Anda di halaman 1dari 23

sebagai daun muda yang sedang mengenyam pendidikan di program S1 ilmu keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, saya ingin berbagi ilmu yang sudah saya dapatkan.
semoga bermanfaat! :)

Jumat, 06 Mei 2011


LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN


STROKE HEMORAGIK

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. DEFINISI/PENGERTIAN STROKE

· Definisi stroke menurut WHO Task Force in Stroke and other Cerebrovascular Disease
(1989) adalah suatu gangguan disfungsi neurologist akut yang disebabkan oleh
gangguan peredaran darah, dan terjadi secara mendadak (dalam beberapa detik) atau
setidak-tidaknya secara cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-
tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu (WHO, 1989).

· Stroke secara umum merupakan defisit neurologis yang mempunyai serangan mendadak
dan berlangsung 24 jam sebagai akibat dari terganggunya pembuluh darah otak (Hudak
dan Gallo, 1997) .

· Sedangkan stroke hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh karena pecahnya
pembuluh darah pada otak. Stroke hemoragik terjadi bila pembuluh darah di dalam otak
pecah. Otak sangat sensitif terhadap perdarahan dan kerusakan dapat terjadi dengan
sangat cepat. Pendarahan di dalam otak dapat mengganggu jaringan otak, sehinga
menyebabkan pembengkakan, mengumpul menjadi sebuah massa yang disebut
hematoma. Pendarahan juga meningkatkan tekanan pada otak dan menekan tulang
tengkorak.

· EPIDEMIOLOGI

Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga setelah penyakit jantung dan keganasan.
Stroke diderita oleh ± 200 orang per 100.000 penduduk per tahunnya. Stroke
merupakan penyebab utama cacat menahun. Pengklasifikasiannya adalah 65-85%
merupakan stroke non hemoragik (± 53% adalah stroke trombotik, dan 31% adalah
stroke embolik) dengan angka kematian stroke trombotik ± 37%, dan stroke embolik ±
60%. Presentase stroke non hemoragik hanya sebanyak 15-35%. ± 10-20% disebabkan
oleh perdarahan atau hematom intraserebral, dan ± 5-15% perdarahan subarachnoid.
Angka kematian stroke hemoragik pada jaman sebelum ditemukannya CT scan
mencapai 70-95%, setelah ditemukannya CT scan mencapai 20-30%.
Prevalensi stroke di USA adalah 200 per 1000 orang pada rentang usia 45-54 tahun, 60
per 1000 pada rentang usia 65-74 tahun, dan 95 per 1000 orang pada rentang usia 75-
84 tahun. Dengan presentase kematian mencapai 40-60%

· PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI

Stroke hemoragik paling sering disebabkan oleh tekanan darah tinggi yang menekan
dinding arteri sampai pecah. Penyebab lain terjadinya stroke hemoragik adalah :

· Aneurisma, yang membuat titik lemah dalam dinding arteri, yang akhirnya dapat
pecah.

· Hubungan abnormal antara arteri dan vena, seperti kelainan arteriovenosa.

· Kanker, terutama kanker yang menyebar ke otak dari organ jauh seperti payudara,
kulit, dan tiroid.

· Cerebral amyloid angiopathy, yang membentuk protein amiloid dalam dinding arteri
di otak, yang membuat kemungkinan terjadi stroke lebih besar.

· Kondisi atau obat (seperti aspirin atau warfarin).

· Overdosis narkoba, seperti kokain.

· PATOFISIOLOGI

Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di dalam arteri-arteri
yang membentuk sirkulus Willisi : arteria karotis interna dan sistem vertebrobasilar
atau semua cabang-cabangnya. Apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama
15-20 menit maka akan terjadi infark atau kematian jaringan. Akan tetapi dalam hal ini
tidak semua oklusi di suatu arteri menyebabkan infark di daerah otak yang diperdarahi
oleh arteri tersebut. Mungkin terdapat sirkulasi kolateral yang memadai di daerah
tersebut. Dapat juga karena keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri seperti
aterosklerosis dan trombosis atau robeknya dinding pembuluh darah dan terjadi
peradangan, berkurangnya perfusi akibat gangguan status aliran darah misalnya syok
atau hiperviskositas darah, gangguan aliran darah akibat bekuan atau infeksi pembuluh
ektrakranium dan ruptur vaskular dalam jaringan otak. (Sylvia A. Price dan Wilson,
2006)

· GEJALA KLINIS

Gejala stroke hemoragik bervariasi tergantung pada lokasi pendarahan dan jumlah
jaringan otak yang terkena. Gejala biasanya muncul tiba-tiba, tanpa peringatan, dan
sering selama aktivitas. Gejala mungkin sering muncul dan menghilang, atau perlahan-
lahan menjadi lebih buruk dari waktu ke waktu.

