Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA II

PEMBINAAN AKHLAK DALAM KEHIDUPAN

DI SUSUN OLEH:

KELOMPOK 2 ~ X4B
1. SAEROYA (201413500109)
2. ANGGI LIA MUNAWAROH (201413500105)
3. NURMAWATI HASANAH (201413500168)
4. NURUL AINI (201413500162)

DOSEN :
MUHAMMAD ARIFIN, M.Pd.I

UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI


JAKARTA
2016
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada kehadirat Allah Swt, karena atas
limpahan rahmat dan karunianya kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu. Makalah dengan judul “Pembinaan Akhlak dalam Kehidupan”
disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Agama II
serta memberikan pengetahuan baru bagi penulis maupun pembaca mengenai
“Pembinaan Akhlak dalam Kehidupan”. Pada kesempatan ini kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman dan para anggota serta dosen Pendidikan
Agama Islam II yang telah membantu dan membimbing kami dalam
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari sebagai manusia biasa, tentunya makalah ini belumlah
sempurna. Karena itu kritik dan saran dari para pembaca selalu kami harapkan
dalam perbaikan pembuatan makalah kami yang selanjutnya. Semoga makalah ini
bermanfaat untuk kita semua.

Jakarta, Pebruari 2016

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1
1.1 Latar Belakang ..............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................1
1.3 Tujuan ............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................3
2.1 Kepribadian Rasulullah SAW .......................................................................3
2.2 Sidiq, Amanah, Tabligh, dan Fathanah .........................................................8
2.2.1. Sidiq ...................................................................................................8
2.2.2. Amanah ..............................................................................................8
2.2.3. Tabligh ...............................................................................................8
2.2.4. Fathanah .............................................................................................9
2.3 Ikhlas, Sabar, Qana’ah, dan Syaja’ah ............................................................9
2.3.1. Ikhlas ..................................................................................................9
2.3.2. Sabar .................................................................................................11
2.3.3. Qana’ah ............................................................................................13
2.3.4. Syaja’ah ............................................................................................13
BAB III PENUTUP ...............................................................................................15
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Banyak sekali hal yang perlu kita contoh dari kehidupan Rasulullah. Karena
beliau memang diutus oleh Allah Swt untuk memperbaiki budi pekerti dan akhlak
manusia.
Sebagaimana dalam Firman Allah Swt. Yang artinya: ”Sungguh telah ada
pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu, (yaitu) orang yang
mengharap (ridho) Allah, (kedatangan) hari akhirat dan mengingat Allah
sebanyak-banyaknya...” (QS.Al-Ahzab:21)
Rasulullah senantiasa menunjukan akhlak yang terpuji, sehingga beliau
dapat menjadi contoh teladan dalam kehidupan di dunia yang fana ini. Beliau
menjadi kepribadian yang utuh dan terpuji yaitu FAST (Fathanah, Amanah,
Sidiq, dan Tabligh). Dan yang paling menonjol dari beliau adalah senantiasa
konsekuen dan konsisten dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.
Keteladanan Rasulullah SAW ini ternyata sangat berpengaruh terhadap
gaya hidup dan karakter para sahabatnya. Para sahabat yang merupakan kader
dan santri periode pertama beliau, tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang luar
biasa dan kemudian hari menjadi pemimpin-pemimpin umat dalam rangka
meneruskan perjuangan dakwah Islam sepeninggalan Rasulullah SAW (khalifah).
Para sahabat adalah merupakan kader terbaik umat dimasa lalu, maupun di
masa yang akan datang. Keteguhan dalam memegang prinsip-prinsip kebenaran,
keadilan dan kejujuran tidak bisa disangsikan lagi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian pada latar belakang maka perumusan masalah pada
makalah ini :
1. Apa saja kepribadian Rasulullah SAW?
2. Apakah pengertian Sidiq, Amanah, Tabligh, dan Fathanah?
3. Apakah pengertian Ikhlash, Sabar, Qana’ah, dan Syaja’ah?

