Anda di halaman 1dari 15

PERMAINAN TRADISIONAL SEBAGAI ALAT UNTUK

MEMINIMALISIR KECANDUAN GAWAI PADA ANAK-ANAK

TRADITIONAL GAMES AS TOOLS TO MINIMIZE GAWAI


ADDICTION IN CHILDREN
Alma Faiza
Program Studi S1 PGMI, Fakultas Tarbiyah, IAIN Kudus, Indonesia
Almafaiza418@gmail.com

Abstrak
Di zaman yang semakin modern, Perkembangan tehnologi di Indonesia kian hari kian
bertambah. Terbukti dengan banyaknya pengguna gawai dengan berbagai merek dan tipe tersebar
luas diseluruh wilayah Indonesia. Penggunanya tidak hanya orang dewasa saja akan tetapi anak usia
dini pun ikut andil di dalamnya. Secara tidak langsung, perkembangan teknologi ini akan
menimbulkan dampak negatif bagi anak usia dini. Misalnya aplikasi permainan-permainan game
yang banyak mengandung unsur kekerasan dan agresi yang mencontohkan perkelahian. Disadari
atau tidak, permainan ini membawa pengaruh buruk bagi perkembangan sosial emosional anak
karena anak akan meniru perilaku buruk dari permainan tersebut. Sebaiknya orang tua dan
lingkungan sekitar lebih memerhatikan lagi dampak dan pengaruh negatif teknologi gawai bagi
anak, dengan cara membatasi anak dalam mengakses teknologi atau internet. Hasil penelitian kali
ini menunjukkan bahwa permainan anak tradisional dapat menstimulasi anak dalam
mengembangkan kerjasama, membantu anak menyesuaikan diri, saling berinteraksi secara positif,
dapat mengkondisikan anak dalam mengontrol diri, mengembangkan sikap empati terhadap teman,
menaati aturan serta menghargai orang lain. Gawai memiliki banyak manfaat yang positif apabila
pemakaiannya sesuai dengan kebutuhan anak, namun alangkah baiknya apabila orang tua dan
lingkungan sekitar mengenalkan permainan tradisional yang menyenangkan sejak dini.
Kata kunci; kecanduan gawai, anak sekolah dasar, permainan tradisional

Abstract
In an increasingly modern era, the development of technology in Indonesia is increasingly
growing. Evidenced by the number of device users with various brands and types widely spread
throughout Indonesia. Its users are not only adults but early childhood also take part in it. Indirectly,
the development of this technology will have a negative impact on early childhood. For example
application games that contain a lot of elements of violence and aggression that exemplifies a fight.
Whether we realize it or not, this game has a bad influence on a child's emotional social development
because the child will imitate the bad behavior of the game. Parents and the environment should pay
more attention to the negative effects and effects of gadgets on children by limiting their access to
technology or the internet. The results of this study indicate that traditional children's games can
stimulate children to develop cooperation, help children adjust, interact positively with each other,
can condition children in self-control, develop empathetic attitudes toward friends, obey rules and
respect others. Gadget has many positive benefits if its use is in accordance with the needs of
children, but it would be nice if parents and the surrounding environment introduce traditional games
that are fun early on.
Keywords; addicted to devices, elementary school children, traditional games
PENDAHULUAN

Di era sekarang perkembangan gawai semakin berkembang pesat terlihat


dari perkembangan gawai dengan berbagai merek dan tipe tersebar luas di wilayah
Indonesia. Penjualan-penjualan gawai tersedia dimana-mana.
