“SYIAH”
DISUSUN OLEH :
DEVI ANGGRAENI
09220180073
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
Nya sehingga laporan ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan
banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isi makalah agar menjadi lebih lebih lagi.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI......................................................................................................................................... ii
I.3.Tujuan ............................................................................................................................... 1
III.1. Kesimpulan.................................................................................................................. 18
ii
BAB I. PENDAHULUAN
Semula aliran yang lebih pada segi politik, yaitu dukungan kepada ahlu bait tapi
lama kelamaan berubah lebih kea rah teologis. Berbagai macam hal terjadi sehingga Syi’ah
terpecah menjadi beberapa sekte-sekte yang kesemuanya memiliki perbedaan tersendiri.
I.2.Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian syi’ah ?
2. Bagaimana sejarah perkembangan Syi’ah?
3. Apa saja sekte-sekte dalam Syi’ah?
4. Bagaimana ajaran-ajaran Syi’ah?
5. Bagaimana penyebaran Syi’ah di Indonesia?
I.3.Tujuan
Adapun tujuan pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa dapat:
1
BAB II. PEMBAHASAN
II.1.Pengertian Syi’ah
Untuk merumuskan pengertian Syi’ah secara sempurna memang sangat sulit, karena
Syi’ah telah melalui proses sejarah yang panjang dengan segala peristiwa yang ikut
mempengaruhi ajarannya. Namun al-Syahrastani mendefinisikan Syi’ah sebagai istilah
khusus yang dipakai untuk pendukung atau pengikut Ali Bin Abi Thalib yang berpendirian
bahwa pengangkatan Ali sebagai imam atau khalifah berdasarkan kepada nash dan wasiat,
serta mereka berkeyakinan bahwa keimaman tersebut tidak terlepas dan terus berlanjut pada
keturunan-keturunannya.
II.2.Sejarah Syi’ah
Syi’ah adalah sebutan bagi kelompok pendukung khalifah Ali bin abi thalib. Para
pendukung khalifah ali r.a ini sebenarnya sudah ada sejak hari wafatnya Nabi SAW. Ketika
diadakan pertemuan di saqafilah bani sa’diah antara golongan muhajirin dengan ansar,
sebagian keturunan bani hasyim dan sebagian kaum muhajirin sebenarnya menjagokan ali
sebagai khilifah pengganti Nabi SAW. Namun suara meraka kalah besar dengan suara
pendukung Abu Bakar sehingga dialah yang terpilih. Disamping itu, pada saat pertemuan
2
tersebut ali tidak hadir karena sedang mengurusi jenazah Nabi SAW. Ketika Ali terpilih
sebagai khalifah menggantikan Utsman, mereka mulai menguatkan barisan namun belum
terbentuk sebuah gerakan.
a) Perang Shiffin
Ketika perang Shiffin terjadi perpecahan dalam kubu Ali, yang pada saat itu
memiliki kesempatan yang sangat besar untuk menang. Tetapi karena Ali memilih
perundingan hal itulah yang menyebabkan perpecahan. Karena keputusannya untuk
melakukan perundingan ternyata mendapat tentangan dari pendukungnya sendiri. Hingga
akhir salah seorang komandan pasukan Ali yang bernama Hurqus dari bani tamin keluar
membantuk barisan sendiri dengan mebawa 12 ribu orang pasukan. Dan kelompok Hurqus
ini kelak dikenal sebagai khawarij.
Sebagai bentuk reaksi atas golongan khawarij, muncul pula golongan pendukung Ali
yang menyatakan kesetiaan mereka kepada Ali. Mereka menyatakan siap membela Ali
bahkan siap mati bersamanya. Golongan ini kemudian dikenal dengan sebutan syi’atul Ali
(pengikut Ali), dan pada akhirnya menjadi embrio lahirnya Syi’ah.
Dengan cara kotor bani umayah memenangkan perundingan. Dan ketika Ali
meninggal dibunuh oleh Abdurrahman bin Muljam (sisa kelompok khawarij) ketika akan
sholat, hal ini membuka kesempatan bagi bani umayah mengikrarkan diri sebagai khalifah
dan berakhirlah kepemimpinan Khulafa al-rasyidin.
Ketika khalifah Ali r.a telah wafat, para pengikut Ali kemudian mengangkat Hasan
bin Ali (putra dari Ali dan Fatimah) sebagai khalifah baru. Sehingga terjadi dua
kepemimpinan yaitu Muawiyah dan Hasan.