1
1.3 Tujuan
1. Mengenal kepribadian Rasulullah SAW.
2. Meneladani kepribadian Rasulullah SAW.
3. Mengetahui pengertian Sidiq, Amanah, Tabligh, dan Fathanah.
4. Mengetahui pengertian Ikhlash, Sabar, Qana’ah, dan Syaja’ah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kepribadian Rasulullah SAW


Rasulullah SAW memiliki kepribadian yang terpuji. Hal itu tampak sejak
masih kanak-kanak sampai dewasa sebelum diangkat sebagai Rasul Allah Swt.
Semasa kecil beliau terpelihara dari hal-hal yang tercela. Beliau memiliki sifat
Sidiq, Amanah, Fathanah, dan Tabligh, sifat-sifat yang telah dimilikinya sebelum
diutus sebagai Rasul. Maka layaklah bila kemudian masyarakat memberi gelar
kepada beliau “Al-Amin”, karena kejujuran dan kemulian akhlaknya. Beliau juga
selalu berkata dengan halus dan bersikap lemah lembut, serta memohon kepada
Allah Swt agar senantiasa diberikan petunjuk dan terpelihara akhlaknya dari
perbuatan tercela (Shalabi, 192:352).

Rasulullah SAW adalah orang yang bermuka manis, lembut budi


pekertinya, tawadhu, tidak bengis, tidak kasar, tidak bersuara keras, tidak berlaku
keji, tidak suka mencela, dan juga tidak kikir. Beliau membiarkan (tidak mencela)
apa yang tidak disenanginya. Beliau tidak menjadikan orang yang mengharapkan
(pertolongannya) menjadi putus asa, tidak pula menolak untuk itu. Beliau
tinggalkan dirinya dari tiga perkara, yaitu: dari perbantahan, menyombongkan
diri, dan dari sesuatu yang tidak selayaknya.

Beliau tinggalkan orang lain dari 3 perkara yaitu: beliau tidak mencela
seseorang, beliau tidak membuat malu orang, dan beliau tidak mencari keaiban
orang. Beliau tidak bicara melainkan pada sesuatu yang diharapkan ada baiknya.
Beliau berbicara semua orang di majlisnya tertunduk, seolah-olah kepala mereka
dihinggapi burung.

Bila beliau diam, barulah mereka berbicara. Mereka tidak ada yang
berbantahan kata disisinya. Bila disisinya, mereka diam memperhatikannya
sampai beliau selesai berbicara yang dipercakapan mereka disisinya adalah
percakapan yang utama. Beliau tertawa terhadap apa yang mereka tertawakan.
Beliau merasa takjub terhadap apa yang mereka herankan. Beliau tidak mau

3
menerima pujian orang kecuali yang menurut sepatutnya. Beliau juga tidak mau
memutuskan pembicaraan seseorang, kecuali orang itu melanggar batas. Apabila
seseorang berbuat itu, maka dipotongnya pembicaraan tersebut dengan
melarangnya dengan atau berdiri (meninggalkan majlis).

Beliau berjiwa besar, melaksanakan suatu yang agung, bahkan beliau


membangun kemuliaannya dengan kejujurannya dan ketetapannya dan konsepnya
yaitu seorang yang bersifat mulia dengan akhlak yang agung, interaksinya yang
jujur baik dengan kawan atau pun musuh, senantiasa bersifat tawadhu, ramah, dan
tidak mempersulit sesuatu, jauh dari segala bentuk keterpaksaan dan kepura-
puraan.

Beliau jujur dengan dirinya sendiri berpegang teguh dengan konsep


dasarnya , tujuannya terfokus dan pandangannya jelas. Tetap kokoh dengan
konsep dasarnya sehingga beliau menyampaikan risalah Allah SWT dan
menyebarkan dasar-dasarnya (konsep-konsep) yang agung, yang kebanyakan
tidak diketahui oleh orang-orang yang memusuhinya dan menjelek-jelekan beliau.