Gawai merupakan salah satu dari berbagai peralatan canggih yang ada di
era digital. Penggunaan teknologi ini tidak hanya dikenal oleh orang dewasa saja
akan tetapi anak usia dini pun sudah mengenalnya. Gawai memberikan efek positif
bagi orang dewasa yaitu hidup menjadi semakin dimudahkan khususnya dalam
mencari informasi dan berkomunikasi, akan tetapi tanpa disadari atau tidak gawai
memberikan dampak yang negatif bagi anak usia dini yang akan berpengaruh pada
perkembangan sosial emosional anak, budaya bahkan karakter pada anak jika
pemakaian secara berlebihan. Pada saat ini permainan tradisional mulai tergeser
dengan permainan modern, contohnya game online atau offline yang ada pada
gawai, hal inilah yang membuat anak usia dini tidak tumbuh dan berkembang secara
optimal. Pada dasarnya perkembangan anak usia dini sangatlah penting, akan tetapi
para orang tua lebih memilih mendidik anaknya secara instan tanpa memikirkan
akan aspek-aspek perkembangan anak. Penggunaan gawai dikalangan anak usia
dini menyita banyak perhatian dari berbagai kalangan, dari fakta di atas terlihat dari
tahun ke tahun mengalami peningkatan signifikan. Tentu ini menjadi masalah besar
bagi Negara kita selanjutnya. Anak-anak biasa mendapatkan gawai canggih dari
kedua orang tuanya. Kedua orang tua sengaja memberikan gawai canggih kepada
anaknya dengan tujuan, yang pertama untuk bermain games pada fitur-fitur yang
telah disediakan pada gawai tersebut. Dibandingkan orang dewasa anak-anak lebih
cepat untuk menguasai gawai. Bahkan, orang tua mereka belum tentu bisa
mengoperasikan gawai yang dimilikinya (Emi Mabroroh, 2015)
Modelling yang baik dari orang tua sangat diperlukan dalam penerapan
penggunaan gawai. Orang tua harus mampu mengontrol dirinya dalam penggunaan
gawai, jangan sampai penerapan penggunaan gawai yang baik dan tepat hanya
diberlaku untuk anak saja, tanpa mereka sendiri tidak mempraktekan. Perilaku
orang sangat mempengaruhi perilaku anak. Salah satu teori yang dikemukan oleh
John Locke bahwa modelling yang baik sangat mempengaruhi perilaku anak, dalam
artian lain bahwa anak belajar dari apa yang ia lihat dari lingkunganya. Hal
demikianlah yang perlu orang tua tahu, bahwa modelling dari meraka sangat
berpengaruh terhadap perilaku anak-anaknya (Yusmi Warisyah, 2015).
Dari sudut pandang ilmu kesehatan jiwa, penggunaan gawai untuk usia dini
sangat tidak disarankan karena dapat mengganggu proses tumbuh kembangnya
secara alami. Terbatasnya kesempatan untuk belajar dikarenakan gawai hanya
berkomunikasi satu arah yakni merespon. Anak tidak dapat belajar secara alami
bagaimana berkomunikasi dan bersosialisasi, anak juga tidak mampu mengenali
dan berbagi aneka emosi, misal simpati, sedih atau senang, dan akhirnya anak tidak
dapat merespon hal yang ada di sekelilingnya baik secara emosi maupun verbal
(Tria & Amy, 2016)
Semakin banyaknya teknologi yang tersebar, maka semakin banyak pula
dampak negatif yang didapat. Kecenderungan anak terhadap penggunaan gawai
menjadi masalah yang harus diatasi oleh para orang tua dan lingkungannya di
Indonesia, supaya dampak negatif akan penggunaan gawai tidak berlarut dalam
kehidupan anak usia dini. Berdasarkan uraian diatas, penulis akan mengkupas
secara detail didalam artikel ini tentang peran Orang tua dalam mengatasi
kecanduan gawai pada anak-anak dengan menerapkan permainan tradisional
sebagai media bermain anak.
PEMBAHASAN

Pengertian Gawai/ Gadget


Gawai atau biasa disebut gadget merupakan barang canggih yang diciptakan
dengan aplikasi yang dapat menyajikan berbagai media berita, jejaring sosial, hobi,
bahkan hiburan (manumpil: 2015).
Gawai atau dalam Bahasa Inggris disebut gadget adalah suatu piranti atau
instrumen yang memiliki tujuan dan fungsi praktis secara spesifik dirancang lebih
canggih dibandingkan dengan teknologi yang diciptakan sebelumnya. Sumber
(wikipedia.org)
Kini kegiatan komunikasi telah berkembang semakin lebih maju dengan
munculnya gawai. Gawai dari hari ke hari selalu muncul dengan menyajikan
teknologi terbaru yang membuat hidup manusia menjadi lebih praktis. Gawai di
rancang sedemikian praktis dengan berbagai fitur dan aplikasi yang setiap kali
muncul dengan “pembaruan” nya, hal ini yang membuat gawai semakin canggih
dan semakin menarik. Tanpa dipungkiri setiap orang diberbagai negara sudah tidak
asing dengan alat elektronik yang kecil serta unik ini, dengan kecanggihannya
seseorang individu bisa berkomunikasi dengan individu lainnya tanpa dibatasi
waktu dan tempat.
