Anda di halaman 1dari 11

Glaukoma

Definisi
Glaukoma berasal dari kata Yunani “ glaukos” yang berarti hijau kebiruan, yang
memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaukoma . Glaukoma adalah
suatu keadaan tekanan intraokuler/tekanan dalam bola mata relatif cukup besar untuk
menyebabkan kerusakan papil saraf optik dan menyebabkan kelainan lapang
pandang.
Faktor Resiko
Glaukoma lebih sering terjadi pada umur di atas 40 tahun. Beberapa faktor resiko
lainnya untuk terjadi glaukoma, antara lain:
1. Faktor genetik, riwayat glaukoma dalam keluarga.
2. Penyakit hipertensi
3. Penyakit diabetes dan penyakit sistemik lainnya.
4. Kelainan refraksi berupa miopi dan hipermetropi
5. Ras tertentu.
Klasifikasi
 Glaukoma sudut terbuka (Open-angle glaucomas)
1. Idiopatik
Gloukoma sudut terbuka yang termasuk idiopatik yaitu (1) glaukoma kronik (primerk)
sudut terbuka, (2) glaukoma tekanan normal.
2. Akumulasi material yang menimbulkan obstruksi jalinan trabekula diantaranya yaitu:
(1) Pigmentary glaucoma, (2) Exfoliative glaucoma, (3) Steroid-induced glaucoma,
(4)Inflammatory glaucoma, (5) Lens-induced glaucoma (Phacolytic, Lens-particle,
Phacoanaphylactic glaucomas)
3. Kelainan lain dari jalinan trabekula yaitu: (1) Posner-Schlossman (trabeculitis), (2)
Traumatic glaukoma (angle recession), (3) Chemical burns
4. Peningkatan tekanan vena episklera seperti: (1) Sindrom Sturge–Weber, (2)
tiroidopati, (3) tumor Retrobulbar, (4) Carotid-cavernous fistula, (5) thrombosis sinus
cavernosus.
 Glaukoma sudut tertutup (Angle closure glaucomas)
- Blok pupil
(1) Glaukoma primer sudut tertutup ( akut, subakut, kronik, mekanisme campuran)
(2) Glaukoma dicetuskan lensa
o Fakomorfik
o Subluksasi lensa
- Anterior displacement of the iris/lens
(1) Aqueous misdirection
(2) Sindrom iris plateu
(3) Glaukoma dicetuskan dari kelainan lensa
(4) kista dan tumor iris dan korpus silier
(5) kelainan koroid-retina
- Obstuksi membran dan jaringan
(1) glaukoma neovaskuler
(2) glaukoma inflamasi
(3) sindrom ICE
(4) pertumbuhan epitel dan serabut yang terganggu
 Kelainan perkembangan bilik mata depan
- Glaukoma primer congenital
- Glaukoma berhubungan dengan gangguan pertumbuhan mata
(1) Aniridia
(2) Axenfeld–Rieger syndrome
(3) Peter’s anomaly.
Patofisiologi
Cairan aqueus diproduksi dari korpus siliaris, kemudian mengalir melalui pupil ke
kamera okuli posterior (COP) sekitar lensa menuju kamera okuli anterior (COA) melalui
pupil. Cairan aqueus keluar dari COA melalui jalinan trabekula menuju kanal Schlemm’s
dan disalurkan ke dalam sistem vena.

Gambar 2.1 Aliran normal humor aqueus.


Beberapa mekanisme peningkatan tekanan intraokuler:
a. Korpus siliaris memproduksi terlalu banyak cairan bilik mata, sedangkan
pengeluaran pada jalinan trabekular normal
b. Hambatan pengaliran pada pupil sewaktu pengaliran cairan bilik mata belakang
ke bilik mata depan
c. Pengeluaran di sudut bilik mata terganggu.