Hasan yang tak ingin membuka konflik dengan Muawiyah, disamping ia tidak
berambisi untuk menjadi khalifah, tiga bulan setelah di baiat oleh pendukungnya Hasan
mengikat perjanjian dengan Muawiyah. Yang dalam perjanjiannya Hasan mengakui
kekhalifahan Muawiyah dengan beberapa syarat. Syarat yang diajukan oleh Hasan yaitu
Muawiyah tidak menaruh dendam kepada orang-orang yang mendukung Hasan, serta mau
memaafkan dan menjamin keselamatan mereka; kursi kekhalifahan setelah Muawiyah harus
diserahkan kepada pilihan umat, bukan diwariskan kepada keturunannya; pajak dari Ahwaz
3
dan salah satu distrik di Persia, diperuntukkan bagi Hasan; dan Muawiyah harus membayar
kompensasi sebesar lima juta dirham dari bendahara Kuffah, member satu juta dirham tiap
tahun untuk Hasan, dan dua juta dirham untuk saudaranya, Husain.
Dalam literatur Syi’ah dinyatakan bahwa setelah perjanjian damai tersebut Hasan
berkali-kali berusaha di bunuh, bahkah usaha tersebut telah dilakukan sebanyak 70 kali.
Hingga pada akhirnya Hasan harus mati oleh racun yang diletakkan istrinya yang ke tiga di
makanan yang dia makan.
Umayah tidak menepati janjinya, ketika merasa ajalnya sudah dekat dia tidak
mengembalikan pemilihan khalifah kepada umat, tetapi mewariskannya kepada anaknya yang
bernama Yazid. Tetapi keputusan tersebut banyak menadao tetangan dari berbagai pihak.
Ketika Yazid telah diangkat menggantikan ayahnya, kawasan Timur seperti Hijaz, Persia,
Khurasan, dan Irak tidak memberkan baiat kepada Yazid. Sehingga terhajid pemaksaan untuk
memenetapkan Yazid sebagai khalifah.
Hai ini dekelathu oleh Husai, dan sebagia benuk protesnya, Husei dan para
pengikutnya kemudian pindah ke mekah. Tak lama setelah menetap di mekah, datang utusan
dari kuffah. Melalui utusan tersebut, penduduk kuffah meminta kesediannya menjadi
khalifah. Dan permohonan tersebut di penuhi oleh Husein.
Setelah mendapat baiat dari 30000 penduduk kuffah, Husein pergi ke irak bersama
keluarga dan pengikutnya, guna untuk mendapatkan baiat dari penduduk disana. Tetapi
rencana tersebut telah di dengar oelh Yazid di Damaskus, sehingga dia memerintahkan
Abdullah bin Ziyad, gubernur Persia, untuk menangkap Husein dan menggagalkan baiat
penduduk irak atas Husein.
Rombongan Husein yang hanya 73 orang dihadang oleh 2000 orang tentara di suatu
kawasan yang bernama Shiraf. Rombongan kecil ini disesak hingga ke daerah yang kering
dan gersang yang bernama Karbala. Disana mereka diserbu oleh 4000 orang. Pembunuhan
sadis pun terjadi disana, dimana seluruh keluarga Husein di penggal lehernya dan di bawa ke
kota Kuffah, guna di persembahkan kepada gubernur Abdullah bin Ziyad.
4
d) Syi’ah
Pembunuhan sadis atas Husein dipadang Karbala menumbukan kemarahan berat
bagi pengikutnya, terutama bagi golongan Syi’ah yang menyakini bahwa khalifah haruslah
ahlul bait.
Dengan keyakinan bahwa Umayah yang telah melanggar perjanjian dan membunuh
Hasan, sedangkan Yazid yang telah membunuh Husein membangkitkan semangat patriotic
kaum Syi’ah untuk melakukan perlawanan bersenjata.
Pada awalnya kelompok Syi’ah hanya dibentuk karena situasi politik yang
berkembang pada masa itu, namanu seiring berjalannya waktu keyakinan kelompok Syi’ah
mulai beralih kearah Teologis. Inti dari ajaran teoligis kelompok Syi’ah adalah berpusat pada
keyakinan bahwa hanya ahlul bait yang pantas menggantikan kepemimpinan sepeninggalan
Nabi saw.
Di tahun-tahun berikutnya, Syi’ah terpecah menjadi beberapa sekte. Hal itu terjadi
karena mereka harus memilih pengganti Husein, ada sekelompok yang berpendapat bahwa
yang berhak menggantikannya adalah putra Husein sendiri, Ali Zainal Abidin (satu-satunya
yang selamat adri tragedy pembataian di Karbala), sedangkan kelompok yang lain memilih
Muhammad bin Hanifiyah, putra Ali dan istri selain Fatimah. Akibatnya muncul sekte-sekte
baru dalam Syi’ah. Beberapa sempalan aliran Syi’ah yaitu Kaisaniyah, Ghulat, Zaidiyah, dan
Imamiyah. 2 golongan yang disebutkan pertama tidak mampu bertahan dan leyap.