Rasulullah SAW bersama keluarganya, Beliau meraih keberhasilan yang


sangat menakjubkan dalam menata keluarganya yang tidak ada bandingannya.
Rasulullah SAW memberikan kasih sayang pada keluarganya, memberikan
kehangatan bagi mereka, dan beliau mempunyai perasaan yang sangat halus.
Beliau sangat memprioritaskan kasih sayangnya terhadap keluarganya, beliau
bercanda dan bersenda gurau dengan isteri-isterinya dan memberikan kehanngatan
bagi mereka. Beliau membantu isteri-isterinya dalam mengerjakan urusan rumah,
agar mereka merasakan kedudukan seorang isteri atau pun perempuan serta
derajatnya yang tinggi dalam agamanya yaitu Islam.

Rasulullah SAW memiliki akhlak yang terpuji kepada kerabat dekat dan
yang jauh, kepada teman dan musuh, inilah yang nampak darinya secara adil.
Beliau menyambut seseorang dengan penyambutan yang baik yang tidak lepas
dari senyuman di wajahnya, berkata dengan baik, membalas kejahatan dengan
kebaikan, menghindari perkara-perkara yang tidak perlu. Beliau mengajarkan
umatnya bahwa sebaik-baiknya orang adalah mereka yang paling bagus

4
akhlaknya. Bahkan beliau mengajarkan pengikutnya bahwa yang paling dekat
tempatnya dengan beliau nanti pada hari kiamat adalah yang paling baik
akhlaknya.

Akhlak Rasulullah SAW yang terpuji tidak hanya untuk para pengikutnya
saja, bahkan beliau juga melakukan hal yang sama terhadap musuh-musuhnya,
ketika beliau diminta untuk mendoakan orang-orang musyrik: “Sesungguhnya
Saya tidak diutus sebagai pelaknat, tapi Saya diutus sebagai pembawa rahmat
(kasih sayang).”

Rasulullah SAW seorang yang berilmu dan mempunyai peradaban.


Bagaimana mungkin beliau bukan orang yang berilmu dan mempunyai peradaban
sementara kalimat yang pertama dari kitabnya yang suci (Al-Quran) yang turun
kepadanya dimulai dengan perintah untuk membaca (bacalah), sebagaimana
terdapat satu surah dalam kitabnya (Al-Quran) yang dinamakan surat (Al-Qalam:
pena) yang mana hal ini adalah alat pertama untuk meraih ilmu, bahkan beliau
adalah seorang yang mempunyai peradaban yang tinggi dan mempunyai dasar
yang kuat, sehebat apapun seseorang tidak akan mungkin bisa merubah umat yang
bodoh dan liar, yang hidup dalam lingkungan yang tidak ada etika yang dipenuhi
dengan perampokan dan kedzaliman menjadi umat yang berakhlak mulia dan
berinteraksi dengan baik dan menjadi pelopor ilmu dan kebudayaan.

Rasulullah SAW adalah seorang yang penuh toleransi atau sikap ramah
tamah dalam segala aspek kehidupan, keseharian kehidupan beliau dipenuhi
dengan sikap toleransi dan ramah.

Rasulullah SAW adalah seorang agamawan sekaligus aparat pemerintahan


diantara para pemimpin dan orang-orang besar disepanjang sejarah, mereka telah
mencoba untuk membangun kemuliaan dan risalah kemanusiaan akan tetapi di
sepanjang sejarah tidak satu pun diantara mereka yang mampu membuat suatu
tatanan yang ideal yang sepadan untuk alam yang meliputi di dalamnya tuntunan
ruh dan tuntunan jiwa, akan tetapi yang ada ialah salah satu saja dari keduanya
yang dapat tercapai.

5
Beliau mendapat gelar seorang guru rohaniah yang jujur, ahli politik yang
bersih, dan seorang hakim yang adil, dimana beliau menyatukan kabilah kabilah
yang saling bersengketa menjadi satu masyarakat yang beradab dan menyatukan
rakyat-rakyat dalam satu umat yang dibangun dengan kemuliaan dan menjadikan
kehidupan ini di bawah bendera akidah Tuhan yang Esa dan Tunggal.

