DI
S
U
S
U
N
Oleh
Kelompok II
Widia Astuti ( 17 0302 0070)
Yanti Abbas (17 0302 00)
Abd Wahab M (17 0302 00)
Zahrum N (17 0302 00)
DOSEN PENGAMPU :
Sari Ratna Dewi, S.H., M.H
PRODI HUKUM TATA NEGARA FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PALOPO
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah yang dengan nikmatNya segala bentuk kebaikan menjadi
sempurna. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada utusan-Nya Baginda Nabi
Muhammad SAW, keluarga, para sahabat dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang
Perlawanan Terhadap Putusan Hakim Eksekusi dengan baik meskipun banyak kekurangan
didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan kita mengenai materi tentang Perlawanan Terhadap Putusan Hakim
Eksekusi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang kami buat di masa yang akan datang, mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .........................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................................
1.3 Tujuan Masalah ...........................................................................................................
BAB II PEMABAHASAN
A. Upaya Hukum ..............................................................................................................
2.1 Pengertian Upaya Hukum.......................................................................................
2.2 Macam-macam Upaya Hukum ...............................................................................
B. Eksekusi ........................................................................................................................
2.1 Pengertian Eksekusi ...............................................................................................
2.2 Jenis-jenis Eksekusi ................................................................................................
2.3 Tata Cara Pelaksanaan Eksekusi ............................................................................
2.4 Perlawanan Terhadap Sita Eksekusi .......................................................................
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
B. Eksekusi
2.1 Pengertian Eksekusi
Eksekusi adalah pelaksanaan terhadap putusan hakim baik keputusan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap maupun yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap.
Pelaksanaan putusan pengadilan negeri setelah mempunyai kekuatan hukum tetap dapat
dijalankan secara paksa dengan bantuan alat Negara atau aparat setempat. Dalam putusan
hakim terdapat irah-irah berbunyi “Demi Keadilan berdasarkan Ke Tuhanan Yang Maha
Esa.” Irah-irah ini membaeri kekuatan eksekutorial.
Dalam peradilan umumnya apabila suatu telah mempunyai kekuatan hukum tetap dapat
dilaksanakan eksekusi terhadap barang-barang yang menjadi jaminan baik itu barang
bergerak maupun tidak bergerak, kecuali :
1. Terhadap putusan serta merta meskipun belum meempunyai kekuatan hukum tetap
putusan pengadilan dapat dilaksanakan terlebih dahulu, khususnya eksekusi terhadap barang
yang menjadi jaminan (objek) dari perjanjian yang dipersengketakan oleh para pihak.
2. Putusan provisional baik dalam sengketa perceraian maupun dalam sengketa perdata
lainnya apabila ada dugaan terhadap barang-barang bergerak yang menjadi objek sengketa
akan digelapkan oleh pihak tergugat, maka demi untuk kepentingan salah satu pihak
(penggugat) hakim yang menangani sengketa tersebut dapat menjatuhkan putusan provisionil
sebelum putusan akhir sehubungan dengan pokok perkara.
Apabila pihak yang kalah dalam suatu persidangan tidak mau menyerahkan barang
jaminan yang menjadi objek sengketa dengan sukarela, maka ketua pengadilan dapat
melaksanakan putusan dengan cara paksa yang dibantu oleh aparat setempat.[1]
2.2 Jenis-Jenis Eksekusi
Pelaksanaan putusan hakim dalam hukum acara perdata ada 3 jenis, yaitu :
1. Eksekusi membayar sejumlah uang.
Sebagaimana diatur dalam pasal 196 HIR dan seterusnya, dimana seseorang dihukum
membayar sejumlah uang. Apabila seseorang enggan untuk dengan sukarela memenuhi isi
putusan di mana dia dihukum untuk membayar sejumlah uang, maka jika sebelum putusan
dijatuhkan telah dilakukan sita jaminan, setelah dinyatakan sah dan berharga, secara otomatis
menjadi sita eksekutorial.
Jika belum pernah dilakukan sita jaminan, maka eksekusi dimulai dengan menyita sekian
banyak barang bergerak. Bila diperkirakan tidak cukup, juga dilakukan terhadap barang-
barang tidak bergerak milik pihak yang dikalahkan sehingga cukup memnuhi pembayaran
sejumlah uang beserta biaya-biaya yang timbul sehubungan dengan pelaksanaan putusan
tersebut. Ini disebut sita eksekutorial.
2. Eksekusi untuk melakukan suatu perbuatan
Menurut pasal 225 HIR yang dapat dilakukan adalah menilai perbuatan yang harus
dilakukan oleh tergugat dalam jumlah uang. Tergugat lalu dihukum untuk membayar
sejumlah uang sebagai pengganti daripada pekerjaan yang ia harus lakukan berdasarkan
putusan hakim. Yang menilai besarnya penggantian ini adalah Ketua Pengadilan Negeri yang
bersangkutan. [2]
Dalam eksekusi ini hukumannya untuk melakukan suatu perbuatan dapat diajukan
permohonan oleh pihak yang dimenangkan dalam persidangan kepada hakim agar suatu
perbuatan tersebut dapat dinilai dengan sejumlah uang sesuai dengan petitum yang diajukan
oleh penggugat. Apabila permohonan tersebut dikabulkan hakim, maka eksekusinya dapat
dilaksanakan dengan pembayaran uang paksa (dwangsom) sesuai dengan keputusan
hakim.[3]
3. Eksekusi Riil
Eksekusi riil merupakan pelaksanaaan putusan pengadilan baik terhadap barang bergerak
maupun tidak bergerak yang bertujuan untuk memenuhi prestasi yang dibebankan kepada
pihak yang dikalahkan dalam suatu perkara di persidangan pengadilan negeri.
Dalam pasal 1033 RV mengatur eksekusi riil yang berbunyi “jika putusan hakim yang
memrintahkan pengosongan suatu barang yang tidak bergerak tidak dipenuhi oleh orang yang
dihukum, maka ketua akan memerintahkan dengan surat kepada seorang juru sita supaya
dengan bantuan alat kekuasaan Negara, barang itu dikosongkan oleh orang yang dihukum
serta keluarganya dan segala barang kepunyaaanya.”
Perlu dikemukakan bahwa yang harus meninggalkan barang tetap yang dikosongkan itu
adalah pihak yang dikalahkan beserta sanak saudaranya. Bukan pihak yang menyewa rumah
tersebut.[4]
Umumnya setelah diadakan penyitaan terhadap barang-barang yang disita bukan lagi
menjadi tanggung jawab ketua pengadilan, tetapi menjadi tanggung jawab penuh pihak
kreditor atau pihak yang dimenangkan dalam persidangan.