METERI HAFALAN
TPA
(FOKUS TES
MATEMATIKA)
1
© Pustaka Widyatama 2010
B. Bilangan Romawi
DASAR OPERASI BILANGAN DAN Lambang Bilangan
BILANGAN ROMAWI Romawi Asli
I 1
V 5
X 10
A. Hitung Campuran L 50
C 100
Urutan pengerjaan hitung campuran: D 500
1. Jika dalam soal terdapat perkalian dan M 1000
pembagian, maka kerjakan dari kiri ke kanan.
• 3 x (–5) : 15 = (–15) : 15 = –1 Aturan Penulisan
• (–100) x 100 : 100 : (–100) a. Sistem Pengulangan
= (–10000) : 100 : (–100) = (–100) : (–100) = 1 • Pengulangan paling banyak 3 kali.
2. Jika dalam soal terdapat perkalian, pembagian, • Bilangan Romawi yang boleh diulang I, X, C,
penjumlahan, atau pengurangan, maka kerjakan dan M.
perkalian atau pembagian dahulu, baru lanjutkan • Sedang yang tidak boleh diulang V dan L.
penjumlahan atau pengurangan. Contoh:
Contoh: III = 3
381 x 12 + 100 : 20 – 1000 = … IIII ≠ 4 melainkan IV = 4
381 × 12+ 100 : 20− 1000 = 4572 + 5 − 1000 = 3577 VV ≠ 10 melainkan X = 10
1 2
3. Jika dalam soal terdapat tanda kurung, maka b. Sistem Pengurangan
kerjakan yang ada di dalam tanda kurung • Jika bersebelahan, bilangan kanan harus lebih
terlebih dahulu. besar dari bilangan yang ada di sebelah kiri.
• Dilakukan paling banyak 1 angka.
Contoh:
Contoh:
1. 59.128 + 56 x 12 – 1008: 9
IV = 5 – 1 = 4
= 59.128 + (56 x 12) – (1008: 9)
IX = 10 – 1 = 9
= 59.128 + 672 – 112 = 59.800 – 112 = 59.688
XL = 50 – 10 = 40
2. 427 x (15 + 73) – 29.789
CM = 1000 – 100 = 900
= (427 x 88) – 29.789 = 37.576 – 29.789 = 7.787
2
© Pustaka Widyatama 2010
c. Sistem Penjumlahan
• Jika bersebelahan, maka bilangan kanan
harus lebih kecil dari bilangan yang ada di
sebelah kiri.
PECAHAN DAN PERSEN
• Dilakukan paling banyak 3 angka.
Contoh:
VII = 5 + 1 + 1 = 7
VIIII ≠ 9 A. Pecahan Senilai
(tidak diperbolehkan: 4 kali penambahan)
Pecahan senilai adalah bilangan pecahan yang nilainya
XXXVIII = 10 + 10 + 10 + 5 + 1 + 1 + 1 = 38
sama.
d. Penggabungan a a x n c
Penggabungan antara pengurangan dan = =
b b x n d
penjumlahan
Contoh:
Contoh:
XXIX = 10 + 10 + (10 – 1) = 29 2 2 x 3 6
a. = =
MCMXCVII 3 3 x 3 9
= 1000 + (1000 – 100) + (100 – 10) + 5 + 1 + 1 4 4 x 4 16
= 1997 b. = =
15 15 x 4 60
Tambahan
Apabila suatu bilangan romawi diberi tanda
setrip satu di atas maka dikalikan 1.000. B. Menyederhanakan Pecahan
Apabila bertanda setrip dua di atas, maka
dikalikan 1.000.000. Dengan menyederhanakan pecahan, akan
Contoh: didapatkan hasil yang terkecil dengan nilai yang
sama.
V = 5 x 1.000 = 5.000
C = 100 x 1.000.000 = 100.000.000 a a : n c
= =
b b : n d
Syarat:
a. Pembilang dan penyebut berangka besar dan
masih dapat dibagi.
b. Pembilang dan penyebut dibagi dengan angka yang
sama.
3
© Pustaka Widyatama 2010
c. Untuk menghasilkan hasil terkecil (sudah tidak bisa Pecahan Campuran Diubah ke Pecahan Biasa
dibagi lagi), maka pembaginya adalah FPB (Faktor Cara:
Persekutuan Terbesar) dari pembilang dan Bilangan bulat dikalikan penyebut ditambahkan
penyebut. pembilang dan mengganti pembilang sebelumnya.
Contoh: b (a x c) + b
4 a =
= ... c c
12
FPB (Faktor Persekutuan Terbesar) dari 4 dan 12 Contoh:
adalah 4, maka pembilang dan penyebut dibagi 3 (2 x 7) + 3 17
a. 2 = =
dengan angka 4 untuk mendapatkan hasil yang 7 7 7
terkecil. 2 (20 x 3) + 2 62
b. 20 = =
4 4 : 4 1 3 3 3
= =
Diperoleh: 12 12 : 4 3
4
© Pustaka Widyatama 2010
Contoh: E. Operasi Hitung Pecahan Desimal
2 5 12 25 42 25
4 ‐ 1 = 4 ‐ 1 = 3 ‐ 1
5 6 30 30 30 30 1. Menjumlah dan Mengurangkan Pecahan
⎛ 42 25 ⎞ 17 Desimal
= (3 ‐ 1) + ⎜ ‐ ⎟ = 2
⎝ 30 30 ⎠ 30 a. Jika menemukan soal menjumlah dan mengurang‐
kan pecahan desimal, kerjakan dengan cara
3. Perkalian susun ke bawah dan urutkan sesuai dengan nilai
Cara: tempat.
Mengalikan di kedua bagian secara langsung, Contoh:
pembilang dengan pembilang dan penyebut 9,25
dengan penyebut. 5,6 +
1. 9,25 + 5,6 = 14,85 karena : _____
Contoh: 14,85
3 1 3 x 1 3
a. x = =
4 2 4 x 2 8 9,25
Sedang untuk mempercepat, bila ada yang dapat 2. 9,25 – 5,6 = 3,65 karena : 5,6 −
_____
diperkecil antara pembilang dan penyebut, maka 3,65
dapat disederhanakan terlebih dahulu.
b. Jika mendapat pengerjaan gabungan, pecahan
3 4 3 itu diubah menjadi pecahan biasa.
b. x =
4 5 5 1
Contoh: 5 + 2,75 − 35% = ...
4. Pembagian 4
Cara: Diubah menjadi:
Untuk mendapatkan hasil bagi, maka harus 25 75 35 65
5 +2 − =7 = 7,65 = 765%
diubah menjadi perkalian terlebih dahulu. Untuk 100 100 100 100
mengubah ke perkalian, pecahan yang membagi 2. Mengalikan dan Membagi Pecahan Desimal
harus dibalik posisinya antara pembilang dan a. Jika mendapatkan perkalian pecahan desimal,
penyebut terlebih dahulu. kerjakan dengan cara susun ke bawah.
Contoh: Contoh: 2,6 x 0,15 = 0,39 karena:
3 1 3 2 6 3 2,6
a. : = x = =
4 2 4 1 4 2 0,15 x
2
1 1 9 13 9 4 18 5 130
b. 4 : 3 = : = x = = 1 26
2 4 2 4 2 13 13 13
00 +
0,39
5
© Pustaka Widyatama 2010
b. Jika mendapatkan pembagian pecahan desimal, Jawab:
kerjakan dengan pembagian ke bawah. 15
0,3 Turun harga = x Rp 8.500.000,00
100
12 3,6
= Rp 1.275.000,00
Contoh: 3,6 : 12 = 0,3 karena : 3,6
___ − Uang yang diterima Pak Sarwoko dari hasil
0
penjualan motor tersebut adalah
c. Jika mendapatkan pembagian pecahan desimal = Rp 8.500.000,00 ‐ Rp 1.275.000,00 = Rp
dengan pecahan desimal, bilangan pembaginya 7.225.000,00
diubah menjadi bilangan bulat lebih dahulu. 3. Anung akan membeli sepasang sepatu seharga
Contoh: Rp 80.000,00. Dia melihat ada label diskon 20 %.
4,5 : 0,9 = 5 karena diubah menjadi 45 : 9 = 5 Jadi, berapa jumlah uang yang harus dibayarkan
Anung untuk membeli sepatu tersebut?
Jawab:
F. PECAHAN PERSEN (%) DAN 20
PENERAPAN Diskon =
100
x Rp 80.000,00 = Rp 16.000,00
Jumlah uang yang harus dibayarkan Anung untuk
Pecahan persen dikaitkan dengan perhitungan membeli sepatu tersebut
bunga bank, potongan harga, laba‐rugi, dan lain‐lain. = Rp 80.000,00 ‐ Rp 16.000,00 = Rp 64.000,00
Contoh:
1. Ardi menabung di bank sebesar Rp 250.000,00.
Diketahui bahwa besar bunga bank adalah 13%
setahun. Berapa rupiah banyak tabungan Ardi
setelah 1 tahun ?
Jawab:
Besar bunga bank 1 tahun
13
= x Rp 250.000,00 = Rp 32.500,00
100
Banyak tabungan Ardi setelah 1 tahun
= Rp 250.000,00 + Rp 32.500,00 = Rp 282.500,00
2. Pak Sarwoko membeli motor seharga Rp
8.500.000,00. Pada saat dijual kembali harga
motor itu turun 15%. Berapa rupiah uang yang
diterima Pak Sarwoko dari hasil penjualan motor
tersebut ?
6
© Pustaka Widyatama 2010
B. FPB
Faktor Persekutuan terBesar (FPB) dari dua bilangan
KPK DAN FPB adalah hasil kali semua faktor prima yang sama dan
pangkat terendah.
Contoh:
Cari FPB dari 84 dan 120.
A. Bilangan Prima Penyelesaian:
Cara I, dengan menentukan faktor kelipatannya,
a. Bilangan prima adalah bilangan yang tepat yaitu
mempunyai 2 faktor, yaitu bilangan 1 (satu) dan 84 = 1, 2, 3, 4, 6, 7, 12, 14, 21, 28, 42, 81.
bilangan itu sendiri. 120 = 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 12, 15, 20, 24, 30, 40,
Contoh: 60, 120.
2 mempunyai faktor 1 dan 2. Maka, FPB dari 84 dan 120 adalah 12.
3 mempunyai faktor 1 dan 3. Cara II, dengan pohon faktor
5 mempunyai faktor 1 dan 5.
84 = 22 × 3 × 7 ⎫⎪
⎬ FPB = 2 × 3 = 12
7 mempunyai faktor 1 dan 7. 2
b. Faktor prima adalah bilangan prima yang dapat
digunakan untuk membagi habis suatu bilangan.
Contoh:
Faktor prima dari 18 adalah 2 dan 3.
Faktor prima dari 30 adalah 2, 3, dan 5. Untuk menentukan FPB tiga bilangan caranya sama
dengan FPB dua bilangan. Cara menentukan dapat
c. Faktorisasi prima adalah perkalian semua bilangan dilaksanakan dengan beberapa cara.
prima yang merupakan faktor dari suatu Contoh:
bilangan. FPB dari 72, 96, dan 144 adalah 24.
Contoh: Penyelesaian:
Faktorisasi prima dari 32 adalah = 2 x 2 x 2 x 2 x 2 Cara I: dengan menentukan faktor kelipatannya,
= 25 yaitu
Faktorisasi prima dari 40 adalah = 2 x 2 x 2 x 5 72 = 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 12, 18, 24, 36, 72
= 23 x 5 96 = 1, 2, 3, 4, 6, 12, 24, 32, 48, 96
144 = 1, 2, 3, 4, 6, 8, 12, 18, 24, 36, 48, 72, 144
Maka FPB dari 72, 96, dan 144 adalah 24.
7
© Pustaka Widyatama 2010
Cara II: dengan pohon faktor Cata II
72 96 144 48 120
84 = 22 × 3 × 7 ⎪⎫ KPK = 23 × 3 × 5 × 7
2 36 2 48 2 72 2 42 2 60 ⎬
120 = 23 × 3 × 5⎪⎭ = 840
2 18 2 24 2 36 2 21 2 30
2 12 2 18 2 15
2 9 3 7
2 6 2 9 3 5
3 3 Catatan:
2 3 3 3
Penentuan KPK dengan pohon faktor adalah
72 = 2 × 3 ⎫
3 2
perkalian dari semua faktor primanya. Jika ada
⎪⎪
96 = 25 × 3 ⎬ FPB = 2 × 3 = 24
3 faktor yang sama, ambil nilai pangkat yang tertinggi.
⎪
144 = 24 × 32 ⎪⎭
Jadi, FPB dari 72, 96, dan 144 = 24.
PERBANDINGAN DAN SKALA
C. KPK
Kelipatan Persekutuan Terkecil (KPK) adalah
bilangan asli yang menjadi kelipatan persekutuan dua
bilangan atau lebih. A. Perbandingan
KPK dua bilangan atau lebih adalah perkalian semua
angka faktor prima ditulis dan cari pangkat yang Perbandingan adalah membandingkan suatu
terbesar. besaran dari dua nilai atau lebih dengan cara yang
sederhana.
Contoh:
Cari KPK dari 84 dan 120. Ditulis
Penyelesaian: A C
A : B = C : D atau =
Cara I, dengan menentukan kelipatan B D
persekutuannya, yaitu
84 = 84, 168, 252, 420, 504, 588, 672, 756,
840,...
120 = 120, 240, 360, 480, 600, 720, 840, 960,... Perbandingan Dua Nilai A:B =p:q
Maka, KPK dari 84 dan 120 adalah 840.