1) Syi’ah Zaidiyah
Nama aliran ini dinisbatkan pada nama pendirinya, Zaid bin Ali Zainal Abidin,
seorang ahli tafsir dan fiqih di zamannya. Dia adalah putra dari Ali bin Husein
Abidin.
Pada masa berikutnya aliran ini pecah kembali menjadi beberapa sekte, diantaranya
adalah Syi’ah Jarudiyah, Sulaimaniyah, dan Shalihiyah. Syi’ah Jarudiyah adalah
pengikut Abu Jarud Ziyad bin Abd al-Ziyad. Sekte ini beranggapan bahwa Nabi
5
Muhammad SAW telah menunjuk Ali sebagai penerusnya (walaupun secara tidak
langsung).
Syi’ah Sulaimaniyah adalah pengikut Sulaiman bin Jarir, yang beranggapan bahwa
sekalipun Ali adalah pemimpin terbaik pasca Nabi saw. Tetapi mereka masih
mengakui kepemimpinan Abu Bakar dan Umar, namun tidak mengakui
kepemimpinan Utsman bin Affan.
Sedangkan Syi’ah Shalihiyah adalah pengikut Katsir al-Nu’man al-Akhtar dan Hasan
bin Shaleh al-Hayy. Golongan ini memiliki pandangan yang hamper sama dengan
Syi’ah Sulaimaniyah, tetapi perihal Utsman mereka lebih memilih diam.
2) Syi’ah Imamiyah
Kemunculan golongan ini berawal dari permasalahan siapa yang akan menggantikan
kepemimpinan Ja’far al-Shadiq, seorang ahli tafsir , hadist, fiqh, filsafat, fisika, yang
masih keturunan Ahlul Bait. Berbeda dengan Syi’ah Zaidiyah yang bersifat ekstrem
dan bernuansa politis, Syi’ah Imamiyah ini lebih bersifat moderat dan lebih
menekankan pada bidang ilmu pengetahuan, pemikiran, dan filsafat. Hal ini sesuai
dengan semangat yang dibawa oleh Ja’far al-Shadiq yang lebih menekankan pada
bidang ilmu pengetahuan.
Ja’far al-Shadiq lebih suka berjuang pada jalur pendidikan. Karean itu ia melanjutkan
perjuangan ayahnya mengajar di perguruan masjid Nabawi dan merupaka perguruan
pertama yang mengajarkan filsafat.
Kebesaran nama Ja’far al-Shadiq meresahkan khalifah yang memimpin kala itu,
sehingga dia berkali-kali berusaha membunuh Ja’far al-Shadiq. Dan usaha terakhir
yang dia lakukan adalah dengan memasukkan racun pada makanan Ja’far al-Shadiq.
Ja’far al-Shadiq meninggal dan dimakamkan di depan makam ayah dan kakeknya,
serta makam Hasan bin Ali.
6
sebutan Syi’ah Itsna Asy’ariyah atau golongan Syi’ah yang meyakini 12 imam.
Sedangkan golongan ketiga berpendapat bahwa tidak ada yang mampu menggantikan
kepemimpinan Ja’far al-Shadiq. Golongan ini kemudian di kenal dengan nama Sy’ah
al-Waqfiyyah.
Kaum Syi’ah memiliki 5 pokok pikiran utama yang harus dianut oleh para
pengikutnya diantaranya yaitu at tauhid, al ‘adl, an nubuwah, al imamah dan al ma’ad.
1. At tauhid
Kaun Syi’ah juga meyakini bahwa Allah SWT itu Esa, tempat bergantung semua
makhluk, tidak beranak dan tidak diperanakkan dan juga tidak serupa dengan makhluk yang
ada di bumi ini. Namun, menurut mereka Allah memiliki 2 sifat yaitu al-tsubutiyah yang
merupakan sifat yang harus dan tetap ada pada Allah SWT. Sifat ini mencakup ‘alim
(mengetahui), qadir (berkuasa), hayy (hidup), murid (berkehendak), mudrik (cerdik, berakal),
qadim azaliy baq (tidak berpemulaan, azali dan kekal), mutakallim (berkata-kata) dan
shaddiq (benar). Sedangkan sifat kedua yang dimiliki oleh Allah SWT yaitu al-salbiyah yang
merupakan sifat yang tidak mungkin ada pada Allah SWT. Sifat ini meliputi antara tersusun
dari beberapa bagian, berjisim, bisa dilihat, bertempat, bersekutu, berhajat kepada sesuatu dan
merupakan tambahan dari Dzat yang telah dimilikiNya.