Gambar 2.2 (A) Aliran humor aqueus pada glaukoma sudut terbuka, (B) Aliran humor
aqueus pada glaukoma sudut tertutup.
Glaukoma sudut terbuka ditandai dengan sudut bilik mata depan yang terbuka, dan
kemampuan jalinan trabekula untuk mengalirkan cairan aqueus menurun (gambar 2A).
Glaukoma sudut tertutup ditandai dengan tertutupnya trabekulum oleh iris perifer, sehingga
aliran cairan melalui pupil tertutup dan terperangkap di belakang iris dan mengakibatkan
iris mencembung ke depan. Hal ini menambah terganggunya aliran cairan menuju

trabekulum..
Mekanisme utama kehilangan penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis
sel ganglion retina. Optik disk menjadi atropi, dengan pembesaran cup optik. Efek dari
peningkatan tekanan intraokuler dipengaruhi oleh waktu dan besarnya peningkatan tekanan
tersebut. Pada glaukoma akut sudut tertutup, Tekanan Intra Okuler (TIO) mencapai 60-80
mmHg, mengakibatkan iskemik iris, dan timbulnya edem kornea serta kerusakan saraf
optik. Pada glaukoma primer sudut terbuka, TIO biasanya tidak mencapai di atas 30 mmHg
dan kerusakan sel ganglion retina berlangsung perlahan, biasanya dalam beberapa tahun.
Manifestasi klinis
Pasien dengan glaukoma primer sudut terbuka (glaukoma kronik sudut terbuka) dapat
tidak memberikan gejala sampai kerusakan penglihatan yang berat terjadi, sehingga dikatakan
sebagai pencuri penglihatan. Berbeda pada glaukoma akut sudut tertutup, peningkatan
tekanan TIO berjalan cepat dan memberikan gejala mata merah, nyeri dan gangguan
penglihatan.
a. Peningkatan TIO
Normal TIO berkisar 10-21 mmHg (rata-rata 16 mmHg). Tingginya TIO menyebabkan
kerusakan saraf optik tergantung beberapa faktor, meliputi tingginya TIO dan apakah
glaukoma dalam tahap awal atau lanjut. Secara umum, TIO dalam rentang 20-30
mmHg biasanya menyebabkan kerusakan dalam tahunan. TIO yang tinggi 40-50 mmHg
dapat menyebabkan kehilangan penglihatan yang cepat dan mencetuskan oklusi
pembuluh darah retina.
b. Halo sekitar cahaya dan kornea yang keruh
Kornea akan tetap jernih dengan terus berlangsungnya pergantian cairan oleh sel-sel
endotel. Jika tekanan meningkat dengan cepat (glaukoma akut sudut tertutup), kornea
menjadi penuh air, menimbulkan halo di sekitar cahaya.
c. Nyeri. Nyeri bukan karakteristik dari glaukoma primer sudut terbuka.
d. Penyempitan lapang pandang
Tekanan yang tinggi pada serabut saraf dan iskemia kronis pada saraf optik menimbulkan
kerusakan dari serabut saraf retina yang biasanya menghasilkan kehilangan lapang
pandang (skotoma). Pada glaukoma stadium akhir kehilangan lapang penglihatan terjadi
sangat berat (tunnel vision), meski visus pasien masih 6/6.
Gambar 2.3 Penglihatan tunnel vision pada penderita Glaukoma.
a. Perubahan pada diskus optik. Kenaikan TIO berakibat kerusakan optik berupa
penggaungan dan degenerasi papil saraf optik.
b. Oklusi vena
c. Pembesaran mata
Pada dewasa pembesaran yang signifikan tidak begitu tampak. Pada anak-anak dapat
terjadi pembesaran dari mata (buftalmus).
Pemeriksaan penunjang
Penderita dengan dugaan glaukoma harus dilakukan pemeriksaan sebagai berikut:
 Perimetri
Alat ini berguna untuk melihat adanya kelainan lapang pandangan yang
disebabkan oleh kerusakan saraf optik. Beberapa perimetri yang digunakan antara
lain:
a. Perimetri manual: Perimeter Lister, Tangent screen,
b. Perimeter Goldmann
c. Perimetri otomatis
d. Perimeter Oktopus
 Tonometri
Alat ini digunakan untuk pengukuran TIO. Beberapa tonometri yang
digunakan antara lain tonometer Schiotz, tonometer aplanasi Goldman, tonometer
Pulsair, Tono-Pen, tonometer Perkins, non kontak pneumotonometer.
 Oftalmoskopi
Oftalmoskopi yaitu pemeriksaan untuk menentukan adanya kerusakan saraf
optik berdasarkan penilaian bentuk saraf optik. Rasio cekungan diskus (C/D)
digunakan untuk mencatat ukuran diskus otipus pada penderita glaukoma. Apabila
terdapat peninggian TIO yang signifikan, rasio C/D yang lebih besar dari 0,5 atau
adanya asimetris yang bermakna antara kedua mata, mengidentifikasikan adanya
atropi glaukomatosa.
 Biomikroskopi
Untuk menentukan kondisi segmen anterior mata, dengan pemeriksaan ini
dapat ditentukan apakah glaukomanya merupakan glaukoma primer atau sekunder.
 Gonioskopi
Tujuan dari gonioskopi adalah mengidentifikasi kelainan struktur sudut,
memperkirakan kedalaman sudut bilik serta untuk visualisasi sudut pada
prosedur operasi.
 OCT (Optical Coherent Tomography). Alat ini berguna untuk mengukur
ketebalan serabut saraf sekitar papil saraf
 Fluorescein angiography
 Stereophotogrammetry of the optic disc. 4