Gawai pada Perkembangan Anak-anak
Perkembangan gawai yang kian bertambah pesat membuat gawai perlahan
mulai masuk ke dalam dunia anak-anak, karena para orang tua lebih suka berpikiran
instan untuk medidik anak-anaknya menggunakan gawai dan kurang memerhatikan
waktu pemakaian gawai serta tanpa adanya batasan dalam mengakses aplikasi yang
terdapat pada gawai. Fitur game pada gawai kadang kala mengandung unsur
kekerasan yang akan memengaruhi perkembangan anak. Perkembangan adalah
perubahan fungsi tubuh secara berkesinambungan antara aspek satu dengan aspek
yang lainnya. Beberapa perkembangan anak usia dini yang terkait oleh bahaya
gawai, diantaranya:
 Perkembangan sosial: bahwa lingkungan akan mempengaruhi anak dalam
berbagai hal, antara lain akan berpengaruh terhadap bagaiamana seorang
anak berkembang dan belajar dari lingkungan. Anak pada masa
perkembangan ini seharuhnya lebih banyak menghabiskan waktu bermain
dengan teman sebayanya. Bermain dengan teman sebaya juga dapat
membantu anak mengasah kemampuannya untuk beradaptasi dengan
lingkungan serta anak dapat belajar untuk berempati terhadap sesamanya.
 Perkembangan emosional: emosi adalah perasaan yang secara fisiologis dan
psikologis dimiliki oleh anak dan digunakan untuk merespons terhadap
peristiwa yang terjadi disekitarnya. Perkembangan emosional pada anak
sangatlah penting karena dengan cara itulah anak dapat mengekspresikan
emosi yang anak rasakan, baik merasa suka, senang, sedih, dan kecewa.
 Perkembangan psikomotorik: perkembangan psikomotorik merupakan
perkembangan anak usia dini yang sama pentingnya dengan berbagai aspek
perkembangan lainnya. Pada saat ini faktanya para orang tua hanya
memahami motorik kasar anak tanpa memerhatikan motorik halus anak.
Motorik halus adalah gerakan halus yang melibatkan bagian-bagian tertentu
saja yang dilakukan oleh otot-otot kecil saja, karena tidak memerlukan
tenaga. Namun begitu gerakan yang halus ini memerlukan koordinasi yang
cermat. Misalnya kegiatan yang dapat menstimulus motorik halus anak
adalah meronce (merangkai atau menyusun manik-manik, biji-bijian, atau
bahan lain dengan menggunakan benang sehingga menghasilkan rangkaian
yang dapat digunakan sebagai benda hias atau benda pakai), dengan
meronce anak dapat melatih otot-otot kecil serta belajar memahami
koordinasi dengan cermat. Pada perkembangan ini para orang tua
hendaknya membimbing anak supaya dapat melewati perkembangan ini
secara optimal. Karakteristik pengembangan motorik halus anak lebih
ditekankan pada gerakan-gerakan tubuh yang lebih spesifik seperti menulis,
menggambar, menggunting dan melipat. (Emi Mabruroh, 2015)
Penggunaan Gawai/gadget di Usia Anak-anak
Di era sekarang ini perkembangan gawai/gadget semakin merajalela.
Bentuk gawai/gadget yang semakin menarik serta sunguhan aplikasinya yang
beragam memudahkan setiap orang untuk mengakses berbagai informasi dari
segala aspek kehidupan. Perkembangan gawai/gadget membuat setiap orang tua
berpikir "instan" dalam mendidik anaknya. Sehingga di masa sekarang, bukan hal
yang aneh lagi apabila ada orang tua yang menyediakan fasilitas berupa
gawai/gadget untuk anaknya yang masih berusia dini atau masih dalam usia emas
(golden age).