Gejala stroke hemoragik bisa meliputi:

· Perubahan tingkat kesadaran (mengantuk, letih, apatis, koma).

· Kesulitan berbicara atau memahami orang lain.

· Kesulitan menelan.

· Kesulitan menulis atau membaca.

· Sakit kepala yang terjadi ketika berbaring, bangun dari tidur, membungkuk, batuk,
atau kadang terjadi secara tiba-tiba.

· Kehilangan koordinasi.

· Kehilangan keseimbangan.

· Perubahan gerakan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti kesulitan menggerakkan
salah satu bagian tubuh, atau penurunan keterampilan motorik.

· Mual atau muntah.

· Kejang.

· Sensasi perubahan, biasanya pada satu sisi tubuh, seperti penurunan sensasi, baal
atau kesemutan.
· Kelemahan pada salah satu bagian tubuh.

PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum

· Kesadaran: umumnya mengalami penurunan kesadaran

· Suara bicara: kadang mengalami gangguan yaitu sukar dimengerti, kadang tidak
bisa bicara.

· Tanda-tanda vital: tekanan darah meningkat, denyut nadi bervariasi.

b. Pemeriksaan integument

· Kulit: jika klien kekurangan O2 kulit akan tampak pucat dan jika kekurangan
cairan maka turgor kulit akan jelek. Di samping itu perlu juga dikaji tanda-tanda
dekubitus terutama pada daerah yang menonjol karena klien stroke harus bed
rest 2-3 minggu

· Kuku: perlu dilihat adanya clubbing finger, cyanosis

· Rambut: umumnya tidak ada kelainan.

c. Pemeriksaan kepala dan leher

· Kepala: bentuk normocephalik

· Muka: umumnya tidak simetris yaitu miring ke salah satu sisi

· Leher: kaku kuduk jarang terjadi.

d. Pemeriksaan dada
· Pada pernafasan kadang didapatkan suara nafas terdengar ronchi, wheezing
ataupun suara nafas tambahan, pernafasan tidak teratur akibat penurunan
refleks batuk dan menelan.

e. Pemeriksaan abdomen

· Didapatkan penurunan peristaltik usus akibat bed rest yang lama, dan kadang
terdapat kembung.

f. Pemeriksaan inguinal, genetalia, anus

· Kadang terdapat incontinensia atau retensio urine.

g. Pemeriksaan ekstremitas

· Sering didapatkan kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh.

g. Pemeriksaan neurologi:

· Pemeriksaan nervus cranialis

Umumnya terdapat gangguan nervus cranialis VII dan XII central.

· Pemeriksaan motorik

Hampir selalu terjadi kelumpuhan/kelemahan pada salah satu sisi tubuh.

· Pemeriksaan sensorik

Dapat terjadi hemihipestesi.

· Pemeriksaan reflex

Pada fase akut reflek fisiologis sisi yang lumpuh akan menghilang. Setelah
beberapa hari refleks fisiologis akan muncul kembali didahului dengan refleks
patologis.
· PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan laboratorium

· Peningkatan Hb & Ht terkait dengan stroke berat

· Peningkatan WBC indikasi adanya infeksi à endokarditis bakterialis.

· Analisa CSF (merah) à perdarahan sub arachnoid

· Pungsi Lumbal

menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang


mengandung darah menunjukan hemoragik subarakhnoid atau perdarahan
intra kranial. Kadar protein total meningkat pada kasus trombosis
sehubungan dengan adanya proses inflamasi.

b. Pemeriksaan Radiologi

· CT Scan

Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark

· Angiografi serebral

membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan


atau obstruksi arteri

· MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik ( masalah


sistem arteri karotis ( aliran darah / muncul plak ) arteriosklerotik ).

· EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik

· Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena


· Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal
daerah yang berlawanan dari massa yang meluas; klasifikasi karotis interna
terdapat pada trombosis serebral ; kalsifikasi parsial dinding aneurisma
pada perdarahan subarakhnoid.

(Doenges E, Marilynn,2000 hal 292)

· DIAGNOSIS/KRITERIA DIAGNOSIS

Pada diagnosis penyakit serebrovaskular, maka tindakan arteriografi adalah esensial


untuk memperlihatkan penyebab dan letak gangguan. CT Scan dan MRI merupakan
sarana diagnostik yang berharga untuk menunjukan adanya hematoma, infark atau
perdarahan. EEG dapat membantu dalam menentukan lokasi.

· THERAPY/TINDAKAN PENANGANAN

Terapi Stroke diantara:

a) Lakukan penatalaksanaan jalan napas yang agresif. Pertimbangkan pra-terapi dengan


pemberian lidokain 1-2 mg/kg secara intravena jika diintubasi diindikasikan untuk
menjaga adanya peningkatan TIK.

b) Lakukan hiperventilasi untuk mengurangi PaCo2 sampai 25-30 mmHg.

c) Pertimbangkan pemberian manitol 1-2 mg/kg IV.

d) Pertimbangkan deksametason 200-100mg IV : mulai timbulnya efek lebih lambat


dari pada tindakan intubasi atau manitol.

e) Pemantauan tekanan intrakranial secara noninvasif seperti MRI, CT scan, tomografi


emisi positron, single-photon emission computed tomografi, evoked potential, dan
oksimetri.
f) Dekompresi secara bedah berdasarkan temuan CT scan mungkin diperlukan.

Terapi umum:

Untuk merawat keadaan akut perlu diperhatikan faktor – faktor kritis sebagai berikut :

1. Menstabilkan tanda – tanda vital

· Mempertahankan saluran nafas (sering melakukan penghisapan yang dalam,


trakeotomi, pasang alat bantu pernafasan bila batang otak terkena)

· Kendalikan tekanan darah sesuai dengan keadaan masing – masing individu;


termasuk usaha untuk memperbaiki hipotensi maupun hipertensi.

2. Deteksi dan memperbaiki aritmia jantung

3. Merawat kandung kemih. Sedapat mungkin jangan memasang kateter tinggal; cara
ini telah diganti dengan kateterisasi “keluar – masuk” setiap 4 sampai 6 jam.

4. Menempatkan posisi penderita dengan baik secepat mungkin :

· Penderita harus dibalik setiap jam dan latihan gerakan pasif setiap 2 jam

· Dalam beberapa hari dianjurkan untuk dilakukan gerakan pasif penuh sebanyak
50 kali per hari; tindakan ini perlu untuk mencegah tekanan pada daerah tertentu
dan untuk mencegah kontraktur (terutama pada bahu, siku dan mata kaki)

Terapi khusus:

Ditujukan untuk stroke pada therapeutic window dengan obat anti agregasi dan
neuroprotektan. Obat anti agregasi: golongan pentoxifilin, tielopidin, low heparin,
TPA.

1. Pentoxifilin:

Mempunyai 3 cara kerja:


· Sebagai anti agregasi → menghancurkan thrombus

· Meningkatkan deformalitas eritrosit

· Memperbaiki sirkulasi intraselebral

2. Neuroprotektan:

Piracetam: menstabilkan membrane sel neuron. Contohnya neotropil

Cara kerja dengan menaikkan cAMP ATP dan meningkatkan sintesis glikogen

Terapi Medis

1. Neuroproteksi

Berfungsi untuk mempertahankan fungsi jaringan. Cara kerja metode ini adalah
menurunkan aktifitas metabolisme dan kebutuhan sel-sel neuron.

2. Antikoagulasi

Diperlukan antikoagulasi dengan derajat yang lebih tinggi (INR 3,0 – 4,0) untuk
pasien stroke yang memiliki katup prostetik mekanik. Bagi pasien yang bukan
merupakan kandidat untuk terapi warvarin (coumadin), maka dapat digunakan
aspirin tersendiri atau dalam kombinasi dengan dipiridamol sebagai terapi anti
trombotik awal untuk profilaksis stroke.

