Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA SDR. N DENGAN POST OPERASI FRAKTUR KLAVIKULA


DI RUANG ISMAIL II RS ROEMANI SEMARANG

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Manajemen Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Dosen Pembimbing : Fitria Handayani, M. Kep., Sp. KMB
Pembimbing Ruang : Ns. Noor Faizah, S. Kep

Disusun Oleh :
OVI IMROATUL LATHIFAH
22020116120032
A.16-1

DEPARTEMEN KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2019
ASUHAN KEPERAWATAN

I. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk : 08 Mei 2019 Jam Masuk : 07.20 WIB
Nomor RM : 54 – 47 – 31
Ruang : Ismail II (224)
Tanggal Pengkajian : 09 Mei 2019
Jam Pengkajian : 22.00 WIB

A. DATA DEMOGRAFI
1) Identitas Pasien
Nama : Novan Rizkya Putra
Tanggal Lahir : 01 November 1997 (21 tahun)
Jenis Kelamin : Laki- laki
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Pendidikan : SMK
Alamat : Dk. Sidorejo RT 02 RW 8 Kel. Urut Sewu Kec. Ampel
Boyolali
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama : Djoko Susilo
Tanggal Lahir : 01 Maret 1975 (44 tahun)
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Dk. Sidorejo RT 02 RW 8 Kel. Urut Sewu Kec. Ampel
Boyolali
Hubungan dengan pasien : Ayah

B. KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan nyeri pada luka Post Operasi Reposisi Terbuka (ORIF)
Klavikula Dextra (bahu kanan) dengan skala 7.
C. RIWAYAT KESEHATAN
1) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien masuk Rumah Sakit (IGD) pada 08 Mei 2019 pukul 07.20 WIB dengan
keluhan nyeri pada bahu kanan setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien
mengalami Fraktur Klavikula Dextra sehingga harus diopname dan telah
dilakukan Operasi Reposisi Terbuka (ORIF) pada 09 Mei 2019 pukul 09.00 WIB.
2) Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya, namun pernah
sakit Typoid waktu pasien masih kanak-kanak.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada penyakit keturunan yang diderita oleh pasien.
Genogram

Tn. D Melahirkan
44 thn 1 thn lalu

Sdr. N 15 thn 11 thn 1 thn


21 thn

Keterangan :

= Laki- laki = Menikah

= Perempuan = Pasien
teridentifikasi

= Laki- laki meninggal = Tinggal serumah

= Perempuan meninggal
D. RIWAYAT PSIKOSOSIAL & SPIRITUAL
Pasien tidak memiliki masalah psikososial. Pasien sering berkumpul dengan
keluarga dan teman-temannya. Jika mengalami kesulitan biasanya pasien
meminta bantuan orang terdekat yang ada di Semarang. Ketika libur kerja dan
ingin rekreasi, biasanya pasien pergi bersama teman- temannya, menonton film
atau jalan- jalan. Pasien merupakan seorang muslim, pasien rajin berdoa dan
menjalankan sholat lima waktu.

E. PEMERIKSAAN FISIK
1) Keadaan Umum
Keadaan Umum pasien baik.
2) Kesadaran
Kesadaran pasien Composmentis. E =4, M =5, V =6 Total GCS 15.
3) Vital Sign
Tekanan darah : 127/ 79 mmHg
Nadi : 92x/ menit
Suhu : 370C
Respiratory rate : 20x/ menit
SPO2 : 98 %
4) Kepala
Inspeksi : Kepala mesosefal, rambut hitam lurus tidak rontok, kulit kepala
bersih, tidak ada lesi.
Palpai : Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan.
5) Mata
Inspeksi : Mata simetris kanan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
6) Hidung
Inspeksi : Hidung simetris, keadaan hidung bersih, penciuman baik, tidak ada
luka, tidak ada sekret, dan tidak terpasang alat bantu pernafasan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
7) Mulut
Inspeks : Mulut bersih, mukosa bibir lembab, gusi tidak berdarah, tidak ada
luka.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
8) Telinga
Inspeksi : Bentuk normal, simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi. Pasien tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.
Palpasi : Tidak ada benjolan, dan tidak ada nyeri tekan.
9) Leher
Inspeksi : Leher normal, tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada benjolan, nadi karotis teraba, tidak ada nyeri tekan.
10) Paru- Paru
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dada simetris, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan, tidak ada benjolan.
Perkusi : Bunyi sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi : Terdengar bunyi vasikuler pada paru kanan dan kiri. Tidak
terdengar bunyi nafas tambahan.
11) Jantung
Inspeksi : Bentuk dada simetris, dada datar.
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan.
Perkusi : Terdengar suara redup/pekak
Auskultasi : Suara jantung S1 dan S2 reguler
12) Abdomen
Inspeksi : Bentuk simetris, tidak ada jejas.
Auskultasi : Bising usus 12x/menit.
Perkusi : Tympani.
Palpasi : Tidak ada pembesaran hepar, tidak terdapat nyeri tekan.
13) Genitalia
Inspeksi : Pasien berjenis kelamin laki-laki, tidak terpasang kateter urine.
14) Ekstremitas Atas
Tangan Kanan
Inspeksi : Terdapat luka post operasi reposisi fraktur klavikula, balutan tampak
kering dan bersih, panjang balutan kurang lebih 25 cm, dan lebar
kurang lebih 15 cm, pergerakan terbatas, tidak sianosis.
Palpasi : Terdapat nyeri tekan di sekitar luka post operasi, akral teraba hangat.
Tangan Kiri
Inspeksi : Terpasang infus RL 20 tpm, pergerakan terbatas karena terpasang
infus, tidak sianosis.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, akral teraba hangat.
15) Ekstremitas Bawah
Inspeksi : Pergerakan bebas, tidak sianosis , terdapat luka lecet kering pada
punggung kaki kiri.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, akral teraba hangat.

F. PENGKAJIAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA


1) Kebutuhan Oksigenasi
Sebelum Sakit : Kebutuhan oksigenasi pasien terpenuhi. Pasien dapat bernafas
tanpa bantuan alat nafas dan tidak merasakan sesak nafas.
Saat Sakit : Pasien tidak mengalami kesulitan dalam bernafas. Kebutuhan
oksigenasi pasien tetap terpenuhi. Pasien tidak merasakan
sesak nafas dan tidak memerlukan bantuan alat nafas.
2) Kebutuhan Nutrisi – Cairan
Sebelum Sakit : Pasien makan teratur 3x sehari. Pasien tidak memiliki alergi
makanan atau pantangan makanan apapun. Kebutuhan cairan
pasien terpenuhi.
Saat Sakit : Pasien dapat menghabiskan 2/3 porsi makanan yang diberikan
Rumah Sakit. Pasien terpasang infus RL 20 tpm dan minum
cukup air putih.
3) Kebutuhan Eliminasi
Sebelum Sakit : Pola eliminasi pasien normal. Pasien tidak membutuhkan
bantuan orang lain untuk BAK atau BAB, serta tidak
menggunakan alat bantu apapun.
Saat Sakit : Pola eliminasi pasien tetap normal. Pasien tidak terpasang
kateter urine. Namun pasien membutuhkan bantuan orang lain
untuk mengantar ke toilet jika ingin BAK atau BAB karena
merasakan nyeri pada bahu jika bergerak.
4) Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Sebelum Sakit : Pasien bekerja sebagai pegawai swasta dengan pekerjaan
yang lebih sering menggunakan tangan kanan. Pasien dapat
melakukan kegiatan sehari- hari secara mandiri tanpa
memrlukan bantuan orang lain.
Saat Sakit : Pasien tidak mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri,
terlebih jika aktivitas yang menggunakan tangan kanan, pasien
perlu bantuan orang lain.
PENGKAJIAN FUNGSIONAL ADL BARTHEL INDEX
No. Fungsi Skor Keterangan Nilai
1. Mengontrol BAB 0 Inkontinensia (tak teratur/ perlu enema) 2
1 Kadang inkontinensia (1x seminggu)
2 Kontinensia (teratur)
2. Mengontrol BAK 0 Inkontinensia (tak terkontrol/ pakai 2
kateter)
1 Kadang inkontinensia (1x 24 jam)
2 Kontinensia (teratur)
3. Membersihkan diri 0 Butuh bantuan orang lain 0
(cuci muka, sisir 1 Mandiri
rambut, gosok gigi)
4. Penggunaan toilet 0 Butuh bantuan orang lain 1
(melepas, pakai celana, 1 Perlu bantuan pada beberapa aktivitas
menyeka, menyiram) 2 Mandiri
5. Makan 0 Tidak mampu 1
1 Perlu bantuan
2 Mandiri
6. Pindah tempat dari 0 Tidak mampu 2
berbaring ke duduk 1 Perlu banyak bantuan untuk duduk
2 Bantuan minimal (1 orang)
3 Mandiri
7. Mobilisasi (berjalan) 0 Tidak mampu 2
1 Bisa mobilisasi dengan kursi roda
2 Berjalan dengan bantuan orang/ walker
3 Mandiri
8. Berpakaian 0 Tergantung orang lain 1
1 Sebagian dibantu
2 Mandiri
9. Naik turun tangga 0 Tidak mampu 1
1 Butuh pertolongan
2 Mandiri
10. Mandi 0 Tergantung orang lain 1
1 Mandiri
Keterangan :
20 = Mandiri
12-19 = Ketergantungan ringan
9-11 = Ketergantungan sedang
5-8 = Ketergantungan berat
0-4 = Ketergantungan penuh
Nilai skor Pengkajian Fungsional ADL Barthel Index pada Sdr. N berjumlah 13,
yang bearti Sdr. N ketergantungan sedang.
5) Kebutuhan Tidur dan Istirahat
Sebelum Sakit : Pola tidur pasien teratur, pasien dapat tidur dengan nyenyak
dan tidak sering terbangun pada malam hari.
Saat Sakit : Saat pengkajian, pasien mengatakan tidak ada gangguan pada
pola tidur, pasien dapat tidur dengan nyenyak, dan tidak
sering terbangun di malam hari.
6) Kebutuhan Persepsi – Sensori – Kognitif
Persepsi
Fungsi panca indra pasien normal, orientasi pasien dengan lingkungan sekitar
baik, daya ingat pasien baik.
Sensori
Pasien mengatakan nyeri pada bahu kanan
P : Agens cedera fisik
Q : Cekit- cekit
R : Bahu kanan dan tidak menjalar (Luka Post ORIF Clavikula Dextra)
S : Skala 7
T : Hilang timbul kurang lebih 5 – 10 menit
Kognitif
Pasien mengatakan, ia masuk rumah sakit karena mengalami patah tulang akibat
kecelakaan lalu lintas, kemudian dibawa ke IGD agar segera mendapat
perawatan. Pasien dapat menceritakan kronologi kejadian kecelakaan dengan
baik.
7) Kebutuhan Hygiene – Integritas Kulit
Sebelum sakit : Pasien mampu memenuhi kebutuhan kebersihan diri secara
mandiri, tanpa bantuan dari orang lain.
Saat sakit : Pasien tidak dapat memenuhi kebutuhan kebersihan dirinya
secara mandiri, perlu bantuan orang lain pada beberapa
aktivitas.
8) Kebutuhan Komunikasi – Informasi
Sebelum sakit : Pasien tidak mengalami gangguan dalam berkomunikasi.
Bicara pasien jelas. Pasien tidak mengalami disorientasi
ataupun demensia.
Saat sakit : pasien tidak mengalami masalah dalam berkomunikasi, dapat
merespon lawan bicara dengan baik. Bicara pasien juga masih
normal. Pasien tidak mengalami disorientasi ataupun demensia.
9) Kebutuhan Termoregulasi
Sebelum sakit : Pasien mengatakan suhu tubuhnya selalu dalam rentang
normal, tidak ada gangguan pada sistem termoregulasinya.
Saat sakit : Suhu tubuh pasien tetap dalam rentang normal dan tidak ada
masalah pada suhu tubuhnya.
10) Kebutuhan Konsep Diri
Pasien bekerja sebagai pegawai swasta. Pasien mengatakan khawatir dengan
sakitnya (patah tulang di bahu kanan), karena dalam bekerja pasien lebih banyak
menggunakan tangan kanannya. Pasien ingin segera sembuh agar dapat
melakukan semua aktivitasnya termasuk bekerja secara mandiri lagi seperti
sebelum sakit.
11) Kebutuhan Stress – Koping
Sebelum Sakit : Pasien biasanya sering berkumpul dengan keluarga dan
teman- temannya. Jika mengalami kesulitan biasanya pasien
meminta bantuan orang terdekat yang ada di Semarang.
Saat sakit : Pasien dapat menerima sakitnya, selama di rumah sakit,
pasien ditunggu oleh keluarga dan teman-temannya dan,
ketika pasien membutuhkan bantuan pasien meminta bantuan
dari mereka.
12) Kebutuhan Seksual – Reproduksi
Pasien berjenis kelamin laki- laki dan belum menikah. Pasien tidak terpasang
kateter urine.
13) Kebutuhan Rekreasi – Spiritual
Sebelum sakit : Pasien biasanya berekreasi dengan teman- temannya ketika
sedang libur kerja. Pasien merupakan seorang muslim, pasien
rajin berdoa dan menjalankan sholat lima waktu.
Saat sakit : Pasien tidak dapat berekreasi dan tidak dapat menjalankan
sholat dan puasa karena sakitnya. Pasien membatasi pergerakan
tubuhnya, terutama gerakan tangan karena akan nyeri jika
digerakkan.
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium pada 08 Mei 2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Interpretasi Rasional
HEMATOLOGI
Darah Lengkap :
Hemoglobin 16,7 g/dL 13,2 – 17,3 Normal
Lekosit 17900 /mm3 3800 – 10600 Tinggi Meningkatnya kadar leukosit (sel darah putih)
merupakan respon inflamasi. Leukosit membangun
mekanisme utama tubuh dalam melawan infeksi
melalui proses fagositosis, dimana leukosit akan
menyelimuti organisme asing dan kemudian akan
menghancurkannya. Leukosit juga memproduksi,
mengangkut, dan mendistribusi antibodi sebagai
bagian dari suatu respon imun terhadap suatu
antigen.
Hematokrit 47,1 % 40 – 52 Normal
Trombosit 290000 /mm3 150000 – 440000 Normal
Eritrosit 5,87 juta/mm3 4,4 – 5,9 Normal
LED 0 mm/jam 0 – 10 Normal
Index Eritrosit :
MCV 80,0 fl 80 – 100 Normal
MCH 28,5 pg 26 – 34 Normal
MCHC 35,5 g/dL 32 – 36 Normal
RDW 12,5 % 11,5 – 14,5 Normal
MPV 8,8 fL 7,0 – 11,0 Normal
Hitung jenis (diff) :
Eosinofil 1,1 % 2–4 Rendah Eosinopenia (Eosinofil rendah) salah satu
penyebabnya adalah kondisi mabuk dan terlalu
banyak mengkonsumsi obat steroid. Kelebihan
produksi kortisol juga dapat menahan sistem
kekebalan tubuh dan menyebabkan eosinopenia.
Basofil 0,5 % 0–1 Normal
Neutrofil 81,7 % 50 – 70 Tinggi Tingginya neutrofil dapat disebabkan karena infeksi
bakteri, virus, atau jamur akut, cedera fisik,
pemulihan pasca operasi atau penyembuhan luka.
Limfosit 12,7 % 25 – 40 Rendah Limfositopenia adalah suatu kelainan di mana
jumlah sel limfosit rendah. Sel ini diproduksi di
sumsum tulang dan berfungsi untuk membantu
melawan infeksi. Sekitar 20%-40% sel darah putih
merupakan sel limfosit, yang terbagi dalam 3 jenis
yaitu limfosit B, limfosit T, dan sel pembunuh
alami. Semua jenis sel ini berperan dalam melawan
infeksi. Dibandingkan sel lainnya, limfosit T
merupakan sel yang paling sering menurun
jumlahnya dalam kasus limfositopenia. Penurunan
sel limfosit yang berat menyebabkan infeksi karena
bakteri, virus, jamur, dan parasit.
Monosit 4,0 % 2–8 Normal
KOAGULASI
Waktu perdarahan 1’00” menit 1–3 Normal
(BT)
Waktu pembekuan 3’00” menit 2–6 Normal
(CT)
KIMIA KLINIK Rendah Gua darah rendah dapat terjadi pada orang yang
Glukosa sewaktu sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti
obat penurun gula darah, antimalaria,
antibiotik, antiaritmia, atau obat antiinflamasi
70 mg/dL 75 – 140 nonsteroid (OAINS).
IMUNOLOGI / Normal
SEROLOGI Negatif : < 0,13
HbsAg Negatif Positif : >= 0,13
KIMIA KLINIK
Ureum 25 mg/dL 10 – 50 Normal
Creatinin 0,9 mg/dL 0,62 – 1,10 Normal
Kalium 4,1 mEq/L 3,5 – 5,0 Normal
Natrium 143 mEq/L 135 – 147 Normal
Chlorida 106 mEq/L 95 – 105 Tinggi Klorida adalah elektrolit yang berfungsi untuk
menjaga keseimbangan pH dalam darah dan
menyebarkan impuls saraf. Kelebihan klorida
(hiperkloremia) bisa disebabkan oleh gagal ginjal
kronis atau akut, gangguan pH darah (asidosis
metabolik atau alkalosis respiratorik)
Calcium 9,1 mg/dL 8,8 – 10,3 Normal

