PENDAHULUAN
atas (Hardywinoto dan Setiabudhi, 1999). Pada lanjut usia akan terjadi proses
bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi. Karena itu di
dalam tubuh akan menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut
episode terminal.
Mempertahankan mobilitas optimal sangat penting untuk kesehatan mental dan fisik
semua lansia.
Imobilitas, intoleransi aktivitas, dan sindrom disuse sering terjadi pada lansia.
Sekitar 43% lansia telah diidentifikasi memiliki gaya hidup kurang gerak yang turut
Awitan imobilitas atau intoleransi aktivitas untuk sebagian besar orang tidak
terjadi secara tiba-tiba, bergerak dari mobilitas penuh sampai ketergantungan fisik
1
total atau ketidakaktifan, tetapi lebih berkembang secara perlahan dan tanpa disadari.
Intervensi yang dapat dilakukan yaitu dengan diarahkan pada pencegahan ke arah
yang berkelanjutan akan menurun jika penurunan imobilitas tidak di atasi atau
1.3 Tujuan
2. Menjelaskan etiologi
2
1.4 Manfaat
keperawatan pada lansia dengan gangguan aktivitas dan dapat lebih banyak
ada di masyarakat.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan
Aktivitas sebagai salah satu tanda bahwa seseorang itu dalam keadaan sehat.
Kemampuan aktivitas seseorang itu tidak terlepas dari keadekuatan system persarafan
dan musculoskeletal.
kemampuan untuk mobilisasi secara mandiri. Gangguan mobilisasi dapat terjadi pada
semua tingkatan umur, yang beresiko tinggi terjadi gangguan mobilisasi adalah orang
4
2.2 Etiologi
penyebab imobilitas yang unik pada orang-orang yang di imobilisasi. Semua kondisi
penyakit dan rehabilitasi melibatkan beberapa derajat imobilitas. Ada bebetapa faktor
a) Faktor Internal
adalah:
5
3. Nyeri
Nyeri dengan penyebab yang multiple dan bervariasi seperti penyakit kronis
dan trauma.
4. Defisit perseptual
6. Jatuh
8. Aspek psikologis
b) Faktor Eksternal
Banyak faktor eksternal yang mengubah mobilitas pada lansia. Faktor tersebut
institusional.
1. Program terapeutik
restrain.
6
Tirah baring dapat dianjurkan atau merupakan akibat dari penanganan
berlebihan dari jaringan yang cedera, dan meminimalkan efek gravitasi. Tirah
psikologis lain.
Tingkat mobilitas dan pola perilaku dari kelompok teman sebaya klien
tentang status mobilitas pada penghuni panti jompo, mereka yang dapat
berjalan dianjurkan untuk menggunakan kursi roda karena anggapan para staf
3. Karakteristik staf
7
staf yang adekuat dengan suatu komitmen untuk menolong lansia
imobilitas.
5. Hambatan-hambatan
yang licin, dan tidak adekuatnya sandaran untuk kaki. Sering kali, rancangan
arsitektur rumah sakit atau panti jompo tidak memfasilitasi atau memotivasi
6. Kebijakan-kebijakan institusi
mobilitas.
8
2.3 Dampak Masalah pada Lansia
yang hamper sama dengan proses penuaan, oleh karena itu memperberat efek ini.
contoh, setelah masa dewasa awal terdapat penurunan kekuatan yang jelas dan
Oleh karena itu, kompetensi fisik seorang lansia mungkin berada pada atau
dekat tingkat ambang batas untuk aktivitas mobilitas tertentu. Perubahan lebih lanjut
NO EFEK HASIL
1. Penurunan konsumsi oksigenIntoleransi ortostatik
maksimum
9
Sinkop
Atrofi muskular
residual
Penurunan PO2
Peningkatan pH
10
12. Penurunan cairan tubuh total Penurunan volume plasma
Perubahan kognisi
Perubahan persepsi
2.5 Penatalaksanaan
1) Pencegahan primer
Pencegahan primer merupakan proses yang berlangsung sepanjang
yang buruk)
- Depresi gangguan tidur
- Kurangnya transportasi dan kurangnya dukungan.
11
- Hambatan lingkungan termasuk kurangnya tempat yang aman untuk
sebagai sesuatu yang lebih penting bagi kaum pria daripada wanita.
teratur dalam melakukan bentuk aktif dari rekreasi santai yang dapat
lengkap dan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter atau praktisi
keperawatan.
1. Aktivitas sat ini dan respon fisiologis denyut nadsi sebelum, selama
khusus).