3. Trombolisis Intravena

Satu-satunya obat yang telah disetujui oleh US Food and Drug Administration
(FDA) untuk terapi stroke iskemik akut adalah aktivator plasminogen jaringan
(TPA) bentuk rekombinan. Terapi dengan TPA intravena tetap sebagai standar
perawatan untuk stroke akut dalam 3 jam pertama setelah awitan gejala. Risiko
terbesar menggunakan terapi trombolitik adalah perdarahan intraserebrum.
4. Trombolisis Intraarteri

Pemakaian trombolisis intraarteri pada pasien stroke iskemik akut sedang dalam
penelitian, walaupun saat ini belum disetujui oleh FDA. Pasien yang beresiko besar
mengalami perdarahan akibat terapi ini adalah yang skor National Institute of
Health Stroke Scale (NIHSS)-nya tinggi, memerlukan waktu lebih lama untuk
rekanalisasi pembuluh, kadar glukosa darah yang lebih tinggi, dan hitung trombosit
yang rendah.

Terapi Perfusi

Untuk memulihkan sirkulasi otak pada kasus vasospasme saat pemulihan dari
perdarahan subarakhnoid.

Pengendalian Oedema dan Terapi Medis Umum

Oedema otak terjadi pada sebagian besar kasus infark kasus serebrum iskemik,
terutama pada keterlibatan pada pembuluh besar di daerah arteria serebri media.
Terapi konservatif dengan membuat pasien sedikit dehidrasi, dengan natrium serum
normal atau sedikit meningkat.

Terapi Bedah

Dekompresi bedah adalah suatu intervensi drastis yang masih menjalani uji klinis
yang dicadangkan untuk stroke yang paling masif.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWTAN

1. PENGKAJIAN

· Data Subjektif

- klien mengeluh pusing, klien mengeluh nyeri kepala


- klien mengeluh kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan
sensasi atau paralysis

- klien mengeluh mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang


otot).

- klien mengeluh kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti


lumpuh/mati

- klien mengeluh nafsu makan hilang, klien mengeluh mengalami


nausea/vomitus

- klien mengeluh mengalami gangguan rasa pengecapan

· Data Objektif

- Hipertensi arterial

- Disritmia, perubahan EKG

- Pulsasi : kemungkinan bervariasi

- Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal

- Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )

- Obesitas ( faktor resiko )

- Motorik/sensorik : masalah dengan penglihatan

- Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek,


hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit

- Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah
dikenali
- Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi
suhu tubuh.

- Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi.

2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul

a. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan faktor fisiologis:


disfungsi neuromuscular ditandai dengan klien tampak tidak sadar, suara napas
ronchi (+), napas irreguler, dan memakai alat bantu oksigen.

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular


ditandai dengan terjadi hemiperase pada ekstremitas kanan

c. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran darah


sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial ditandai dengan klien tampak
tidak sadar, dan kondisi lemah

d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler ditandai


dengan klien tampak tidak sadar, kondisi lemah, dan hemiparese

e. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol otot facial


atau oral ditandai dengan klien tampak tidak mampu berbicara

f. Resiko gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


ketidakmampuan menelan ditandai dengan klien tidak sadar, dan kondisi klien
tampak lemah

g. Gangguan sensori persepsi penglihatan berhubungan dengan perubahan


penerimaan sensori, transmisi, dan atau integrasi ditandai dengan klien
mengatakan tidak dapat melihat dengan jelas, keadaan pupil isokor

3. Rencana Asuhan Keperawatan


1. Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan gangguan aliran darah
sekunder akibat peningkatan tekanan intracranial ditandai dengan klien tampak
tidak sadar, dan kondisi lemah

Tujuan :

Setelah diberikan askep selama …x 24 jam, diharapkan Perfusi jaringan otak dapat tercapai
secara optimal dengan kriteria hasil :
- Klien tidak gelisah
- Tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang.
- GCS 456
- Pupil isokor, reflek cahaya (+)
- Tanda-tanda vital normal(nadi : 60-100 kali permenit, suhu: 36-36,7 C,