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan penyakit glaukoma antara lain:
a. Medikamentosa
b. Penekanan pembentukan humor aqueus, antara lain:
c. β adrenegik bloker topikal seperti timolol maleate 0,25 - 0,50 % 2 kali sehari,
betaxolol 0.25% dan 0.5%, levobunolol 0.25% dan 0.5%, metipranolol 0.3%, dan
carteolol 1%
d. Apraklonidin
e. inhibitor karbonik anhidrase seperti asetazolamid (diamox) oral 250 mg 2 kali sehari,
diklorofenamid, metazolamid
f. Meningkatkan aliran keluar humor aqueus seperti: prostaglandin analog, golongan
parasimpatomimetik, contoh: pilokarpin tetes mata 1 - 4 %, 4-6 kali sehari, karbakol,
golongan epinefrin. (Ilyas, 2006)
g. Penurunan volume korpus vitreus.
h. Obat-obat miotik, midriatikum, siklopegik
i. Terapi operatif dan laser
j. Iridektomi dan iridotomi perifer
k. Bedah drainase glaukoma dengan trabekulektomi, goniotomi.
l. Argon Laser Trabeculoplasty (ALT).
Keratitis
Definisi
Keratitis merupakan peradangan kornea. Radang kornea biasanya diklasifikasi dalam lapis
kornea yang terkena. seperti keratitis Superfisial dan lnterstisial atau profunda. Keratitis
disebabkan oleh virus,bakteri (pneumococci, steprococci, atau staphylococci), jamur, dan
protozoa.
Etiologi
Keratitis pada umumnya didahului
a. Defisiensi vitamin A
b. Reaksi konjungtivitis menahun
c. Trauma dan kerusakan epitel
d. Lensa kontak dapat mengakibatkan infeksi sekunder dan non infeksi keratitis
e. Daya lmunutas yang berkurang.
f. Musim panas dan daerah yang lembab
g. Pemakai kortikosteroid
h. Herpes genital.
Gejala
Gejala keratitis sakit ringan sampai berat, silau, mata berair dan kotor, lesi dikorea disertai
penglihatan berkurang.
Komplikasi
Penyulit keratitis yang dapat terjadi pada keratitls adalah sebagai berikut:
a. Radang kornea menahun.
b. Infeksi virus pada kornea kronik dan menahun.
c. Luka terbuka pada kornea (ullkus kornea).
d. Kornea edema dan parut pada kornea.
e. Penglihatan menurun kebutaan, akibat jaringgan parut, perforasi kornea, dan endoltalmitis.
b. Pengobatan
Pengobatan keratitis dapat diberikan antibiotika, air mata buatan, analgetik, kortikosteroid dan
sikloplegik.
Klasifikasi
Keratitis Pungtata
Keratitis yang terkumpul di daerah membran Bowman, dengan lnfiltrat berbentuk bercak-
bercak halus. KP ini disebabkan oleh hal yang tidak spesihk dan dapat terjadi pada moluskum
kontagiosum, akne rosasea, herpes simpleks, herpes zoster, blefaritis neuroparalitik, infeksi
virus, vaksinla, trakoma dan trauma radiasi, dry eyes, trauma, lagoftalmos, keracunan obat
seperti neomisin, tobramisin dan bahan pengawet lainnya.
Kelainan dapat berupa :
1. Keratitis pungtata epitel
2. Keratitis pungtata
3. Pada konjungtivitis vernal dan konjungtivitis atopik ditemukan bersama sama papil raksasa.
4. Pada trakoma, pemiigoid, sindrom Stevens Johnson dan pasca pengobatan radiasi dapat
ditemukan bersama-sama dengan jaringan parut konjungtiva.
Keratitis pungtata biasanya terdapat bilateral dan berjalan kronis tanpa terlihatnya gejala
kelainan konjungitiva, ataupun tanda akut. yang biasanya terjadi pada dewasa muda.
Keratitis Marginal
Keratitis marginal merupakan infrltrat yang tertimbun pada tepi kornea sejajar dengan limbus.
Penyakit infeksi lokal konjungtiva dapat mengakibatkan keratitis kataral atau keratitis marginal
