DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 2 ~ X4B
1. SAEROYA (201413500109)
2. ANGGI LIA MUNAWAROH (201413500105)
3. NURMAWATI HASANAH (201413500168)
4. NURUL AINI (201413500162)
DOSEN :
MUHAMMAD ARIFIN, M.Pd.I
Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah Swt, karena atas
limpahan rahmat dan karunianya kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Makalah dengan judul “Pembinaan Akhlak dalam Kehidupan”
disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama II
serta memberikan pengetahuan baru bagi penulis maupun pembaca mengenai
“Pembinaan Akhlak dalam Kehidupan”. Pada kesempatan ini kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman dan para anggota serta dosen Pendidikan
Agama Islam II yang telah membantu dan membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari sebagai manusia biasa, tentunya makalah ini belumlah
sempurna. Karena itu kritik dan saran dari para pembaca selalu kami harapkan
dalam perbaikan pembuatan makalah kami yang selanjutnya. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk kita semua.
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
2.1 Kepribadian Rasulullah SAW .......................................................................3
2.2 Sidiq, Amanah, Tabligh, dan Fathanah .........................................................8
2.2.1. Sidiq ...................................................................................................8
2.2.2. Amanah ..............................................................................................8
2.2.3. Tabligh ...............................................................................................8
2.2.4. Fathanah .............................................................................................9
2.3 Ikhlas, Sabar, Qana’ah, dan Syaja’ah ............................................................9
2.3.1. Ikhlas ..................................................................................................9
2.3.2. Sabar .................................................................................................11
2.3.3. Qana’ah ............................................................................................13
2.3.4. Syaja’ah ............................................................................................13
BAB III PENUTUP ...............................................................................................15
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.3 Tujuan
1. Mengenal kepribadian Rasulullah SAW.
2. Meneladani kepribadian Rasulullah SAW.
3. Mengetahui pengertian Sidiq, Amanah, Tabligh, dan Fathanah.
4. Mengetahui pengertian Ikhlash, Sabar, Qana’ah, dan Syaja’ah.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Beliau tinggalkan orang lain dari 3 perkara yaitu: beliau tidak mencela
seseorang, beliau tidak membuat malu orang, dan beliau tidak mencari keaiban
orang. Beliau tidak bicara melainkan pada sesuatu yang diharapkan ada baiknya.
Beliau berbicara semua orang di majlisnya tertunduk, seolah-olah kepala mereka
dihinggapi burung.
Bila beliau diam, barulah mereka berbicara. Mereka tidak ada yang
berbantahan kata disisinya. Bila disisinya, mereka diam memperhatikannya
sampai beliau selesai berbicara yang dipercakapan mereka disisinya adalah
percakapan yang utama. Beliau tertawa terhadap apa yang mereka tertawakan.
Beliau merasa takjub terhadap apa yang mereka herankan. Beliau tidak mau
3
menerima pujian orang kecuali yang menurut sepatutnya. Beliau juga tidak mau
memutuskan pembicaraan seseorang, kecuali orang itu melanggar batas. Apabila
seseorang berbuat itu, maka dipotongnya pembicaraan tersebut dengan
melarangnya dengan atau berdiri (meninggalkan majlis).
Rasulullah SAW memiliki akhlak yang terpuji kepada kerabat dekat dan
yang jauh, kepada teman dan musuh, inilah yang nampak darinya secara adil.
Beliau menyambut seseorang dengan penyambutan yang baik yang tidak lepas
dari senyuman di wajahnya, berkata dengan baik, membalas kejahatan dengan
kebaikan, menghindari perkara-perkara yang tidak perlu. Beliau mengajarkan
umatnya bahwa sebaik-baiknya orang adalah mereka yang paling bagus
4
akhlaknya. Bahkan beliau mengajarkan pengikutnya bahwa yang paling dekat
tempatnya dengan beliau nanti pada hari kiamat adalah yang paling baik
akhlaknya.
Akhlak Rasulullah SAW yang terpuji tidak hanya untuk para pengikutnya
saja, bahkan beliau juga melakukan hal yang sama terhadap musuh-musuhnya,
ketika beliau diminta untuk mendoakan orang-orang musyrik: “Sesungguhnya
Saya tidak diutus sebagai pelaknat, tapi Saya diutus sebagai pembawa rahmat
(kasih sayang).”