Pernafasan 16-20 kali permenit)

INTERVENSI

Mandiri :

a. Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab peningkatan TIK


dan akibatnya

Rasional :

Keluarga lebih berpartisipasi dalam proses penyembuhan

b. Anjurkan kepada klien untuk bed rest total

Rasional :

Untuk mencegah perdarahan ulang


c. Observasi dan catat tanda-tanda vital dan kelainan tekanan intrakranial tiap dua
Jam

Rasional :

Mengetahui setiap perubahan yang terjadi pada klien secara dini dan untuk

penetapan tindakan yang tepat

d. Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak jantung ( beri bantal tipis)

Rasional :

Mengurangi tekanan arteri dengan meningkatkan drainage vena dan memperbaiki


sirkulasi serebral

e. Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan

Rasional :

Batuk dan mengejan dapat meningkatkan tekanan intra kranial dan potensial
terjadi perdarahan ulang

f. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjunng

Rasional :

Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK.


Istirahat total dan ketenangan mingkin diperlukan untuk pencegahan terhadap
perdarahan dalam kasus stroke hemoragik / perdarahan lainnya

Kolaborasi :

a. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat neuroprotektor

Rasional :
Memperbaiki sel yang masih viabel

2. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan kehilangan kontrol otot facial


atau oral ditandai dengan klien tampak tidak mampu berbicara

Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama …x 24 jam diharapkan kerusakan komunikasi


verbal klien dapat teratasi, dengan kriteria hasil :

- Menerima pesan-pesan melalui metode alternatif (mis; komunikasi tertulis, bahasa


isyarat, bicara dengan jelas pada telinga yang baik).

- Memperlihatkan suatu peningkatan kemampuan berkomunikasi.

- Meningkatkan kemampuan untuk mengerti.

- Mengatakan penurunan frustrasi dalam berkomunikasi.

- Mampu berbicara yang koheren.

- Mampu menyusun kata – kata/ kalimat.

Intervensi

Mandiri:

a. Kaji tipe/derajat disfungsi, seperti pasien tidak tampak memahami kata atau
mengalami kesulitan berbicara atau membuat pengertian sendiri.

Rasional : Membantu menentukan daerah dan derajat kerusakan serebral yang


terjadi dan kesulitan pasien dalam beberapa atau seluruh tahap proses komunikasi.
Pasien mungkin mempunyai kesulitan memahami kata yang diucapkan;
mengucapkan kata-kata dengan benar; atau mengalami kerusakan pada kedua
daerah tersebut.
b. Bedakan antara afasia dengan disartria.

Rasional : Intervensi yang dipilih tergantung pada tipe kerusakannya. Afasia


adalah gangguan dalam menggunakan dan menginterpretasikan simbol-simbol
bahasa dan mungkin melibatkan komponen sensorik dan/atau motorik, seperti
ketidakmampuan untuk memahami tulisan/ucapan atau menulis kata, membuat
tanda, berbicara. Seseorang dengan disartria dapat memahami, membaca, dan
menulis bahasa tetapi mengalami kesulitan membentuk/mengucapkan kata
sehubungan dengan kelemahan dan paralisis dari otot-otot daerah oral.

c. Perhatikan kesalahan dalam komunikasi dan berikan umpan balik.

Rasional : Pasien mungkin kehilangan kemampuan untuk memantau ucapan yang


keluar dan tidak menyadari bahwa komunikasi yang diucapkannya tidak nyata.
Umpan balik membantu pasien merealisasikan kenapa pemberi asuhan tidak
mengerti/berespon sesuai dan memberikan kesempatan untuk mengklarifikasikan
isi/makna yang gterkandung dalam ucapannya.

d. Mintalah pasien untuk mengikuti perintah sederhana (seperti “buka mata,” “tunjuk
ke pintu”) ulangi dengan kata/kalimat yang sederhana.

Rasional : Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan sensorik (afasia


sensorik)

e. Tunjukkan objek dan minta pasien untuk menyebutkan nama benda tersebut.