8
© Pustaka Widyatama 2010
• Mencari A jika B diketahui. Contoh:
p Perbandingan bola R dan T adalah 5 : 10. Jika jumlah
A : B = p : q ⇒ A = ×B
q bola keduanya adalah 450. Tentukan jumlah bola R
• Mencari B jika A diketahui. dan T!
q Penyelesaian:
A:B =p:q⇒B = ×A R : T = 5 : 10
p
R + T = 450
• Mencari perbandingan jika jumlahnya (A + B) 5 5 30
diketahui. Jumlah bola R = × 450 = × 450 = 5 × 30 = 150
5 + 10 15
A:B =p:q
Jika A + B diketahui, maka
10 10 30
p q Jumlah bola T = × 450 = × 450 = 10 × 30 = 300
A= × ( A + B) ⇒ B = × ( A + B) 5 + 10 15
p+q p+q
• Mencari nilai perbandingan jika selisihnya (A – Jadi, jumlah bola R ada 150 bola dan jumlah bola T
B) diketahui. ada 300 bola.
A:B =p:q
Jika A − B diketahui, maka Perbandingan Tiga Nilai
p q A : B : C = p : q : r
A= × ( A − B) ⇒ B = × ( A − B)
p−q p−q
Catatan:
• Jika jumlah (A + B + C) diketahui, maka,
Nilai p – q selalu positif karena hanya
p
menunjukkan selisih nilai di antara keduanya. A= × ( A + B + C)
p +q+r
q
Contoh: B= × (A + B + C)
Uang Adam dibandingkan uang Dian adalah 3: 5. Jika p+q+r
uang Adam Rp 75.000,00, berapakah uang Dian? r
C= × (A + B + C)
Penyelesaian: p +q+r
A : B = 3: 5
5
B = × Rp 75.000,00 = Rp 125.000,00
3
Jadi, uang Dian Rp 125.000,00.
9
© Pustaka Widyatama 2010
• Jika jumlah (A + B) saja yang diketahui, maka, 5
Uang F = × 6000000
A=
p
× ( A + B) 3+ 5+7
p+q 5 400000
= × 6000000 = 5 × 400000 = 2000000
q 15
B= × ( A + B)
p+q
r 7
C= × ( A + B) Uang R = × 6000000
p+q 3+ 5+7
5 400000
• Jika jumlah (A – B) saja yang diketahui, maka, = × 6000000 = 7 × 400000 = 2800000
p 15
A= × ( A − B)
p−q
Jadi, uang L = Rp 1.200.000,00,
q
B= × ( A − B) uang F = Rp 2.000.000,00, dan
p−q uang R = Rp 2.800.000,00.
r
C= × ( A − B) Contoh:
p−q
Perbandingan kelereng Vani: Veri: Vita = 3: 5: 7. Jika
Catatan: selisih kelereng Vani dan Veri adalah 50, berapakah
Nilai p – q selalu positif karena hanya kelereng masing‐masing?
menunjukkan selisih nilai di antara keduanya. Penyelesaian:
Vani : Veri: Vita = 3: 5: 7
Contoh: Vani – Veri = 50
Perbandingan uang L: F: R = 3: 5: 7. Jika jumlah uang 3 3 25
Kelereng Vani = × 50 = × 50 = 3 × 25 = 75
mereka Rp 6.000.000,00, berapakah uang masing‐ 3−5 2
masing ? 3 5 25
Penyelesaian: Kelereng Veri = × 50 = × 50 = 5 × 25 = 125
3−5 2
L: F: R = 3: 5: 7
7 7 25
L + F + R = Rp 6.000.000,00 Kelereng Vani = × 50 = × 50 = 7 × 25 = 175
3−5 2
3
Uang L = × 6000000 Jadi, kelereng Vani, Veri, dan Vita adalah 75, 125
3+5+7
3 400000
dan 175.
= × 6000000 = 3 × 400000 = 1200000
15
10
© Pustaka Widyatama 2010
B. Perbandingan Senilai dan Contoh:
Sebuah besi panjangnya 2,5 m terletak tegak lurus di
Berbalik Nilai lapangan terbuka, bayangan besi 50 cm. Di tempat
yang sama, tentukan panjang bayangan suatu pohon
jika pohon tersebut tingginya 30 m.
Perbandingan dapat dikatakan sebagai bentuk lain Pembahasan:
dari pecahan. Perbandingan dibedakan menjadi dua, 2,5 m = 250 cm
yaitu perbandingan senilai dan perbandingan 30 m = 3000cm
berbalik nilai. 250 50
=
3000 x
1. Perbandingan senilai
250x = 50.3000
Perbandingan senilai adalah perbandingan yang
apabila nilai awalnya diperbesar, maka nilai akhir 150000 15000
x= = = 600 cm
juga akan semakin besar. Sebaliknya, apabila nilai 250 25
awal diperkecil maka nilai akhir juga akan menjadi Jadi, panjang bayangan tersebut 600 cm.
semakin kecil.
2. Perbandingan berbalik nilai
Nilai Awal (P) Nilai Akhir (Q) Perbandingan berbalik nilai adalah perbandingan
x Sebanding a yang bercirikan bila nilai awal diperbesar maka nilai
y dengan b akhir menjadi lebih kecil. Sebaliknya, bila nilai awal
diperkecil maka nilai akhir menjadi lebih besar.
Hubungan yang berlaku dari perbandingan di atas
adalah Nilai Awal (P) Nilai Akhir (Q)
x Sebanding y
x a a dengan b
= .
y b x a
Hubungan yang berlaku adalah = .
b y
Grafik perbandingan senilai adalah: Bentuk grafik perbandingan berbalik nilai adalah:
Y
Y
0 X
0 X
11
© Pustaka Widyatama 2010
Contoh: 5
Jarak sebenarnya = × 30000 = 150000 cm
Suatu pekerjaan dapat diselesaikan oleh 15 orang 1
dalam waktu 3 bulan. Jika pekerjaan tersebut hanya Jadi, jarak sebenarnya kota A ke kota B adalah
dikerjakan 9 orang, berapa lama pekerjaan tersebut 150.000 cm = 1,5 km.
dapat diselesaikan?
Pembahasan: Contoh:
Perbandingan yang berlaku di sini adalah Pada daerah berskala 1: 500, tergambar sebuah
perbandingan berbalik nilai, yaitu: lapangan yang berbentuk persegi panjang dengan
3 9
=
45
⇒ 3 . 15 = 9x ⇒ 45 = 9x ⇒ x = ukuran 14 cm dan lebar 9 cm. Berapakah m2 luas
x 15 9 lapangan tersebut?
Jadi, waktu yang dibutuhkan 9 pekerja untuk Penyelesaian:
menyelesaikan pekerjaan selama 5 bulan. Panjang pada gambar = 14 cm,
Lebar pada gambar = 9 cm.
Skala = 1: 500.
C. Skala Perbandingan pada Gambar Maka,
14
Panjang sebenarnya = × 500 = 7000 cm = 70 m
a: b 1
Dengan: 9
Lebar sebenarnya = × 500 = 4500 cm = 45 m
a: jarak pada gambar b: jarak sebenarnya 1
Luas sebenarnya = panjang sebenarnya × lebar sebenarnya
Contoh: = 70 × 45 = 3150 m2
Skala peta 1: 10.000.
Artinya jika jarak peta adalah 1 cm, maka jarak Jadi, luas lapangan sebenarnya = 3.150 m2.
sebenarnya adalah 10.000 cm.
Rumus:
Jarak sebenarnya = skala x jarak pada gambar
Contoh:
Diketahui skala peta adalah 1: 30.000. Jika jarak kota
A dan B di peta 5 cm, berapakah kota A dan kota B?
Penyelesaian:
Skala peta 1: 30.000
Jarak kota A ke kota B = 5 cm.
12
© Pustaka Widyatama 2010
Contoh:
1. 30 dg = ... mg.
Penyelesaian:
30 dg = 30 x 100 mg = 3.000 mg.
SATUAN PENGUKURAN 2. 3.500 gr = ... hg.
Penyelesaian:
Dari gr ke hg naik 2 tangga, maka dibagi dengan
100.
A. Satuan Ukuran Berat 3.500 g = 3.500: 100 hg = 35 hg.
3. 2 kg + 4 hg + 7 ons + 12 gr + 6 pon = ... gr.
Satuan ukuran berat digunakan untuk mengetahui Penyelesaian:
berat suatu benda. Alat untuk mengukur berat 2 kg = 2 x 1000 gr = 2.000 gr
benda adalah timbangan atau neraca. 4 hg = 4 x 100 gr = 400 gr
7 ons = 7 x 100 gr = 700 gr
6 pon = 5 x 500 gr = 3.000 gr
Maka,
2 kg + 4 hg + 7 ons + 12 gr + 6 pon =
2000 gr + 400 gr + 700 gr + 12 gr + 3.000 gr =
6.112 gr.
B. Satuan Ukuran Panjang
Satuan ukuran panjang digunakan untuk mengukur
panjang ruas garis, keliling bangun datar, panjang
sisi bangun ruang dan jarak tempuh. Alat yang
digunakan untuk mengukur panjang adalah meteran
(penggaris dan rol meter). Berikut adalah satuan
Satuan ukuran berat lainnya
ukuran panjang dalam sistem metrik.
1 kwintal = 100 kg = 100.000 gr
1 ton = 10 kuintal = 1.000 kg
1 pon = 0,5 kg = 500 gr
1 ons = 1 hg = 0,1 kg = 100 gr
1 kg = 10 ons = 2 pon
13
© Pustaka Widyatama 2010
3. 5,5 km + 4 hm + 30 dm = ... m.
Penyelesaian:
5,5 km = 5,5 x 1000 m = 5.500 m
4 hm = 4 x 100 m = 400 m
30 dm = 30: 10 m = 3 m
Maka, 5.500 m + 400 m + 3 m = 5.903 m.
C. Satuan Ukuran Luas
Satuan ukuran luas digunakan untuk menentukan
luas suatu permukaan. Satuan ukuran luas
dinyatakan dalam bentuk persegi atau pangkat dua.
Satuan ukuran panjang lainnya
1 inci = 2,45 cm
1 kaki = 30,5 cm
1 yard = 91,4 cm
1 mikron = 0,000001 m
1 mil (di laut) = 1.851,51 m
1 mil (di darat) = 1.666 m
1 mil (di Inggris) = 1.609,342 m
Contoh:
1. 45 dm = ... mm. Contoh:
Penyelesaian: 1. 17 km2 = ... dam2.
Dari dm ke mm turun 2 tangga, maka dikalikan Penyelesaian:
dengan 100. 45 dm = 45 x 100 mg = 4.500 mg. Dari km2 ke dam2 turun 2 tangga, maka dikalikan
2. 1.750 m = ... hm. dengan 10.000.
Penyelesaian: 17 km2 = 17 x 10.000 dam2 = 170.000 dam2.
Dari m ke hm naik 2 tangga, maka dibagi dengan 2. 100 m2 = ... dam2.
100. Penyelesaian:
1.750 m = 1.750 : 100 hg = 17,5 hm. Dari m2 ke dam2 naik 1 tangga, maka dibagi
dengan 100.
100 m2 = 100: 100 dam2 = 1 dam2.
14
© Pustaka Widyatama 2010
3. 5 km2 + 41 hm2 + 1.300 dm2 = ... m2. 2. 750 da = ... ha.
Penyelesaian: Penyelesaian:
5 km2 = 5 x 1.000.000 m2 = 5.000.000 m2 Dari da ke ha naik 3 tangga, maka dibagi dengan
41 hm2 = 41 x 10.000 m2 = 410.000 m2 1000.
1.300 dm2 = 1.300: 100 m2 = 13 m2 750 da = 750: 1000 ha = 0,75 ha.
Maka, 5 km2 + 41 hm2 + 1.300 dm2 3. 9 km2 + 33 ha + 2 are = ... m2.
= 5.000.000 m2 + 410.000 m2 + 13 m2 Penyelesaian:
= 5.410.013 m2. 9 km2 = 9 x 1.000.000 m2 = 9.000.000 m2
33 ha = 33 hm2 = 33 x 10.000 m2 = 330.000 m2
2 are = 2 dam2 = 2 x 100 m2 = 200 m2
D. Satuan Ukuran Luas (Are) Maka, 9 km2 + 33 ha + 2 are = ... m2
= 9.000.000 m2 + 330.000 m2 + 200 m2
Selain dalam bentuk persegi, dikenal pula satuan = 9.330.200 m2.
luas dalam bentuk are.
Perlu diingat
1 ka = 10 ha 1 a = 1 dam2 E. Satuan Ukuran Volume
2
1 ha = 1 hm 1 ca = 1 m2
Satuan ukuran volume digunakan untuk mengetahui
isi suatu benda atau bangun ruang. Satuan ukuran
volume dinyatakan dalam bentuk kubik (pangkat
tiga).
Perlu diingat,
1 m3 = 1 m x 1 m x 1 m
1 km3 = 1000 hm3
1 km3 = 1.000.000 dam3
1 mm3 = 0,001 cm3
1 mm3 = 0,000001 dm3
Contoh:
1. 19 are = ... ca.
Penyelesaian:
Dari are ke ca turun 2 tangga, maka dikalikan
dengan 100. 19 are = 19 x 100 ca = 1900 ca.
15
© Pustaka Widyatama 2010
F. Satuan Ukuran Liter
Perlu diingat
1 kl = 10 hl
1 kl = 1.000 l
1 kl = 1 m3
1 l = 1 dm3 = 1.000 cm3
1 cm3 = 1 ml = 1 cc
Contoh:
1. 56 dam3 = ... dm3.
Penyelesaian:
Dari dam3 ke dm3 turun 2 tangga, maka dikali
dengan 1.000.000.
56 dam3 = 56 x 1.000.000 dm3 = 56.000.000 dm3.
2. 17.500 m3 = ... hm3.
Penyelesaian:
Dari m3 ke hm3 naik 2 tangga, maka dibagi
dengan 1.000.000.
17.500 m3 = 17.500: 1.000.000 hm3 = 0,0175
hm3.
3. 0,0013 m3 + 70 dm3 – 940 cm3 = ... cm3.
Penyelesaian: Contoh:
0,0013 m3 = 0,0013 x 1.000.000 cm3 = 13.500 1. 15 dal = ... cl.
cm3 Penyelesaian:
70 dm3 = 70 x 1.000 cm3 = 70.000 cm3 Dari dal ke cl turun 3 tangga, maka dikalikan
Maka, dengan 1000.
13.500 cm3 + 70.000 cm3 – 940 cm3 = 84.440 cm3. 15 dal = 15 x 1000 cl = 15.000 cl.
2. 175 l = ... hl.
Penyelesaian:
Dari l ke hl naik 2 tangga, maka dibagi dengan
100. 175 l = 175: 100 hl = 0,175 hl.
16
© Pustaka Widyatama 2010
3. 0,6 kl + 4,3 hl + 130 cl = ...dm3. Contoh:
Penyelesaian: Ubahlah satuan debit m3/detik menjadi liter/detik.
0,6 kl = 0,6 x 1000 dm3 = 600 dm3 Penyelesaian:
4,3 hl = 4,3 x 100 dm3 = 430 dm3 Caranya dengan mengalikan kedua ruas pada
130 cl = 130: 100 dm3 = 1,3 dm3 persamaan tersebut dengan 1.000.
Maka, 1
1 liter / detik × 1000 = m3 / detik × 1000
600 + 430 m + 1,3 m = 104,33 dm3. 1000
1000 3
1000 liter / detik = m / detik = 1 m3 / detik
1000
G. Satuan Ukuran Debit atau 1 m3 / detik = 1000 liter / detik
Rita akan mengisi sebuah ember dengan air dari
keran. Dalam waktu 1 menit, ember tersebut terisi 6
liter air. Artinya, debit air yang mengalir dari keran
H. Satuan Ukuran Waktu
itu adalah 6 liter/menit, ditulis 6 liter/menit.
Ada beberapa jenis satuan waktu
Satuan debit biasanya digunakan untuk menentukan
yang harus kita ingat, yaitu
volume air yang mengalir dalam suatu satuan waktu.
sebagai berikut.
Contoh:
Contoh:
1. Sebuah kolam diisi air dengan menggunakan
1 abad = 10 dasawarsa
pipa yang debitnya 1 liter/detik. Artinya, dalam
= 100 tahun
waktu 1 detik volume air yang mengalir dari pipa
1 dasawarsa = 10 tahun
tersebut adalah 1 liter.
1 windu = 8 tahun
2. Debit air yang mengalir pada pintu air Manggarai
1 lustrum = 5 tahun
adalah 500 m3/detik. Artinya, dalam waktu 1
1 tahun = 12 bulan
detik volume air yang mengalir melalui pintu air
= 52 minggu
Manggarai adalah 500 m3.
= 365 hari
1 semester = 6 bulan
Satuan debit yang sering digunakan adalah
1 catur wulan = 4 bulan
liter/detik dan m3/detik.
1 minggu = 7 hari
1
Ingat, 1 liter = 1dm3 = m3 . 1 hari = 24 jam
1000 1 jam = 60 menit
1
Jadi, 1 liter /detik = m3 /detik . 1 menit = 60 detik
1000 1 jam = 60 menit
= 3.600 detik
17
© Pustaka Widyatama 2010
Jumlah hari pada tiap‐tiap bulan I. Satuan Ukuran Suhu
Januari = 31 hari
Februari = 28 hari (29 hari pada tahun kabisat) Suhu menunjukkan derajat panas suatu benda. Alat
Maret = 31 hari untuk mengukur suhu atau perubahan suhu yaitu
April = 30 hari termometer.
Mei = 31 hari
0
Juni = 30 hari 0
Juli = 31 hari 0
Agustus = 31 hari
September = 30 hari
Oktober = 31 hari
November = 30 hari
Desember = 31 hari
Jumlah = 365 hari (366 hari untuk tahun
kabisat)
Tahun kabisat adalah tahun yang habis dibagi 4.
Contoh: 1996, 2000, 2004, dll.
4 jenis satuan pengukuran suhu, yaitu Celcius (oC),
Contoh:
Reamur (oR), fahrenheit (oF) dan Kelvin (K). Untuk
1. 3 windu + 5 dasawarsa + 24 bulan = ... tahun.
penulisan satuan ukuran suhu Kelvin tidak diikuti
Penyelesaian:
simbol derajat.
3 windu = 3 x 8 tahun = 24 tahun
5 dasawarsa = 5 x 10 tahun = 50 tahun
Perbandingan satuan pengukuran suhu
24 bulan = 24: 12 = 2 tahun
C: R: (F – 32) = 5: 4: 9
Maka, 24 + 50 + 2 = 76 tahun
2. 7 jam + 40 menit + 55 detik = detik.
Penyelesaian:
7 jam = 7 x 3.600 detik = 25.200 detik
40 menit = 40 x 60 detik = 2400 detik
Maka, 25.200 + 2.400 + 55 detik = 27.655 detik.
18
© Pustaka Widyatama 2010
4 J. Satuan Ukuran Jumlah (Kuantitas)
°R = × °C
5
5 Satuan kuantitas digunakan untuk menghitung
°C = × °R banyak barang. Satuan kuantitas yang biasa
4
digunakan adalah lusin, gros, kodi, dan rim.
⎛9 ⎞ ⎛9 ⎞
°F = ⎜ × °C ⎟ + 32° = ⎜ × °R ⎟ + 32° Hubungan satuan kuantitas tersebut adalah:
⎝ 5 ⎠ ⎝ 4 ⎠ 1 gros = 12 lusin = 144 biji/batang
4
°R = × ( °F − 32 ) 1 lusin = 12 biji
9 1 kodi = 20 lembar
5 1 rim = 500 lembar
°C = × ( °F − 32 )
9
K = °C + 273 Rim
Rim merupakan satuan yang
Contoh: biasanya digunakan untuk
1. 175°C = ...°F menunjukkan banyaknya kertas.
Penyelesaian: 1 rim = 500 lembar
⎛9 ⎞ ⎛9 ⎞
°F = ⎜ × °C ⎟ + 32° = ⎜ × 175° ⎟ + 32° = 315° + 32° = 347°F
⎝5 ⎠ ⎝5 ⎠
Jadi, 175°C = 347°F Kodi
2. 131°F = ...°R
Penyelesaian: Kodi merupakan satuan yang
4 4 biasanya digunakan untuk
°R = × ( °F − 32° ) = × (131° − 32° ) menunjukkan banyaknya
9 9
4 pakaian.
= × 99° = 44° 1 kodi = 20 buah
9
Jadi, 131°F = 44°R
Lusin
Lusin merupakan satuan yang
biasanya digunakan untuk
menunjukkan banyaknya suatu
barang, seperti gelas, piring dan
sendok.
1 lusin = 12 buah
19
© Pustaka Widyatama 2010
Gross
Gross merupakan satuan yang
biasanya digunakan untuk
menunjukkan banyaknya suatu
barang, seperti alat tulis (pensil, JARAK DAN KECEPATAN
spidol, pena) serta alat jahit
(benang atau resliting).
1 gross = 144 buah = 12 lusin
A. Pengertian
Contoh:
1. 5 gross + 5 lusin = ... buah. Kecepatan adalah besarnya jarak atau panjang
Penyelesaian: lintasan dibagi dengan waktu. Alat yang digunakan
5 gross = 5 x 144 biji = 720 buah untuk mengukur besarnya kecepatan disebut
5 lusin = 5 x 12 biji = 60 biji speedometer.
Maka, 720 + 60 = 780 biji.
2. 7 lusin + 4 gross + 55 buah = ... kodi. Jarak = kecepatan x waktu
Penyelesaian: Waktu = jarak : kecepatan
7 Kecepatan = jarak : waktu
7 lusin = × 12 buah = 4,2 kodi
20
4 Satuan kecepatan = km/jam
4 gross = × 144 = 28,8 kodi
20 Satuan waktu = jam
55 Satuan jarak = km
55 buah = = 2,75 kodi
20 Contoh:
Maka, 4,2 + 28,8 + 2,75 = 35,75 kodi. 1. Motor Andi melaju selama 4 jam. Jika kecepatan
rata‐ratanya 80 km tiap jam, maka jarak yang
ditempuh adalah ...
Penyelesaian:
Jarak = kecepatan x waktu
= 80 km/jam x 4 jam = 320 km
2. Jarak kota Yogyakarta – Semarang 50 km. Beni
naik sepeda dengan kecepatan 15 km per jam
tanpa berhenti. Berapakah waktu yang
diperlukan Beni untuk menempuh Yogyakarta –
Semarang?
20
© Pustaka Widyatama 2010
Penyelesaian: Penyelesaian:
jarak 50 km 1 Waktu = jarak : jumlah kecepatan
Waktu = = = 3 jam
kecepatan 15 km/ jam 3 250 km 250 km
= =
= 3 jam 20 menit 60 km/jam + 40 km/jam 100 km/jam
3. Jarak rumah A – B = 100 km, ditempuh oleh = 2,5 jam = 2jam 30 menit
Cecep dengan waktu 2 jam. Kecepatan rata‐rata a. Mereka berpapasan pukul 07.00 + 02.30 = 09.30
Cecep menempuh jarak itu adalah ... km/jam. b. Mereka berpapasan pada jarak dari Semarang
Penyelesaian: = kecepatan Andi × waktu
jarak 100 km = 60 km/jam x 2,5 jam = 150 km
Kecepatan = = = 50 km/ jam
waktu 2 jam
21
© Pustaka Widyatama 2010
a. Pukul berapa mereka berpapasan di jalan? Contoh:
b. Pada km ke berapa dari kota X mereka bertemu? Ceplis naik sepeda dari Yogya ke Semarang. Ia
Penyelesaian: berangkat pukul 07.00 dengan kecepatan 40
1. Jarak yang sudah ditempuh Anggi km/jam. Dari Yogya, Doni menyusul dengan
= (07.30 – 07.00) x 40 km/jam kecepatan 60 km/jam pukul 07.45. Pukul berapa
= 30 menit x 40 km/jam = 0,5 jam x 40 km/jam Doni menyusul Ceplis?
= 20 km Penyelesaian:
2. Sisa jarak = 65 km – 20 km = 45 km 1. Selisih berangkat = 07.40 – 07.00 = 45 menit
3. Jumlah kecepatan = ¾ jam
= 40 km/jam + 50 km/jam = 90 km/jam 2. Jarak yang sudah ditempuh Ceplis
4. Waktu berpapasan = ¾ jam x 40 km/jam = 30 km
jarak 3. Selisih kecepatan = 60 km/jam – 40 km/jam
Waktu berpapasan =
jumlah kecepatan = 20 km/jam
45 km 4. Lama di jalan
= = 0,5 jam 30 km
90 km/ jam = 1,5 jam = 1 jam 30menit
20 km/jam
= 30 menit Jadi, Doni menyusul Ceplis pukul = 07.45 + 01.30
Jadi, = 09.15.
a. Mereka berpapasan pukul 07.30 + 00.30 = 08.00
b. Jarak dari kota X = (0,5 jam x 40 km/jam) + 20 km
= 20 km + 20 km = 40 km
D. Susul Menyusul
Langkah‐langkah:
1. Mencari selisih waktu berangkat orang pertama
(A) dan orang kedua (B).
2. Mencari jarak yang telah ditempuh A.
3. Mencari selisih kecepatan.
4. Mencari lama di jalan =
jarak yang telah ditempuh A
selisih kecepatan
5. Menyusul = waktu berangkat B + lama di jalan.
22
© Pustaka Widyatama 2010
B. Bunga Tunggal
ARITMATIKA SOSIAL Jika, uang yang ditabung mula‐mula = M rupiah,
bunga tunggal = B % tiap tahun, dan waktu
menabung = t tahun. Maka,
Bunga selama 1 tahun = M × B%
A. Untung dan Rugi Bunga selama t tahun = M × B% × t
B
Untung adalah hasil dari seorang pedagang yang Bunga selama 1 bulan = M × %
12
menjual barang dagangannya lebih tinggi dari harga
B
pembelian. Bunga selama t bulan = M × % × t
12
Jumlah tabungan = M + Bunga
Rugi adalah hasil dari seorang pedagang yang
menjual barang dagangannya lebih rendah dari
harga pembelian. Contoh:
Pedagang buah apel fuji super membeli dengan
Untung = harga penjualan > harga pembelian harga Rp 20.000,00 per kilogram. Jika apel tersebut
Rugi = harga penjualan < harga pembelian dijual dengan harga Rp 25.000,00 per kilogram,
maka
Besar keuntungan = harga jual – harga beli a. Untung atau rugi pedagang tersebut?
Besar kerugian = harga beli – harga jual b. Jika untung, berapa keuntungannya? Dan jika
rugi, berapa kerugiannya?
Penyelesaian:
Catatan: a. Harga pembelian Rp 20.000,00.
Harga beli biasa disebut sebagai modal. Harga penjualan Rp 25.000,00.