3. Kesulitan yang dirasakan.
4. Tujuan dan pentingnya lathan yang dirasakan.
5. Efisiensi latihan untuk dirisendiri (derajat keyakinan bahwa seseorang
akan berhasil)
6. Keamanan
12
Ketika program latihan spesifik telah diformulasikan dan diterima
yang terlalu keras sama pentingnya dengan memilih aktivitas yang tepat.
2) Pencegahan Sekunder
Spiral menurun yang terjadi akibat aksaserbasi akut dari imobilitas
3) Penatalaksanaan terapeutik
Pengobatan terapeutik ditujukan kearah perawatan penyakit atau
kesakitan yang dihasilkan atau yang turut berperan terhadap masalah imobilitis
13
BAB 3
3.1 Pengkajian
a) Anamnesa
1. Data demografi
- Usia
- Jenis kelamin
- Pendidikan
- Status perkawinan
- Pekerjaan
- Pendapatan
2. Riwayat kesehatan
aktivitas dan latihan adalah rasa nyeri, lemas, pusing, mengeluh sakit
kepala berat, badan terasa lelah, muntah tidak ada, mual ada, bab belum
lancar terdapat warna kehitaman dan merah segar hari belum bab, urine
sehingga nantinya bisa ditentukan kekuatan yang terjadi dan bagian tubuh
14
mana yang terkena. Selain itu, dengan mengetahui mekanisme terjadinya
selam sakit
selam sakit
0 : Mandiri
1 : Di bantu sebagian
15
2 : Di bantu orang lain
Aktifitas 0 1 2 3 4
Makan √
Mandi √
Berpakaian √
Eliminasi √
Mobilisasi ditempat tidur √
Berpindah √
Ambulansi √
Naik tangga √
Ditanyakan :
2. Sonambolisme
Ditanyakan :
2. Makanan kesukaan
Pola Eliminasi
2. Nyeri
3. Kuantitas
1. Gambaran diri
2. Identitas diri
3. Peran diri
4. Ideal diri
5. Harga diri
Pola Koping
2. Dukungan keluarga
1. Persepsi keyakinan
c) Pemeriksaan Fisik
1. Kemunduran musculoskeletal
otot; rentang gerak sendi; dan kekuatan skeletal. Pengkajian fungsi secara
intervensi.
17
2. Kemunduran kardiovaskuler
dan sinkop.
3. Kemunduran Respirasi
perkusi, bunyi napas, dan gas arteri mengindikasikan adanaya perluasan dan
4. Perubahan-perubahan integument
eritema yang tidak teratur dan didefinisikan sangat buruk di atas tonjolan
tulang yang tidak hilang dalam waktu 3 menit setelah tekanan dihilangkan.
fisik berupa berkemih sedikit dan sering, distensi abdomen bagian bawah, dan
18
termasuk pernyataan ketidakmampuan untuk berkemih dan tekanan atau nyeri
6. Perubahan-perubahan Gastrointestinal
abdomen bagian bawah, rasa penuh, tekanan. Pengosonganh rectum yang tidak
sakit kepala.
d) Faktor-faktor lingkungan
dalam rumah, kamar mandi tanpa pegangan, karpet yang lepas, penerangan yang
tidak adekuat, tangga yang tinggi, lantai licin, dan tempat duduk toilet yang
terhadap mobilitas termasuk jalan koridor yang terhalang, tempat tidudan posisi
yang tinggi, dan cairan pada lantai. Identifikasi dan penghilangan hambatan-
e) Faktor Psikososial
1. Perubahan status psikososial klien biasa terjadi lambat dan sering diabaikan
tenaga kesehatan.
19
6. Observasi dasar perilaku klien sehari-hari
1. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan bed rest atau imobilitas, mobilitas yang
pemasangan traksi.
kognitif.
gangguan kognitif.
20
Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Asuhan Managemen Energi
keperawatan selama …. x 24 - Tentukan penyebab keletihan:
jam : :nyeri, aktifitas, perawatan ,
- Klien mampu mengidentifikasi pengobatan
aktifitas dan situasi yang - Kaji respon emosi, sosial dan
menimbulkan kecemasan yang spiritual terhadap aktifitas.
berkonstribusi pada intoleransi - Evaluasi motivasi dan keinginan
aktifitas. klien untuk meningkatkan
- Klien mampu berpartisipasi aktifitas.
dalam aktifitas fisik tanpa - Monitor respon kardiorespirasi
disertai peningkatan TD, N, RR terhadap aktifitas : takikardi,
dan perubahan ECG disritmia, dispnea, diaforesis,
- Klien mengungkapkan secara pucat.
verbal, pemahaman tentang - Monitor asupan nutrisi untuk
kebutuhan oksigen, pengobatan memastikan ke adekuatan
dan atau alat yang dapat sumber energi.
meningkatkan toleransi - Monitor respon terhadap
terhadap aktifitas. pemberian oksigen : nadi, irama
- Klien mampu berpartisipasi jantung, frekuensi Respirasi
dalam perawatan diri tanpa terhadap aktifitas perawatan
bantuan atau dengan bantuan diri.
minimal tanpa menunjukkan - Letakkan benda-benda yang
kelelahan sering digunakan pada tempat
yang mudah dijangkau
- Kelola energi pada klien dengan
pemenuhan kebutuhan
makanan, cairan, kenyamanan /
digendong untuk mencegah
tangisan yang menurunkan
energi.