Rasulullah SAW adalah seorang yang bersih dan perhatian dengan


lingkungan. Beliau menginstruksikan kepada para pengikutnya untuk mencuci
anggota badannya yang kotor, seperti wajah, mulut, hidung, kedua tangan dan
kedua kaki lima kali sehari atau lebih, ada pun mencuci badan secara keseluruhan
maka sepantasnya para pengikutnya untuk lebih sering melakukan hal tersebut
sesuai dengan kemampuannya.

Rasulullah SAW sangat memperingatkan para pengikutnya untuk benar-


benar bersih dari kotoran sisa makanan manusia dan mewaspadai tempat tempat
yang tercemari dengan kotoran-kotoran yang dekat dengan manusia. Beliau juga
mewajibkan para pengikutnya untuk membersihkan pakaian mereka yang
bernajis.

Rasulullah SAW mengajarkan para sahabatnya dasar kesehatan, yaitu


dengan tidak memasuki daerah yang telah terjangkiti suatu wabah dan tidak keluar
dari daerah tersebut jika mereka berada disana, demi menjaga kesehatan secara
umum.

Inilah diantara ajaran-ajaran dan masih banyak lagi yang lain yang dipakai
oleh Rasulullah SAW dalam mengatur tatanan masyarakat secara sempurna dan
dalam hal kesehatan dan lingkungan yang bersih.

Rasulullah SAW adalah seorang pemaaf dan teman yang menyenangkan.


Islam telah mendidik Rasulullah SAW dan para pengikutnya dengan akhlak yang
mulia ini, yang terbebas dari segala ikatan sifat egois.

Rasulullah SAW adalah seorang yang menyukai kemudahan. Beliau senang


mempermudah urusan orang lain, dan tidak menyukai sifat keras terhadap orang
lain dan mempersulit urusan mereka

6
Rasulullah SAW menganjurkan olahraga yang bermanfaat, beliau
menganjurkan para pengikutnya untuk melakukan olahraga yang bermanfaat,
yang dasarnya untuk memperkuat badan dan menyegarkan jiwa dan
mendatangkan manfaat bagi masyarakat tanpa menyia-nyiakan harta, jiwa, dan
merusak akhlak. Beliau sendiri telah berlatih beberapa bentuk olahraga seperti
berlari, bergulat, dan menunggangi kuda. Akan tetapi syarat olahraga menurut
Rasulullah SAW yaitu harus dengan jiwa olahraga yang baik, akhlak yang mulia,
dan mempunyai tujuan yang baik.

Rasulullah SAW membangun penataan bangunan yang istimewa, beliau


membangun di padang pasir yang tandus, yang mana warga sipil belum pernah
mengenal cara penataan bangunan yang indah yang dibedakan dengan desain
yang bagus serta memperhatikan kemaslahatan negara dan masyarakat dalam
pandangan seni yang menarik dan memikat.

Rasulullah SAW menjadikan masjid sebagai pusat ibu kota, pusat komando
atau kepemimpinan dan sebagai pusat tempat berkumpulnya para anak warga
ketika terjadi suatu kejadian yang penting atau dalam keadaan yang sangat
genting. Selain itu, masjid digunakan Rasulullah SAW sebagai tempat bernaung
dan berlindung para fakir miskin sebab melalui masjid negara dan para dermawan
menyalurkan beberapa bantuan seperti makanan, pakaian, dan tempat tinggal
untuk mereka, dan sebagai tempat bernaung bagi orang-orang asing yang datang
keluar kota atau negara maka mereka boleh makan dan tinggal untuk sementara
waktu di waktu tersebut.

Allah SWT memberikan kepada Rasulullah SAW kemampuan pendidikan


secara langsung, beliau adalah seorang orator yang hebat, seorang sastrawan yang
fasih, seseorang pembicara yang menarik perhatian dan seorang pendidik yang
berhasil. Beliau juga mengistruksikan kepada seluruh kepada seluruh anak baik
pemuda dan pemudi untuk belajar dengan bersungguh-sungguh, kemudian beliau
memberikan motivasi untuk berbekal dengan ilmu, yang mempunyai peran
penting untuk mengambil segala macam yang telah diceritakan oleh Rasulullah
SAW dalam mendidik dan mengajar.

