan literatur ini
meliputi studi pencarian sistematis database terkomputerisasi (PubMed, Hindawi
Publishing Corporation, Google Cendekia) bentuk jurnal penelitian dan artikel
review sebanyak 7 jurnal. Penulisan artikel ilmiah ini menggunakan penulisan
daftar pustaka vancouver.
DISKUSI
Hasil penelitian menunjukkan persalinan Kala IV pada Ibu Bersalin yang
melakukan IMD. TFU dari ibu bersalin yang di lakukan IMD seluruhnya
normal, serta tidak ada satu pun TFU ibu yang tidak normal. Manfaat IMD
bagi ibu yaitu mengeluarkan hormon oksitiosin yang dapat membantu
merangsang kontraksi uterus sehingga dapat mengembalikan uterus seperti
semula. Berdasarkan teori dan fakta kenyataan maka dapat di lihat bahwa
jika ibu bersalin yang melakukan IMD dapat mempengaruhi TFU menjadi
normal karena manfaat IMD bagi ibu salah satunya adalah mengeluarkan
hormon oksitosin yang dapat mempercepat proses involusi uterus. Proses
involusi uterus merupakan pengelupasan situs plasenta sebagaimana
diperlihatkan oleh warna dan lokia serta ukuran uterus yang semakin hari
57
semakin mengecil sehingga menjadi (normal). Proses involusi tersebut dapat
berjalan dengan baik dan dapat dipercepat prosesnya bila ibu menyusui
bayinya. Maka dapat disimpulkan bahwa IMD sangat berhubungan dan memberi
manfaat bagi kala IV ibu bersalin.
Hasil penelitian persalinan Kala IV pada Ibu Bersalin yang melakukan IMD
menunjukkan menyusui merupakan metode efektif untuk meningkatkan tonus
uteri selain itu dapat di lakukan dengan cara mempertahankan masase pada
uterus sehingga dapat mengurangi pendarahan. Berdasarkan teori dan fakta
kenyataan maka dapat dilihat bahwa jika ibu bersalin yang melakukan IMD
dapat mempengaruhi kontraksi uterus jika kontraksi uterus tidak baik maka
uterus terasa lembek, lakukan masase uterus dan seluruhnya ibu bersalin yang
melakukan IMD yaitu sebagian kecil saja yang kontraksi uterusnya lembek
hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu tentang massase uterus jika
uterus ibu lembek. Dan setelah di lakukan masase uterus oleh petugas maka uterus
ibu dapat berkontraksi dengan baik (keras). Maka dapat di simpulkan bahwa IMD
sangat berhubungan dan memberi manfaat bagi kala IV ibu bersalin.
Hasil penelitian menyatakan oksitosin mempunyai peranan penting dalam
merangsang kontraksi otot polos uterus. Hormon oksitosin dapat dihasilkan
melalui rangsangan pemijatan oksitosin. Adanya hubungan pemijatan otot
tulang belakang dengan peningkatan kadar oksitosin dan menurunkan kadar
adrenocorticotropin hormone (ACTH), nitric oxide (NO) dan beta -endorphin
(BE).6
Kadar oksitosin akan meningkat jika ibu dalam keadaan rileks, dengan
pemijatan, kondisi rileks akan tercipta, sehingga produksi oksitosin dapat
meningkat dan dapat memaksimalkan kontraksi uterus yang dapat membantu
proses involusi uterus. Hasil penelitian melakukan pemijatan pada otot tulang
belakang yang bertujuan agar ibu merasa rileks dan nyaman sehingga akan
mempengaruhi peningkatan kadar hormon oksitosin sehingga kontraksi uterus
menjadi baik dan membantu proses involusi uterus pada masa postpartum. 6
Berdasarkan hasil penelitian pada ibu yang tidak dilakukan pijat oksitosin
memiliki proses involusi yang lambat dibandingkan dengan yang dipijat
oksitosin karena oksitosin yang disuntikkan pada ibu pada saat kala III
mempunyai lama kerja 2-3 jam setelah disuntikkan sehingga setelah 3 jam
apabila ibu tidak diberi rangsangan oksitosin maka kontraksi uterus akan
menurun sehingga involusi uterus lebih lambat dibandingkan dengan ibu yang
58
diberikan pijat oksitosin. 7
Berdasarkan teori dan hasil penelitian ada pengaruh pijat oksitosin terhadap
involusi uterus, karena dengan melakukan pijat oksitosin dapat merangsang
hormon oksitosin yang menimbulkan kontraksi uterus sehingga involusi uterus
dapat berjalan dengan lebih baik. Keberhasilan pelaksanaan pijat oksitosin
didukung oleh kondisi ibu yang baik, kesadaran dan motivasi yang tinggi dari
responden untuk melakukan pemijatan oksitosin. Peran serta tenaga kesehatan
juga dibutuhan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu post partum
terutama tentang involusi uterus dan pijat oksitosin. 7
SIMPULAN
Pada kala IV persalinan dilakukan pengawasan pada keadaan ibu khususnya pada
kontraksi uterus, jika uterus tidak berkontraksi dengan baik akan terjadi
perdarahan. Perlu pengawasan yang khusus salah satunya pada penurunan TFU
(tinggi fundus uteri). Kontraksi uterus yang baik ditandai dengan involusi uterus
yang baik. Ada beberapa cara untuk merangsang kontraksi uterus yaitu dengan
inisisasi menyusui dini dan pijat oksitosin.
DAFTAR PUSTAKA
1. DeWinter, J. (2017). The value of postpartum ultrasound for the diagnosis
of retained products of conception: A systematic review.
59
6. Rullyni, N. T. (2016). PENGARUH PIJAT OKSITOSIN TERHADAP
PENURUNAN TINGGI FUNDUS UTERI PADA IBU POSTPARTUM
NORMAL. Jurnal Riset Kesehatan.
60