Degradasi Lahan Dan Dampaknya Terhadap
Degradasi Lahan Dan Dampaknya Terhadap
I. Pendahuluan
Sumberdaya lahan merupakan sumberdaya yang menjadi andalan dalam aktivitas sosial ekonomi masyarakat terutama di
negara berkembang. Namun sumberdaya lahan bukanlah sumberdaya yang lestari. Sumberdaya lahan mengalami perubahan baik
karena proses alami maupun aktivitas manusia. Perubahan karena proses alami disebabkan oleh perubahan permukaan bumi akibat
berlangsungnya geomorfologis. Proses geomorfologis yang berlangsung akan berdampak baik langsung maupun tidak langsung
terhadap kondisi fisikal permukaan bumi. Proses geomorfologis mengakibatkan turunnya kualitas dan daya dukung lahan yang
selanjutnya akan menyebabkan degdarasi lahan. Sementara itu degradasi lahan yang disebabkan oleh aktivitas manusia terjadi
akibat akibat pemanfaatan lingkungan oleh manusia yang tidak memerhatikan keseimbangan lingkungan. Barrow (1991)
mendefinisikan degradasi lahan sebagai hilangnya atau berkurangnya kegunaan atau potensi kegunaan lahan untuk mendukung
kehidupan. kehilangan atau perubahan kenampakkan tersebut menyebabkan fungsinya tidak dapat diganti oleh yang lain.
Degradasi lahan kini saat ini meningkat pesat dan meluas, sehingga menjadi salah satu permasalahan dunia yang sangat serius.
Menurut sebuah laporan baru yang dirilis oleh Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia PBB (FAO), United Nations Environment
Programme dan World Soil Information (ISRIC) menyatakan bahwa lebih dari 20 % dari seluruh area budidaya, 30 % hutan dan 10 %
padang rumput sedang memburuk. Sekitar 22 % lahan yang terdegradasi berada di wilayah arid, sementara 78 % berada di wilayah
humid (FAO, 2008).
Degradasi lahan juga menjadi salah satu permasalahan di Indonesia. Berdasarkan statistik kehutanan, luas hutan Indonesia
telah menyusut dari 130,1 juta ha (67,7 % dari luas daratan) pada tahun 1993 menjadi 123,4 juta ha (64,2 % dari luas daratan) pada
tahun 2001. Penyusutan ini disebabkan oleh penjarahan hutan, kebakaran, dan konversi untuk kegiatan lain seperti pertambangan,
pembangunan jalan, dan permukiman. Sekitar 35 % dari hutan produksi tetap seluas 35 juta ha juga rusak berat. Hutan yang dapat
dikonversi kini tinggal 16,65 juta ha. Apabila dengan laju konversi tetap seperti saat ini maka dalam waktu 25 tahun areal hutan
konversi akan habis. Saat ini laju deforestasi hutan Indonesia diperkirakan sekitar 1,6 juta hektar per tahun (Dephut, 2009).
Sementara itu BPLDH Jawa Barat (2003) melaporkan terjadinya peningkatan kerusakan hutan baik hutan pegunungan maupun
hutan pantai. Selama periode 1994-2000 telah terjadi penyimpangan terhadap pemanfaatan kawasan lindung di Propinsi Jawa Barat
sekitar 12,9 %. Kondisi terbesar dari penyimpangan tersebut terutama disebabkan adanya alih fungsi pada kawasan hutan dan
kawasan resapan air. Pada kurun waktu tersebut terjadi pengurangan hutan lindung berkurang sekitar 106.851 ha (24 %), sementara
hutan produksi berkurang sekitar 130.589 ha (31 %). Pesawahan dalam periode ini telah diubah menjadi lahan bukan pesawahan
seluas kurang lebih 165 903 ha (17 %). Wilayah hutan yang sebelumnya 791.571 ha (22 % dari daratan Jawa Barat) ternyata
penutupan vegetasi hutannya tinggal 9 % atau sekitar 323.802 ha pada tahun 2000. Hutan mangrove telah mengalami kerusakan
berat akibat konversi menjadi area pertambakan, permukiman, pertanian, industri dan pariwisata. Kondisi ini diikuti dengan
bertambahnya luas lahan kritis. Dampak lanjutan dari kerusakan ini adalah terjadinya degradasi lahan yang disebabkan oleh erosi.