7
Diantara ajaran beliau ialah: “Menuntut ilmu adalah wajib bagi setiap
muslim laki-laki dan perempuan” dan kalimat “muslim” yang disampaikan
Rasulullah SAW dan yang disampaikan oleh Al-Qur’an yang turun kepada beliau
yang mencakup laki-laki dan wanita.

Dalam kehidupan Rasulullah terdapat keteladanan dari dimensi akhlak dan


contoh yang ideal bagi seluruh umat manusia dalam segala bidang kehidupan.
Beliau satu-satunya manusia yang melaksanakan sendiri semua prinsip yang
diajarkannya kepada orang lain. Tidak ada satu penetapan atau ketentuan dari Al-
Qur’an yang tidak dilaksanakannya.

2.2 Sidiq, Amanah, Tabligh, dan Fathanah


Nabi Muhammad memiliki akhlak dan sifat-sifat yang sangat mulia oleh
karena itu hendaklah kita mempelejari sifat-sifat nabi seperti Sidiq, Amanah,
Tabligh, dan Fathanah. Mudah-mudahan dengan memahami sifat-sifat itu, selain
kita bisa terhindar dari mengikuti orang-orang yang mengaku sebagai Nabi, kita
juga bisa meniru sifat-sifat Nabi sehingga kita juga jadi orang yang mulia.
1. Sidiq
Sidiq artinya benar. Bukan hanya perkataanya yang benar tapi juga
perbuatannya yang benar sejalan dengan ucapannya. Beda sekali dengan
pemimpin sekarang yang kebanyakan hanya kata-katanya yang manis namun
perbuatannya berbeda dengan ucapannya.
2. Amanah
Amanah artinya benar-benar bisa dipercaya. Jika satu urusan diserahkan
kepadanya, niscaya orang percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan dengan
sebaik-baiknya. Oleh karena itulah Nabi Muhammad SAW dijuluki oleh
penduduk Mekkah dengan gelar “Al-Amin” yang artinya terpercaya jauh sebelum
beliau diangkat jadi Nabi. Apapun yang beliau ucapkan, penduduk Mekkah
mempercayainya karena beliau bukanlah orang yang pembohong.
3. Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan. Segala Firman Allah yang ditujukan oleh
manusia, disampaikan oleh Nabi. Tidak ada yang disembunyikan meski itu
menyinggung Nabi.

8
4. Fathanah
Fathanah artinya cerdas. Mustahil Nabi itu bodoh atau jahil. Dalam
menyampaikan 6236 ayat Al-Qur’an kemudian menjelaskannya dalam puluhan
ribu hadits membutuhkan kecerdasan yang luar biasa. Nabi harus mampu
menjelaskan Firman-firman Allah kepada kaumnya sehingga mereka mau masuk
ke dalam Islam. Nabi juga harus mampu berdebat dengan orang-orang kafir
dengan cara yang sebaik-baiknya. Apalagi Nabi mampu mengatur umatnnya
sehingga dari bangsa Arab yang bodoh dan terpecah belah serta saling perang
antar suku menjadi satu bangsa yang berbudaya dan berpengetahuan dalam satu
negara yang besar dalam seratus tahun melebihi luas Eropa. Itu semua
membutuhkan kecerdasan yang luar biasa.