2. Al ‘adl
Kaum Syi’ah memiliki keyakinan bahwa Allah memiliki sifat Maha Adil. Allah
tidak pernah melakukan perbuatan zalim ataupun perbuatan buruk yang lainnya. Allah tidak
melakukan sesuatu kecuali atas dasar kemaslahatan dan kebaikan umat manusia. Menurut
kaum Syi’ah semua perbuatan yang dilakukan Allah pasti ada tujuan dan maksud tertentu
yang akan dicapai, sehingga segala perbuatan yang dilakukan Allah Swt adalah baik. Jadi
dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep keadilan Tuhan yaitu Tuhan selalu
melakukan perbuatan yang baik dan tidak melakukan apapun yang buruk.Tuhan juga tidak
meninggalkan sesuatu yang wajib dikerjakanNya.
7
3. An nubuwwah
Kepercayaan kaum Syi’ah terhadap keberadaan Nabi juga tidak berbeda halnya
dengan kaum muslimin yang lain. Menurut mereka Allah mengutus nabi dan rasul untuk
membimbing umat manusia. Rasul-rasul itu memberikan kabar gembira bagi mereka-mereka
yang melakukan amal shaleh dan memberikan kabar siksa ataupun ancaman bagi mereka-
mereka yang durhaka dan mengingkari Allah SWT. Dalam hal kenabian, Syi’ah berpendapat
bahwa jumlah Nabi dan Rasul seluruhnya yaitu 124 orang, Nabi terakhir adalah nabi
Muhammad SAW yang merupakan Nabi paling utama dari seluruh Nabi yang ada, istri-istri
Nabi adalah orang yang suci dari segala keburukan, para Nabi terpelihara dari segala bentuk
kesalahan baik sebelum maupun sesudah diangkat menjadi Rasul, Al Qur’an adalah mukjizat
Nabi Muhammad yang kekal, dan kalam Allah adalah hadis (baru), makhluk (diciptakan)
hukian qadim dikarenakan kalam Allah tersusun atas huruf-huruf dan suara-suara yang dapat
di dengar, sedangkan Allah berkata-kata tidak dengan huruf dan suara.
4. Al imamah
Bagi kaun Syi’ah imamah berarti kepemimpinan dalam urusan agama sekaligus
dalam dunia.Ia merupakan pengganti Rasul dalam memelihara syari’at, melaksanakan hudud
(had atau hukuman terhadap pelanggar hukum Allah), dan mewujudkan kebaikan serta
ketentraman umat. Bagi kaum Syi’ah yang berhak menjadi pemimpin umat hanyalah seorang
imam dan menganggap pemimpin-pemimpin selain imam adlah pemimpin yang ilegal dan
tidak wajib ditaati. Karena itu pemerintahan Islam sejak wafatnya Rasul (kecuali
pemerintahan Ali Bin Abi Thalib) adalah pemerintahan yang tidak sah. Di samping itu imam
dianggap ma’sum, terpelihara dari dosa sehingga iamam tidak berdosa serta perintah,
larangan tindakan maupun perbuatannya tidak boleh diganggu gugat ataupun dikritik.
5. Al Ma’ad
Secara harfiah al ma’dan yaitu tempat kembali, yang dimaksud disini adalah akhirat.
Kaum Syi’ah percaya sepenuhnya bahwahari akhirat itu pasti terjadi. Menurut keyakinan
mereka manusia kelak akan dibangkitkan, jasadnya secara keseluruhannya akan
dikembalikan ke asalnya baik daging, tulang maupun ruhnya. Dan pada hari kiamat itu pula
manusia harus memepertanggungjawabkan segala perbuatan yang telah dilakukan selama
hidup di dunia di hadapan Allah SWT. Pada saaat itu juga Tuhan akan memberikan pahala
bagi orang yang beramal shaleh dan menyiksa orang-orang yang telah berbuat kemaksiatan.
8
II.4.Ajaran Syi’ah
Di dalam sekte Ayi’ah Asyariyah dikenal konsep Usul Ad-Din. Konsep ini menjadi
akar atau fondasi pragmatise agama. Konsep usuluddin mempunyai lima akar :
9
dan lurus dalam pengadilan Tuhan. Mati adalah periode transit dari kehidupan dunia menuju
kehidupan akhirat.
5. Imamah (The Devine Guidance)
Imamah adalah institusi yang diinagurasikan Tuhan untuk memberikan petunjuk manusia
yang dipilih dari keturunan Ibrahim dan didelegasi kan kepada keturunan Muhammad
sebagai nabi dan rasul terakhir.
Selanjutnya, dalam sisi yang bersifat mahdah, Syi’ah Itsna Asyariyah berpijak
kepada delapan cabang agama yang disebut dengan furu ad-din. Delapan cabang tersebut
terdiri atas shalat, puasa, haji, zakat, khumus atau pajak sebesar seperlima dari penghasialan,
jihad, al-amr bi al-ma’ruf, dan an-nahyu an munkar.