Hasil Radiologi
Fraktur 1/3 tengah Klavikula Dextra
H. PROGRAM TERAPI
Jenis Terapi Dosis Rute Indikasi & Cara Kerja Kontra Indikasi Efek Samping
Cefotaxime 1 gr/ 12 IV Infeksi berat yang disebabkan oleh Penderita dengan  Efek samping ringan :
riwayat
jam patogen - patogen yang sensitif hipersensitif  Bagian yang disuntik menjadi sakit,
terhadap
terhadap cefotaxime seperti : antibiotik Sefalosporin dan iritasi, atau memiliki benjolan
- Infeksi saluran pernapasan termasuk penderita ginjal yang berat. keras, sakit perut, mual, muntah,
tenggorakan dan hidung sakit kepala atau vagina gatal atau
- Infeksi pada telinga mengeluarkan cairan.
- Infeksi kulit dan jaringan lunak
Efek samping serius seperti:
- Infeksi tulang dan sendi
 diare berair atau berdarah, ruam,
- Infeksi genitalia, termasuk Gonoroe
memar, kesemutan, mati rasa,
- Infeksi adominal
nyeri, otot lemah, detak jantung
tidak teratur, demam, menggigil,
sakit pada tubuh, gejala flu, mudah
memar atau berdarah, lemah lesu
tidak biasa, demam, sakit
tenggorokan, dan sakit kepala
dengan kulit melepuh, mengelupas,
kejang-kejang atau pingsan atau
mata atau kulit menguning.
Ketorolac 30 mg/ IV Ketorolac adalah obat dengan fungsi Kontra indikasi : - Efek serius :
12 jam mengatasi nyeri sedang hingga nyeri - Durasi terapi >5 hari. - Nyeri dada, lemas, sesak, bicara
berat untuk sementara. Biasanya obat - Tidak untuk nyeri kronis atau rero, masalah penglihatan atau
ini digunakan sebelum atau sesudah minor. keseimbangan
prosedur medis, atau setelah operasi. - Menunjukkan - BAB hitam, berdarah, atau gelap;
Ketorolac adalah golongan obat hipersensitivitas terhadap - Batuk darah atau muntah seperti
nonsteroidal anti-inflammatory drug ketorolac atau alergi terhadap kopi
(NSAID) yang bekerja dengan aspirin atau NSAID lainnya; - Bengkak atau berat badan naik
memblok produksi substansi alami langkah-langkah penanganan cepat
tubuh yang menyebabkan inflamasi. yang tepat harus tersedia - Lebih jarang atau tidak buang air
Efek ini membantu mengurangi ketika injeksi ketorolac kecil
pertama diberikan.
bengkak, nyeri, atau demam. - Mual, nyeri perut,demam ringan,
- Operasi besar: Kontraindikasi
Indikasi : tidak napsu makan, urin gelap,
untuk analgesia profilaksis;
Untuk penatalaksanaan nyeri akut BAB dempul, sakit kuning (kulit
kontraindikasi untuk
yang berat jangka pendek (< 5 hari). atau mata menguning)
pengobatan nyeri perioperatif
- Demam, sakit tenggorokan, dan
dalam pengaturan operasi
sakit kepala dengan lepuhan,
CABG.
mengelupas, dan ruam kulit
- OB/GYN: Kontraindikasi
selama persalinan karena merah