2.3 Ikhlas, Sabar, Qana’ah dan Syaja’ah


1. Ikhlas
Arti dari ikhlas secara bahasa bermakna bersih dari kotoran dan menjadikan
sesuatu bersih dari kotoran. Sedangkan secara istilah, ikhlas berarti mengharap
ridho Allah saja dalam beramal tanpa menyekutukannya dengan yang lain. Oleh
karena itu, bagi seorang muslim sejati makna ikhlas adalah ketika ia
mengarahkan seluruh perkataan, perbuatan, dan jihadnya hanya kepada Allah,
dan kebaikan pahalanya tanpa melihat pada kekayaan dunia, tampilan,
kedudukan, kemajuan atau kemunduran.
Ciri-ciri orang ikhlas:
o Terjaga dari segala sesuatu yang diharamkan oleh Allah SWT baik sedang
bersama dengan manusia atau sendiri. Disebutkan dalam hadits, “aku
beritahukan bahwa ada suatu kaum dari umatku datang di hari kiamat
dengan kebaikan seperti gunung Tihamah yang putih tetapi Allah
menjadikan seperti debu debu yang beterbangan. Mereka adalah saudara
saudara kamu, dan kulitnya sama dengan kamu, melakukan ibadah malam
seperti kamu. Tetapi mereka adalah kaum yang jika sendiri melanggar yang
diharamkan Allah. ” (HR Ibnu Majah)
o Senantiasa beramal di jalan Allah SWT baik dalam keadaan sendiri atau
bersama orang lain, baik ada pujian atau pun celaan.

9
o Selalu menerima apa adanya yang diberikan oleh Allah SWT yang selalu
bersyukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT.
o Mudah memaafkan kesalahan orang lain.
Pengelompokkan Ikhlas

o Ikhlas mubtadi yakni orang yang beramal karena Allah tetapi di dalam
hatinya terbesit keinginan pada dunia. Ibadahnya dilakukan hanya untuk
menghilangkan kesulitan dan kebingungan. Ia melaksanakan Sholat Tahajud
karena ingin dirinya berhasil. Ciri orang yang mubtadi bisa dilihat dari cara
dia beribadah. Orang yang hanya beribadah ketika sedang butuh biasanya
dia tidak istiqomah. Ia beribadah ketika ada kebutuhan. Jika kebutuhannya
sudah dipenuhi, ibadahnya pun akan berhenti.
o Ikhlas Abid: Ikhlas abid yakni orang yang beramal karena Allah dan artinya
bersih dari ria serta keinginan dari dunia. Ibadahnya dilakukan hanya karena
Allah dan demi meraih kebahagiaan akhirat, menggapai surga, takut neraka,
dengan dibarengi keyakinan bahwa amal ini bisa menyelamatkan dirinya
dari siksa api neraka. Ibadah seorang Abid ini cenderung
berkesinambungan, tetapi tidak mengetahui mana yang harus dilakukan
dengan segera(mudhayyaq) dan mana yang bisa diakhirkan atau (muwassa),
serta mana yang penting dan lebih penting. Ia menanggap semua ibadah itu
sama.
o Ikhlas Muhibb: yakni orang yang ibadah hanya karena Allah bukan ingin
surga atau takut neraka. Semuanya dilakukan karena bakti dan memenuhi
perintah dan mengagungkannya.
o Ikhlas Arif: yaitu orang yang dalam ibadahnya memiliki perasaan bahwa ia
digerakkan Allah. Ia merasa bahwa yang beribadah itu bukanlah dirinya. Ia
hanya menyaksikan digerakkan oleh Allah karena memiliki keyakinan
bahwa tidak memiliki daya dan upaya melaksanakan ketaatan dan
meninggalkan kemaksiatan.
Manfaat dan keutamaan ikhlas
o Membuat hidup menjadi tenang dan tenteram.
o Amal ibadahnya akan diterima oleh Allah SWT.