Rasional : Melakukan penilaian terhadap adanya kerusakan motorik (afasia


motorik), seperti pasien mungkin mengenalinya tetapi tidak dapat
menyebutkannya.

f. Mintalah pasien untuk mengucapkan suara sederhana seperti “Sh” atau “Pus”
Rasional : Mengidentifikasikan adanya disartria sesuai komponen motorik dari
bicara (seperti lidah, gerakan bibir, kontrol napas) yang dapat mempengaruhi
artikulasi dan mungkin juga tidak disertai afasia motorik.

g. Minta pasien untuk menulis nama dan/atau kalimat yang pendek. Jika tidak dapat
menulis, mintalah pasien untuk membaca kalimat yang pendek

Rasional : Menilai kemampuan menulis (agrafia) dan kekurangan dalam membaca


yang benar (aleksia) yang juga merupakan bagian dari afasia sensorik dan afasia
motorik.

h. Tempatkan tanda pemberitahuan pada ruang perawat dan ruangan pasien tentang
adanya gangguan bicara. Berikan bel khusus bila perlu.

Rasional : Menghilangkan ansietas pasien sehubungan dengan


ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dan perasaan takut bahwa kebutuhan
pasien tidak akan terpenuhi dengan segera. Penggunaan bel yang diaktifkan dengan
tekanan minimal akan bermanfaat ketika pasien tidak dapat menggunakan system
bel regular.

i. Berikan metode komunikasi alternative, seperti menulis di papan tulis, gambar.


Berikan petunjuk visual (gerakan tangan, gambar-gambar, daftar kebutuhan,
demonstrasi).

Rasional : Memberikan komunikasi tentang kebutuhan berdasarkan


keadaan/deficit yang mendasarinya.

j. Katakan secara langsung dengan pasien, bicara perlahan, dan dengan tenang.
Gunakan pertanyaan terbuka dengan jawaban “ya/tidak,” selanjutnya kembangkan
pada pertanyaan yang lebih kompleks sesuai dengan respons pasien.

Rasional : Menurunkan kebingungan/ansietas selama proses komunikasi dan


berespons pada informasi yang lebih banyak pada satu waktu tertentu. Sebagai
proses latihan kembali untuk lebih mengembangkan komunikasi lebih lanjut dan
lebih kompleks akan menstimulasi memori dan dapat meningkatkan asosiasi
ide/kata.

k. Hargai kemampuan pasien sebelum terjadi penyakit; hindari “pembicaraan yang


merendahkan” pada pasien atau membuat hal-hal yang menentang kebanggaan
pasien.

Rasional : Kemampuan pasien untuk merasakan harga diri, sebab kemampuan


intelektual pasien seringkali tetap baik

Kolaborasi

a. Konsultasikan dengan/rujuk kepada ahli terapi wicara.

3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskular ditandai dengan


terjadi hemiperase pada ekstremitas kanan

Tujuan:

Setelah diberikan askep ....x 24 jam diharapkan mobilisasi klien mengalami peningkatan,
dengan kriteria hasil:

- mempertahankan posisi optimal,

- mempertahankan/meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terserang


hemiparesis dan hemiplagia.

- mempertahankan perilaku yang memungkinkan adanya aktivitas.

Intervensi

Mandiri:

a. Kaji kemampuan secara fungsional/luasnya kerusakan awal dan dengan cara yang
teratur.
Rasional : Mengidentifikasi kekuatan/kelemahan dan dapat memberikan informasi
mengenai pemulihan. Bantu dalam pemilihan terhadap intervensi sebab teknik yang
berbeda digunakan untuk paralisis spastik dengan flaksid.

b. Ubah posisi minimal setiap 2 jam (telentang,miring) dan sebagainya dan jika
memungkinkan bisa lebih sering jika diletakkan dalam posisi bagian yang
terganggu.

Rasional : Menurunkan risiko terjadinya trauma/iskemia jaringan. Daerah yang


terkena mengalami perburukan/sirkulasi yang lebih jelek dan menurunkan sensasii
dan lebih besar menimbulkan kerusakan pada kulit/ dekubitus.

c. Letakkan pada posisi telungkup satu kali atau dua kali sekali jika pasien dapat
mentoleransinya.

Rasional : Membantu mempertahankan ekstensi pinggul fungsional;tetapi


kemungkinan akan meningkatkan ansietas terutama mengenai kemampuan pasien
untuk bernapas.

d. Mulailah melakukan latihan rentang gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas
saat masuk. Anjurkan melakukan latihan sepeti latihan quadrisep/gluteal, meremas
bola karet, melebarkan jari-jari kaki/telapak.