Sehingga, Maka, Harga pembelian < harga penjualan,
Rp 20.000,00 < Rp 25.000,00.
Besar keuntungan = harga jual – modal Sehingga, pedagang mendapat keuntungan.
Besar kerugian = modal – harga jual b. Besar keuntungan
= harga jual – harga beli
= Rp 25.000,00 – Rp 20.000,00 = Rp 5.000,00
Jadi, pedagang mendapatkan keuntungan
sebesar Rp 5.000,00.
23
© Pustaka Widyatama 2010
C. Persentase Untung dan Rugi D. Menentukan Harga Pembelian
dan Penjualan dari Persentase
Persentase untung rugi harga pembelian
Kerugian atau Keuntungan
Untung
Persentase Untung = × 100%
Harga Pembelian
Untung 100%
= × 100% Pembelian = × Untung
Modal Persen Untung
Rugi
Persentase Rugi = × 100% =
100%
× Untung
Harga Pembelian Persen Rugi
Rugi
= × 100%
Modal
Penjualan(untung ) = Pembelian + Untung
Penjualan(rugi) = Pembelian − Rugi
Contoh:
Adam menjual roti dengan modal Rp 80.000,00 dan
hasil yang didapat dari penjualan roti adalah Rp Contoh:
120.000,00. Berapa persen keuntungan Adam ? Seorang pedagang es keliling setiap hari mendapat
Penyelesaian: keuntungan 30 % atau Rp 18.000,00. Hitunglah
Keuntungan = Harga jual – modal harga pembelian dan penjualannya!
= Rp 120.000,00 – Rp 80.000,00 Penyelesaian:
= Rp 40.000,00 Persentase untung = 30 %.
Untung 40000 Besarnya keuntungan = Rp 18.000,00
Persentase Untung = × 100% = × 100% 100% 1.800.000
Modal 80000 Pembelian = × 18.000 = = 60.000
1 30% 30
= × 100% = 50%
2 Penjualan = pembelian + untung
= Rp 60.000,00 + Rp 18.000,00
Jadi, keuntungan Adam 50 %. = Rp 78.000,00
Jadi, harga pembelian Rp 60.000,00 dan dijual
dengan harga Rp 78.000,00.
24
© Pustaka Widyatama 2010
E. Rabat, Bruto, Netto dan Tara
Rabat = potongan harga (diskon)
Bruto = berat kotor
Netto = berat bersih
Tara = selisih bruto dan netto
Bruto = Netto + Tara
Netto = Bruto – Tara
Tara = Bruto – Netto
Contoh:
Pada sebuah kantong semen yang sering kita lihat
terdapat tulisan netto 50 kg. Jika berat kantongnya
300 gram, berapa brutonya?
Penyelesaian:
Netto = 50 kg.
Tara = 300 gram = 0,3 kg.
Bruto = Netto + Tara
= 50 kg + 0,3 kg
= 5,3 kg
Jadi, berat bruto semen adalah 5,3 kg.
25
© Pustaka Widyatama 2010
B. Himpunan Bagian
HI MPUNAN Jika setiap anggota himpunan A merupakan anggota
himpunan B maka A disebut himpunan bagian atau
subset B. Penulisan notasi himpunan bagian seperti
berikut.
A. Himpunan Kosong, Himpunan Nol,
9 A ⊂ B dibaca A himpunan bagian B.
dan Himpunan Semesta 9 A ⊄ B dibaca A bukan himpunan bagian B.
Himpunan kosong adalah himpunan yang tidak
Sifat
memiliki anggota. Himpunan kosong dinotasikan
9 Himpunan kosong merupakan himpunan bagian
dengan Ø atau { }.
dari setiap himpunan, dituliskan ∅ ⊂ A .
9 Setiap himpunan adalah himpunan bagian dari
Himpunan nol adalah himpunan yang beranggota‐
himpunan itu sendiri, dituliskan A ⊂ A .
kan himpunan nol. Himpunan nol dituliskan {0}.
Contoh:
Jika jumlah anggota suatu himpunan A adalah
1. A = {siswa kelas VIII yang memiliki tinggi lebih
n(A)=N, maka banyaknya anggota himpunan bagian
dari 3 meter}, artinya A = Ø atau A = { }.
dari A sebanyak 2N.
2. X = {bilangan ganjil yang habis dibagi dengan
2}, artinya X = Ø atau X = { }.
Contoh:
3. B = {bilangan cacah kurang dari 1}, artinya B =
P = {c, b, f}, himpunan bagian P adalah {c}, {b}, {f}, {c,
{0}.
b}, {c, f}, {b, f}, {c, b, f} dan { }.
Jadi, banyaknya himpunan bagian P adalah 23 = 8,
Himpunan semesta adalah suatu himpunan yang
termasuk himpunan kosong ({ }) dan P itu sendiri,
memuat semua anggota dalam pembicaraan. Him‐
yaitu {c, b ,f}.
punan semesta dilambangkan S.
Contoh:
1. A = {a, b, c, d, e} dan X = {f, g, h, i}, maka S = {a,
b, c, d, e, f, g, h, i} atau S = {a, b, c, d, e, f, g, h, i,
j}.
2. B = {1, 2, 3}, maka S = {bilangan asli} atau S =
{bilangan bulat}.
26
© Pustaka Widyatama 2010
C. Diagram Venn dan Hubungan
Contoh:
Antarhimpunan X= {p, r, i, n, c, e}, Y = {p, a, r, i, s}, diagram
Venn‐nya adalah:
S X Y
Diagram Venn adalah diagram yang digunakan
untuk menunjukkan hubungan antara dua himpun‐
i n i p i a
an atau lebih. i c i r i s
i e i j
Beberapa hubungan antarhimpunan berikut dapat
ditunjukkan dengan diagram Venn.
a. Saling lepas c. Himpunan bagian
Dua himpunan X dan Y dikatakan saling lepas Suatu himpunan yang seluruh anggotanya
jika tidak ada satu pun anggota himpunan X merupakan bagian dari himpunan yang lain.
yang menjadi anggota himpunan Y. Begitu juga Dinotasikan X ⊂ Y .
sebaliknya. Contoh:
Contoh: Himpunan X = {1, 3, 5} dan Y = {1, 2, 3, 4, 5}.
X = {1, 4, 5} dan Y = {p, q, r} Diagram Venn‐nya adalah:
Jadi, X dan Y saling lepas, dan hubungan ini
S
dapat dinyatakan dengan diagram Venn Y
berikut. X
i 1 i a
X Y i 3 i s
i 5
1 p
4 q
5 r
d. Himpunan ekuivalen
b. Berpotongan (Beririsan) Dua himpunan X dan Y dikatakan ekuivalen bila
Himpunan X dan Y dikatakan berpotongan atau n(X) = n(Y). Himpunan X dan Y yang saling
beririsan jika ada anggota himpunan X yang ekuivalen dinotasikan X ~ Y.
menjadi anggota himpunan Y. Contoh:
X = {p, e, r, s, i, b} ,Y = {t, e, r, t, i, b}
Karena n(X) = n(Y) = 6, maka X ~ Y.
e. Himpunan yang sama
Dua himpunan X dan Y dikatakan sama jika
setiap anggota himpunan X merupakan
27
© Pustaka Widyatama 2010
anggota himpunan Y. Begitu juga sebaliknya.
Notasinya adalah A = B.
Contoh:
X = {bilangan cacah antara 2 dan 8}
Y = {bilangan asli antara 2 dan 8}
Diagram Venn:
X ∩ Y = {p, r, i} .
S
X Y 2. Gabungan (Union)
i 3 Gabungan adalah himpunan yang anggota‐
i 4
i 5
i 6
anggotanya merupakan gabungan dari
i 7 anggota‐anggota himpunan yang lain.
Dinotasikan:
X ∪Y , dibaca “X union Y atau gabungan dari X
Jadi, X = Y = {3, 4, 5, 6, 7} dan Y”.
Contoh:
D. Operasi Himpunan X = {s, i, u, n, g}, Y = {i, n, d, a, h}
Diagram Venn:
Operasi antar himpunan di antaranya adalah operasi
irisan, gabungan, dan komplemen.
1. Irisan (Intersection)
Irisan himpunan X dan Y adalah himpunan yang
anggotanya merupakan anggota X dan juga
anggota Y.
3. Komplemen
Dinotasikan:
Komplemen suatu himpunan X adalah himpun‐
X ∩Y dibaca “irisan himpunan X dan Y”
an yang anggotanya bukan anggota himpunan
Contoh:
A, ditulis Xc.
X = {p, r, i, n, c, e}, Y = {p, a, r, i, s}.
Contoh:
Diagram Venn:
X = {himpunan bilangan asli kurang dari 9}
Y = {himpunan bilangan prima kurang dari 12}
28
© Pustaka Widyatama 2010
F. Hukum De Morgan
Pada operasi himpunan berlaku hukum De Morgan
berikut.
c
Artinya Y = {1, 4, 6, 8}
( X ∩ Y )c = X c ∪ Y c
( X ∪ Y )c = X c ∩ Y c
E. Sifat-sifat Operasi Himpunan
29
© Pustaka Widyatama 2010
Contoh Soal 3. Dari 40 orang, 16 orang memelihara burung, 21
memelihara kucing, dan 12 orang memelihara
1. Diketahui n(S) adalah banyaknya anggota burung dan kucing. Jumlah orang yang tidak
himpunan semesta. Jika n(X) = a; n(Y) = b; dan memelihara burung ataupun kucing adalah
n(X ∩ Y) = c, maka n( X ∪ Y) = . . . . sebanyak . . . orang.
Jawab: Jawab:
n(X) = a ; n(Y) = b, dan n(X ∩ Y) = c, maka S = {banyaknya anak} → n(S) = 40
dengan rumus gabungan dua himpunan B = {anak yang memelihara burung} → n(B) =
diperoleh: 16
n( X ∪ Y ) = n( X ) + n( Y ) − n( X ∩ Y ) C = {anak yang memelihara kucing} → n(C) =
21
n( X ∪ Y ) = a + b − c B ∩ C = {anak yang memelihara burung dan
2. Bentuk sederhana dari ( C ∩ A ) ∪ ( A ∩ B) kucing} → n(B ∩ C) = 12
Diagram Venn:
adalah . . . .
Jawab:
Cara pertama, menggunakan sifat:
( C ∩ A ) ∪ ( A ∩ B ) = ( A ∩ B) ∪ ( C ∩ A )
= ( A ∩B) ∪ ( A ∩ C)
= A ∩ (B ∪ C) (B ∪ C)C = BC ∩ CC
Atau dengan cara kedua, yaitu dengan melihat
diagram Venn untuk bentuk tersebut, yaitu: Jika (B ∪C) = {jumlah seluruh anak yang
memelihara burung digabung dengan jumlah
yang memelihara kucing},
maka n(B ∪ C) = n(B) + n( C) − n(B ∩ C )
n(B ∪ C) = 16 + 21 − 12 = 25
Dan (B ∪ C) = {anak yang tidak memelihara
c
Daerah yang diarsir adalah bentuk dari:
burung ataupun kucing}
( C ∩ A ) ∪ ( A ∩B) , dan daerah tersebut
n(B ∪ C) = n( S) − n(B ∪ C)
c
= A ∩ (B ∪ C) = 40 − 25 = 15
30
© Pustaka Widyatama 2010
Artinya, jumlah anak yang tidak memelihara
burung ataupun kucing adalah 15 orang.
Sudut bertolak belakang sama besar
2
HUBUNGAN ANTAR SUDUT 1
3
4
Perhatikan gambar:
∠1 bertolak belakang dengan ∠3 ⇒ ∠1 = ∠3
A. Hubungan Antarsudut ∠2 bertolak belakang dengan ∠ 4 ⇒ ∠2 = ∠ 4
Hubungan antarsudut ada bermacam‐macam, di Sudut sehadap sama besar
antaranya sudut saling berpenyiku (berkomplemen), Untuk memahami sudut sehadap sama besar,
sudut saling berpelurus (bersuplemen), sudut perhatikan penjelasan gambar berikut:
bertolak belakang, sudut sehadap, sudut
berseberangan, sudut elevasi, dan sudut depresi.
A 1 2
Sudut saling berpenyiku/komplemen 4 3
A B
Dua sudut α dan β saling berpenyiku jika berlaku: 1 2
B 4 3
α + β = 90o
β o ∠A1 sehadap dengan B1 ⇒ ∠A1 = ∠B1
α o ∠A2 sehadap dengan B2 ⇒ ∠A2 = ∠B2
o ∠A 3 sehadap dengan B3 ⇒ ∠A 3 = ∠B3
Sudut saling berpelurus/suplemen
o ∠A 4 sehadap dengan B4 ⇒ ∠A 4 = ∠B4
Dua sudut α dan β saling berpelurus jika berlaku:
α + β = 180o
β α
31
© Pustaka Widyatama 2010
Sudut berseberangan sama besar Jumlah sudut segi empat
Perhatikan penjelasan gambar berikut!
D C Jumlah sudut pada
A 1 2 Segi empat:
4 3 ∠A + ∠B + ∠C + ∠D
A B
A = 360o
1 2 B
B 4 3
Sudut‐sudut pada segi‐n beraturan
Besar tiap sudut pada segi‐n beraturan adalah:
∠X 4 berseberangan dengan ∠Y2 ⇒ ∠X 4 = ∠Y2
∠X 3 berseberangan dengan ∠Y1 ⇒ ∠X 3 = ∠Y1 (n − 2 ) × 180o
n
Sudut elevasi dan sudut depresi
Pada gambar di bawah, α merupakan sudut elevasi, Contoh Soal
dan β merupakan sudut depresi.