ini. Merupakan reaksi hipersensitivitas terhadap eksotoksin stafilokok. Keratitis marginal
kataral biasanya terdapat pada pasien setengah umur dengan adanya blefarokonjungtivitis.
Bila tidak diobati dengan baik maka akan mengakibatkan tukak kornea. Biasanya bersifat
rekuren, dengan kemungkinan terdapatnya Streptococcus pneumonia, Hemophilus aegepty,
Moraxelia lacunata, dan Esrichia. lniiltrat dan mkak yang terlihat diduga merupakan timbunan
kompleks antigen-antibodi.
Penderita akan mengeluh sakit, seperti kelilipan, lakrimasi, disertai fotofobia berat.
Pada mata akan terlihat blefarospasme pada satu mata, injeksi konjungtiva, inmtrat atau ulkus
yang memanjang, dangkal unilateral dapat tunggal atau multipel, sering disertai
neovaskularisasi dari arah limbus.
Bila tidak diobati dengan baik maka akan mengakibatkan tukak komea. Pengobatan yang
diberikan adalah antibiotika yang sesuai dengan penyebab infeksi lokalnya dan steroid dosis
ringan. Pada pasien dapat diberikan vitamin B dan C dosis tinggi. Pada kelainan yang indolen
dilakukan kauterisasi dengan listrik ataupun AgNO3 di pembuluh darahnya atau dilakukan tlep
konjungtiva yang kecil.
Penyulit yang terjadi berupa jaringan parut pada kornea yang akan mengganggu penglihatan
atau ulkus meluas dan menjadi lebih dalam.
Keratitis marginalis trakomatosa merupakan keratitis dengan pembentukan membran pada
kornea atas. Keadaan ini akan membentuk pannus, berupa keratitis dengan neovaskularisasi.
Keratitis Interstisial
Keratitis yang ditemukan pada jaringan kornea yang lebih dalam pada kedua mata. Pada
keratitis interstisial akibat lues kongenital didapatkan neovaskularisasi dalam, yang terlihat
pada usia 5-20 tahun pada 80% pasien lues. Keratitis interstisial dapat terjadi akibat alergi atau
infeksi spiroket ke dalam stroma kornea dan akibat tuberkulosis.
Keratitis interstisial merupakan keratitis nonsupuratif profunda disertai dengan
neovaskularisasi. Keratitis ini juga disebut sebagai keratitis parenkimatosa.
Biasanya akan memberikan keluhan fotofobia, lakrimasi, kelopak meradang, sakit dan
menurunnya visus. Pada keratitis interstisial maka keluhan bertahan seumur hidup. Penyebab
dapat bakteri, virus dan jamur. Keratitis profunda dapat juga terjadi akibat trauma, dan mata
terpajan pada kornea dengan daya tahan rendah. Seluruh kornea keruh sehingga iris sukar
dilihat. permukaan kornea seperti permukaan kaca. Terdapat injeksi siliar disertai dengan
temukan pembuluh ke dalam sehingga memberikan gambaran merah kusam atau apa yang
disebut “salmon patch“ dari Hutchison. Seluruh kornea dapat berwarna merah cerah.
Pengobatan keratitis profunda tergantung pada penyebabnya berupa antibiotika, antijamur, dan
antivirus. Pada keratitis diberikan sulfas atropin tetes mata untuk mencegah sinekia akibat
terjadinya uveitis dan kortiskosteroid tetes mata.
Steroid dapat juga memperburuk gejala dan proses penyakit.
Keratitis Bakterial
Setiap bakteri seperti Staphylococcus, Pseudomonas, Hemophilus. Streptococoi dan
Enterobacteriacea dapat mengakibatkan keratitis bakterial. Dengan faktor predisposisi,
pemakaian kontak lens, trauma, kontaminasi obat tetes.
Pada keratitis bakteri akan terdapat keluhan kelopak mata lengket setiap bangun pagi. Mata