10
o Dibukanya pintu ampunan dan dihapuskannya dosa serta dijauhkan dari api
neraka.
o Diangkatnya derajat dan martbat oleh Allah SWT.
o Doa kita akan dijabah.
o Dekat dengan pertolongan Allah SWT.
o Medapatkan perlindungan dari Allah SWT.
o Akan mendapatkan nauangan dari Allah SWT.
o Allah SWT akan memeberikan hidayah (petunujuk) sehingga tidak tersesat
kejalan yang salah.
o Allah akan membangunkan sebuah rumah untuk orang-orang yang ikhlas
dalam membangun masjid.
o Mudah dalam memafkan kesalahn orang lain.
o Dapat memiliki sifat zuhud(menerima dengan apa adanya yang diberikan
oleh Allah SWT).
Cara agar kita dapat mencapai rasa ikhlas adalah dengan mengosongkan
pikiran disaat kita sedang beribadah kepada Allah SWT kita hanya memikirkan
Allah, Sholat untuk Allah, Zikir untuk Allah, semua yang kita lakukan hanya
untuk Allah. Lupakan semua urusan duniawi, kita hanya tertuju pada Allah.
Jangan munculkan rasa ria atau sombong di dalam diri kita karena kita tidak
berdaya di hadapan Allah. Rasakan Allah berada di hadapan kita dan sedang
menyaksikan kita. Insya Allah dengan cara di atas Anda dapat mencapai ikhlas.
Dan jangan lupa berdoa memohon kepada Allah agar kita dapat beribadah secara
ikhlas untuknya sebagaimana Doa Nabi Ibrahim as, “Sesungguhnya jika rabb-Ku
tidak memberi hidayah kepadaku, pastikan aku termasuk orang-orang yang sesat.
(QS. Al-An’am:77)

2. Sabar
Sabar berasal dari bahasa Arab dari akar SHABARA hanya tidak yang
berada dibelakang hurufnya karena ia tidak biasa berdiri sendiri. Shabara ‘ala
berarti bersabar atau tabah hati, Shabara‘an berarti memohon dan mencegah,
shabarabihi berarti menanggung.

11
Sabar dalam bahasa Indonesia berarti : Pertama, tahan menghadapi cobaan
seperti tidak lekas marah, tidak lekas putus asa dan tidak lekas patah hati, sabar
dengan pengertian seperti ini juga disebut tabah, kedua sabar berarti tenang; tidak
terburu-buru dan tidak tergesa-gesa. Dalam kamus besar Ilmu Pengetahuan, sabar
merupakan istilah agama yang berarti sikap menderita, hati-hati dalam bertindak,
tahan uji dalam mengabdi mengemban perintah-perintah Allah serta tahan dari
godaan dan cobaan duniawi. Aktualisasi pengertian ini sering ditunjukan oleh para
sufi.

Dalam ilmu Fikih, sabar didefinisikan sebagai tabah, yakni menahan diri
dari melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ilmu Islam, baik dalam keadaan
lapang maupun sulit, mampu mengendalikan nafsu yang dapat menggoncang
iman.

Menurut Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 146-147 adalah yang apabila
ditimpa musibah tidak menjadi lemah, lesu dan menyerah dengan keadaan yang
terjepit, bahkan bila ditimpa musibah orang yang sabar berdoa memohon ampun
kepada Allah atas dosa-dosa dan tindakan-tindakan yang melampaui batas-batas
hukum yang telah ditetapkan Allah SWT.

Sabar menurut Ibnu Katsir ada 3 macam:


1. Sabar dalam meninggalkan hal yang diharamkan dan dosa.
2. Sabar dalam melakukan kekuatan dan kedekatan kepada Allah. Kesabaran
yang kedua adalah yang paling besar pahalanya, sebab sabar ini memiliki nilai
yang hakiki.
3. Sabar dalam menghadapi bencana dan petaka. Ketika mendapatkan bencana ia
tidak berkeluh kesah, tetapi memohon ampun dari perbuatan aib.
Ibnu Qayyim al Jauziah membagi motivasi, sabar dalam 3 macam:
1. Sabar dengan pertolongan Allah
Meminta pertolongan kepadanya sejak awal dan melihat bahwa Allah lah
yang menjadikannya sabar, dan bahwa kesabaran seorang hamba adalah
dengan pertolongan Tuhannya, bukan dengan dirinya semata.
2. Sabar karena Allah

12
Yakni hendaklah yang mendorongmu untuk bersabar itu adalah karena cinta
kepada Allah, mengharapkan ridhonya, dan untuk mendekatkan kepadanya,
bukan untuk menampakkan kekuatan jiwa, mencari pujian makhluk, dan
tujuan-tujuannnya.
3. Sabar bersama Allah.
Dalam perputaran hidupnya hamba selalu bersama dan sejalan dengan agama
yang dikehendaki Allah dan hukum-hukum agamanya. Menyabarkan dirinya
untuk selalu bersamanya, berjalan bersamanya, berhenti bersamanya,
menghadap ke arah agama itu menghadap dan turun bersamanya.