Para pengikut Syi’ah Sab’iyah percaya bahawa islam dibangun oleh tujuh pilar
seperti dijelaskan al-qobhi an-nukman dalam da’ain al-islam. Tujuh pilar tersebut adalah
iman, taharoh, sholat, zakat, puasa, haji dan jihad.
Dalam pandangan kelompok Syi’ah sab’iyah, keimanan hanya dapat diterima bila
sesuai dengan keyakinan mereka, yakni melalui walayah (kesetian) kepada imam zaman.
Imam adalah seseorang yang menuntun umatnya kepada pengetahuan (ma’rifat).
1. Imam harus berasal dari keturunan ali melalui perkawinannya dari fatimah yang
kemudian dikenal dengan ahlul bait.
2. Berbeda dengan aliran kaisaniyah pengikut muhktar at-tsakoti, mempropagandakan
bahwa keimanan harus dari keturunan ali melalui pernikahannya dengan seorang
wanita dari bani hanifah yang mempunyai anak bernama muhammad bin al-
hanafiyah.
3. Imam harus berdasarkan penunjukan atau nas.
4. Keimanan jatuh pada anak tertua
5. Imam harus maksum.
6. Imam harus dijabat oleh seorang yang paling baik. Berbeda dengan zaidah, Syi’ah
sab’iyah dan syia’ah dua belas tidak membolehkan adanya imam mafdul.
10
c. Syi’ah Sab’iyah
Pada dasarnya sama dengan ajaran sekte-sekte Syi’ah lainnya. Perbedaannya terletak
pada konsep kemaksuman imam, adanya aspek batin pada setiap uang lahir, dan
penolakannya terhadap Al-Mahdi Al-Mumtadzar.
Ada satu sekte dalam Sab’iyah yang berpendapat bahwa Tuhan mengambil tempat
dalam diri imam. Oleh karena itu, imam harus disembah. Menurut imam Sab’iyah, Al-Qur’an
memiliki makna batin selain makna lahir.
d. Syi’ah Zaidiyah
1. Merupakan keturunan ahl al-bait, baik melalui garis hasan maupun husein .
2. Memiliki kemampuan mengangkat senjata sebagai upaya mempertahankan diri atau
menyerang.
Berbeda dengan Syi’ah lain, Zaidiyah menolak nikah mut’ah. Tampaknya ini
merupakan implikasi dari pengakuan mereka atas kekhalifahan Umar bin Khattab.
11
f. Syi’ah Ghulat
a) Tanasukh adalah keluarnya roh dari satu jasad dan mengambil tempat pada jasad yang
lain.
b) Bada’ adalah keyakinan bahwa Allah mengubah kehendak-Nya sejalan dengan
perubahan ilmu-Nya, serta dapat memerintahkan suatu perbuatan kemudian
memerintahkan yang sebaliknya.
c) Raj’ah ada hubungannya dengan mahdiyah. Syi’ah Ghulat mempercayai bahwa imam
mahdi Al-Muntazhar akan datang ke bumi.
d) Tasbih artinya menyerupakan, mempersamakan. Tasbih ini diambil dari faham
hululiyah dan tanasukh dan khalik.
e) Hulul artinya Tuhan berada pada setiap tempat, berbicara dengan semua bahasa, dan
ada pada setiap individu manusia.
f) Ghayba artinya menghilangnya Imam mahdi. Ghayba merupakan kepercayaan Syi’ah
bahwa Imam Mahdi itu ada di dalam negeri ini dan tidak dapat dilihat oleh mata
biasa.
Menilik sejarah Syi’ah di Indonesia, memiliki alur yang sangat abu-abu. Pasalnya
banyak sekali klaim-klaim sejarah yang dimotori oleh Syi’ah, disajikan dalam bentuk sangat
menarik, tetapi faktanya bersembunyi dibalik topeng wajah buruknya. Sampai hari ini, ada
beberapa pihak menyimpulkan bahwa Syi’ah datang pada abad 12 Masehi yang dibawa oleh
bangsa Persia, ada juga klaim bahwa itu dari bangsa Arab secara langsug. Tapi, semua pelik
di atas akan kembali pada 1 muara, bahwa Syi’ah datang ke Indonesia dibawa langsung oleh
Syi’ah. Bukan para Sufi, maupun saudagar. Tapi, hal ini kemudian dianulis dengan literasi
taqiyyah versyi Syi’ah, mereka mengevaluasi bahwa Syi’ah dibawa oleh orang-orang
bermadzhab Syafi’i. Mereka ingin memberikan pengaburan di tubuh kaum muslimin, agar
Syi’ah ini, bisa masuk dengan plong bersama masyarakat Islam. Demi misi yang sangat
berbahaya.