sakit silau, merah, berair,dan penglihatan yang berkurang. Kelainan ini lebih sering ditemukan
pada pemakaian lensa kontak dengan pemakaian lama. Kosmetika terkontaminasi dapat
mengandung bakteri. Komea menjadi keruh dan dapat menjadi abses didalam stroma kornea.
Keratitis yang dibangkitkan oleh pemakaian lensa kontak.
Keratitis ini biasanya disebabkan bakteri (Pseudomonas aeruginosa). amoeba
(Acanthamoeba), dan kadang-kadang virus atau jamur. Gejalanya sakit, infiltrat, mata merah.
lakrimasi, fotofobia, edema komea, mata kotor kelopak bengkak, dan flare di bilik mata depan.
Pengobatan dengan melepas lensa kontak dan antibiotika.
Keratitis Jamur
Keratitis jamur lebih jarang dibandingkan keratitis bakterial. Dimulai dengan suatu trauma
pada kornea oleh ranting pohon, daun dan bagian tumbuh-tumbuhan.
Kebanyakan jamur disebabkan oleh Fusarium, Filamentous, yeast, Candida, Aspergillus. Sulit
membedakan ciri khas jamur ini. Pada masa sekarang infeksi jamur bertambah dengan pesat
dan dianggap sebagai akibat samping pemakaian antibiotik dan kortikosteroid yang tidak tepat.
pemakaian contact lens
Keluhan baru timbul setelah 5 hari atau 3 minggu kemudian. Pasien akan mengeluh sakit mata
yang hebat, berair penglihatan menurun dan silau. Pada mata akan terlihat intiltrat kelabu,
disertai hipopion peradangan, ulserasi superiisial dan satelit bila terletak di dalam stroma.
Biasanya disertai dengan cincin endotel dengan plaque tampak bercabang-cabang, gambaran
satelit pada kornea, dan lipatan Descemet.
Diagnosis pasti dibuat dengan pemeriksaan mikroskopik dengan KOH 10% terhadap kerokan
kornea yang menunjukkan adanya hifa.
Disarankan pasien dengan infeksi jamur dirawat dan diberi pengobatan natamisin 5% (keratitis
jamur filamentosa, fusarium species) amphoterisin B 0.15% ~ 0.30% (keratitis yeast,
aspergillus species)
Diberikan pengobatan sistemik ketokonazole (200-600 mg/hari) dan sikIoplegik. Bila disertai
peningkatan tekanan intraokular diberikan obat oral anti glaukoma. Keratoplasti dilakukan jika
tidak ada perbaikan, Penyulit yang dapat terjadi adalah endoftalmitis.
Pengobatan keratitis Jamur dengan anti jamur Polines (amfoterisin B Natamisin. Nystatin)
Azoles (imidazol, Ketooonazole, myoonazole) Triazoles (Fluoconazole, Voriconazole) dan
Fluorinated pyrimidin (flucyitocine).
Keratitis Virus
Virus yang mengakibatkan infeksi pada kornea termasuk infeksi virus pada saluran nafas
seperti adenovirus dan semua yang menyebabkan demam. Virus herpes simpleks dapat
menyebabkan keratitis, demikian juga virus herpes zoster.
Kelainan pada kornea didapatkan sebagai keratitis pungtata superfisial memberikan gambaran
seperti infiltrat halus bertitik-titik pada dataran depan kornea yang dapat terjadi pada penyakit
seperti herpes simpleks, herpes zoster, infeksi virus, vaksinia, dan trakoma.
Keratitis yang terkumpul di daerah membran Bowman. Pada keratitis ini biasanya terdapat
bilateral dan berjalan kronis tanpa terlihatnya gejala kelainan konjungtiva, ataupun tanda akut.
Daftar pustaka

1. Daftar pustaka : Ilyas S, Yulianti S. Ilmu Penyakit Mata. Edisi ke-5. Jakarta: Badan Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2017.
2. Saputera M. Anisometropia. CDK-245/Vol. 43 No. 10. Semarang Departemen Ilmu
Penyakit Mata Rumah Sakit Bhayangkara: CDK; 2016.

Anda mungkin juga menyukai