Instrumen penilaian hasil belajar adalah alat untuk mengetahui kekurangan yang
dimiliki setiap peserta didik atau sekelompok peserta didik. Kekurangan tersebut
harus segera diikuti dengan proses memperbaiki kekurangan dalam aspek hasil
belajar yang dimiliki seorang atau sekelompok peserta didik.
Pengertian Materi Pembelajaran
Keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan sangat tergantung pada
keberhasilan guru merancang materi pembelajaran. Materi Pembelajaran pada
hakekatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari Silabus, yakni perencanaan,
prediksi dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada saat Kegiatan
Pembelajaran.
Agar guru dapat membuat persiapan yang berdaya guna dan berhasil guna,
dituntut memahami berbagai aspek yang berkaitan dengan pengembangan
materi pembelajaran, baik berkaitan dengan hakikat, fungsi, prinsip, maupun
prosedur pengembangan materi serta mengukur efektivitas persiapan tersebut.
3. Prinsip yaitu berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting,
meliputi dalil, rumus, adagium, postulat, paradigma, teorema, serta
hubungan antarkonsep yang menggambarkan implikasi sebab
akibat. Contoh, dalam mata pelajaran Fisika: Hukum Newton tentang gerak,
Hukum 1 Newton, Hukum 2 Newton, Hukum 3 Newton, Gesekan Statis dan
Gesekan Kinetis, dsb.
5. Sikap atau Nilai merupakan hasil belajar aspek sikap, misalnya nilai
kejujuran, kasih sayang, tolong-menolong, semangat dan minat belajar dan
bekerja, dsb. Contoh, dalam mata pelajaran Geografi: Pemanfaatan
lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan, yaitu pengertian
lingkungan, komponen ekosistem, lingkungan hidup sebagai sumberdaya,
pembangunan berkelanjutan.
Sebagai contoh, proses fotosintesis dapat diajarkan di SD, SMP dan SMA, juga
di perguruan tinggi, namun keluasan dan kedalaman pada setiap jenjang
pendidikan tersebut akan berbeda-beda. Semakin tinggi jenjang pendidikan
akan semakin luas cakupan aspek proses fotosintesis yang dipelajari dan
semakin detail pula setiap aspek yang dipelajari. Di SD dan SMP aspek kimia
disinggung sedikit tanpa menunjukkan reaksi kimianya. Di SMA reaksi-reaksi
kimia mulai dipelajari dan di perguruan tinggi reaksi kimia dari proses
fotosintesis semakin diperdalam.
Cakupan atau ruang lingkup materi perlu ditentukan untuk mengetahui apakah
materi yang akan diajarkan terlalu banyak, terlalu sedikit, atau telah memadai
sehingga terjadi kesesuaian dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai.
Misalnya dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas XI, salah satu
kompetensi dasar yang harus dicapai peserta didik adalah ” Menulis surat
dagang dan surat kuasa“. Setelah diidentifikasi, ternyata materi
pembelajaran untuk mencapai kemampuan tersebut termasuk jenis
prosedur. Jika kita analisis, secara garis besar cakupan materi yang harus
dipelajari peserta didik agar mampu membuat Surat Dagang sekurang-
kurangnya meliputi: (1) jenis surat niaga, (2) jenis perjanjian jual beli dan
surat kuasa, (3) menulis surat perjanjian jual – beli dan surat kuasa sesuai
dengan keperluan , (4) surat perjanjian jual – beli dan surat berdasarkan
struktur kalimat dan EYD.
a. Pendekatan prosedural.
Urutan materi pembelajaran secara prosedural menggambarkan langkah-
langkah secara urut sesuai dengan langkah-langkah melaksanakan suatu
tugas. Misalnya langkah-langkah: dalam menelpon, dalam
mengoperasikan peralatan kamera video, cara menginstalasi program
computer, dan sebagainya.
b. Pendekatan hierarkis
Urutan materi pembelajaran secara hierarkis menggambarkan urutan
yang bersifat berjenjang dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah.
Materi sebelumnya harus dipelajari dahulu sebagai prasyarat untuk
mempelajari materi berikutnya.