Gawai/gadget memang memudahkan setiap orang dalam mengakses segala
infomasi, tetapi bagaimana ketika gawai/gadget digunakan anak usia dini yang
seharusnya bermain dengan teman sebayanya, bersosialisasi dengan lingkungan
tempat tinggalnya, mengeksplor dirinya, dan berpikir kreatif dalam menyikapi
masalah. Karena keunggulan aplikasi gawai, maka gawai lebih pantas digunakan
untuk mengembangkan suatu pikiran, ide, usaha dan gaya hidup remaja atau orang
dewasa atau orang yang memiliki kepentingan khusus dalam penggunaan
gawai/gadget. Bukan hanya sekedar dijadikan sebagai media hiburan, untuk nge-
games atau menonton suatu acara secara online (menggunakan aplikasi tv online
atau youtube) untuk anak usia dini.
Kemudahan pengoperasian gawai dan aplikasi yang terdapat di dalamnya
baik online maupun offline, baik berupa games atau situs web telah memberikan
keluasan pada anak usia dini secara bebas untuk memperoleh berbagai hal yang
seharusnya belum pantas mereka peroleh diusianya.
Menurut para pakar pendidikan “Sebaiknya seorang anak dikenalkan pada
fungsi dan cara menggunakan gawai/gadget saat berusia enam tahun. Karena di usia
tersebut perkembangan otak anak meningkat hingga 95% dari otak orang dewasa.
Sebab, jika mengenalkan gawai/gadget di bawah usia enam tahun, anak lebih
banyak untuk bermain karena anak tertarik dengan visual (gambar) dan suara yang
beragam yang terdapat pada gawai”.
Namun menurut sebuah studi pada 2004 yang dipublikasikan jurnal
Pediatrics (dalam Maulida, Hidayahti :2013) “Anak-anak yang menonton televisi
saat usia mereka 1 sampai 3 tahun mengalami penurunan perhatian saat usia mereka
tujuh tahun”. Anak usia dini memiliki potensi besar dalam mengembangkan segala
potensi yang ada di dalam dirinya. Bercakap, bersosialisasi, mengenal lingkungan,
menunjukkan kemampuan dirinya, memahami suatu masalah lalu dengan alami
menyelesaikan masalah tersebut sesuai dengan pola pikir anak seusianya yang
memiliki cara pandang tersendiri meskipun masih sulit menerima dan memahami
masalah apa yang sesungguhnya sedang ia pecahkan. Di masa usia emas ini banyak
kegiatan yang dapat dilakukan oleh para orang tua dan pembimbing di taman belajar
untuk terus meningkatkan kreativitas anak usia dini agar terus berkembang dan
lebih baik agar siap dalam perkembangannya di masa-masa berikutnya (Maulida,
Hidayahti :2013).
Generasi penerus bangsa harus dididik lebih baik sejak dini karena
pendidikan pada anak usia dini akan sangat berpengaruh besar pada kehidupan anak
selanjutnya. Pengenalan budaya tradisional seperti permainan tradisional seringkali
hanya didapatkan di sekolah saja, itu juga tidak terlalu luas dan mendalam.
Kebanyakan hanya dikenalkan lewat gambar atau video, anak tidak secara langsung
mengekspor dirinya dalam bermain.
Bahaya Gawai Bagi Anak Usia Dini
1. Kecanduan
Kondisi anak usia pada saat ini cenderung lebih menyukai bermain
gawai/gadget daripada bermain dengan teman sebaya, dan aplikasi game
yang ada didalamnya, gawai/gadget dapat membuat anak lupa dengan
lingkungan sekitar. Kebiasaan seperti ini dapat memengaruhi pola pikir
anak dan membuat anak terus menerus ingin bermain permainan yang ada
didalam gawai/gadget atau sering disebut dengan kecanduangawai/gadget.
Orang tua sangat berperan penting dalam hal ini, karena anak adalah aset
keluarga yang harus dijaga dari pengaruh buruk yang terdapat pada
gawai/gadget. Orang tua hendaknya memerhatikan pengaturan waktu untuk
anak bermain gawai/gadget agar anak terhindar dari kecanduan
gawai/gadget.
2. Antisosial
Kecanduan pada gawai/gadget dapat membuat anak merasa gelisah jika
orang tuanya memisahkan gawai/gadget dari dirinya. Anak usia dini lebih
memilih bermain dengan gawai/gadget daripada dengan teman sebayanya
atau lingkungan sekitar, hal inilah yang membuat anak menjadi antisosial
dan tidak mempunyai rasa empati terhadap sesamanya. Peran orang tua
dalam hal ini adalah mengenalkan lingkungan sekitar pada anak dan
membatasi anak dalam mengakses gawai/gadget.