dapat mempengaruhi - Tanda awal sariawan di mulut


sirkulasi janin dan atau ruam kulit, tidak peduli
menghambat kontraksi seberapa ringan
uterus; kontraindikasi pada
wanita menyusui karena efek - Kulit pucat, mudah memar,

samping potensial dari obat kesemutan berat, baal, nyeri,


prostaglandin-menghambat lemah otot; atau
pada neonatus. - Demam, sakit kepala, kaku leher,
- Ginjal: Kontraindikasi menggigil, sensitivitas terhadap
dengan gangguan ginjal berat cahaya meningkat, bintik kecil
dan pada pasien yang ungu pada kulit, dan/atau kejang
berisiko untuk gagal ginjal (konvulsi)
akibat penurunan volume.
- GI (gastrointestinal): Efek samping yang lebih ringan
Kontraindikasi atau yaitu:
mengalami penyakit ulkus - Sakit perut, mual atau muntah
peptikum aktif saat ini, ringan, diare, konstipasi
sebelumnya atau perdarahan - Heartburn ringan, nyeri perut,
GI atau perforasi. kembung
- Risiko pendarahan: Karena
- Pusing, sakit kepala, mengantuk
penghambatan fungsi
- Berkeringat; atau
platelet; kontraindikasi
- Telinga berdenging
dengan dicurigai atau
dikonfirmasi perdarahan
serebrovaskular, diatesis
hemoragik, hemostasis tidak
lengkap, dan risiko tinggi
perdarahan.
- Gunakan dengan NSAID
lainnya: Kontraindikasi pada
pasien saat menerima aspirin
atau NSAID lainnya, karena
risiko kumulatif menginduksi
efek samping yang serius
yang berhubungan dengan
NSAID.
- Kontraindikasi untuk
pemberian intratekal atau
epidural karena kandungan
alkoholnya.

Asam 1 tab/ 8 Oral Ibu hamil trimester ketiga dan Efek samping yang umum terjadi
Asam mefenamat adalah salah satu
Mefenamat jam ibu menyusui juga merupakan saat mengonsumsi obat ini adalah:
jenis obat antiinflamasi nonsteroid
kontraindikasi penberian asam  Nyeri ulu hati.
(NSAID). Obat ini berfungsi
mefenamat karena obat ini  Gangguan pencernaan.
meredakan rasa sakit tingkat ringan
dapat menyebabkan kecacatan  Hilang nafsu makan.
hingga menengah, serta mengurangi
pada bayi yang dikandung dan  Mual dan muntah.
peradangan. Contoh rasa sakit akibat
dibuang melalui air susu. Anak  Sakit kepala.
peradangan yang umumnya dapat
di bawah 14 tahun tidak  Mengantuk dan kelelahan.
diatasi dengan asam mefanamat
adalah arthritis, nyeri menstruasi, disarankan menerima obat ini . Efek samping yang lebih serius
serta nyeri setelah operasi. Asam seperti : sariawan, diare, tinja
mefenamat menghambat enzim yang berwarna hitam atau berdarah, dan
memproduksi prostaglandin, yaitu muntah darah.
senyawa yang dilepas tubuh dan
menyebabkan rasa sakit serta reaksi
peradangan.

Obat ini diindikasikan untuk penderita


nyeri ringan sampai sedang dan
penyakit dengan peradangan,
umumnya nyeri gigi, nyeri menstruasi,
nyeri otot atau sendi, dan nyeri setelah
melahirkan, nyeri setelah operasi.
Natrium 1 tab/ 8 Oral Natrium diklofenak merupakan Natrium diklofenak tidak boleh Efek samping yang dapat muncul
Diklofenak jam golongan anti inflamasi non steroid digunakan oleh orang dengan pada penggunaan Natrium
(NSAID) derivat asam fenil asetat kondisi berikut: diklofenak yakni: radang
yang dipakai untuk mengobati lambung, tukak lambung, nyeri
- Perokok
penyakit reumatik dengan kemampuan perut, mual, pusing, konstipasi,
menekan tanda-tanda dan gejala-gejala - Memiliki penyakit nyeri dada, peningkatan risiko
inflamasi. Kardiovaskular (Serangan terkena serangan jantung dan stroke
Obat ini bekerja dengan cara Jantung, Gagal Jantung
menghentikan produksi zat penyebab Kronis)
rasa sakit. Natrium diklofenak ini - Baru menjalani operasi
biasanya digunakan untuk bypass coroner
menghilangkan rasa sakit akibat
- Tekanan Darah Tinggi
osteoartritis pada sendi tertentu seperti
- Stroke
lutut, pergelangan kaki, kaki, siku,
pergelangan tangan, dan tangan. Jika - Asma
nyeri sendi dirasakan di banyak bagian - Maag atau penyakit
tubuh, bisa digunakan natrium pada lambung (gastritis,
diklofenak oral atau tablet. Selain tukak, GERD, dan
bekerja sebagai antinyeri, OAINS peningkatan asam lambung)
seperti natrium diklofenak juga - Gangguan pada Hati
memiliki efek lain seperti pereda - Gangguan Ginjal
demam dan anti radang.
- Kehamilan dan menyusui