Degradasi lahan akan berdampak baik bagi manusia dan mahluk hidup lainnya. Degradasi lahan akan mengakibatkan penurunan
produktivitas, migrasi, ketidakamanan pangan, bahaya bagi sumberdaya dan ekosistem dasar, serta kehilangan biodiversitas melalui
perubahan habitat baik pada tingkat spesies maupun genetika. Selain itu degradasi lahan akan berdampak pada kehidupan sosial
ekonomi masyarakat yang bergantung pada lahan sebagai sumber penghidupannya berupa meningkatnya angka kemiskinan. FAO
memperkirakan bahwa 1,5 miliar penduduk, atau sekitar seperempat dari populasi dunia, secara langsung bergantung pada lahan
yang kini sedang terdegradasi (FAO, 2008).
Tujuan penulisan ini adalah untuk mempelajari hubungan antara degradasi lahan dengan kemiskinan masyarakat.
IV. Penutup
Upaya penanggulangan degradasi lahan dengan mempertahankan lahan memerlukan kesadaran politik, karena dengan
penanggulangan degradasi lahan merupakan entry point untuk pengentasan kemiskinan dan perlindungan ekosistem. Pembuat
kebijakan dan institusi baik pada tingkat lokal, regional, dan nasional harus berkerja sama dalam meningkatkan kesadaran akan
pentingnya kelestarian dan ketahanan sumberdaya lahan. Dengan mempertahankan sumberdaya lahan, maka kehidupan manusia
dapat diperbaiki dan masa depan dunia dapat diselamatkan. Oleh karena itu ”Melindungi Lahan Sama dengan Menjaga Masa Depan
Kita Bersama”.
Referensi
Barrow, C.J. 1991. Land Degradation. Development and Breakdown of Terrestrial Environments. Cambridge University Press.
Cambridge.
BPLHD Jabar. 2003. Laporan Status Lingkungan. http//www.bplhd-jabar.go.id.
Dariah, A.R. 2007. Dampak Pertumbuhan Ekonomi dan Kemiskinan terhadap Degradasi Lingkungan di Jawa Barat. Disertasi
Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor (Tidak Dipublikasikan).
Departemen Kehutanan. 2009. Hari Penanggulangan Degradasi Lahan dan Kekeringan Sedunia Tanggal 17 Juni
2009.http://www.dephut.go.id.
Departemen Kehutanan. 2000. Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial. http://www.dephut.go.id.
FAO. 2008. FAO : Degradasi Lahan Meningkat. http://www.fao.org .
Karmellia, R. 2006. Rehabilitasi Lahan Kritis dengan Pendekatan Ekobisnis di Kabupaten Bogor. Tesis Magister Sains. Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Munawar, A. 2010. Bahan Kuliah Konservasi dan Rehabilitasi Habitat. Program Pasac Sarjana Pengelolaan Sumberdaya Alam dan
Lingkungan Universitas Bengkulu.
Kartodiharjo, H. dan Supriono, A. 2000. Dampak Pembangunan Sektoral terhadap Konversi dan Degradasi Hutan Alam : Kasus
Pembangunan HTI dan Perkebunan di Indonesia. Occasional Paper CIFOR 26(1) : 1 – 14.
Rifardi. 2008. Degradasi Ekologi Sumberdaya Hutan dan Lahan (Studi Kasus Hutan Rawa Gambut Semenanjung Kampar Propinsi
Riau). Jurnal Bumi Lestari 8(2) : 145 – 154.
Siradz, S.A. 2006. Degradasi Lahan Persawahan Akibat Produksi Biomassa di Jogjakarta. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan
(6(1) : 47 – 51.
Advertisements