Perlu diingat bahwa tidaklah tepat jika seorang guru hanya bergantung pada
satu jenis sumber sebagai satu-satunya sumber belajar. Sumber Belajar adalah
rujukan, artinya dari berbagai sumber belajar tersebut seorang guru harus
melakukan analisis dan mengumpulkan materi yang sesuai untuk dikembangkan
dalam bentuk bahan ajar. Di samping itu, kegiatan pembelajaran bukanlah
usaha mengkhatamkan (menyelesaikan) keseluruhan isi suatu buku, tetapi
membantu peserta didik mencapai kompetensi. Karena itu, hendaknya guru
menggunakan sumber belajar maupun Bahan Ajar secara bervariasi, untuk
pengembangan bahan ajar dapat berpedoman dengan panduan pengembangan
bahan ajar yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan SMA.
Cara yang paling mudah untuk menentukan jenis materi pembelajaran yang
akan dibelajarkan adalah dengan cara mengajukan pertanyaan tentang
kompetensi dasar yang harus dikuasai peserta didik. Dengan mengacu pada
kompetensi dasar, kita akan mengetahui apakah materi yang harus kita
belajarkan berupa fakta, konsep, prinsip, prosedur, aspek sikap, atau
keterampilan motorik.
Penilaian hasil belajar siswa dalam pendidikan di lembaga sekolah bertujuan untuk:
Prinsip penilaian pendidikan di lembaga sekolah bertolak dari 9 prinsip berikut ini;
1.Sahih
Penilaian hasil belajar siswa dikatakan sahih apabila didasarkan pada data yang
mencerminkan kemampuan yang diukur pada peserta didik. Penilaian dapat
mengukur apa yang hendak diukur pada peserta didik.
2.Objektif
Penilaian pendidikan tidak dapat melalui terkaan atau perkiraan semata melainkan
menggunakan prosedur dan kriteria penilaian yang jelas. Bukan berdasar pada
unsur subjektivitas pelaksana penilaian.
3.Adil
Prinsip penilaian adil berarti penilaian hasil belajar peserta didik tidak
meguntungkan atau merugikan peserta didik karena perbedaan latar belakang
sosial, budaya ataupun karena berkebutuhan khusus.
4.Terpadu
Penilaian oleh guru dilakukan secara terpadu dalam kegiatan pembelajaran yang
meliputi aspek sikap, pengetahuan dan keterampilan.
5.Terbuka
Prinsip penilaian hasil beserta didik didasarkan pada prinsip terbuka. Sistem
penilaian, baik prosedur, kriteria maupun dasar pengambilan keputusan dapat
diketahui secara transparan oleh semua pihak yang berkepentingan dengan
penilaian hasil belajar siswa.
6.Menyeluruh
Penilaian hasil hasil belajar siswa dilakukan secara menyeluruh dalam berbagai
aspek kompetensi untuk mengetahui perkembangan peserta didik melalui berbagai
teknik penilaian.
7.Berkesinambungan
Penilaian terhadap peserta didik dilakukan secara berkelanjutan.sehingga dapat
memantau kemampuan perkembangan siswa.
8.Sistematis
Sistem penilaian terhadap hasil belajar siswa dilakukan secara berencana dan
bertahap dengan mengikuti prosedur dan tahap-tahap yang sudah ditetapkan
dalam kurikulum.
9.Acuan
Penilaian dilakukan berdasarkan kriteria dan acuan pada ukuran pencapaian
kompetensi dasar yang ditetapkan dalam kurikulum.
10..Akuntabel
Prinsip penilaian hasil belajar siswa yang terakhir adalah akuntabel. Akuntabel
artinya penilaian hasil belajar siswa dapat dipertanggungjawabkan baik dari segi
teknik, prosedur penilaian maupun hasil penilaian
Prinsip Penilaian
Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
2. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas dan
tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.
3. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena
berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat
istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.
4. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang
tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.
Standar Penilaian Pendidikan yang relevan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah meliputi :
b. ujian, ulangan, dan/atau penugasan untuk mengukur aspek kognitif peserta didik.
Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi
diukur melalui ulangan, penugasan, dan/atau ben- tuk lain yang sesuai dengan
karakteristik materi yang dinilai. Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran
estetika dilakukan melalui pengamatan terhadap perubahan perilaku dan sikap
untuk menilai perkembangan afeksi dan ekspresi psikomotorik peserta didik.
Penilaian hasil belajar kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan
dilakukan melalui :
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan merupakan peni- laian akhir yang
dilakukan oleh satuan pendidikan untuk menen- tukan kelulusan peserta didik,
dengan mempertimbangkan hasil penilaian peserta didik oleh pendidik. Penilaian
tersebut bertujuan untuk menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk se-
mua mata pelajaran, yang dilakukan melalui Ujian Sekolah (US). Peserta didik yang
mengikuti Ujian Sekolah harus mendapatkan nilai sama atau lebih besar dari nilai
batas ambang kompetensi yang dirumuskan oleh BSNP.