12
Ketahuilah, sesungguhnya Syi’ah masuk ke Indonesia dengan beberapa periode.
Mari kita simak:
a. Periode Pertama
Yaitu, sebelum berdirinya revolusi Iran, pada tahun 1979. Pada dekade ini, sangat sulit
menyisir orang-orang Syi’ah yang datang ke Indonesia. Hal ini dimotori oleh aqidah
taqiyyah oleh mereka. Sehingga, bisa menyusup menyusuri, memasuki, dan
mengaburkan aqidah kaum muslimin.
Alih-alih berdakwah secara terang-terangan di masa ini, ternyata lebih diotoritaskan pada
peta keluarga terdekat mereka. Hal inilah yang paling dasar didistribusi oleh kaum
Syi’ah. Memasuki keluarga terdekatnya. Salah seorang tokoh Syi’ah Lebanon,
Muhamamd Jawad Mughniyyah, mengatakan, “Para pemeluk agama Syiah di Indonesia
pada tahun dekade ini sebesar 1 juta orang.”
Perlu juga dicatat, bahwa sebelum tahun 1979, beberapa orang Indonesia sudah ada
belajar di Qum, Iran. Inilah menjadi cekaman tersendiri bagi kaum muslimin. Tempat ini
merupakan wadah, atau lebih praktisnya sebagai madrasah Syi’ah yang paling terbesar
ke-4 di dunia, setelah Najaf di Irak, Karbala di Irak, dan Mashad di Iran sendiri. Para
mahasiswa Indonesia pun belajar dengan ulama Syi’ah dengan bantuan beasiswa (baca:
zakat dan khumus).
Kemudian, pada tahun 1976 sesungguhnya di Indonesia telah ada berdiiri Yayasan YAPI
(Yayasan Pesantren Islam di Bangil) yang didirikan oleh Husein al-Habsyi. Pesantren ini
kemudian menjadi corong Syi’ah dan menjadi yayasan tertua di Indonesia. Santri pada
pesantren ini kemudian dituntut untuk mengkaji secara dalam aqidah Syi’ah. Untuk
‘mengimbanginya’, pesantren ini kemudian mempelajari buku-buku sunni, seperti buku
mazhab Hanafi, Syafi’i, Maliki, dan Hambali. Dan tentunya tetap mereka tak ketinggalan
kereta mempelajari mazhab Syi’ah. Maka, keluaran pesantren ini pun banyak-banyak
memotori dakwah di beberapa tempat di Indonesia dengan ‘visi’ terselubung.
b. Periode Kedua
Pasca Revolusi Iran meletus tahun 1979, yang mengubah Iran dari Monarki di bawah
Shah Mohammad Reza Pahlavi, menjadi Republik Islam yang dipimpin oleh Khomaini,
maka banyak orang berafiliasi menjadi Syi’ah. Hal ini dikarenakan faktor intelektualitas
13
mereka. Inilah yang menjadi sebab banyak terjadi konversi ke paham Syi’ah di tubuh
mahasiswa dan dosen. Salah seorang staf DDII, Nabhan Husein, mengatakan dakwah
yang berporos di lingkungan mahasiswa terjadi pada renta tahun 1970-1980-an.
Kembali ke awal, bahwa magnet dari pemikiran Syi’ah terfokus pada keberhasilan
Khomaini dan ideologi yang mendorong terjadinya revolusi. Hal inilah yang menjadi
kecenderungan mengapa beberapa oknum mahasiswa sering kali menggugat pemerintah
seperti SBY. Hal tersebut difaktorisasi oleh adanya buku-buku yang menyajikan paham-
paham bagaimana sejarah Khomaini menjatuhkan Shah (pemimpin, pen) Mohammad
Reza Pahlavi. Sementara, bagi mahasiswa, ini adalah sebuah wacana populer dan bisa
diadopsi sebagai sarana menjatuhkan penguasa yang ada. Inilah menjadi isme-isme yang
mekar sampai saat ini.
Pasca berhasilnya Revolusi Iran, maka didistribusilah berbagai varian tulisan berbau
Iran. Tak terpungkiri yang paling independen adalah aqidah Syi’ah tersisir di belantara
nusantara. Ulama-ulama Syi’ah membanjiri kemudian toko-toko buku di Indonesia.
Dikupaslah seputar revolusi Iran, Khomaini, dan filsafat Syi’ah yang miring oleh
penerjemah-penerjemah Indonesia.