1. Besar tiap sudut pada segi‐6 beraturan adalah:
(n − 2 ) × 180o ( 6 − 2 )180 4 × 180
= = = 120 o
α n 6 6
β 2. Perhatikan gambar berikut.
C
D
O
45
B. Besar Sudut pada Bangun Datar
65O
A B E
Jumlah sudut pada segitiga
Jika pada gambar di atas garis AC//BD, maka
C Jumlah sudut pada besar sudut DBE adalah . . . .
Segitiga:
Pembahasan:
Garis AC//BD, maka ∠CAB = ∠DBE (merupakan
∠ A + ∠ B + ∠ C = 180 o pasangan sudut sehadap)
∠ACB = ∠CBD = 45o (pasangan sudut
A B berseberangan)
32
© Pustaka Widyatama 2010
⇒ ∠ CBA + ∠ CBD + ∠ DBE = 180 o 2 sudut berpelurus → jumlahnya 180o
⇒ 65o + 45o + ∠DBE = 180o 2 sudut bertolak belakang → sama besarnya
2 sudut sehadap → sama besarnya
⇒ ∠DBE = 180 − ( 65o + 45o )
Sehingga:
⇒ ∠DBE = 180o − 110o = 70o Jadi, p + x = 32,5o + 26o = 58,5o.
3. Besar sudut yang dilewati jarum pendek sebuah 5. Pada gambar di bawah ini, garis p//q, dan garis
jarum jam dari pukul 11.00 hingga pukul 11.35 r//s. Jika besar sudut D2= 60o, maka besar
adalah . . . . ∠C1 + ∠B4 + ∠A1 = . . . .
Pembahasan:
Sudut jarum pendek =
1 jam + 5 menit
2
360 o
Sudut jarum pendek 1 jam = = 30 o ,
12
30o
Sudut jarum pendek 1/2 jam = = 15o ,
2
30o Pembahasan:
Sudut jarum pendek 5 menit = = 2,5o .
12 ∠ A 1 = ∠ C1 (pasangan sudut sehadap )
Jadi, sudut yang dibentuk jarum dari pukul ∠A 1 + ∠A 2 = ∠D1 + ∠D2 = 180 o
11.00 hingga 11.35 adalah = 15o + 2,5o = 17,5o .
∠A 1 = ∠ D1 (pasangan sudut sehadap ) ,
Sehingga:
4. Perhatikan gambar berikut.
P 1 2 g ∠A 1 = 180 o − ∠D2 = 180 o − 60o = 120o
4 3
B
1 2 m ∠B 4 = ∠C 4 (pasangan sudut sehadap ) ,
Q 4 3 Sehingga: ∠C 4 = ∠D4 dan ∠D4 = ∠D2
33
© Pustaka Widyatama 2010
3. Perpangkatan
Operasi perpangkatan juga dapat dilakukan pada
PEMFAKTORAN SUKU ALJABAR bentuk aljabar. Perhatikan bentuk umum
perpangkatan bentuk aljabar berikut.
(x + y)n = (x + y)(x + y) . . . (x + y)
(dengan (x + y) sebanyak n)
A. Operasi Hitung Aljabar
Misal, pada (x + y)n.
1. Perkalian antarsuku dua (x + y)0 = 1
Pada perkalian suku dua dengan suku dua digunakan (x + y)1 = x + y
sifat distributif berikut. (x + y)2 = x2 + 2xy + y2
(x + y)3 = x3 + 3x2y + 3xy2 + y3
( x + y )(p + q) = x(p + q) + y (p + q) (x + y)4 = x4 + 4x3y + 6x2y2 + 4xy3 + y4
(x + y)5 = x5 + 5x4y + 10x3y2 + 10x2y3 + 5xy4 + y5
= xp + xq + yp + yq
Misal, pada (x – y)n.
Contoh: (x – y)0 = 1
9 (x + 4)(x – 2) = x(x – 2) + 4(x – 2) (x – y)1 = x – y
= (x2 – 2x) + (4x – 8)= x2 + 2x – 8 (x – y)2 = x2 – 2xy + y2
9 (2x + 1)(3x + 2) = 2x(3x + 2) + 1(3x + 2) (x – y)3 = x3 – 3x2y + 3xy2 – y3
= (6x2 + 4x) + (3x + 2) (x – y)4 = x4 – 4x3y + 6x2y2 – 4xy3 + y4
= 6x2 + 7x + 2 (x – y)5 = x5 – 5x4y + 10x3y2 – 10x2y3 + 5xy4 – y5
2. Pembagian bentuk aljabar Contoh:
Pembagian antarbentuk aljabar dapat menghasilkan 9 (x + 3)2 = x2 + 2 . x . 3 + 32 = x2 + 6x + 9
pecahan bentuk aljabar dan bilangan. 9 (x – 2)2 = x2 – 2. x . 2 + 22 = x2 – 4x + 4
Contoh:
2x2 + 4x 2x ( x + 2 ) x + 2 B. Pemfaktoran Bentuk Aljabar
9 = =
4x 4x 2
128xy 2 ( 64xy ) Pemfaktoran bentuk aljabar dapat berupa perkalian
9 = = 2
64xy 64xy suatu bilangan dengan suku dua, perkalian
antarsuku dua, dan bentuk kuadrat.
34
© Pustaka Widyatama 2010
1. Pemfaktoran yang menghasilkan perkalian suatu Kesimpulan:
bilangan dengan suku dua p dan q merupakan faktor dari c. Sedangkan, b
merupakan hasil penjumlahan p dan q (faktor‐
Bentuk umum dari pemfaktoran jenis ini dituliskan faktor dari c).
sebagai berikut. Kesimpulan tersebut digunakan untuk mencari
pemfaktoran bentuk kuadrat.
a. kx + ky = k ( x + y )
Contoh:
Jadi, bentuk kx + ky bila difaktorkan menjadi
x2 + 5x + 6 = 0
k(x + y).
Diperoleh a = 1, b = 5, dan c = 6. Faktor dari 6
b. kx − ky = k(x − y)
yang bilamana dijumlahkan menjadi 5 adalah 2
Jadi, bentuk kx – ky bila difaktorkan menjadi dan 3. Dengan demikian, pemfaktoran:
k(x – y). x2 + 5x + 6 = (x + 2)(x + 3)
Bentuk umum tersebut diperoleh berdasarkan sifat 9 Bila a ≠ 1, maka bentuk umumnya tetap
asosiatif dan distributif. menjadi ax2 + bx + c = 0. Ingatlah contoh
Contoh: perkalian antarsuku dua berikut.
9 12x + 24y = 12(x + 2y) Contoh:
9 18xy – 54x = 18x(y – 3) (3x + 1)(x + 2) = 3x2 + x + 6x + 2 = 3x2 + 7x + 2
Dengan demikian, pemfaktoran 3x2 + 7x + 2
2. Pemfaktoran bentuk kuadrat yang menghasilkan adalah:
perkalian antarsuku dua 3x2 + 7x + 2 = 3x2 + x + 6x + 2
= x(3x + 1) + 2(3x + 1)
Bentuk kuadrat memiliki bentuk umum sebagai Dengan menggunakan sifat asosiatif diperoleh:
berikut. = (3x + 1)(x + 2)
ax2 + bx + c = 0
9 2
Bila a = 1, maka bentuk kuadrat menjadi x + bx 3. Pemfaktoran dari bentuk selisih dua kuadrat
+ c = 0. Ingatlah kembali perkalian antarsuku
dua berikut. Perhatikan bentuk perkalian antarsuku dua berikut.
(x + p)(x + q) = x2 + px + qx + pq
= x2 + (p + q)x + pq (a – b)(a + b) = a2 – ab + ab – b2
Dengan demikian, b = p + q dan c = pq. = a2 – b2
35
© Pustaka Widyatama 2010
Bentuk a2 – b2 disebut selisih dua kuadrat. Jadi, a2 –
b2 memiliki bentuk perkalian (a – b)(a + b) atau (a +
b)(a – b). PERSAMAAN GARIS LURUS
Contoh:
9 x2 – 25 = x2 – 52 = (x + 5)(x – 5)
9 x2 – 49 = x2 – 72 = (x – 7)(x + 7)
A. Bentuk Umum Persamaan Garis
C. Penyederhanaan Bentuk
Lurus
Pecahan Aljabar
Bentuk umum persamaan garis lurus adalah:
Agar dapat menyederhanakan bentuk pecahan
aljabar, terlebih dahulu teknik pemfaktoran harus y y = ax + b
dikuasai. ax + by + c = 0
Contoh:
x 2 + 7x + 12 ( x + 3 ) ( x + 4 ) ( x + 4 ) Persamaan garis lurus dengan
9 = =
x 2 − x − 12 ( x + 3) ( x − 4 ) ( x − 4 )
gradien (kemiringan) tertentu
x 2 − 9x + 18 ( x − 3 ) ( x − 6 ) ( x − 6 )
9 = = x
x 2 + 2x − 15 ( x − 3 ) ( x + 5 ) ( x + 5 )
B. Gradien Garis Lurus
Contoh Soal
(1) Gradien dari dua titik P(x1,y1) dan Q(x2,y2).
Rumus gradien garis yang melalui titik P dan Q
Selesaikan operasi berikut. adalah:
1. x − 12x + 27 = ( x − 3)( x − 9)
2 y −y
m= 1 2
2. x2 – 121 = x2 – 112 = (x – 11)(x + 11) x1 − x 2
Contoh:
x 2 − 8x + 15 ( x − 5 ) ( x − 3 ) x − 5
3. = = Tentukan gradien garis lurus yang melewati titik
x 2 + 3x − 18 ( x − 3 ) ( x + 6 ) x + 6 P(2,3) dan Q(4,9).
Penyelesaian:
y − y 3 − 9 −6
Gradien = m = 1 2 = = =3
x1 − x2 2 − 4 −2
36
© Pustaka Widyatama 2010
(2) Gradien garis dari persamaan garis lurus Contoh:
a. Jika persamaan garis lurus berbentuk: Tentukan persamaan garis lurus yang melalui
titik P(5,7) dengan gradien 3.
y = mx + c → gradien = m Pembahasan:
y − 7 = 3 ( x − 5) ⇒ y − 7 = 3x − 15
Contoh:
Jika dimiliki persamaan garis y = 3x + 5, y = 3x − 15 + 7 ⇒ y = 3x − 8
artinya gradien = m = 3
(2) Persamaan garis melalui dua titik P(x1, y1) dan
b. Jika persamaan garis lurus berbentuk: Q(x2, y2).
Bentuk persamaan garis yang melalui dua titik
ax + by + c = 0 yaitu:
a
→ gradien = −
b y − y1 x − x1 y −y
= atau y − y1 = 2 1 ( x − x1 )
y 2 − y1 x 2 − x 1 x 2 − x1
Contoh:
Jika dimiliki persamaan garis 2x + 7y + 3 = 0, Contoh:
maka gradien persamaan garis tersebut Tentukan persamaan garis yang melalui P(2, 3)
adalah: dan
a Q(3, 8)!
ax + by + c = 0 → m = −
b Pembahasan:
2 y − y1 x − x1 y −3 x −2
2x + 7y + 3 = 0 → m = − Bentuk = → =
7 y 2 − y1 x 2 − x 1 8−3 3−2
Dengan perkalian silang, diperoleh:
( y − 3)( 3 − 2) = ( x − 2)( 8 − 3) ⇒ y − 3 = 5( x − 2) = 5x − 10
C. Menentukan Persamaan Garis
Lurus y = 5x − 10 + 3 = 5x − 7
Cara menentukan persamaan garis lurus: (3) Persamaan garis yang melalui titik potong
(1) Persamaan garis melalui titik P(a,b) dengan sumbu‐sumbu koordinat, yaitu P(p, 0) dan
gradien m, Q(0, q).
y − b = m( x − a)
37
© Pustaka Widyatama 2010
y y = ax + b
Persamaan garis yang ax + b = cx + d
(0,q) melalui titik‐titik y = cx + d
q
potong sumbu
koordinat: Contoh:
Garis g: y = 3x dan garis h: y = x + 6 saling
(p,0) berpotongan di titik Q, maka koordinat titik Q
x adalah . . . .
p
Pembahasan:
py + qx= pq
Dari persamaan g: y = 3x dan h: y = x + 6
Contoh:
→ 3x = x + 6 → Æ 2x = 6 → x = 3
Tentukan persamaan garis yang melalui P(3, 0)
karena x = 3, maka y = 3x ⇔ y = 3(3) = 9.
dan Q(0, 6).
Penyelesaian: Jadi, garis g dan h berpotongan di Q(3, 9).
Dengan menggunakan rumus:
py + qx = pq ⇒ 6x + 3y = 6 ⋅ 3 ⇒ 6x + 3y = 18 (2) Dua garis berpotongan saling tegak lurus
Jika kedua ruas dibagi 3 akan diperoleh k
persamaan garis:
3x + y = 6
Garis g dan k saling tegak
lurus, dan dinotasikan:
g ⊥k
D. Hubungan Antara Dua Garis
(1) Dua garis saling berpotongan g
g1: y = ax + b Hubungan yang berlaku antara garis g dan k yang
p(x,y) saling tegak lurus tersebut adalah:
mg ⋅ mh = −1
g2: y = cx + d
Contoh:
Titik potong P(x, y) diperoleh dari himpunan Jika garis 3x + by − 2 = 0 tegak lurus dengan
penyelesaian PLDV: x + 2y + 7 = 0 . Tentukan nilai b!