3. Menyusun Jadwal
Walapun pembelajaran berbasis proyek memberikan keleluasaan kepada siswa
untuk berkreasi menentukan bagaimana proyek mereka dibuat dan dilaksanakan,
mereka tetap harus membuat sebuah penjadwalan yang menjaga agar proyek
dapat terselesaikan secara baik dengan menggunakan waktu yang efektif. Di sinilah
kemampuan berpikir siswa juga dilatih untuk kritis dan pandai memperkirakan hal-
hal apa yang perlu mereka lakukan untuk persiapan, pembuatan, hingga proyek
mereka dapat terselesaikan tanpa harus molor dari batas waktu yang ditetapkan
oleh guru.
Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam Kurikulum 2013 memiliki
tahapan sebagai berikut:
Pada tahap ini, guru harus menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas yang
akan dilakukan agar peserta didik tahu apa tujuan utama pembelajaran, apa
permasalahan yang akan dibahas, bagaimana guru akan mengevaluasi proses
pembelajaran. Hal ini untuk memberi konsep dasar kepada peserta didik. Guru
harus bisa memberikan motivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan
masalah yang dipilih.
Pada tahap ini, guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya, melaksanakan eksperimen, menciptakan dan membagikan
ide mereka sendiri untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Pada tahap ini guru membantu peerta didik dalam menganalisis data yang telah
terkumpul pada tahap sebelumnya, sesuaikah data dengan masalah yang telah
dirumuskan, kemudian dikelompokkan berdasarkan kategorinya. Peserta didik
memberi argumen terhadap jawaban pemecahan masalah. Karya bisa dibuat dalam
bentuk laporan, video, atau model.
5.Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pada tahap ini, guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan
aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya. Guru dan peserta
didik menganalisis dan mengevaluasi terhadap pemecahan masalah yang
dipresentasikan setiap kelompok.
1. Stimulation (Stimulus)
Menyajikan bahan kajian di awal, contoh berupa potensi daerah setempat yang
berkaitan dengan konsep geografi.
2. Problem Statement (Identifikasi Masalah)
Mengidentifikasi potensi daerah satu per satu.
3. Data Collecting (Mengumpulkan data)
Mencari dan mengumpulkan data tentang potensi daerah setempat dari sumber lain
(internet, observasi atau majalah dll).
4. Data Processing (Mengolah data)
Upaya mengolah potensi daerah setempat melalui berbagai sumber
referensi/waawncara pakar ahli.
5. Verification (Memverivikasi)
Membandingkan hasil diskusi antar kelompok untuk mendapatkan informasi dan
solusi terbaik dalam memajukan potensi daerah
6. Generalization (Menyimpulkan)
Menyimpulkan hasil diskusi dari kajian potensi daerah setempat.
Jadi model discovery learning di atas membuat siswa menemukan hal baru
terhadap suatu fenomena dan bagaimana tindak lanjut kedepannya. Dalam hal ini
kajian yang dibahas tentnag potensi daerah. Tentu setiap daerah punya potensi
masing-masing dan harus dicari untuk menemukan gambaran pengembangan ke
depannya. Di akhir sesi, siswa bisa diminta membuat poster atau power point atau
kliping yang memuat materi tersebut.
Langkah 6. Menyimpulkan
Pada akhir langkah model pembelajaran inkuiri, siswa kemudian akan dapat
membuat kesimpulan mereka masing-masing tentang hasil pengujian hipotesis
yang telah dilakukan. Bisa saja dari pembelajaran yang baru mereka lakukan
mereka ternyata mendapati bahwa informasi lama yang telah mereka sebenarnya
informasi yang keliru, atau dapat pula sebaliknya, di mana informasi baru yang
mereka peroleh semakin memperkuat informasi yang telah mereka miliki itu. Atau
dengan kata lain, mereka dapat lebih dalam memahami hal tersebut dibanding
sebelumnya.
Proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri ini
memungkinkan siswa mempunyai kedalaman pemahaman akan suatu hal yang
mereka pelajari, dan ini terjadi secara kontruktif di mana mereka membangun
sendiri pengetahuan baru di atas fondasi pengetahuan yang sebelumnya telah
mereka punyai.