Salah satu penerbit yang kemudian memfasilitasi buku-buku terjemahan Syi’ah adalah
Mizan yang dipelopori oleh Haidar Bagir, Ali Abdullah, dan Zainal Abidin. Mereka
semua lulusan dari ITB. Mizan sendiri dibentuk pada tanggal 7 Maret 1983. Buku-buku
yang pertama kali diterbitkan sebanyak 2.000-3.000 eks berjudul Dialog Sunni-Syi’ah;
Surat Menyurat antara asy-Syaikh al-Misyri al-Maliki, Rektor al-Azhar di Kariro Mesir
dan as-Sayyid Syarafuddin al-Musawi al-Amiili, Seorang Ulama Besar Syi’ah. Buku ini
kemudian banyak menjadi perhatian saat itu.
Masa berlalu, Penerbit Syi’ah pun banyak-banyak dibantu oleh ayah Haidar Bagir, dalam
hal ini Muhammad al-Bagir al-Habsyi dalam menerjemahkan. Muhammad al-Bagir al-
Habsyi dikenal sebagai tokoh yang mengidolai Syi’ah. Pada akhirnya, penerbit Mizan
banyak berperan dalam menerbitkan buku-buku pemikiran Syi’ah pada tahun 1980-
1900-an. Maka, masyarakat pun banyak mencap bahwa Mizan sebagai corong Syi’ah.
14
Tetapi, hal ini seiring dengan perjalanan waktu, masyarakat pun menilai sama seperti
penerbit buku pada umumnya.
Pada saat yang sama, di Kota Bandung, Jalaluddin Rahmat , yang diklaim sebagai
‘doktor’ gemilang pada saat ini, tiba-tiba tertarik pada Syi’ah. Sebelum lebih jauh,
menarik pula dibahas mengapa proses doktoral Jalaluddin Rahmat mendapat sorotan, hal
ini dipaparkan oleh LPPI, antara lain:
Pertama, dalam suatu kunjungan silaturrahim ke Bandung, kami (LPPI) menemui Prof.
Dr. KH. Miftah Farid (Ketua MUI Bandung) dan beliau menyatakan bahwa JR itu belum
pernah dikukuhkan sebagai guru besar di Unpad, Bandung.
Kedua, JR adalah tokoh utama penyebaran Syiah di Indonesia, sebagai Ketua Dewan
Syuro Ikatan Jamaah Ahlul Bait Indonesia (Ijabi), sebuah organisasi yang berfaham dan
getol menyebarkan Syiah. Sedang Syiah telah dinyatakan oleh MUI Pusat dan MUI
Jatim sebagai ajaran yang perlu diwaspadai, yang ditolak dan tidak diterima oleh
masyarakat Indonesia yang berpaham Ahlussunnah wal Jamaah, yang menyimpang dan
sebagai ajaran yang sesat lagi menyesatkan.
Keempat, statuta UIN Alauddin Makassar menyatakan bahwa PT tersebut adalah pusat
keunggulan akdemik dan intelektual, yang mengedepankan kejujuran dan sangat
melarang penggunaan ijazah dan gelar palsu.
Kembali ke awal, maka Jalaluddin Rahmat berafiliasi pada saat itu, yang tadinya aktif
berbicara seputar pemikiran Hasan al-Bannad, Sayyid Quthub, dan Sa’id Hawwa, kini
Jalaluddin Rahmat membicarkan seputar akidah Syi’ah. Timbul pertanyaan, mengapa
begitu cepat berafiliasi pemikirannya? Hal ini difaktori oleh pertemuan Jalaluddin
15
Rahmat dengan Ulama Syi’ah, Husein al-Habsyi. Inilah pentingnya menjaga teman
duduk, karena bisa membuat hati lebih cepat menerima syubhat. Maka, setelah
Jalaluddin Rahmat menjadi corong Syi’ah, ia kemudian diidentifikasi oleh MUI Kota
Bandung tahun 1985, menyusul MUI Pusat agar mewaspadai Syi’ah di tengah mereka.
Lanjut, pada tahun 1989, berdiri pesantren al-Hadi di Pekalongan, Jawa Tengah, yang
didirikan oleh Ahmad Baragbah dan Hasan Musawa. Pendirian ini didesak supaya
menjembatani para pelajar Syi’ah untuk kemudian bisa melanjutkan studi ke Qum, Iran.
Kini diperkirakan ada 7.000-an mahasiswa Indonesia yang dibelajarkan di Iran,
disamping sudah ada ribuan yang sudah pulang ke Indonesia dengan mengadakan
pengajian ataupun mendirikan yayasan dan sebagainya. Ini merupakan ‘ujian’ bagi kaum
muslim untuk lebih menjaga aqidahnya, jangan sampai terkontaminasi.
c. Periode Ketiga
Pada periode ini, tidak bisa dirinci secara gamblang. Tidak bisa ditentukan secara tepat
waktunya. Hal ini wajar, karena dimotori oleh semakin merebahnya wabah pemikiran
Syi’ah di Indonesia. Bersamaan dengan itu, muncul pula serangan, counter, yang
kemudian mendiskreditkan Syi’ah karena mengadopsi praktik-praktik ibadah yang
berbeda dengan Islam. Beberapa praktik ibadah Syi’ah yang sangat ‘aneh’ di tengah
kaum muslimin:
16
5) Meninggalkan shalat jum’at. Karena pandangan mereka, yang wajib imam dalam
solat adalah orang yang bebas dari dosa.