3. Moral
Gawai/gadget pada saat ini sangat memengaruhi kehidupan seseorang
khususnya anak usia dini, hal ini terkait dengan perkembangan moral
seorang anak jika anak tersebut sudah kecanduan dengan sebuah
gawai/gadget. Moral merupakan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat
sehingga apabila seorang anak sudah kecanduan gawai/gadget kemudian
menjadi anak yang tidak peduli dengan lingkungan sekitar atau menjadi
anak yang antisosial, anak tersebut dikatakan menyalahi nilai-nilai yang ada
pada masyarakat. Peran orang tua terkait dengan perkembangan moral anak
yaitu: menanamkan nilai-nilai yang di masyarakat kemudian mengenalkan
anak dengan lingkungan sekitar dan yang terakhir meminimalisir
penggunaan gawai/gadget pada anak usia dini.
Pengenalan Permainan Tradisional
Konvensi Hak Anak PBB (1989) menegaskan bahwa bermain adalah salah
satu hak anak. Melarang anak untuk bermain adalah hal yang salah. Sebaiknya
orangtua menggunakan karakteristik alami anak ini sebagai proses pembelajaran
yang menyenangkan. Dalam masa ini permainan yang bersifat digital terutama
permainan yang ada di dalam gadget mampu menggeser permainan tradisional.
Permainan digital menimbulkan berbagai dampak negatif pada anak yang
merugikan serta menghambat proses perkembangan anak. Permainan digital seperti
video games dan games online, lebih banyak dimainkan secara statis, anak bermain
dalam keadaan pasif. Anak lebih memilih bermain gadget karena meraka sangat
tertarik dengan aplikasi game yang ada didalam gadget, anak lebih memilih duduk
manis lalu memainkan gadget nya, hal inilah yang membuat perkembangan motorik
dan sosialnya tidak berkembang secara optimal.
Permainan tradisional adalah permainan yang dapat mengasah aspek-aspek
perkembangan anak: aspek perkembangan kognitif, perkembangan psikomotorik
anak, perkembangan sosial emosional, perkembangan bahasa, perkembangan moral
dan agama. Permainan tradisional dapat menstimulasi berbagai aspek
perkembangan anak yang dapat meliputi hal-hal sebagai berikut:
 Aspek motorik: dengan melatih daya tahan, daya lentur,
sensorimotorik, motorik kasar, dan motorik halus.
 Aspek kognitif: dengan mengembangkan imaginasi, kreativitas,
problem solving, strategi, kemampuan antisipatif, dan pemahaman
kontekstual.
 Aspek emosi: dengan menjadi media katarsis emosional, dapat mengasah
empati dan pengendalian diri.
 Aspek Bahasa: berupa pemahaman konsep-konsep nilai.
 Aspek sosial: dengan mengkondisikan anak agar dapat menjalin relasi,
bekerjasama, melatih kematangan social dengan teman sebaya dan
meletakkan pondasi untuk melatih keterampilan sosialisasi dengan berlatih
peran dengan orang yang lebih dewasa dan masyarakat secara umum.
 Aspek spiritual: permainan tradisonal dapat membawa anak untuk
menyadari keterhubungan dengan sesuatu yang bersifat Agung
(transcendental).
 Aspek ekologis: dengan memfasilitasi anak untuk dapat memahami
pemanfaatan elemen-elemen alam sekitar secara bijaksana.
 Aspek nilai-nilai/moral: dengan memfasilitasi anak untuk dapat
menghayati nilai-nilai moral yang diwariskan dari generasi terdahulu
kepada generasi selanjutnya (Emi Mabruroh, 2015)
Permainan anak usia dini yang dapat mengembangkan potensi anak adalah
permainan yang mengandung unsur-unsur mendidik, bukan permainan yang
membuat pemainnya kecanduan sehingga menjadi individu yang antisosial. Orang
tua hendaknya mengenalkan permainan tradisional kepada anak tentang cara
bermainnya, kemudian memodifikasi permaianan tradisional agar permainan
tradisional lebih menarik perhatian anak sehingga anak perlahan lebih memilih
permainan tradisional daripada permainan yang ada dalam gadget. Kegiatan ini
dalam rangka untuk meminimalisir ketergantungan anak akan gadget.