Rasulullah SAW adalah seorang yang penuh toleransi atau sikap ramah
tamah dalam segala aspek kehidupan, keseharian kehidupan beliau dipenuhi
dengan sikap toleransi dan ramah.
5
Beliau mendapat gelar seorang guru rohaniah yang jujur, ahli politik yang
bersih, dan seorang hakim yang adil, dimana beliau menyatukan kabilah kabilah
yang saling bersengketa menjadi satu masyarakat yang beradab dan menyatukan
rakyat-rakyat dalam satu umat yang dibangun dengan kemuliaan dan menjadikan
kehidupan ini di bawah bendera akidah Tuhan yang Esa dan Tunggal.
Inilah diantara ajaran-ajaran dan masih banyak lagi yang lain yang dipakai
oleh Rasulullah SAW dalam mengatur tatanan masyarakat secara sempurna dan
dalam hal kesehatan dan lingkungan yang bersih.
6
Rasulullah SAW menganjurkan olahraga yang bermanfaat, beliau
menganjurkan para pengikutnya untuk melakukan olahraga yang bermanfaat,
yang dasarnya untuk memperkuat badan dan menyegarkan jiwa dan
mendatangkan manfaat bagi masyarakat tanpa menyia-nyiakan harta, jiwa, dan
merusak akhlak. Beliau sendiri telah berlatih beberapa bentuk olahraga seperti
berlari, bergulat, dan menunggangi kuda. Akan tetapi syarat olahraga menurut
Rasulullah SAW yaitu harus dengan jiwa olahraga yang baik, akhlak yang mulia,
dan mempunyai tujuan yang baik.
Rasulullah SAW menjadikan masjid sebagai pusat ibu kota, pusat komando
atau kepemimpinan dan sebagai pusat tempat berkumpulnya para anak warga
ketika terjadi suatu kejadian yang penting atau dalam keadaan yang sangat
genting. Selain itu, masjid digunakan Rasulullah SAW sebagai tempat bernaung
dan berlindung para fakir miskin sebab melalui masjid negara dan para dermawan
menyalurkan beberapa bantuan seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal
untuk mereka, dan sebagai tempat bernaung bagi orang-orang asing yang datang
keluar kota atau negara maka mereka boleh makan dan tinggal untuk sementara
waktu di waktu tersebut.
7
Diantara ajaran beliau ialah: “Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap
muslim laki-laki dan perempuan” dan kalimat “muslim” yang disampaikan
Rasulullah SAW dan yang disampaikan oleh Al-Qur’an yang turun kepada beliau
yang mencakup laki-laki dan wanita.
8
4. Fathanah
Fathanah artinya cerdas. Mustahil Nabi itu bodoh atau jahil. Dalam
menyampaikan 6236 ayat Al-Qur’an kemudian menjelaskannya dalam puluhan
ribu hadits membutuhkan kecerdasan yang luar biasa. Nabi harus mampu
menjelaskan Firman-firman Allah kepada kaumnya sehingga mereka mau masuk
ke dalam Islam. Nabi juga harus mampu berdebat dengan orang-orang kafir
dengan cara yang sebaik-baiknya. Apalagi Nabi mampu mengatur umatnnya
sehingga dari bangsa Arab yang bodoh dan terpecah belah serta saling perang
antar suku menjadi satu bangsa yang berbudaya dan berpengetahuan dalam satu
negara yang besar dalam seratus tahun melebihi luas Eropa. Itu semua
membutuhkan kecerdasan yang luar biasa.
9
o Selalu menerima apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT yang selalu
bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
o Mudah memaafkan kesalahan orang lain.
Pengelompokkan Ikhlas
o Ikhlas mubtadi yakni orang yang beramal karena Allah tetapi di dalam
hatinya terbesit keinginan pada dunia. Ibadahnya dilakukan hanya untuk
menghilangkan kesulitan dan kebingungan. Ia melaksanakan Sholat Tahajud
karena ingin dirinya berhasil. Ciri orang yang mubtadi bisa dilihat dari cara
dia beribadah. Orang yang hanya beribadah ketika sedang butuh biasanya
dia tidak istiqomah. Ia beribadah ketika ada kebutuhan. Jika kebutuhannya
sudah dipenuhi, ibadahnya pun akan berhenti.