6) Tidak bersedekap dalam sholat.
7) Meninggalkan bacaan amin dalam sholat.
8) Meninggalkan sholat tarwih.
9) Menahan makan sahur sebelum adzan.
Sembilan Point di atas, dipaparkan oleh a-Ustadz Abu Hazim Muhsin bin Muhammad
Bashori dalam bukunya bertajuk Bahaya Syi’ah bagi Dunia Islam.
Nah, inilah menjadi kekhawatiran tersendiri bagi umat Islam pada waktu itu, oleh sebab
itu, alumni-alumni Qum dari Indonesia kemudian datang. Bak menjadi pahlawan. Yang
kemudian lebih frontal. Maka dibukalah kajian-kajian Syi’ah yang terselubung maupun
terbuka di beberapa tempat. Kemudian, hal ini lebih digemukkan oleh adanya yayasan-
yayasan yang berdiri pada saat itu. Tercatat pada tahun 1995 ada 40 yayasan Syi’ah yang
berdiri di Indonesia, 25 di antaranya berada pada titik Jakarta.
Pada tahun 1998, masa turunnya Presiden Soeharto membawa dampak yang cukup
signifikan dalam pemekaran Syi’ah di Indonesai. Pasalnya, sebelum Soeharto turun, mereka,
jama’ah Syi’ah masih pada koridor pengawasan dan kontrol yang baik. Maka,
sepeninggalnya merupakan jembatan mulus untuk menanam bibit Syi’ah di Indonesia.
Bahkan, pada orde Gus Dur, berdilah untuk pertama kalinya ormas Syi’ah secara resmi yang
bernama IJABI (Ikatan Ahlul Bait Indonesia).
Ormas IJABI berdiri pada tahun 2000 dan yang menjabat sebagai Ketua Dewan
Syura IJABI adalah Jalaluddin Rahmat. Setelah itu, Dimitri Mahayana sebagai Ketua Dewan
tanfidziyah.
IJABI kemudian semakin pesat, sampai tahun 2008 terdaftar 2,5 juta orang di 84
cabang dan 145 sub-cabang IJABI yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Kemudian tahun
2011 di Bandung, kembali jamaah Syi’ah memprakarsai berdirinya Majelis Sunni Syiah
Indonesia (MUHSIN). Yang kemudian menjadi wadah sosial terbesar antara sunni dan Syi’ah
dalam visi yang ‘abu-abu’.
17
BAB III. PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari penyusunan makalah ini, adalah kita dapat mengetahui, bahwa :
1. Secara bahasa, Syi’ah berarti pengikut, golongan, sahabat dan penolong . Istilah Syi’ah,
selanjutnya berkembang dengan arti khusus, yaitu nama bagi sekelompok orang yang
menjadi partisan atau pengikut Ali bin Abi Thalib dan keturunan-keturunannya.
2. Kaum Syi’ah memiliki 5 pokok pikiran utama yang harus dianut oleh para pengikutnya
diantaranya yaitu at tauhid, al ‘adl, an nubuwah, al imamah dan al ma’ad.
3. Syi’ah ada beberapa macam antara lain : syi’ah itsna asyariyah, syi’ah sb’iyah, syi’ah
zaidiyah, dan syi’ah ghulat.
III.2. Saran
Dengan kemampuan kita berfikir di harapkan kepada semua pihak setelah membaca
makalah ini dapat meningkatkan kualitas pemahaman yang mendalam tentang arti Asbabun
Nuzul. Sehingga dapat menerapkan semua makna yang terkandung di setiap ayat yang ada di
dalam Al-Qur’an karena semua itu dapat membuat kita semua menjadi lebih menghargai,
mencintai juga memaknai setiap ayat yang ada di dalam Al-Qur’an sehingga berimbas
kebaikan kedalam kehidupan kita nantinya.
18
DAFTAR PUSTAKA
M.Ag., Anwar, Rosihan, DR; M.Ag., Rozak, Abdul, Drs. 2010. Ilmu Kalam. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Abu Zahrah, Imam Muhammad. 1996. Aliran Politik dan Aqidah dalam Islam. Jakarta: Logos
Publishing House.
M.Pd.I., A. Nasir, K.H. Sahilun. 2010. Pemikiran Kalam(Teologi Islam). Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
19