- Anemia

- Gangguan pembekuan darah

- Kebiasaan minum terlalu


banyak alkohol

- Alergi terhadap salisilat obat


NSAID lainnya.
II. ANALISIS DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN

ANALISIS DATA
Nama Pasien : Novan Rizkya Putra
No. RM : 54 – 47 – 31
Ruang Rawat : Ismail II (224)
No. Data Masalah Etiologi
1. Data Subjektif : Nyeri Akut (00132) Agens Cedera Fisik
 Pasien mengeluh nyeri pada luka Post ORIF Klavikula Dextra
(bahu kanan) dan tidak menjalar
 Pasien mengatakan nyerinya cekit- cekit
 Pasien mengatakan nyeri pada skala 7
 Pasien mengatakan nyeri hilang timbul kurang lebih 5- 10 menit

Data Objektif :
 Terdapat luka Post Operasi Reposisi Fraktur Klavikula Dextra
pada bahu kanan
 Terdapat nyeri tekan pada daerah sekitar luka post operasi
 Pasien mengernyitkan dahi, tampak menahan sakit
2. Data Subjektif : Hambatan Mobilitas Fisik Gangguan
 Pasien mgatakan tidak dapat menggerakkan tangan kanannya, (00085) Neuromuskular
karena akan terasa sakit.
 Pasien mengatakan untuk membersihkan diri seperti cuci muka,
gosok gigi, dan sisir rambut perlu bantuan orang lain.
 Pasien mengatakan dalam menggunakan toilet seperti melepas
dan memakai celana, menyiram perlu bantuan orang lain.
 Pasien mengatakan perlu bantuan orang lain dalam berpakaian,
terutama saat memasukkan baju ke leher dan mengancingkan
baju.
 Pasien mengatakan perlu bantuan orang lain saat mandi
Data Objektif :
 Nilai skor Pengkajian Fungsional ADL Barthel Index pada Sdr.
N berjumlah 13, yang bearti Sdr. N ketergantungan sedang.
 Pasien membutuhkan bantuan orang lain untuk menyiapkan
makannya.
 Pasien membutuhkan bantuan orang lain untuk bangun dari
berbaring ke duduk.
 Saat berjalan, pasien butuh bantuan orang lain untuk digandeng.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Novan Rizkya Putra
No. RM : 54 – 47 – 31
Ruang Rawat : Ismail II (224)
No. Diagnosa Keperawatan Tanggal Ditemukan Tanggal Teratasi
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agens Cedera Fisik 09- 05- 2019 11 -05-2019
(00132)
2. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Gangguan 09- 05- 2019 11 -05-2019
Neuromuskular (00085)
III. PERENCANAAN KEPERAWATAN

RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Novan Rizkya Putra
No. RM : 54 – 47 – 31
Ruang Rawat : Ismail II (224)
No. No. Dx Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional
1. 1 Tingkat Nyeri (2102) Manajemen Nyeri (1400) Manajemen Nyeri
Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian nyeri 1. Membantu dalam mengidentifikasi derajat
keperawatan 3 x 24 jam komprehensif yang meliputi lokasi, ketidaknyamanan dan kebutuhan untuk
diharapkan nyeri yang dirasakan karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, keefektifan analgesik.
pasien berkurang, dengan intensitas atau beratnya nyeri, dan 2. Dapat memberikan tindakan yang tepat
kriteria hasil : faktor pencetus. untuk menghidari peningkatan respon nyeri
- Nyeri yang dilaporkan 2. Gali bersama pasien faktor- faktor yang pada klien
menurun dari cukup berat (2) dapat menurunkan atau memperberat 3. Menurunkan reaksi terhadap stimulus dari
menjadi ringan (4). nyeri. luar dan meningkatkan istirahat atau
- Panjang episode (durasi) 3. Kendalikan faktor lingkungan yang relaksasi
nyeri menurun dari cukup dapat mempengaruhi respon pasien 4. Menghidari peningkatan respon nyeri pada
berat (2) menjadi ringan (4). terhadap ketidaknyamanan (misalnya; klien
- Ekspresi wajah nyeri suhu ruangan, pencahayaan, suara 5. Jika kondisi nyeri, keluhan nyeri masih
(menahan sakit) menurun bising). menunjukkan tahap awal, baiknya berikan
dari cukup berat (2) menjadi 4. Kurangi faktor- faktor yang dapat langsung terapi awal pengendalian nyeri
ringan (4). mencetuskan atau meningkatkan nyeri (misalnya: nafas dalam, sehingga akan
- Mengerinyitkan dahi (misalnya; ketakutan, kelelahan, mempermudah proses perawatan
menurun dari sedang (3) keadaan monoton, dan kurang selanjutnya
menjadi tidak ada (5). pengetahuan). 6. Mungkin diperlukan pemberian analgesik
- Ketegangan otot menurun 5. Ajarkan penggunaan teknik non untuk mendukung proses penurunan nyeri.
dari sedang (3) menjadi farmakologi (teknik relaksasi nafas (Prasetyo, 2010)
tidak ada (5). dalam) untuk mengurangi nyeri
sebelum, sesudah, dan jika Manajemen Obat
memungkinkan ketika melakukan 1. Pemberian obat sesuai dengan resep dapat
aktivitas yang dapat menimbulkan mencegah terjadinya kesalahan pemberian
nyeri, dan bersamaan dengan tindakan obat
penurun rasa nyeri lainnya. 2. Dengan mengetahui cara pemberian obat
6. Kolaborasi : Berikan pasien penurun yang sesuai dengan kondisi pasien, dapat
nyeri yang optimal dengan peresepan mempermudah perawat dalam memberikan
analgesik. perawatan
3. Mencegah terjadinya masalah akibat efek
Manajemen Obat (2380) samping obat
1. Tentukan obat apa yang diperlukan, dan 4. Metode pemberian obat yang sesuai dengan
kelola menurut resep dan/atau protokol kondisi pasien dapat mempermudah proses
2. Monitor efektifitas cara pemberian obat perawatan
yang sesuai 5. Agar pasien dan keluarga mengetahui
3. Monitor efek samping obat manfaat obat dan efek sampingnya
4. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai 6. Meningkatkan pengetahuan keluarga
metode pemberian obat yang sesuai tentang pemberian obat yang sesuai dengan
5. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai kondisi pasien
tindakan dan efek samping yang
diharapkan dari obat
6. Berikan pasien dan keluarga informasi
tertulis dan visual untuk meningkatkan
pemahaman tentang pemberian obat
yang sesuai.
2. 2 Setelah dilakukan tindakan Terapi Latihan : Mobilitas Sendi (0224) Terapi Latihan : Mobilitas Sendi
keperawatan 2 x 24 jam 1. Tentukan batasan pergerakan sendi dan 1. Mengetahui kemampuan dan fungsi sendi
diharapkan pasien dapat efeknya terhadap fungsi sendi klien dalam bergerak/ berpindah
menggerakkan sendi- sendi yang 2. Jelaskan pada pasien dan keluarga 2. Meningkatkan pengetahuan dan kesiapan
tidak sakit (selain bahu) secara manfaat dan tujuan melalukan latihan keluarga dalam melakukan latihan sendi
maksimal dengan kriteria hasil : sendi 3. Mencegah timbulnya nyeri selama
- Pasien dapat melakukan 3. Monitor lokasi dan kecenderungan pergerakan / aktivitas
ROM aktif pada jari- jemari adanya nyeri dan ketidaknyamanan 4. Mengetahui seberapa nyeri yang dirasakan
- Pasien dapat melakukan selama pergerakan/ aktivitas pasien sebelum latihan
ROM aktif pada siku 4. Inisiasi pengukuran nyeri sebelum 5. Mengurangi pembengkakan lengan dan
- Pasien dapat melakukan melakukan latihan sendi mencegah kekakuan sendi pada sendi yang
ROM aktif pada pergelangan 5. Lakukan latihan ROM aktif pada sendi sehat (sendi jari- jemari pergelangan tangan,
tangan selain bahu (jari- jemari, pergelangan dan siku)
tangan, dan siku) 6. Meningkatkan pengetahuan pasien dan
Setelah dilakukan perawatan 6. Instruksikan pasien dan keluarga cara keluarga tentang cara melalukan ROM pasif
selama 6 minggu diharapkan melakukan latihan ROM pasif dan dan aktif pada sendi bahu
pasien dapat menggerakkan ROM aktif pada sendi bahu dan dapat 7. Sebagai media penyampaian informasi dan
sendi bahu dengan kriteria hasil : mempraktikannya pada minggu ke-2 mempermudah pasien dan keluarga
Pasien dapat melakukan ROM sampai ke-6 pasca operasi memahami informasi yang disampaikan
pasif dan latihan ROM aktif 7. Sediakan petunjuk tertulis untuk (Cholida, 2017)
pada sendi bahu melakukan latihan

Setelah dilakukan perawatan


selama 12 minggu diharapkan
pasien dapat menggerakkan
sendi bahu dengan kriteria hasil :
- Pasien dapat melakukan
ROM aktif pada bahu dengan
gerakan dan inisiatif sendiri
- Pasien dapat melakukan
ADL secara mandiri
IV. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
CATATAN TINDAKAN
Nama Pasien : Novan Rizkya Putra
No. RM : 54 – 47 – 31
Ruang Rawat : Ismail II (224)
Tanggal No. Dx Jam Tindakan Keperawatan Respon (Evaluasi Formatif) Paraf
9 Mei 1 22.00 1. Mengkaji nyeri pasien secara 1. S : Pasien mengatakan nyeri pada luka
2019 WIB komprehensif yang meliputi lokasi, post operasi di bahu kanan dan
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, tidak menjalar, nyeri terasa cekit-
intensitas atau beratnya nyeri, dan faktor cekit dengan skala 7 dan hilang
pencetus. timbul selama kurang lebih 5 – 10
2. Menggali bersama pasien faktor- faktor menit.
yang dapat menurunkan atau memperberat O : Pasien terlihat mengernyitkan dahi
nyeri. menunjukkan ekspresi nyeri.
3. Mengendalikan faktor lingkungan yang 2. S : Pasien mengatakan akan terasa
dapat mempengaruhi respon pasien lebih nyeri ketika tangan
terhadap ketidaknyamanan (misalnya; digerakkan atau bahu tertekan.
suhu ruangan, pencahayaan, suara bising). O : Pasien terlihat mengernyitkan dahi
4. Mengajarkan penggunaan teknik non dan memejamkan mata ketika
farmakologi (teknik relaksasi nafas dalam) menggerakkan tangan.
untuk mengurangi nyeri sebelum, sesudah, 3. S : Pasien mengatakan tidak menyukai
dan jika memungkinkan ketika melakukan suara bising
aktivitas yang dapat menimbulkan nyeri, O : Pasien tampak lebih nyaman
dan bersamaan dengan tindakan penurun ketika
rasa nyeri lainnya. suhu ruangan tidak panas,
pencahayaan tidak terlalu terang
dan tidak bising.
4. S : Pasien bersedia diajarkan teknik
non farmakologi relaksasi nafas
dalam.
O : Pasien mengikuti instruksi
perawat
saat diajarkan teknik relaksasi
nafas dalam dan terlihat lebih
tenang setelah mempraktikannya.
10 Mei 1 04.00 1. Mengajarkan penggunaan teknik non 1. S : Pasien bersedia diajarkan teknik
2019 WIB farmakologi (teknik relaksasi nafas dalam) non farmakologi relaksasi nafas
untuk mengurangi nyeri sebelum, sesudah, dalam.
dan jika memungkinkan ketika melakukan O : Pasien mengikuti instruksi
aktivitas yang dapat menimbulkan nyeri, perawat
dan bersamaan dengan tindakan penurun saat diajarkan teknik relaksasi
rasa nyeri lainnya. nafas dalam dan terlihat lebih
2. Kolaborasi : Memberikan pasien penurun tenang setelah mempraktikannya.
nyeri yang optimal dengan peresepan 2. S : Pasien mengatakan nyeri saat
analgesik. disuntikkan obat, namun setelah
3. Monitor efektifitas cara pemberian obat beberapa saat pasien mengatakan
yang sesuai nyeri berkurang.
4. Monitor efek samping obat O : Pasien tampak lebih tenang setalah
5. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai diberikan obat analgesik penurun
metode pemberian obat yang sesuai nyeri.
7. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai 3. S : Pasien mengatakan nyeri dapat
tindakan dan efek samping yang Berkurang
diharapkan dari obat O : Pasien tampak lebih tenang setalah
8. Berikan pasien dan keluarga informasi diberikan obat analgesik penurun
tertulis dan visual untuk meningkatkan nyeri.
pemahaman tentang pemberian obat yang 4. S:
sesuai.
10 Mei 2 07.30 1. Tentukan batasan pergerakan sendi dan 1. S : -
2019 WIB efeknya terhadap fungsi sendi O : Pasien tidak dapat menggerakkan
2. Jelaskan pada pasien dan keluarga manfaat sendi bahu, tetapi masih bisa
dan tujuan melakukan latihan sendi menggerakkan siku, pergelangan
3. Monitor lokasi dan kecenderungan adanya tangan, dan jari-jemari.
nyeri dan ketidaknyamanan selama 2. S : Pasien dan keluarga mengatakan
pergerakan/ aktivitas sudah memahami manfaat dan tujuan
4. Inisiasi pengukuran nyeri sebelum melakukan latihan sendi
melakukan latihan sendi O : Pasien dan keluarga tampak
5. Lakukan latihan ROM aktif pada sendi memahami manfaat dan tujuan
selain bahu (jari- jemari, pergelangan melakukan latihan sendi
tangan, dan siku) 3. S : Pasien mengatakan akan terasa
lebih nyeri jika bahunya tertekan
O : Pasien terlihat menahan sakit saat
bahu tertekan
4. S : Pasien mengatakan nyeri pada luka
post operasi di bahu kanan dan tidak
menjalar, nyeri terasa cekit- cekit
dengan skala 6 dan hilang timbul
selama kurang lebih 5 – 10 menit.
O : Pasien terlihat mengernyitkan dahi
menunjukkan ekspresi nyeri.
5. S : Pasien bersedia melakukan latihan
ROM aktif pada sendi selain bahu
(jari- jemari, pergelangan tangan, dan
siku)
O : Pasien dapat melakukan latihan
ROM aktif pada sendi selain bahu
(jari- jemari, pergelangan tangan, dan
siku) dengan baik.
11 Mei 1 05.00 1. Mengajarkan penggunaan teknik non 1. S : Pasien bersedia diajarkan teknik
2019 WIB farmakologi (teknik relaksasi nafas dalam) non farmakologi relaksasi nafas
untuk mengurangi nyeri sebelum, sesudah, dalam.
dan jika memungkinkan ketika melakukan O : Pasien mengikuti instruksi
aktivitas yang dapat menimbulkan nyeri, perawat saat diajarkan teknik
dan bersamaan dengan tindakan penurun relaksasi nafas dalam dan terlihat
rasa nyeri lainnya. lebih tenang setelah
2. Kolaborasi : Memberikan pasien penurun mempraktikannya.
nyeri yang optimal dengan peresepan 2. S : Pasien mengatakan nyeri saat
analgesik. disuntikkan obat, namun setelah
beberapa saat pasien mengatakan
nyeri berkurang.
O : Pasien tampak lebih tenang setalah
diberikan obat analgesik penurun
nyeri.
11 Mei 2 07.30 1. Inisiasi pengukuran nyeri sebelum 1. S : Pasien mengatakan nyeri pada luka
2019 WIB melakukan latihan sendi post operasi di bahu kanan dan tidak
2. Lakukan latihan ROM aktif pada sendi menjalar, nyeri terasa cekit- cekit
selain bahu (jari- jemari, pergelangan dengan skala 4 dan hilang timbul
tangan, dan siku) selama kurang lebih 5 – 10 menit.
O : Pasien terlihat mengernyitkan dahi
menunjukkan ekspresi nyeri.
2. S : Pasien bersedia melakukan latihan
ROM aktif pada sendi selain bahu
(jari- jemari, pergelangan tangan, dan
siku)
O : Pasien dapat melakukan latihan
ROM aktif pada sendi selain bahu
(jari- jemari, pergelangan tangan, dan
siku) dengan baik.
V. EVALUASI KEPERAWATAN
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien : Novan Rizkya Putra
No. RM : 54 – 47 – 31
Ruang Rawat : Ismail II (224)
Tanggal No. Dx Jam Evaluasi Sumatif Paraf
09 Mei 2019 1 22.00 WIB S : Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi di bahu kanan
dan tidak menjalar, nyeri terasa cekit- cekit dengan skala 7 dan
hilang timbul selama kurang lebih 5 – 10 menit.