o Ikhlas Abid: Ikhlas abid yakni orang yang beramal karena Allah dan artinya
bersih dari ria serta keinginan dari dunia. Ibadahnya dilakukan hanya karena
Allah dan demi meraih kebahagiaan akhirat, menggapai surga, takut neraka,
dengan dibarengi keyakinan bahwa amal ini bisa menyelamatkan dirinya
dari siksa api neraka. Ibadah seorang Abid ini cenderung
berkesinambungan, tetapi tidak mengetahui mana yang harus dilakukan
dengan segera(mudhayyaq) dan mana yang bisa diakhirkan atau (muwassa),
serta mana yang penting dan lebih penting. Ia menanggap semua ibadah itu
sama.
o Ikhlas Muhibb: yakni orang yang ibadah hanya karena Allah bukan ingin
surga atau takut neraka. Semuanya dilakukan karena bakti dan memenuhi
perintah dan mengagungkannya.
o Ikhlas Arif: yaitu orang yang dalam ibadahnya memiliki perasaan bahwa ia
digerakkan Allah. Ia merasa bahwa yang beribadah itu bukanlah dirinya. Ia
hanya menyaksikan digerakkan oleh Allah karena memiliki keyakinan
bahwa tidak memiliki daya dan upaya melaksanakan ketaatan dan
meninggalkan kemaksiatan.
Manfaat dan keutamaan ikhlas
o Membuat hidup menjadi tenang dan tenteram.
o Amal ibadahnya akan diterima oleh Allah SWT.
10
o Dibukanya pintu ampunan dan dihapuskannya dosa serta dijauhkan dari api
neraka.
o Diangkatnya derajat dan martbat oleh Allah SWT.
o Doa kita akan dijabah.
o Dekat dengan pertolongan Allah SWT.
o Medapatkan perlindungan dari Allah SWT.
o Akan mendapatkan nauangan dari Allah SWT.
o Allah SWT akan memeberikan hidayah (petunujuk) sehingga tidak tersesat
kejalan yang salah.
o Allah akan membangunkan sebuah rumah untuk orang-orang yang ikhlas
dalam membangun masjid.
o Mudah dalam memafkan kesalahn orang lain.
o Dapat memiliki sifat zuhud(menerima dengan apa adanya yang diberikan
oleh Allah SWT).
Cara agar kita dapat mencapai rasa ikhlas adalah dengan mengosongkan
pikiran disaat kita sedang beribadah kepada Allah SWT kita hanya memikirkan
Allah, Sholat untuk Allah, Zikir untuk Allah, semua yang kita lakukan hanya
untuk Allah. Lupakan semua urusan duniawi, kita hanya tertuju pada Allah.
Jangan munculkan rasa ria atau sombong di dalam diri kita karena kita tidak
berdaya di hadapan Allah. Rasakan Allah berada di hadapan kita dan sedang
menyaksikan kita. Insya Allah dengan cara di atas Anda dapat mencapai ikhlas.
Dan jangan lupa berdoa memohon kepada Allah agar kita dapat beribadah secara
ikhlas untuknya sebagaimana Doa Nabi Ibrahim as, “Sesungguhnya jika rabb-Ku
tidak memberi hidayah kepadaku, pastikan aku termasuk orang-orang yang sesat.
(QS. Al-An’am:77)
2. Sabar
Sabar berasal dari bahasa Arab dari akar SHABARA hanya tidak yang
berada dibelakang hurufnya karena ia tidak biasa berdiri sendiri. Shabara ‘ala
berarti bersabar atau tabah hati, Shabara‘an berarti memohon dan mencegah,
shabarabihi berarti menanggung.
11
Sabar dalam bahasa Indonesia berarti : Pertama, tahan menghadapi cobaan
seperti tidak lekas marah, tidak lekas putus asa dan tidak lekas patah hati, sabar
dengan pengertian seperti ini juga disebut tabah, kedua sabar berarti tenang; tidak
terburu-buru dan tidak tergesa-gesa. Dalam kamus besar Ilmu Pengetahuan, sabar
merupakan istilah agama yang berarti sikap menderita, hati-hati dalam bertindak,
tahan uji dalam mengabdi mengemban perintah-perintah Allah serta tahan dari
godaan dan cobaan duniawi. Aktualisasi pengertian ini sering ditunjukan oleh para
sufi.