38
© Pustaka Widyatama 2010
Pembahasan: (3) Dua garis yang sejajar
3
Jika g: 3x + by − 2 = 0 → mg = − y
b h g
1
k: x + 2y + 7 = 0 → mk = −
2
karena g ⊥ k , maka mg ⋅ mh = −1
Garis g sejajar dengan garis h
dinotasikan g//h, dan berlaku
3 1 3 m = m
⇔ − ×− = = −1 . h g
b 2 2b
3 3 x
Jadi : = −1 ⇒ 3 = −2b ⇒ b = −
2b 2
Contoh:
Contoh: Garis px + 3y − 3 = 0 sejajar dengan garis
Diketahui suatu persamaan garis lurus yang 2x − y + 4 = 0 . Tentukan nilai p !
melewati titik P(k, 4) dan tegak lurus garis Pembahasan:
x + 2y + 1 = 0 adalah p
Jika g: px + 3y − 3 = 0 Æ mg = − ,
y = m(x + 1), maka nilai k adalah . . . . 2
Pembahasan: h: 2x − y + 4 = 0 Æ mh = 2 .
Dengan menggunakan rumus, jelas gradien garis Karena g//h, artinya
1
x + 2y + 1 = 0 adalah − . Garis y = m(x + 1) mg = mh → − p = 2 ⇔ −p = 4 ⇔ p = −4 .
2 2
memiliki gradien m. Jadi , nilai p = –4.
Karena kedua garis tersebut tegak lurus, berlaku
hubungan:
1 m
m × − = − = –1
2 2
E. Sistem Persamaan Linear Dua
⇔ −m = −2 ⇔ m = 2 Variabel (SPLDV)
Jadi, persamaan garis y = m(x + 1) menjadi : y = 2(x +
1).
Garis y = 2(x + 1) melewati titik (k, 4) maka 4 = Bentuk umum Persamaaan Linear Dua Variabel
2(k + 1) (PLDV)
→ 4 = 2k + 2 → 2k = 4 – 2 → 2k = 2 → k = 1
ax + by = c…(1)
px + qy = r…(2)
39
© Pustaka Widyatama 2010
Langkah penyelesaian dengan metode
Mencari himpunan penyelesaian untuk dapat eliminasi:
dilakukan dengan metode substitusi, eliminasi, dan (1) Samakan koefisien salah satu variabel x atau
campuran. y,
(2) Eliminasikan persamaan tersebut sehingga
(1) Metode Substitusi suku yang sama hilang (dengan operasi
Untuk dapat memahami metode substitusi, penjumlahan atau pengurangan), selesaikan
perhatikan contoh berikut: dan tentukan nilai satu variabel,
Tentukan Himpunan Penyelesaian dari: (3) Substitusikan nilai variabel yang ditemukan
3x + y = 9…(1) untuk menemukan nilai variabel yang lain,
x − 3y = −6…(2) atau ikuti langkah 1 sampai 3 untuk variabel
Dari PLDV di atas diperoleh: yang lain.
3x + y = 9 ⇒ x = 3y − 6...(3)
Persamaan (3) disubstitusikan ke persamaan (1): Contoh:
3(3y − 6) + y = 9 Tentukan Himpunan penyelesaian dari:
9y − 18 + y = 9 3x + y = 9…(1)
27 x − 3y = −6…(2)
⇔ 10y = 27 ⇔ y =
10 Pembahasan:
27 Pertama, kita akan coba mengeliminasi varibel x,
Nilai y = disubstitusikan ke pers. (1): 3x + y = 9 × 1 3x + y = 9
10
27 x − 3y = −6 × 3 3x − 9y = −18
3x + y = 9 ⇔ 3x + = 9
10 27
10y = 27 ⇒ y =
27 90 27 63 63 63 21 10
⇒ 3x = 9 − = − = = ⇒x= =
10 10 10 10 10 30 10 Nilai y dapat langsung disubstitusi ke salah satu
PLDV yang dimiliki, misalnya disubstitusi ke (1):
21 27 27
Jadi, HP = { , } → 3x + y = 9 ⇔ 3x + = 9
10 10 10
27 90 27 63 63 63 21
⇒ 3x = 9 − = − = = ⇒x= =
(2) Metode Eliminasi 10 10 10 10 10 30 10
Metode ini dilakukan dengan cara mengeliminasi
atau menghilangkan salah satu variabel yang ada 21 27
dalam PLDV, yaitu variabel x atau y. Jadi, HP = { , }
10 10
40
© Pustaka Widyatama 2010
persamaan garis yang ⊥ garis g artinya:
Contoh Soal m1m2 = −1 , sehingga:
1
⋅ m2 = −1 ⇒ m2 = −3
1. Koordinat titik pada garis y = 2x – 15 yang 3
terdekat dengan titik (0,0) adalah . . . . Artinya, persamaan garis yang kita cari
Garis yang melalui titik (0,0) memiliki bergradien ‐3.
persamaan Persamaan garis tersebut juga melewati titik
y = mx. Jika garis ini melalui titik terdekat yang (–2, 11), sehingga:
kita cari, maka garis ini akan tegak lurus y = 2x y − 11 = m2 ( x − ( −2 ) ) = −3 ( x + 2 ) = −3x − 6
– 15.
Garis y = mx tegak lurus y = 2x– 15. y = −3x + 5
1 Jadi, persamaan garis tersebut adalah y = –3x +
Sehingga m . 2 = –1 → m = − . 5.
2
1
Sehingga diperoleh persamaan y = − x . 3. Terdapat dua buah bilangan. Bilangan yang
2
besar jika ditambah empat kali bilangan yang
1
Artinya garis y = − x akan memotong y = 2x – kecil = 99. Bilangan yang kecil ditambah tiga
2 kali bilangan yang besar = 110. Tiga kali
15.
bilangan yang kecil ditambah empat kali
Sehingga dapat ditemukan titik potongnya
bilangan yang lebih besar nilainya adalah . . . .
dengan
Penyelesaiannya sebagai berikut.
1
syarat: − x = 2x − 15 Bilangan yang kecil = x
2 Bilangan yang besar = y
1 5
⇔ 2x + x = 15 ⇔ x = 15 ⇔ x = 6 Hubungan yang diperoleh:
2 2 4x + y = 99 × 3 12x + 3y = 297
Jika, x = 6 menjadi y = 2 . 6 – 15 = –3 . x + 3y = 110 × 1 x + 3y = 110 _
Jadi titik terdekat pada garis y = 2x – 15 ke titik 11x = 187
(0, 0) adalah (6, –3). Jadi, x = 17 cm.
Substitusikan x = 17 ke salah satu persamaan.
2. Diketahui sebuah garis g: x – 3y + 5 = 0. 4x + y = 99
Persamaan garis yang melalui titik (–2, 11) dan ⇔ 4 . 17 + y = 99 ⇔ 68 + y = 99 ⇔ y = 99 – 68
tegak lurus persamaan garis g adalah . . . . ⇔ y = 31
−1 1 Dengan demikian,
g : x – 3y + 5 = 0 → m1 = =
−3 3 3x + 4y = 3 . 17 + 4 . 31 = 51 + 124 = 175
Jadi, harga 3x + 4y adalah 175.
41
© Pustaka Widyatama 2010
4. Diketahui titik P(1,2) dan Q(3,7). Maka sumbu
garis PQ adalah . . . .
i. Jika titik S adalah titik tengah garis PQ maka STATISTIKA DAN PELUAN
koordinat titik C adalah:
x = 1 2 (1 + 3 ) = 4 2 = 2 dan y = 1 2 ( 2 + 7 ) = 9 2
( )
Jadi, kita peroleh C 2, 9 2 dan gradien AB A. Statistika
7−2 5 Statistika adalah ilmu yang mempelajari cara‐cara
dapat dihitung, yaitu mAB = =
3−1 2 pengumpulan data, penyusunan data, pengolahan
ii. Garis yang melalui titik C dan ⊥ AB akan data, dan penyajian data. Dalam statistika dikenal
2 istilah populasi dan sampel.
mempunyai gradien mTL = − . Ini
5 Populasi adalah sekumpulan objek dengan
diperoleh karena hubungan mAB ⋅ mTL = −1 karakteristik sama.
Sampel adalah bagian dari populasi yang akan
iii. Jadi, persamaan garis tersebut adalah:
dijadikan objek pengamatan langsung.
9 2 2 4
y − = − (x − 2) = − x + Data dapat disajikan dalam bentuk diagram. Selain
2 5 5 5 itu, data dapat diolah dalam bentuk pemusatan
2 4 9 2 53
y=− x+ + =− x+ data.
5 5 2 5 10 1. Penyajian Data
Kalikan kedua ruas dengan 10, akan Diagram merupakan salah satu cara untuk
didapatkan: menyajikan data. Diagram banyak macamnya. Di
10y = − 4x + 53 ⇔ 4x + 10y − 53 = 0 antaranya diagram batang, diagram garis, diagram
lingkaran, dan histogram.
a. Diagram batang (histogram)
Data untuk jumlah beras impor dan beras lokal di
pasar:
42
© Pustaka Widyatama 2010
d. Histogram atau Poligon Frekuensi
Histogram dan poligon digunakan untuk
menyajikan data dari suatu distribusi frekuensi.
Contoh:
Berikut adalah histogram dan poligon dari data
tinggi badan siswa.
b. Diagram garis
Data untuk jumlah produksi gula dari Pabrik Gula
“Manis Manja” periode 2001 ‐ 2007
2. Ukuran Pemusatan data
Ukuran pemusatan data ada bermacam‐mcam. Di
antaranya nilai rata‐rata (mean), nilai tengah
(median), nilai yang sering muncul (modus), dan
kuartil.
c. Diagram lingkaran
Data berbentuk lingkaran yang dibagi menjadi a. Mean = X (Rata‐Rata)
beberapa luasan juring untuk menunjukkan Mean atau rata‐rata hitung adalah jumlah semua
perbandingan kuantitas atau jumlah (dalam data atau nilai dibagi dengan banyaknya data.
persentase atau derajat).
Contoh: Rumus Mean:
Diagram lingkaran berikut menunjukkan data X =
∑ xi
nilai ujian matematika siswa di suatu SMP, n
dengan keterangan sebagai berikut:
Dengan:
Nilai ujian ≥ 90
X = Rata − rata hitung
adalah 10%
i=n
Nilai ujian antara 90 ∑x
i=1
i = jumlah semua data (dibaca sigma x i )
dan 50 adalah 45%
n = Banyaknya data
Nilai ujian ≤ 50
adalah 45%
43
© Pustaka Widyatama 2010
b. Modus = M (Nilai yang paling sering muncul)
Perhatikan data berikut.
1) Data: 2,3,4,4,5,7 → Modus = 4.
2) Data: 1,4,6,6,7,8,8,9 → Æ Modus = 6 dan
8.
3) Data: 4,4,5,5,6,6 → Modus = tidak ada.
Dengan:
Q1= kuartil bawah
c. Median = Mt (Nilai Tengah) Q2= kuartil tengah = Mt = median
Median adalah nilai tengah dari kelompok data Q3= kuartil atas
yang dimiliki, setelah data tersebut diurutkan
dari yang terkecil hingga terbesar. Contoh:
Jika dimiliki data: 13,14,15,15,17,21. maka:
1) Letak Median untuk n (jumlah data )
genap
Mt = letaknya di antara data ke n dan ke ⎛⎜ n + 1 ⎞⎟
2 ⎝2 ⎠
2) Letak Median untuk n (jumlah data) ganjil
(n + 1 )
Mt = data ke .
2 15 + 15
Q1 = 14 ; Q2 = = 15 ; Q3 = 17
Contoh: 2
3. Ukuran Penyebaran Data
Jika dimiliki data: 9,12,12,13,15,16. maka
Ukuran penyebaran data di antaranya adalah
median dari data tersebut adalah
jangkauan dan jangkauan interkuartil.
12 + 13 25
= = = 12,5 a. Jangkauan (Rentang) suatu data
2 2 Jangkauan adalah selisih antara data tertinggi
(data ke‐3 dan ke‐4)
dan terendah.
Jika dimiliki data: 7,8,8,9,10,11,11,13,17.
Jangkauan = data tertinggi – data terendah
maka median dari data tersebut adalah = 10
(data ke‐5)
Contoh:
Jika dimiliki data: 2, 5, 6, 4, 8, 4, maka Jangkauan
d. Kuartil
dari data tersebut adalah = 8 ‐ 2 = 6
Kuartil membagi sekelompok data menjadi
empat bagian yang sama banyak.
44
© Pustaka Widyatama 2010
b. Jangkauan Interkuartil Contoh:
Tentukan peluang keluarnya angka genap pada
Jangkauan Interkuartil = Q3 – Q1 pelemparan sebuah dadu!
Pembahasan:
Contoh: N = angka yang ada pada dadu = {1, 2, 3, 4, 5, 6} = 6
Jika dimiliki data: 3, 4, 6, 6, 7, 8, 9, 13, 17, buah
maka A = angka genap pada dadu = { 2,4,6 } = 3 buah
A 3 1
⇒ P ( genap ) = = =
N 6 2
1
Jadi, peluang keluarnya angka genap adalah = .
Jangkauan dari data tersebut = Q3 – Q1 = 9 – 6 = 2
3
c. Jangkauan Semi Interkuartil (Simpangan kuartil) 2. Peluang Dua Kejadian
Jangkauan semi interkuartil atau simpangan Peluang dua kejadian terbagi menjadi dua macam,
kuartil besarnya setengah dari jangkauan yakni, peluang dua kejadian saling lepas dan peluang
interkuartil. dua kejadian saling bebas.
1 a. Peluang Dua Kejadian Saling Lepas
Simpangan kuartil = (Q3 – Q1)
2 P( A atauB) = P( A ) + P(B)
Contoh:
Dua buah dadu dilempar bersama, maka peluang
B. Peluang munculnya angka dadu berjumlah 4 atau 9
adalah . . . .
Peluang adalah perbandingan antara hasil yang Pembahasan:
diharapkan terjadi dengan jumlah hasil yang N = Jumlah pasangan mata dadu yang mungkin
mungkin terjadi. terjadi,
A = Pasangan dadu berjumlah 4
1. Peluang Satu Kejadian = (1,3) ,( 3,1) ,( 2,2) ⇒ n( A) = 3 ,
n( A ) B = Pasangan dadu berjumlah 9
P( A ) =
n( S ) = ( 3,6) ,( 6,3) ,( 4,5) ,( 5,4) ⇒ n(B) = 4 ,
Dengan P(A) = Peluang kejadian n( A ) 3 n (B ) 4
P( A ) = = ⇒ P (B ) = =
n(A) = Banyaknya hasil yang diharapkan n ( S ) 36 N 36
n(S) = Jumlah hasil yang mungkin
45
© Pustaka Widyatama 2010
P(berjumlah 4 atau9) = C. Contoh Soal
3 4 7
P ( A ) + P (B ) =
+ = . 1. Nilai rapor Budi pada suatu semester adalah: 7,
36 36 36
Jadi, peluang munculnya angka dadu berjumlah 8, 7, 6, 6, 7, 5, 8, 5, dan 7. Dari data tersebut,
7 rata‐rata nilai Budi pada semester itu adalah . .
4 atau 9 adalah . Pembahasan:
36
jumlah seluruh nilai
Rata‐rata nilai = Mean =
banyaknya data
b. Peluang Dua Kejadian Saling Bebas
Jumlah seluruh nilai
P( A danB) = P( A) ⋅ P(B) = 7 + 8 + 7 + 6 + 6 + 7 + 5 + 8 + 5 + 7 = 66.
Banyaknya data = 10
Contoh: 66
Jadi mean = = 6,6 .
Di dalam sebuah kotak terdapat 12 bola, yang 10
terdiri atas 5 bola merah dan 7 bola biru. Apabila 2. Tentukan nilai rata‐rata dari tabel distribusi
diambil 2 bola secara acak dan tidak dikembalikan, frekuensi berikut:
maka nilai kemungkinan terambilnya bola
pertama berwarna merah bola kedua berwarna Nilai (x) Frekuensi (f)
biru adalah . . . . 5 6
Pembahasan: 6 10
n(M) = Jumlah bola merah = 5 7 12
n(B ) = Jumlah bola biru = 7 8 6
o Pada pengambilan bola pertama, maka 9 2
n (M) 5 10 1
P (bola merah ) = =
N 12
Pembahasan:
o Pada pengambilan bola kedua, (jumlah bola
ada 11) Nilai (x) Frekuensi (f) f.x
n (B ) 7 5 6 30
P (Bola biru ) = = 6 10 60
N − 1 11
Jadi, peluang (bola merah dan bola biru) 7 12 84
5 7 35 8 6 48
= × = . 9 4 36
12 11 132
10 2 20
Jumlah 40 278
46
© Pustaka Widyatama 2010
278
Rata‐rata = Mean = = 6,95
40
3. Diagram lingkaran berikut menunjukkan BARIS DAN DERET
olahraga kegemaran siswa pada suatu sekolah.
Jika jumlah anak yang menyukai sepak bola ada
126 siswa, maka perbandingan jumlah anak
yang menggemari olahraga bulutangkis dan
voli adalah . . . . A. Pengertian Barisan
Pembahasan:
Bulutangkis = 90o ; voli = 30o Barisan adalah urutan bilangan dengan pola
Bukutangkis: voli = 90: 30 = 3: 1. tertentu.
Jadi, perbandingan jumlah anak yang menyukai Contoh:
olahraga bulutangkis dan bola voli adalah 3 : 1. 9 Barisan bilangan genap: 0, 2, 4, 6, 8, ...
4. Dalam pelemparan sebuah dadu sebanyak 180 9 Barisan bilangan ganjil: 1, 3, 5, 7, 9, ...
kali. Frekuensi harapan munculnya mata dadu 9 Barisan bilangan segitiga: 1, 3, 6, 10, ...
lebih dari 4 adalah . . . kali. 9 Barisan bilangan persegi: 1, 4, 9, 16, ...
9 Barisan bilangan segitiga Pascal:
A = mata dadu lebih dari 4 = { 5,6 } ⇒ n( A) = 2
S= Jumlah hasil yang mungkin = {1, 2, 3, 4, 5, 6} Jumlah bilangan baris ke‐n
⇒ n( S) = 6 segitiga Pascal = 2n – 1
n( A )
P (lebihbesar dari 4 ) = P ( A ) = × 180
n( S )
2 B. Menentukan Rumus Suku ke-n Dari
= × 180 = 60
6 Suatu Barisan Bilangan
Jadi, munculnya mata dadu 4 sebanyak 60 kali.
5. Misalkan, K adalah himpunan kejadian Barisan aritmetika adalah barisan yang antar
1 bilangan berdekatan memiliki beda atau selisih yang
munculnya sisi angka sehingga P(K) = .
2 sama.
Banyaknya pelemparan (n) adalah 30 kali. Contoh barisan: 3, 7, 11, 15, ...
Jadi, frekuensi harapan munculnya sisi angka 9 Suku pertama = 3.
adalah 9 Beda barisan tersebut adalah
Fh = P(K) × n 15 – 11 = 11 – 7 = 7 – 3 = 4.
1
= × 30 kali = 15 kali
2
47
© Pustaka Widyatama 2010
Barisan aritmetika memiliki bentuk umum: 1. Barisan bilangan segitiga
Barisan bilangan segitiga adalah barisan bilangan
U1, U2, U3, U4, U5, . . ., Un yang membentuk pola segitiga.
Barisan: 1, 3, 6, 10, …
Beda barisan aritmetika (b) dirumuskan:
Deret: 1 + 3 + 6 + 10 + …
1
b = U2 – U1 = U3 – U2 = U4 – U3 = . . . = Un – Un – 1 Rumus suku ke‐n: Un = n(n + 1)
2
1
Misalkan, U1 dilambangkan a, maka: Jumlah n suku pertama: Sn = n (n + 1 )(n + 2 ) .
Suku ke‐n atau Un = a + (n − 1)b 6
Jumlah n suku pertama diperoleh dengan cara: 2. Barisan bilangan persegi
1 1
Sn = n( 2a + (n − 1)b ) atau Sn = n( a + Un ) Barisan bilangan persegi adalah barisan bilangan
2 2 yang membentuk pola persegi.
Contoh: Barisan: 1, 4, 9, 16, 25, …
Diberikan barisan bilangan: 2, 5, 8, 11, … Deret: 1 + 4 + 9 + 16 + 25 + …
Tentukan suku pertama, beda, dan suku ke‐8 Rumus suku ke‐n: Un= n2
1
barisan bilangan tersebut. Jumlah n suku pertama: Sn = n (n + 1 )( 2n + 1) .
Jawab: 6
Suku pertama yang dilambangkan a = 2.
Beda barisan tersebut yaitu b = 5 – 2 = 3.
Suku ke‐8 barisan tersebut dicari dengan cara: 3. Barisan bilangan kubik
Un = a + (n − 1)b ⇒ U8 = 2 + ( 8 − 1) 3 = 2 + 7.3 = 2 + 21 = 23 Barisan bilangan kubik adalah barisan bilangan yang
dipangkatkan tiga kali.
Jadi, a = 2, b = 3 dan U8 = 23.
Barisan: 13, 23, 33, 43, …
Deret: 13 + 23 + 33 + 43 + …
C. Pola Bilangan Rumus suku ke‐n: Un= n2
1
Jumlah n suku pertama: Sn = n2 (n + 1)
2
Pola bilangan ada bermacam‐macam. Ada barisan 4
bilangan segitiga, barisan bilangan persegi, barisan
bilangan kubik, barisan bilangan persegi panjang,
barisan bilangan balok, barisan bilangan genap,
barisan bilangan ganjil, barisan bilangan fibonacci,
barisan geometri, dan deret geometri tak berhingga.
48
© Pustaka Widyatama 2010
4. Barisan bilangan persegi panjang 7. Barisan bilangan ganjil
Barisan bilangan persegi panjang adalah barisan Barisan bilangan ganjil dimulai dari satu.
bilangan yang membentuk pola persegi panjang. Selanjutnya, bilangan berikutnya ditambah 2.
Barisan: 2, 6, 12, … Barisan: 1, 3, 5, 7, …
Deret: 2 + 6 + 12 + … Deret: 1 + 3 + 5 + 7+ …
Rumus suku ke‐n: Un= n(n + 1) Rumus suku ke‐n: Un= 2n – 1.
1 Jumlah n suku pertama: Sn = n2
Jumlah n suku pertama: Sn = n (n + 1 )(n + 2 ) .
3
8. Barisan Fibonacci
5. Barisan bilangan balok Barisan Fibonacci adalah barisan yang nilai sukunya
Barisan bilangan balok memiliki barisan seperti sama dengan jumlah dua suku di depannya.
berikut.
barisan: 1, 1, 2, 3, 5, 8, …
Barisan: 6, 24, 60, … Deret: 1 + 1 + 2 + 3 + 5 + 8 + …
Deret: 6 + 24 + 60 + … Rumus suku ke‐n: Un = Un−1 + Un−2
Rumus suku ke‐n: Un= n(n + 1)(n + 2) .
9. Barisan geometri
1
Jumlah n suku pertama: Sn = n(n + 1)(n + 2 )(n + 3) Barisan geometri adalah barisan yang perbandingan
4 di antara dua suku yang berurutan tetap.
.
Rumus suku ke‐n = Un = a . rn−1
6. Barisan bilangan genap
Barisan bilangan genap adalah dimulai dari 0. Suku pertama = a.
Selanjutnya, bilangan berikutnya ditambah 2 Rasio antara dua suku yang berurutan = r.
seterusnya. Banyaknya suku = n.
Jumlah n suku pertama:
Barisan: 2, 4, 6, 8, …
Deret: 2 + 4 + 6 + 8 + … a (rn − 1 )
Sn = , untuk r ≥ 1 .
Rumus suku ke‐n: Un = 2n r −1
Jumlah n suku pertama: Sn = n2 + n .
a (1 − rn )
Sn = , untuk r < 1
1−r
49
© Pustaka Widyatama 2010
Barisan kursi yang ada: 20, 22, 24, 26, …
10. Deret geometri tak berhingga ⇒ a = 20 , danb = 2 , sehingga Sn =
Disebut deret geometri tak berhingga jika memiliki 1
banyak suku yang tidak berhingga. Jika suatu deret n( 2a + (n − 1)b )
2
geometri tak berhingga memiliki nilai rasio:
1
−1 < r < 1 , maka jumlah sukunya sampai tak hingga S20 = ( 20 ) ( 2.20 + ( 20 − 1 ) 2 ) = 10 ( 40 + 19.2 )
2
adalah:
S20 = 10 ( 40 + 38 ) = 10.78 = 780
a
S∞ = Jadi, banyaknya orang yang dapat duduk di
1−r
ruangan itu adalah 780 orang.
3. Sebuah bola memantul dari lantai sampai ke
Contoh Soal ketinggian 72 cm dan tiap kali memantul,
ketinggian berikutnya dua pertiga pemantulan
sebelumnya. Jarak seluruhnya yang ditempuh
1. Tentukan jumlah suku ke‐11 dari barisan
bola sampai berhenti adalah . . . . cm.
bilangan:
Soal ini dilihat sebagai kasus deret geometri
4, 11, 18, 25, …
dengan
a = 4
2
b = 11 – 4 = 7 a = 72, r = dan n = tak hingga. Oleh karena
1 3
⇒ Sn = n ( 2a + (n − 1 )b ) itu, jumlah seluruh pemantulan sampai bola
2
berhenti adalah:
1 11
S11 = (11 ) ( 2.4 + (11 − 1 ) 7 ) = ( 8 + 10.7 ) a 72 72
2 2 S= ⇒S= = = 72 × 3 = 216
1−r 1−
2 1
11
S11 = ( 78 ) = 429 3 3
2
2. Dalam ruang pertunjukan, pada baris paling
depan tersedia 20 kursi. Baris belakangnya
tersedia 2 kursi lebih banyak dari baris di
depannya. Jika pada ruang pertunjukan
tersebut terdapat 20 baris kursi, maka
banyaknya orang yang dapat duduk di kursi
pada ruang itu adalah . . . orang. Tapi, karena bola setelah dipantulkan bergerak
ke bawah sejauh ketika memantul, maka bola
itu menempuh jarak dua kali, yaitu ketika
50
© Pustaka Widyatama 2010
memantul dan ketika kembali ke bawah. 5. Jika Sn= n2 + 3n adalah jumlah n suku pertama
Artinya, jarak yang ditempuh bola seluruhnya suatu deret aritmatik, maka suku ke‐10 deret
hingga berhenti adalah tersebut adalah . . . .
= 2 × 216 = 432 cm. U10 = S10 − S9 = ...
S10 = 102 + 3 (10 ) = 100 + 30 = 130
4. Jika jumlah n suku pertama dari suatu deret
geometri adalah Sn = 3−2n+1 − 3 , maka jumlah S9 = 92 + 3( 9 ) = 81 + 27 = 108
tak hingga dari deret geometri tersebut adalah ⇒ U10 = S10 − S9 = 130 − 108 = 22
. . . .