O : Pasien terlihat mengernyitkan dahi menunjukkan ekspresi nyeri.
A : Nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
- Mengkaji nyeri secara komprehensif
- Mengajarkan teknik non farmakologis relaksasi nafas dalam
- Kolaborasi : Memberikan obat farmakologis yang sesuai
untuk menurunkan nyeri
10 Mei 2019 1 04.00 WIB S : Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi di bahu kanan
menurun menjadi skala 5 dan timbul jika tangan/ bahu bergerak
dan tertekan
O : Ekspresi nyeri yang ditunjukkan pasien menurun (nyeri sedang)
A : Nyeri teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi :
- Mengkaji nyeri secara komprehensif
- Mengajarkan teknik non farmakologis relaksasi nafas dalam
- Kolaborasi : Memberikan obat farmakologis yang sesuai
untuk menurunkan nyeri
10 Mei 2019 2 07.30 WIB S : Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi di bahu kanan
dan tidak menjalar, nyeri terasa cekit- cekit dengan skala 5 dan
hilang timbul jika tangan/ bahu bergerak dan tertekan. Pasien
bersedia melakukan latihan ROM aktif pada sendi selain bahu
(jari- jemari, pergelangan tangan, dan siku)
O : Pasien dapat melakukan latihan ROM aktif pada sendi selain
bahu (jari- jemari, pergelangan tangan, dan siku) dengan baik.
A : Hambatan mobilitas fisik belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
- Inisiasi pengukuran nyeri sebelum melakukan latihan sendi
- Melakukan latihan ROM aktif pada sendi selain bahu (jari-
jemari, pergelangan tangan, dan siku)
11 Mei 2019 1 05.00 WIB S : Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi di bahu kanan
menurun menjadi skala 4 dan timbul jika tangan/ bahu tertekan
O : Ekspresi nyeri yang ditunjukkan pasien menurun (nyeri ringan)
A : Nyeri teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi :
- Mengajarkan teknik non farmakologis relaksasi nafas dalam
- Kolaborasi : Memberikan obat farmakologis yang sesuai
untuk menurunkan nyeri
11 Mei 2019 2 07.30 WIB S : Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi di bahu kanan
dan tidak menjalar, nyeri terasa cekit- cekit dengan skala 4 dan
hilang timbul jika tangan/ bahu tertekan. Pasien bersedia
melakukan latihan ROM aktif pada sendi selain bahu (jari-
jemari, pergelangan tangan, dan siku)
O : Pasien dapat melakukan latihan ROM aktif pada sendi selain
bahu (jari- jemari, pergelangan tangan, dan siku) dengan baik.
A : Hambatan mobilitas fisik belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi :
- Instruksikan pasien dan keluarga cara melakukan latihan
ROM pasif dan ROM aktif pada sendi bahu dan dapat
mempraktikannya pada minggu ke-2 sampai ke-6 pasca
operasi
- Sediakan petunjuk tertulis untuk melakukan latihan
VI. PEMBAHASAN
Seorang laki- laki usia 21 tahun datang ke IGD dalam keadaan sadar dengan
keluhan nyeri pada bahu kanan setelah mengalami kecelakaan lalu lintas. Pasien
didiagnosa mengalami fraktur tertutp klavikula 1/3 tengah kanan. Pasien tidak
memiliki riwayat penyakit sebelumnya, dan tidak ada riwayat penyakit keturunan.
Dari pemeriksaan fisik pada bahu kanan pasien sebelum operasi, tampak
benjolan pada bahu kanan pasien, menandakan adanya diskontinuitas tulang klavikula
1/3 tengah dan didapatkan nyeri tekan pada area tersebut. Pada saat sel saraf rusak
akibat trauma jaringan, maka terbentuklah zat-zat kimia seperti Bradikinin, serotonin,
dll. Kemudian zat-zat tersebut merangsang ujung saraf reseptor nyeri dan rangsangan
tersebut akan dihantarkan ke hypothalamus melalui saraf asenden. Sedangkan di
korteks nyeri akan dipersiapkan sehingga individu mengalami nyeri.
Tata laksana yang dikerjakan adalah reduksi terbuka dan fiksasi interna
(ORIF) yang dilakukan sehari setelah pasien masuk rumah sakit. Setelah itu kembali
dilakukan pengkajian nyeri terhadap pasien, didapatkan hasil pasien mengatakan nyeri
pada luka post operasi dengan skala 7 terasa cekit- cekit dan hilang timbul kurang
lebih 5- 10 menit. Selain itu pasien juga menunjukkan ekspresi nyeri dengan
mengernyitkan dahi dan tampak menhaan sakit, terdapat nyeri tekan pada daerah
sekitar luka post operasi, sehingga diagnosa keperawatan yang muncul adalah Nyeri
Akut berhubungan dengan agens cedera fisik (Operasi ORIF Clavikula Dextra).
Untuk itu tindakan keperawatan yang dilakukan adalah manajemen nyeri termasuk
teknik relaksasi nafas dalam dan manajemen obat untuk mengurangi rasa nyeri yang
dirasakan.
Selain nyeri, dampak yang timbul akibat tindakan operasi adalah berkurangnya
kemandirian pasien dalam melakukan aktivitas sehari- hari, dan menurunnya rentang
gerak pasien serta kekuatan sendi bahu. Dari pengkajian barthel index didapatkan
tingkat ketergantungan pasien sedang (skor13). Sehingga diagnosa keperawatan yang
muncul adalah terhambatnya mobilitas fisik pasien berhubungan dengan gangguan
neuromuskular. Tindakan keperawatan yang dapat diberikan adalah perawatan pasca
operasi dengan terapi latihan mobilitas sendi yang terbagi dalam 3 tahap. Tahap 1
dilakukan 2 x 24 jam pasca operasi diharapkan pasien dapat menggerakkan sendi-
sendi yang tidak sakit (selain bahu) secara maksimal dengan melakukan ROM aktif
pada jari- jemari, siku, dan pergelangan tangan. Tahap 2 dilakukan perawatan selama
2- 6 minggu pasca operasi diharapkan pasien dapat menggerakkan sendi bahu dengan
melakukan latihan ROM aktif pada sendi bahu. Tahap 3 dilakukan perawatan selama
6- 12 minggu pasca operasi diharapkan pasien dapat menggerakkan sendi bahu dan
dapat melakukan ADL secara mandiri dengan melakukan ROM aktif pada bahu
dengan gerakan dan inisiatif sendiri.
Setelah perawatan selama 3x 24 jam didapatkan hasil bahwa nyeri yang
dirasakan pasien dapat berkurang. Pasien mengatakan nyeri pada luka post operasi di
bahu kanan menurun menjadi skala 4 dan timbul jika tangan/ bahu tertekan dan
ekspresi nyeri yang ditunjukkan pasien menurun (nyeri ringan). Sehingga saat pasien
pulang, masih perlu perawatan mandiri dengan pemberian obat farmakologis yang
sesuai untuk mengurangi nyeri dan mempraktikkan teknik relaksasi nafas dalam
ketika nyeri muncul kembali. Untuk massalah hambatan mobilitas fisik, setelah 2x 24
jam dilakukan latihan ROM aktif pada jari- jemari, siku, dan pergelangan tangan,
dapat mengurangi pembengkakan lengan dan mencegah kekakuan sendi pada bagian
sendi yang tidak mengalami masalah. Untuk perbaikan tulang dan sendi yang rusak
sendiri memakan waktu kurang lebih 3 bulan, sehingga perlu dilakukan perawatan
mandiri untuk tahap 2 dan 3 sampai pasien dapat melakukan aktivitasnya kembali
secara mandiri.

Anda mungkin juga menyukai