Permainan Tradisional Yang Menarik
Pada saat ini permainan tradisional perlu di modifikasi lagi karena seiring
berkembangnya teknologi, permainan tradisional mulai terlupakan. Pasalnya
banyak anak usia dini yang tidak mengenal permainan tradisional itu seperti apa,
dan bagaimana cara bermainnya, anak usia dini saat ini cenderung lebih asik
bermain gadget daripada bermain permainan tradisional bersama teman sebayanya.
Perkembangan anak usia dini merupakan suatu proses yang sangat penting, salah
satu cara menstimulus perkembangan anak yaitu dengan cara mengenalkan
permainan tradisional pada anak. Bentuk-bentuk dan cara bermain nya pun jauh
berbeda dengan permainan yang ada pada gadget, tidak semua permainan
tradisional memiliki alur bermain yang sama dengan permainan tradisional lainnya.
Beberapa permainan tradisional yang menarik dan dapat mengembangkan aspek-
aspek perkembangan anak, diantaranya:
1. Congklak
Congklak atau yang juga akrab disebut dengan istilah dakon ini merupakan
salah satu permainan anak yang mendidik. Kenapa begitu? Permainan ini
akan membuat si anak berpikir strategi agar ia bisa memenangkan
pertandingan. Permainan ini merupakan sebuah pertandingan satu lawan
satu. Pada papan congklak terdapat sebanyak 16 lubang dan 14 lubang di
antaranya terletak saling berhadapan. Sedangkan dua lubang lainnya
bentuknya sedikit lebih besar dan terletak di masing-masing ujung papan.
Untuk permulaan, masing-masing lubang yang berukuran kecil diisi dengan
tujuh buah biji. Salah satu pemain akan memulai pertandingan dengan
mengambil tujuh biji dari salah satu barisan lubang miliknya dan
membagikan satu biji di setiap lubang secara berurutan. Hal tersebut
dilakukan secara terus menerus hingga bijinya habis, kalau kebetulan
habisnya di lubang milik sendiri yang kosong, pemain tersebut berhak
mengambil biji di lubang depannya milik lawan dan diletakkan di lubang
besar miliknya. Kalau berhentinya di lubang lawan yang kosong, maka
pemain itu tak mendapatkan apa-apa. Setelah itu, pemain lain mendapat
giliran untuk bermain dengan cara yang sama. Permainan ini dianggap
selesai kalau sudah tidak ada lagi biji di lubang-lubang kecil dan
pemenangnya ditentukan jika biji yang berada di lubang besar terdapat biji
yang paling banyak.
2. Gobak Sodor
Permainan anak yang mendidik kedua yang bisa Anda perkenalkan kepada
buah hati adalah gobak sodor yang juga sering dikenal dengan nama galah
asin atau galasin. Aktivitas seru ini bisa dilakukan si kecil bersama teman-
temannya. Untuk bermain gobak sodor membutuhkan dua kelompok, di
mana masing-masing kelompoknya terdiri dari tiga sampai lima anak. Anda
bisa menggambar garis berbentuk segiempat sebanyak enam bagian, dengan
susunan lebar dua kotak dan panjang tiga kotak. Dua kelompok tersebut
akan menjadi kelompok penjaga dan penyerang. Tugas kelompok penjaga
adalah menjaga garis agar tidak dilewati oleh kelompok penyerang.
Kelompok penyerang harus mampu melewati garis menuju ke baris kotak
akhir dan kembali ke baris kotak depan dengan hadangan kelompok
penjaga. Jika seluruh anggota dari kelompok penyerang berhasil lolos
melewati garis dan kembali ke baris kotak depan, maka kelompok tersebut
yang memenangkan pertandingan ini.
3. Olahraga Lompat Tinggi
Hanya saja media yang digunakan sedikit berbeda, yaitu menggunakan
gelang karet yang sudah dirangkai sedemikian rupa hingga berbentuk
memanjang layaknya sebuah tali. Permainan ini bisa dimainkan oleh tiga
orang, dua orang memegang ujung tali dan memutarkannya, serta satu orang
lainnya melompati tali tersebut. Lompat tali sebenarnya tidak hanya bisa
dimainkan tiga orang, bisa juga lebih. Mereka akan saling bergantian untuk
memegang talinya dan melompat. Hal ini akan melatih kesabaran si kecil
untuk mendapatkan giliran. Selain itu, si kecil juga akan melatih
konsentrasinya agar bisa melompati tali dengan lancer. Sumber
(www.posbunda.com)
4. Engklek
Engklek adalah salah satu contoh permainan yang mendidik untuk anak SD.