Untuk n = 1 , maka Sn= a, sehingga didapat
2
a = S1= 3−2.1+1 − 3 = 3−1 − 3 = −2 .
3
80
S2 = 3−2.2+1 − 3 = 3−3 − 3 = − .
27
80 ⎛ 2 ⎞ 80 2 8
⇒ u2 = S2 − S1 = − − ⎜ −2 ⎟ = − + 2 = −
27 ⎝ 3 ⎠ 27 3 27
8
−
u2 27 1
⇒r = = = .
u1 − 8 9
3
Jadi, jumlah tak hingga deret geometri tersebut
8 8
− −
3 8 9 9
adalah: S = = 3 = − × = − = −3
1 8 3 8 3
1−
9 9
51
© Pustaka Widyatama 2010
2. Bilangan Rasional Berpangkat Bilangan
PANGKAT TAK SEBENARNYA Bulat Negatif
Contoh bilangan rasional berpangkat bilangan
bulat negatif sebagai berikut.
1 1
5–1 = 3–3 =
A. Bilangan Rasional Berpangkat 5 27
Bilangan Bulat b5
= b5−8 = b−3 = 3
1
b8 b
Bilangan rasional adalah bilangan yang dapat
Sifat‐sifat operasi bilangan rasional berpangkat
a bilangan bulat negatif sebagai berikut.
dinyatakan ke dalam bentuk . Syaratnya:
b n n
⎛a⎞ a
⎜ ⎟ = n
a dan b bilangan bulat. ⎝b⎠ b
1
b ≠ 0 n = a−n
a
1. Bilangan Rasional Berpangkat Bilangan Catatan:
Bulat Positif 00 = tidak terdefinisikan, a0 = 1, dan
0a = 0
Contoh bilangan rasional berpangkat bilangan
bulat positif sebagai berikut:
a × a × a × a . . . × a (dengan a sebanyak n) ditulis
an. B. Bentuk Akar
3 × 3 × 3 × 3 × 3 ditulis 35 = 243.
Misalkan m dan n adalah bilangan bulat positif, Bilangan irasional adalah bilangan yang tidak dapat
sifat‐sifat bilangan rasional berpangkat bilangan a
dinyatakan ke dalam bentuk .
bulat positif dapat dituliskan sebagai berikut. b
Contoh: 3 tidak dapat dinyatakan ke dalam
am × an= am + n
a
am : an = am – n bentuk .
dengan m dan n bilangan bulat positif serta b
Jenis akar tersebut disebut bentuk akar.
m > n.
Sifat‐sifat operasi bentuk akar sebagai berikut.
(am)n = amn
52
© Pustaka Widyatama 2010
ab = a × b , dengan a dan b merupakan 2. Langkah‐langkah untuk merasionalkan bentuk
bilangan real positif. c
akar seperti berikut.
a a a+ b
= , dengan a ≥ 0 dan b > 0.
b b c
=
c
×
a− b c a− b ( )
a c + b c = ( a + b ) c , a− b
=
a+ b a+ b a −b
dengan a, b, c bilangan real dan c ≥ 0.
a c − b c = ( a − b ) c ,
dengan a, b, c bilangan real dan c ≥ 0. Contoh Soal
a c × b d = ( ab ) cd , dengan a, b, c, d bilangan
1. Hasil dari 8–5 × 8–2 adalah . . . .
real dengan a ≥ 0 dan b ≥ 0.
a. 810 b. 87 c. 8–7 d. 8–10
c a c a –5 –2
Penyelesaian : 8 × 8 = 8 –5 + (–2)
= 8 –7
= , dengan a, b, c, d bilangan real
d b d b Jawaban: c
dengan a ≥ 0 dan b ≥ 0. 5
2. Bentuk a2 dapat diubah menjadi pangkat
a
Bentuk akar dapat dirasionalkan. suatu bilangan. Hasilnya adalah . . . .
b 5 2
Caranya sebagai berikut. a. a10 b. a3 c. a2 d. a5
1. Kalikan pembilang dengan bentuk sekawan Penyelesaian:
penyebutnya 5
Bentuk a2 dapat diubah menjadi bentuk
2. Penyebut pecahan tersebut, dengan bentuk 2
sekawan penyebutnya. 5 2
perpang‐katan suatu bilangan a = a5
a a b a
Perhatikan langkah berikut : = × = b Jawaban: d
b b b b 3. Bila ditentukan a = 8, b = 10, c = 169, dan d =
c 225, maka nilai dari a2 + b2 – c – d adalah .
Bentuk akar juga dapat dirasionalkan
a+ b a. 7 b. 18 c. 136 d. 144
dengan cara yang sama. Penyelesaian:
Diketahui a = 8, b = 10, c = 169, dan d = 225.
1. Bentuk sekawan penyebut a + b adalah Dapat diperoleh:
a − b . a2 + b2 – c – d = 82 + 102 – 169 − 225
= 64 + 100 – 13 – 15 = 136
Jawaban: c
53
© Pustaka Widyatama 2010
6 K = 2πr
p L = πr2
π = atau 3,14
BANGUN DATAR lingkaran
7 D K = 2(AD + AB)
C
A
L = ½ perkalian diagonal
No Nama dan Bentuk Rumus Luas dan Keliling = ½ AC × BD
Bangun Datar
1 D C L = Luas = s × s B
K = Keliling = 4 × s Layang‐layang
D K = 4AB
L = ½ perkalian diagonal
A s B = ½ AC × BD
A C
Persegi
2 D C K = 2 (p + l)
L = p x l B
l Belah ketupat
A B
p
Persegi panjang
3 D q C L = ½ Jumlah sisi sejajar × t Contoh Soal
= ½ (AB + DC) × t
t
1. Perhatikan gambar berikut!
A p B
Trapesium D C
4 C L = ½ alas × tinggi 13
c m
=½ (AB) t
t
5 cm
A B
Segitiga A s B
5 D C
L = alas × tinggi Luas daerah yang diarsir adalah . . . cm2.
t = AB × t Jawab:
Luas daerah yang diarsir
A B = luas persegi ABCD – luas persegi kecil.
Jajarangenjang AB = BC = CD = AD
54
© Pustaka Widyatama 2010
AB = 5 cm + 132 − 52 Panjang diagonal yang lain =
= 5 cm + 12 cm = 17 cm
Luas daerah yang diarsir = (17 × 17) – (13 × 13)
d2 = 2 ( )
172 − 152 = 2 ( 8 ) = 16 .
= 289 – 169 = 120 cm2
Luas belah ketupat =
2. Perhatikan gambar berikut! 1 1
× d1 × d2 = × 30 × 16 = 240 cm2.
Luas bangun ABCD = . . . cm2. 2 2
D 8 cm C
D
26 cm
A B
Jawab:
A C
AD = 102 − 82 = 36 = 6
BC = 262 − 102 = 576 = 24
Luas bangun ABCD = B
Jawab:
1
= × t × jumlah sisi sejajar Diketahui: Belah ketupat ABCD
2 ∠A : ∠B = 1 : 2
1 Ditanyakan: ∠C = ?
= × 6 × ( 8 + 26 )
2 Pembahasan:
1 D
= × 6 × 34 = 102
2
Jadi, luas bangun ABCD adalah 102 cm2.
A C
3. Keliling sebuah belah ketupat = 68 cm dan panjang
salah satu diagonalnya 30 cm. Luas belah
B
ketupat tersebut adalah . . . . cm2.
Jawab:
Dalam bangun belah ketupat berlaku:
Jika, keliling = 68 cm, maka,
9 Jumlah keempat sudutnya 3600
68
panjang rusuk = = 17 cm. 9 Sudut‐sudut yang berhadapan sama
4 besar
Panjang digonal‐1 = 30 cm.
55
© Pustaka Widyatama 2010
Dengan demikian,
∠A = ∠C dan ∠B = ∠D .
Misalkan: ∠A = x o , maka ∠B = 2x o ,
∠A +∠B +∠C +∠D = 360o
⇔ xo + 2xo + xo + 2xo = 360o
o
o o 360
o
⇔ 6x = 360 ⇔ x = = 60o Berdasarkan gambar di atas,
6
Luas jalan = luas (kolam renang + jalan) – luas
Karena ∠A = ∠C , maka besar ∠C = 60 o
kolam renang =(22 m x 12 m) – (20 m – 10 m)
= 2641 m2 – 200 m2 = 64 m2.
5. Sebuah kolam renang berbentuk persegi
Jadi, biaya pemasangan keramik untuk jalan
panjang, mempunyai ukuran panjang 20 m dan
adalah = 64 × Rp60.000,00 = Rp3.840.000,00
lebar 10 m. Di sekeliling kolam renang bagian
luar akan dibuat jalan dengan lebar 1 m. Jika
jalan akan dipasang keramik dengan biaya Rp
60.000,00 setiap m2, maka biaya yang
diperlukan untuk pemasangan keramik adalah .
. . . BANGUN RUANG
Jawab:
Diketahui: panjang kolam renang = 20 m
Lebar kolam renang = 10 cm
Di sekeliling kolam dibuat jalan dengan lebar 1
NO NAMA DAN RUMUS VOLUME
meter. Biaya pemasangan keramik Rp
BENTUK DAN LUAS
60.000,00 setiap m2.
BANGUN RUANG
Ditanyakan: biaya pemasangan keramik untuk
1
jalan.
Pembahasan: V = s3
Soal ini dapat digambarkan sebagai berikut: L = 6s2
Kubus
56
© Pustaka Widyatama 2010
2 NO NAMA DAN RUMUS VOLUME
V = p ×l× t BENTUK DAN LUAS
L = 2 (pl + lt + pt ) BANGUN RUANG
6
1
V = luas alas × tinggi
3
Balok 1 2
3 = πr ⋅ t
3
V = Luas alas × tinggi
L = πr (r + s )
= L ∆ ABC × t
L = 2 (Luas Alas ) +
Kerucut
t (Keliling Alas ) 7
4
V = πr 3
Prisma 3
4 L = 4 πr2
V = Luas Alas × t
= πr2 × t Bola
L = 2(Luas alas ) + Luas Selimut
= 2πr2 + ( 2πr ) t
Contoh Soal
Tabung
5 1. Diketahui sebuah kerucut dengan jari‐jari alas 7
1
V = Luas alas × t 22
3 cm dan tingginya 12 cm. Jika π = , maka
L = Luas alas + jml. luas sisi segitiga 7
volume kerucut tersebut adalah . . . cm3.
Pembahasan:
1
Limas Volume kerucut = Luas alas × tinggi
3
1 ⎛ 22 ⎞
= πr2 t = . ⎜ ⎟ . ( 72 ). (12 ) = .49.12 = 616 cm3
1 22
3 3⎝ 7 ⎠ 21
Jadi, volum kerucutnya adalah 616 cm3.
57
© Pustaka Widyatama 2010
2. Banyak pohon yang dapat ditanam pada 4. Sebuah tempat mainan berbentuk balok dibuat
keliling taman yang berbentuk lingkaran dari triplek. Untuk membuatnya diperlukan
dengan diameter 49 meter dan jarak antara triplek 10,64 m2. Jika tinggi tempat mainan 3 m
22 dan lebar 1,5 m, maka panjangnya adalah…m.
pohon 1,4 meter adalah . . . π = .
7 Pembahasan:
Pembahasan: Ingat bahwa Luas balok = 2 (pl + lt + pt ) ,
22 sehingga:
Keliling taman = 2πr = πd = . ( 49 ) = 154 m2 ,
7 10,64 = 2 (pl + lt + pt )
Sehingga banyak pohon yang dapat ditanam = 10,64 = 2 (1,5p + (1,5 × 3) + 3p ) = 2 ( 4,5p + 4,5)
154
= 110 pohon . 1,64
1,4 10,64 = 9p + 9 ⇒ 9p = 10,64 − 9 ⇒ p = = 0,182 m
9
3. Bobby akan membuat model kerangka balok 5. Sketsa gambar di bawah adalah sebuah tenda
dari kawat dengan ukuran panjang 30 cm, perkemahan berbentuk prisma. Bila tenda
lebar 25 cm, dan tinggi 20 cm. Jika panjang tersebut dapat memuat 10 orang untuk tidur
kawat 30 meter, maka banyak model kerangka dengan setiap orang perlu ruang 2 m2. Jika
balok yang dapat dibuat oleh Bobby adalah . . . tinggi tenda 3,5 m, berapa volume ruang dalam
Pembahasan: tenda tersebut ?
Ukuran kerangka balok yang akan dibuat Pembahasan:
= 30 cm × 25 cm × 20 cm.
Sebuah kerangka balok memerlukan panjang
kawat:
4 (p + l + t ) = 4 ( 30 + 25 + 20 ) = 4 ( 75 ) = 300 cm .
t
Luas alas prisma = luas segitiga yang diarsir
l 1
p pada sketsa tenda = ( 2 × 3,5 ) = 3,5 m2 .
2
Karena panjang kawat 30 meter = 3.000 cm,
Tiap orang memerlukan 2m2 = 2m × 1m .
3000
3.000 cm = n × 300 cm ⇒ n = = 10 artinya panjang tenda = 1m × 10 = 10 m.
300 = tinggi prisma,
Jadi, banyaknya model kerangka balok yang Volume prisma = luas × tinggi = 3,5 × 10 = 35
dapat dibuat adalah sebanyak 10 buah. m2
58
© Pustaka Widyatama 2010