- Kaji pola istirahat klien dan
adanya faktor yang
menyebabkan kelelahan.
Terapi Aktivitas
- Bantu klien melakukan ambulasi
yang dapat ditoleransi.
- Rencanakan jadwal antara
aktifitas dan istirahat.
- Bantu dengan aktifitas fisik
teratur : misal: ambulasi,
berubah posisi, perawatan
personal, sesuai kebutuhan.
- Minimalkan anxietas dan stress,
dan berikan istirahat yang
adekuat
- Kolaborasi dengan medis untuk
pemberian terapi, sesuai
indikasi
22
Defisit perawatan diri Setelah dilakukan asuhan Bantuan Perawatan Diri: Mandi,
keperawatan selama... x24 jm higiene mulut, penil/vulva,
Klien mampu : rambut, kulit
- Melakukan ADL mandiri : - Kaji kebersihan kulit, kuku,
mandi, hygiene mulut ,kuku, rambut, gigi, mulut, perineal,
penis/vulva, rambut, anus
berpakaian, toileting, makan- - Bantu klien untuk mandi,
minum, ambulasi tawarkan pemakaian lotion,
- Mandi sendiri atau dengan perawatan kuku, rambut, gigi
bantuan tanpa kecemasan dan mulut, perineal dan anus,
- Terbebas dari bau badan dan sesuai kondisi
mempertahankan kulit utuh - Anjurkan klien dan keluarga untuk
- Mempertahankan kebersihan melakukan oral hygiene sesudah
area perineal dan anus makan dan bila perlu
- Berpakaian dan melepaskan - Kolaborasi dgn Tim Medis / dokter
pakaian sendiri gigi bila ada lesi, iritasi,
- Melakukan keramas, bersisir, kekeringan mukosa mulut, dan
bercukur, membersihkan kuku, gangguan integritas kulit.
berdandan Bantuan perawatan diri :
- Makan dan minum sendiri, berpakaian
meminta bantuan bila perlu - Kaji dan dukung kemampuan
- Mengosongkan kandung klien untuk berpakaian sendiri
kemih dan bowel - Ganti pakaian klien setelah
personal hygiene, dan pakaikan
pada ektremitas yang sakit/
terbatas terlebih dahulu,
Gunakan pakaian yang longgar
- Berikan terapi untuk mengurangi
nyeri sebelum melakukan
aktivitas berpakaian sesuai
indikasi
Bantuan perawatan diri : Makan-
minum
- Kaji kemampuan klien untuk
makan : mengunyah dan
menelan makanan
- Fasilitasi alat bantu yg mudah
digunakan klien
- Dampingi dan dorong keluarga
untuk membantu klien saat
makan
Bantuan Perawatan Diri:
Toileting
- Kaji kemampuan toileting: defisit
sensorik
(inkontinensia),kognitif(menahan
untuk toileting), fisik (kelemahan
fungsi/ aktivitas)
- Ciptakan lingkungan yang
aman(tersedia pegangan
dinding/ bel), nyaman dan jaga
privasi selama toileting
- Sediakan alat bantu (pispot,
urinal) di tempat yang mudah
dijangkau
- Ajarkan pada klien dan keluarga
untuk melakukan toileting secara
teratur
23
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
24
Aktivitas adalah suatu energy atau keadaan bergerak dimana manusia
memerlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan
dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan system
penyebab imobilitas yang unik pada orang-orang yang di imobilisasi. Semua kondisi
imobilitas. Perubahan yang berhubungan dengan usia disertai dengan penyakit kronis
hamper sama dengan proses penuaan, oleh karena itu memperberat efek ini.
DAFTAR PUSTAKA
Wartonah, Tarwoto. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan Edisi
25
Wilkinson M. Judith. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi
http://satyaexcel.blogspot.com/2012/07/laporan-pendahuluan-kebutuhan-
Stanley, Mickey & Patricia gauntiett beare. 2006. Buku Ajar Keperawaan Gerontik
26