Kalau Anda tidak familier dengan istilah engklek, mungkin Anda lebih
akrab dengan sebutan pandah, ingkling, dengklek, dan lain sebagainya.
Memang istilah permainan anak yang mendidik satu ini memiliki sebutan
yang berbeda-beda di setiap daerah. Meskipun begitu, cara mainnya
tidaklah berbeda. Pertama-tama, buatlah kotak-kotak di tanah yang terdiri
dari tiga kotak ke atas, kemudian dua kotak menyamping, di atasnya gambar
lagi satu kotak, dilanjutkan lagi dengan dua kotak menyamping, dan terakhir
buatlah gambar setengah lingkaran. Anak-anak harus melompati kotak-
kotak tersebut dengan satu kaki saja, namun bisa meletakkan dua kaki di
tanah jika berada di dalam dua kotak yang menyamping. Biasanya mereka
akan menggunakan sebuah lempengan batu atau dari pecahan genteng
sebagai tanda atas kepemilikan kotak. Lempengan ini harus dilemparkan
sesuai urutan kotak. Namun, jika ada lempengan di dalam kotak, maka anak
yang mendapat giliran main tidak boleh menginjakkan kakinya di kotak
tersebut. Permainan anak yang mendidik ini akan melatih kekuatan dan
kelincahan fisik mereka dalam melompat dengan satu kaki. Si kecil juga
harus konsentrasi agar bisa melemparkan lempengan ke kotak yang tepat
dan tidak meleset. Jika anak yang ikut permainan ini ada banyak, mereka
harus bisa sabar untuk mendapatkan giliran main
5. Cublak Cublak Suweng
Kalau Anda besar di tanah Jawa, pasti tidak asing dengan salah satu
permainan anak yang mendidik ini. Cublak cublak suweng bisa dimainkan
oleh lima anak atau lebih. Sebelumnya, mereka harus melakukan
hompimpah atau gambreng terlebih dulu untuk menentukan siapa yang akan
jadi Pak Empo. Pak Empo akan berbaring di tengah sedangkan anak-anak
lainnya akan duduk melingkarinya. Anak-anak yang duduk melingkar
tersebut akan memegang sebuah biji atau kerikil yang dipindah dari satu
tangan anak ke tangan anak lainnya sambil menyanyikan lagu Cublak
Cublak Suweng. Liriknya sendiri berbunyi begini, “Cublak cublak suweng,
suwenge ting gelenter, mambu ketundung gudel. Pak empo lirak-lirik, sapa
mau sing delekke. Sir sir pong dele gosong, sir sir pong dele gosong.” Pada
saat lagu sampai di lirik “Sapa mau sing delekke,” serahkan biji atau kerikil
ke genggaman salah satu anak untuk disembunyikan. Kemudiaan ketika
lagu berakhir, Pak Empo harus bangun dan menebak di tangan siapa biji
atau kerikil itu berada. Hal ini akan sangat susah mengingat semua anak
akan berpura-pura mengenggamnya. Kalau Pak Empo berhasil
menebakanya dengan benar, maka anak yang memegang biji atau kerikil
tersebut akan bergantian menjadi Pak Empo. Namun, kalau Pak Empo gagal
menebak, ia harus kembali berbaring dan mengulangi permainan lagi
sampai bisa berhasil menebak dengan benar. Manfaat dari kegiatan edukatif
ini adalah agar si kecil mampu mencocokkan ritme lagu dengan gerakan
tangan, melatih motorik halus, belajar mengikuti peraturan yang ada, belajar
kerja sama, belajar menyimpan rahasia, dan berusaha berpikir agar bisa
menebak dengan benar.