Rasional : Meminimalkan atrofi otot, meningkatkan sirkulasi, membantu


mencegah kontraktur. Menurunkan risiko terjadinya hiperkalsiuria dan
osteoporosis jika masalah utamanya adalah perdarahan. Catatan: Stimulasi yang
berlebihan dapat menjadi pencetus adanya perdarahan berulang.

e. Sokong ekstremitas dalam posisi fungsionalnya, gunakan papan kaki (foot board)
seelama periode paralisis flaksid. Pertahankan posisi kepala netral.

Rasional : Mencegah kontraktur/footdrop dan memfasilitasi kegunaannya jika


berfungsi kembali. Paralisis flaksid dapat mengganggu kemampuannya untuk
menyangga kepala, dilain pihak paralisis spastik dapat meengarah pada deviasi
kepala ke salah satu sisi.

f. Tempatkan bantal di bawah aksila untuk melakukan abduksi pada tangan.

Rasional : Mencegah adduksi bahu dan fleksi siku.

g. Tempatkan ”handroll’ keras pada teelapak tangan dengan jari – jari dan ibu jari saling
berhadapan.

Rasional : Alas/dasar yang keras menurunkan stimulasi fleksi jari-jari,


mempertahankan jari-jari dan ibu jari pada posisi normal (posisi anatomis).

h. Posisikan lutut dan panggul dalam posisi ekstensi.

Rasional : Mempertahankan posisi fungsional.

i. Bantu untuk mengembangkan keseimbangan duduk (seperti meninggikan bagian


kepala tempat tidur, bantu untuk duduk di sisi tempat tidur, biarkan pasien
menggunakan kekuatan tangan untuk menyokong berta badan dan kaki yang kuat
untuk memindahkan kaki yang sakit; meningkatkan waktu duduk) dan
keseimbangan dalam berdiri (seperti letakkan sepatu yang datar;sokong bagian
belakang bawah pasien dengan tangan sambil meletakkan lutut penolong diluar
lutut pasien;bantu menggunakan alat pegangan paralel dan walker).

Rasional : Membantu dalam melatih kembali jaras saraf, meningkatkan respon


proprioseptik dan motorik.

j. Anjurkan pasien untuk membantu pergerakan dan latihan dengan menggunakan


ekstremitas yang tidak sakit untuk menyokong/ menggerakkan daerah tubuh yang
mengalami kelemahan.

Rasional : Mungkin diperlukan untuk menghilangkan spastisitas pada ekstremitas


yang terganggu.
Kolaborasi

a. Konsultasikan dengan ahli fisioterapi secara aktif, latiahn resistif, dan ambualsi
pasien.

b. Bantulah dengan stimulasi elektrik, seperi TENS sesuai indikasi.

c. Berikan obat relaksan otot, antispasmodik sesuai indikasi seperti baklofen dan trolen.

(Doenges, 1999)

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8. Jakarta. EGC.

Doenges, Marilynn E., Moorhouse, Mary Frances dan Geissler, Alice C. 2000. Edisi 3. Rencana
Asuhan Keperawatan. Jakarta.EGC.

Mansjoer, arief, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid Pertama. Jakarta. Media
Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Price, Sylvia A. 1995.Edisi 4. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta. EGC

Diposkan oleh myrah's blog di 19.25

1 komentar:

1.

TONI_ADAM_SAPUTRA27 Mei 2012 05.16

thx sangat ber manfa'at. . .

kunjungi Q ya.

http://toniadamsaputra.blogspot.com
Balas

Muat yang lain...


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Pengikut
Arsip Blog
 ► 2012 (4)

 ▼ 2011 (6)
o ► Juni (1)
o ▼ Mei (5)
 Laporan Pendahuluan Kebutuhan Oksigenasi
 LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK
 FISIOLOGI PENCERNAAN
 ENZIM
 ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HEMOROID

about me

myrah's blog
Denpasar, Bali, Indonesia
proud to be nurse
Lihat profil lengkapku

Tema PT Keren Sekali. Gambar tema oleh molotovcoketail. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai