asetat. Keuntungan metode ini salah satunya karena pelarut yang digunakan
sedikit. Pelarut etil asetat merupakan pelarut semi polar dengan indeks
polaritas 4,4 sehingga piperin yang merupakan senyawa alkaloid semi polar
dapat ditarik. Nilai indeks polaritas etil asetat tidak jauh berbeda dengan nilai
Ekstrak kental disimpan dalam wadah tertutup dan didiamkan selama 7 hari
34
35
piperin dalam kristal yang diperoleh. Fase gerak yang digunakan adalah
heksana:etilasetat (4:1) dan fase diam yang digunakan adalah silika gel.
(a)).
2
36
(a) (b)
Gambar 2. Uji Pendahuluan KLT Senyawa Alkaloid Lada Piper nigrum
Linn diamati dengan (a) Sinar UV 254 (b) Pereaksi
Dragendorf.
Uji dengan pereaksi dragendorf memberikan hasil yang positif jika
sedangkan pada plat KLT terbentuk bercak coklat muda sampai kuning.
Gambar 8.
berdasarkan serapan infra red gugus fungsinya. Hasil FTIR dapat dilihat
pada Gambar 9.
Nilai IR Isolasi
Tipe ikatan Nilai standar IR Alkaloid Lada Piper
nigrum Linn.
C-H aromatic 3000 3008,95
C=C asimetrik dan 1635 1635,4
simetrik (diene)
C=C aromatik (cincin 1580 1581.63
benzen)
-C-O-N- 1635 1635,4
C-O (karakteristik 930 925,83
terbanyak)
=C-O-C 1250 1249.87
38
(2013). Seperti yang ditunjukkan Tabel 3, spektra serapan gugus yang ada
fungsional.
yaitu 342,5 nm. Hasil uji spektrofotometer UV dapat dilihat pada Gambar
10.
maksimal kristal alkaloid lada Piper nigrum Linn. berada pada λ= 342,5
kemurnian kristal alkaloid lada Piper nigrum Linn. yang diperoleh. Pada
uji titik lebur diperoleh rentang temperatur pertama kali kristal meleleh
Hasil uji titik lebur kristal yang diperoleh sesuai pada acuan yaitu 128-130
o
C (Adosraku, et al., 2013). Namun, kristal yang murni memiliki rentang
diketahui memiliki efek menghambat degranulasi pada kultur sel mast melalui
menghambat aktivasi dari reseptor ACh M3 yang berada pada otot polos
40
reseptor tersebut.
memiliki efek sebagai antagonis reseptor. Pada uji ini digunakan alkaloid
nigrum Linn. pada penelitian ini, sehingga DMSO perlu di uji efeknya
hanya disebabkan oleh alkaloid lada Piper nigrum Linn. saja. Dimetil
volume pemberian alkaloid lada Piper nigrum Linn. pada organ bath.
Tabel 2. Nilai rata-rata pD2 asetilkolin karena pengaruh DMSO 100μL (n=6,
rata-rata ± SEM). Berdasarkan uji signifikansi menggunakan paired t-
test dengan kepercayaan 95 %, tidak menunjukkan adanya perbedaan
bermakna (p>0,05) antara perlakuan pD2 kontrol dan DMSO.
asetilkolin dan DMSO tidak berbeda secara signfikan (p > 0,05). Nilai
pD2 kontrol asetilkolin adalah 4,28 dan DMSO 4,22. Hasil ini
120.00
% Respon kontraksi ileum
100.00
diinduksi Agonis Ach
80.00
Kontrol
60.00
(+)DMSO
40.00
20.00
0.00
-10.0
-9.5
-9.0
-8.5
-8.0
-7.5
-7.0
-6.5
-6.0
-5.5
-5.0
-4.5
-3.5
-4
Gambar 6. Pengaruh DMSO terhadap respon kontraksi otot polos ileum yang
diinduksi asetilkolin. Kurva hubungan konsentrasi asetilkolin terhadap
respon kontraksi otot polos ileum, dengan atau tanpa pengaruh DMSO
100 μL (n=6, rata-rata ± SEM).
Reseptor yang ikut berperan dalam kontraksi otot polos ileum baik
pada manusia dan marmut yaitu ACh M3. Penelitian ini bertujuan untuk
terjadi karena ada rangsangan pada reseptor ACh M3 yang terhubung pada
trifosfat (IP3) dan diasil gliserol (DAG). IP3 yang telah terbentuk akan
GPCR atau kanal ion dapat meyebabkan kontraksi pada otot polos adalah
dalam uji ini adalah 1000 µM dan 5000 µM. Data yg diperoleh dari uji
Plot.
terisolasi.
44
Keterangan :
a. berbeda bermakna dengan kelompok kontrol ACh (p<0,05)
b. berbeda bermakna dengan kelompok alkaloid lada Piper nigrum
Linn.1000 µM (p<0,05)
c. berbeda bermakna dengan kelompok alkaloid lada Piper nigrum
Linn. 5000 µM (p<0,05)
120.00
100.00 Kontrol
ileum diinduksi Agonis
Piperin 1000 uM
% Respon kontraksi
80.00
Piperin 5000 uM
60.00
40.00
Ach
20.00
0.00
-10.0 -9.0 -8.0 -7.0 -6.0 -5.0 -4
- log konsentrasi (M)
konsentrasi alkaloid lada Piper nigrum Linn. 1000 µM dan 5000 µM.
reseptor ACh, dilihat dari nilai slope 0,853 yang mendekati 1,00.
0.76
0.75
0.74
0.73
y = 0.853x + 1.728 0.72
R² = 1 0.71
0.7
-2.5 -2 -1.5 -1 -0.5 0
antagonis kompetitifnya.
120.00
% Respon kontraksi ileum
Kontrol
100.00
diinduksi Agonis Ach
20.00
0.00
-10.0 -9.0 -8.0 -7.0 -6.0 -5.0 -4
- log konsentrasi (M
Pada uji statistik dapat dikatakan bahwa antara kontrol dan alkaloid
pada saraf postganglionic kolinergik dan otot polos. Hambatan ini bersifat
melihat apakah zat uji bisa berefek sama dengan obat asetilkolin yang
memberikan efek lebih besar terhadap penurunan pD2 sebesar 2,71 pada
otot polos ileum. Hal tersebut membuktikan dosis 5000 µM atropin lebih
48
Tabel 5. Pergeseran nilai pD2 asetilkolin karena pengaruh atropin 1000 μM dan
5000 μM. nilai pD2 disajikan dalam bentuk rata-rata ± SEM (n = 5 –
10). Hasil menunjukkan adanya perbedaan bermakna (p<0,05)
terhadap nilai pD2 asetilkolin/kontrol (*), setelah diuji dengan
ANAVA satu jalan, dilanjutkan dengan uji LSD pada taraf
kepercayaan 95 %
dilihat dari pergeseran pada kurva. Bentuk kurva atropin pada dosis 1000
120.00
100.00
% Respon kontraksi ileum
diinduksi Agonis Ach
80.00
60.00 Kontrol
40.00
Atropin 1000 uM
20.00
Atropin 5000 uM
0.00
-10.0
-9.5
-9.0
-8.5
-8.0
-7.5
-7.0
-6.0
-5.5
-5.0
-4.5
-4.0
-3.5
-6.5
C. Uji In silico Senyawa Alkaloid Lada Piper nigrum Linn. Pada Reseptor
ACh
Distance). Jika nilai RMSD diba ah 2,000 maka dapat dikatan tidak
ada pergeseran yang signifikan pada proses redocking ligan asli yang
untuk uji in silico pada penelitian ini adalah AutoDockTools. Protein yang
dari senyawa Atropine Sulfate pada reseptor ACh M3 yang paling baik yaitu -
5,7 yang terletak pada konformasi ke 5. Pada hasil visualisasi (Gambar 17)
51
doking dari senyawa alkaloid lada Piper nigrum Linn. pada reseptor ACh M3
yg paling baik yaitu -6,6 sebesar 1,997 yang terletak pada konformasi ke 9.
nigrum Linn. mengikat pada beberapa residu dari protein target (Gambar 18)