3.Qana’ah
Pengertian qana’ah adalah sikap rela menerima dan merasa cukup atas hasil
yang diusahakannya serta menjauhkan diri dari rasa tidak puas dan perasaan
kurang. Orang yang memiliki sifat qana’ah memiliki pendirian bahwa apa yang
diperoleh atau yang di dirinya adalah kehendak Allah.
Fungsi Qana’ah :
1. Stabilisator: Seorang muslim yang memiliki sifat qana’ah akan selalu
berlapang dada, berhati tentram, merasa kaya dan bercukupan, dan bebas dari
keserakahan.
2. Binanisator: Kekuatan bathin yang mendorong seseorang untuk meraih
kemenangan hidup berdasarkan kemandirian dengan tetap bergantung kepada
karunia Allah SWT.

4. Syaja’ah
Menurut bahasa syaja’ah adalah benar atau gagah. Secara istilah syaja’ah
adalah keteguhan hati kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan
kebenaran secara bijaksana dan terpuji. Jadi syaja’ah adalah keberanian yang
berlandaskan pada kebenaran dan dilakukan dengan penuh pertimbangan.

Faktor yang menyebabkan seseorang memiliki keberanian:


1. Rasa takut kepada Allah SWT, selama seseorang yakin bahwa yang
dilakukannya dalam rangka menjalankan perintah Allah, maka orang tersebut
tidak takut kepada siapa pun kecuali Allah SWT.

13
2. Lebih mencintai akhirat daripada dunia. Perlu dipahami bahwa dunia
bukanlah tujuan akhir, namun hanya sebagai jembatan menuju akhirat.
Seorang muslim tidak akan ragu meninggalkan dunia asalkan dia
mendapatkan kebahagiaan di akhirat. \
3. Tidak takut mati apabila ajal sudah datang, tidak ada yang dapat mencegah
atau lari darinya. Kematian adalah sebuah kepastian dan setiap orang pasti
akan mati.
4. Tidak ragu-ragu apabila seseorang ragu dengan kebenaran yang dia lakukan
tentu dia akan menghadapi resiko.
5. Tidak menomorsatukan kekuatan materi. Kekuatan materi diperlukan dalam
perjuangan, tetapi materi bukanlah segalanya. Allah yang menentukan segala
sesuatu.
6. Tawakal dan yakin akan pertolongan Allah. Orang yang berjuang untuk
kebenaran tidak pernah takut, karena setelah berusaha dengan keras maka dia
akan bertawakal dan memohon pertolongan kepada Allah SWT.
7. Hasil pendidikan sikap berani lahir melalui pendidikan yang diterapkan di
rumah, sekolah, maupun lingkungan. Sebagai contoh, anak yang dididik dan
diasuh oleh orang tua pemberani juga akan tumbuh dan berkembang menjadi
pemberani.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Banyak sekali hal yang perlu kita contoh dari kehidupan Rasulullah SAW.
Karena, beliau memang diutus oleh Allah SWT untuk memperbaiki budi pekerti
dan akhlak manusia.
Sebagaimana dalam Firman Allah SWT yang artinya: "Sungguh telah ada
pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu, (yaitu) orang yang
mengharap (ridha) Allah, (kedatangan) hari akhirat dan mengingat Allah
sebanyak-banyaknya..."(QS. Al-Ahzab : 21)

Rasulullah senantiasa menunjukkan akhlak yang terpuji, sehingga beliau


dapat menjadi contoh teladan dalam kehidupan di dunia yang fana ini. Beliau
mempunyai kepribadian yang utuh dan terpuji, yaitu FAST (Fathanah, Amanah,
Shidiq dan Tabligh). Dan yang paling menonjol dari beliau adalah senantiasa
konsekuen dan konsisten dalam menegakkan kebenaran dan keadilan.

15

Anda mungkin juga menyukai