Dalam ilmu Fikih, sabar didefinisikan sebagai tabah, yakni menahan diri
dari melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ilmu Islam, baik dalam keadaan
lapang maupun sulit, mampu mengendalikan nafsu yang dapat menggoncang
iman.
Menurut Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 146-147 adalah yang apabila
ditimpa musibah tidak menjadi lemah, lesu dan menyerah dengan keadaan yang
terjepit, bahkan bila ditimpa musibah orang yang sabar berdoa memohon ampun
kepada Allah atas dosa-dosa dan tindakan-tindakan yang melampaui batas-batas
hukum yang telah ditetapkan Allah SWT.
12
Yakni hendaklah yang mendorongmu untuk bersabar itu adalah karena cinta
kepada Allah, mengharapkan ridhonya, dan untuk mendekatkan kepadanya,
bukan untuk menampakkan kekuatan jiwa, mencari pujian makhluk, dan
tujuan-tujuannnya.
3. Sabar bersama Allah.
Dalam perputaran hidupnya hamba selalu bersama dan sejalan dengan agama
yang dikehendaki Allah dan hukum-hukum agamanya. Menyabarkan dirinya
untuk selalu bersamanya, berjalan bersamanya, berhenti bersamanya,
menghadap ke arah agama itu menghadap dan turun bersamanya.
3.Qana’ah
Pengertian qana’ah adalah sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil
yang diusahakannya serta menjauhkan diri dari rasa tidak puas dan perasaan
kurang. Orang yang memiliki sifat qana’ah memiliki pendirian bahwa apa yang
diperoleh atau yang di dirinya adalah kehendak Allah.
Fungsi Qana’ah :
1. Stabilisator: Seorang muslim yang memiliki sifat qana’ah akan selalu
berlapang dada, berhati tentram, merasa kaya dan bercukupan, dan bebas dari
keserakahan.
2. Binanisator: Kekuatan bathin yang mendorong seseorang untuk meraih
kemenangan hidup berdasarkan kemandirian dengan tetap bergantung kepada
karunia Allah SWT.
4. Syaja’ah
Menurut bahasa syaja’ah adalah benar atau gagah. Secara istilah syaja’ah
adalah keteguhan hati kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan
kebenaran secara bijaksana dan terpuji. Jadi syaja’ah adalah keberanian yang
berlandaskan pada kebenaran dan dilakukan dengan penuh pertimbangan.
13
2. Lebih mencintai akhirat daripada dunia. Perlu dipahami bahwa dunia
bukanlah tujuan akhir, namun hanya sebagai jembatan menuju akhirat.
Seorang muslim tidak akan ragu meninggalkan dunia asalkan dia
mendapatkan kebahagiaan di akhirat. \
3. Tidak takut mati apabila ajal sudah datang, tidak ada yang dapat mencegah
atau lari darinya. Kematian adalah sebuah kepastian dan setiap orang pasti
akan mati.
4. Tidak ragu-ragu apabila seseorang ragu dengan kebenaran yang dia lakukan
tentu dia akan menghadapi resiko.
5. Tidak menomorsatukan kekuatan materi. Kekuatan materi diperlukan dalam
perjuangan, tetapi materi bukanlah segalanya. Allah yang menentukan segala
sesuatu.
6. Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah. Orang yang berjuang untuk
kebenaran tidak pernah takut, karena setelah berusaha dengan keras maka dia
akan bertawakal dan memohon pertolongan kepada Allah SWT.
7. Hasil pendidikan sikap berani lahir melalui pendidikan yang diterapkan di
rumah, sekolah, maupun lingkungan. Sebagai contoh, anak yang dididik dan
diasuh oleh orang tua pemberani juga akan tumbuh dan berkembang menjadi
pemberani.
14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Banyak sekali hal yang perlu kita contoh dari kehidupan Rasulullah SAW.
Karena, beliau memang diutus oleh Allah SWT untuk memperbaiki budi pekerti
dan akhlak manusia.
Sebagaimana dalam Firman Allah SWT yang artinya: "Sungguh telah ada
pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu, (yaitu) orang yang
mengharap (ridha) Allah, (kedatangan) hari akhirat dan mengingat Allah
sebanyak-banyaknya..."(QS. Al-Ahzab : 21)
15