6. Petak Umpet
Siapa yang tak kenal permainan anak-anak legendaris satu ini? Sepertinya
di setiap daerah ada permainan tersebut, hanya saja mungkin istilah yang
dipakainya berbeda-beda. Petak umpet bisa dimainkan tiga orang atau lebih,
di mana satu orang bertugas untuk berjaga dan yang lainnya harus
bersembunyi. Sewaktu yang berjaga berhitung sesuai jumlah yang
disepakati, yang lain akan bersembunyi. Jika sudah, yang berjaga harus
mencari teman-temannya. Bagi anak-anak yang tertangkap telah
bersembunyi di mana, maka mereka harus melakukan undian, biasanya
dengan cara hompimpah, dan yang kalah harus bergantian jaga. Dalam
permainan seru ini, anak-anak harus bergerak aktif untuk berusaha
menemukan tempat persembunyian yang akan sulit ditemukan. Dan yang
berjaga pun harus berpikir keras, kira-kira teman-temannya bersembunyi di
mana agar bisa menangkapnya. Sumber (https://sayangianak.com)
PENUTUP

Kesimpulan
Berkembangnya gadget pada anak usia dini tentu memiliki dampak negatif.
Perlu adanya Pendampingan dialogis dari orang tua untuk meminimalisir anak dari
pengaruh negatif penggunaan gadget. Pendampingan dialogis yang dimaksud
adalah pendampingan yang dilakukan secara berkelanjutan. Apabila anak sedang
menggunakan gadget orang tua harus mendampingi anaknya, membuka fitur-fitur
yang sesuai dengan tahap perkembanganya. Disamping itu orang tua harus mampu
menjadi guru bagi anaknya. Gadget dijadikan media untuk menstimulasi anak.
Misalnya, fitur-fitur yang sesuai dengan anak (Permainan) bisa dikembangkan
untuk bahan diskusi supaya anak tidak terlalu fokus pada gadgetnya, dengan
penerapan seperti itu anak dilatih untuk tetap berinteraksi dengan lingkungan
sekitarnya. Gawai memiliki banyak manfaat yang positif bagi kehidupan seseorang,
jika pemakaiannya disesuaikan dengan kebutuhan, namun alangkah baiknya
apabila orang tua lebih memerhatikan aspek-aspek perkembangan anak dengan cara
menstimulus anak melalui permainan tradisional yang menarik.
REFERENSI

Anonim, 2014. 18 Permainan Tradisional Anak-Anak Indonesia Diakses dari


https://sayangianak.com/permainan-anak-permainan-tradisional-anak-
anak-indonesia 10/06/2014 pada tanggal 12 Oktober 2019
Anonim, 2019. Jenis-Jenis Permainan Anak Yang Mendidik Beserta Manfaatnya
Bagi Sikecil Diakses dari https://www.posbunda.com/hiburan/permainan-
anak-yang-mendidik pada tanggal 12 Oktober 2019
Anonim, 2019. Gawai- Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Diakses
dari https://id.m.wikipedia.org/wiki/Gawai pada tanggal 12 Oktober 2019
Kusumaningrum, Emi Mabruroh, 2015. Meminimalisir Ketergantungan Gadget
Sejak Usia Dini Dengan Memperkenalkan Permainan Tradisional Yang
Menarik. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan “Inovasi Pembelajaran
untuk Pendidikan Berkemajuan”. FKIP Universitas Muhammadiyah
Ponorogo
Manumpil, dkk. 2015. Hubungan Penggunaan Gadget Dengan Tingkat Prestasi
Siswa Di SMA Negeri 9 Manado. Jurnal keperawatan. 3(2). hlm 1-6.
Maulida, Hidayati. 2013. Menelisik Pengaruh Penggunaan Aplikasi Gadget
Terhadap Perkembangan Psikologis Anak Usia Dini. Jurnal Ilmiah
Teknologi Pendidikan 2013. FKIP Universitas Negeri Semarang.
Sari, Tria Puspita., dan Amy Asma Mitsali. 2016. Pengaruh Penggunaan Gadget
Terhadap Personal Sosial Anak Usia Pra Sekolah Di Tkit Al Mukmin.
Surakarta: Jurnal PROFESI, Volume 13, Nomor 2
Warisyah, Yusmi. 2015. Pentingnya “Pendampingan Dialogis” Orang Tua Dalam
Penggunaan Gadget Pada Anak Usia Dini. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan “Inovasi Pembelajaran untuk Pendidikan Berkemajuan”. FKIP
Universitas Muhammadiyah Ponorogo

Anda mungkin juga menyukai