Anda di halaman 1dari 19

A.

Pengertian Bencana Alam


Bencana alam (bahasa Inggris: Natural disaster), adalah suatu peristiwa alam yang
mengakibatkan dampak besar bagi populasi manusia.[1] Peristiwa alam dapat berupa banjir,
letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami, tanah longsor, badai salju, kekeringan, hujan
es, gelombang panas, hurikan, badai tropis, taifun, tornado, kebakaran liar dan wabah
penyakit.[2] Beberapa bencana alam terjadi tidak secara alami.[2] Contohnya adalah
kelaparan, yaitu kekurangan bahan pangan dalam jumlah besar yang disebabkan oleh
kombinasi faktor manusia dan alam.[2] Dua jenis bencana alam yang diakibatkan dari luar
angkasa jarang mempengaruhi manusia, seperti asteroid dan badai matahari.[2]

B. Bencana Alam Yang Disebabkan Oleh Air


Di samping memiliki manfaat yang penting dan beragam, air sering kita jumpai membawa
masalah bahkan bencana. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal itu terjadi, antara lain
mekanisme pada alam yang tidak dipahami atau diantisipasi dengan baik oleh manusia, tetapi
pada umumnya terjadi karena ulah manusia sendiri. Bencana banjir yang sering terjadi di
berbagai wilayah, baik di perkotaan, perkampungan, maupun di pedesaan, antara lain karena
penebangan hutan di sekitar hulu sungai, penutupan permukaan tanah dengan beton-beton
sehingga air tak mampu meresap ke dalam tanah, kebiasaan buruk membuang sampah-
sampah plastik dan sejenisnya di sembarang tempat, dan sebagainya.
Macam macam bencana alam yang disebabkan oleh air, yaitu :
1. Bencana Alam Banjir

Banjir adalah bencana alam yang diakibatkan oleh curah hujan yang cukup tinggi
dengan tidak diimbangi dengan saluran-saluran pembuangan air yang memadai,
sehingga banjir dapat merendam berbagai wilayah-wilayah yang cukup luas.

Pada umumnya banjir terjadi karena luapan sungai yang tidak mampu
menghadang derasnya air yang datang sehingga menyebabkan jebolnya sistem
perairan disuatu daerah.
Banjir juga diakibatkan oleh manusia itu sendiri karena membuang sampah
sembarangan ke saluran-saluran pembuangan air dan menebang pohong-pohon
secara liar, pohon bermanfaat sebagai penyerap air dikala datangnya hujan.

Banjir di Pacitan, Jawa Timur 2017


2. Bencana alam tsunami
Tsunami (bahasa Jepang: 津波; tsu = pelabuhan, nami = gelombang, secara
harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan") adalah perpindahan badan air yang
disebakan oleh perubahan permukaan laut secara vertikal dengan tiba-tiba.
Perubahan permukaan laut tersebut bisa disebabkan oleh gempa bumi yang
berpusat di bawah laut, letusan gunung berapi bawah laut, longsor bawah laut,
atau hantaman meteor di laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke segala
arah. Tenaga yang dikandung dalam gelombang tsunami adalah tetap terhadap
fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut dalam, gelombang tsunami dapat
merambat dengan kecepatan 500–1000 km per jam. Setara dengan kecepatan
pesawat terbang. Ketinggian gelombang di laut dalam hanya sekitar 1 meter.
Dengan demikian, laju gelombang tidak terasa oleh kapal yang sedang berada di
tengah laut. Ketika mendekati pantai, kecepatan gelombang tsunami menurun
hingga sekitar 30 km per jam, namun ketinggiannya sudah meningkat hingga
mencapai puluhan meter. Hantaman gelombang Tsunami bisa masuk hingga
puluhan kilometer dari bibir pantai. Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi
karena Tsunami bisa diakibatkan karena hantaman air maupun material yang
terbawa oleh aliran gelombang tsunami.

Dampak negatif yang diakibatkan tsunami adalah merusak apa saja yang
dilaluinya. Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan mengakibatkan korban jiwa
manusia serta menyebabkan genangan, pencemaran air asin lahan pertanian,
tanah, dan air bersih.

sejarawan Yunani bernama Thucydides merupakan orang pertama yang


mengaitkan tsunami dengan gempa bawah laut. Namun hingga abad ke-20,
pengetahuan mengenai penyebab tsunami masih sangat minim. Penelitian masih
terus dilakukan untuk memahami penyebab tsunami. geologi, geografi, dan
oseanografi pada masa lalu menyebut tsunami sebagai "gelombang laut seismik".

Tsunami dapat terjadi jika terjadi gangguan yang menyebabkan perpindahan


sejumlah besar air, seperti letusan gunung api, gempa bumi, longsor maupun
meteor yang jatuh ke bumi. Namun, 90% tsunami adalah akibat gempa bumi
bawah laut. Dalam rekaman sejarah beberapa tsunami diakibatkan oleh gunung
meletus, misalnya ketika meletusnya Gunung Krakatau.

Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun
secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di
atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika
sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya
tsunami.

Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana


gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per
jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih
50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di
tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter,
namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter
karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap
masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus
meter bahkan bisa beberapa kilometer.
3. Bencana Alam Tanah longsor
Longsor atau disebut juga gerakan tanah adalah suatu peristiwa geologi yang
terjadi karena pergerakan masa batuan atau tanah dengan berbagai tipe dan jenis
seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah.

Secara umum longsor bisa terjadi disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor
pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi kondisi material itu sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah
faktor yang menyebabkan bergeraknya material tersebut.

Bencana longsor terjadi karena setelah hujan yang cukup lebat dan tanah tersebut
tidak sama sekali ditumbuhi tanaman maka terjadilah longsor itu.

Tanaman berguna untuk menahan tanah-tanah agar tidak mudah longsor atau
terseret. Ada juga bencana longsor yang terjadi secara alami, karena memang
tanah yang kurang padat, curah hujan yang cukup tinggi dan kemiringan yang
cukup curam.
4. Bencana alam erosi
Erosi adalah peristiwa pengikisan padatan (sedimen, tanah, batuan, dan partikel
lainnya) akibat transportasi angin, air atau es, karakteristik hujan, creep pada
tanah dan material lain di bawah pengaruh gravitasi, atau oleh makhluk hidup
semisal hewan yang membuat liang, dalam hal ini disebut bio-erosi. Erosi tidak
sama dengan pelapukan akibat cuaca, yang mana merupakan proses penghancuran
mineral batuan dengan proses kimiawi maupun fisik, atau gabungan keduanya.

Erosi sebenarnya merupakan proses alami yang mudah dikenali, namun di


kebanyakan tempat kejadian ini diperparah oleh aktivitas manusia dalam tata guna
lahan yang buruk, penggundulan hutan, kegiatan pertambangan, perkebunan dan
perladangan, kegiatan konstruksi / pembangunan yang tidak tertata dengan baik
dan pembangunan jalan. Tanah yang digunakan untuk menghasilkan tanaman
pertanian biasanya mengalami erosi yang jauh lebih besar dari tanah dengan
vegetasi alaminya. Alih fungsi hutan menjadi ladang pertanian meningkatkan
erosi, karena struktur akar tanaman hutan yang kuat mengikat tanah digantikan
dengan struktur akar tanaman pertanian yang lebih lemah. Bagaimanapun, praktik
tata guna lahan yang maju dapat membatasi erosi, menggunakan teknik semisal
terrace-building, praktik konservasi ladang dan penanaman pohon.
Ada beberapa penyebab terjadinya erosi, yaitu berasal dari alam serta juga makhluk hidup
disekitar seperti manusia itu sendiri, berikut ini ada beberapa macam macam erosi antara lain
adalah sebagai berikut:

1. Kondisi Tanah

Faktor penyebab erosi yang pertama adalah kondisi tanah. Beberapa hal yang termasuk
dalam kondisi tanah yakni tekstur dan struktur tanah

 Tanah bertekstur pasir tidak peka terhadap erosi karena memiliki ukuran partikel yang
besar sehingga daya angkut aliran (erodibilitas) menjadi lebih kecil. Sedangkan tanah
dengan ukuran partikel lebih halus (lempung dan debu) sangat mudah terangkut oleh
aliran permukaan, apalagi jika kecepatan aliran permukaan tinggi. Dengan demikian
ukuran partikel tanah berpengaruh terhadap proses pengangkutan sediment.
 Tanah berstruktur mantap dengan bentuk struktur membulat (granuler, remah, gumpal
membulat) lebih tahan terhadap erosi karena mampu menyerap air lebih banyak dan
mengurangi limpasan permukaan.
 Tanah dengan kapasitas infiltrasi tinggi memiliki kepekaan terhadap erosi yang lebih
rendah daripada tanah dengan kapasitas infiltrasi rendah.
 Tanah yang kaya bahan organik lebih tahan terhadap erosi karena bahan organik tersebut
mempengaruhi tingkat kemantapan agregat.

2. Air

Air menjadi bagian penting dari faktor penyebab erosi. Air yang dimaksud dalam
pembahasan ini adalah air sungai. Air sungai merupakan aliran air yang bergerak dalam
jumlah yang banyak. Aliran air tersebut akan mengangkat partikel- partikel tanah
sehingga terbawa menuju tempat dimana sungai itu bermuara. Faktor-faktor yang
memengaruhi kekuatan erosi air, antara lain:

 volume air sebagai tenaga utama dalam proses erosi (makin besar volumenya, makin kuat
erosinya),
 kemiringan lereng (makin curam lerengnya, makin besar erosinya),
 keadaan vegetasi (makin lebat vegetasinya, makin kecil erosinya),

3. Angin

Erosi angin biasanya terjadi di darah gurun pasir dan daerah kering. Deflasi adalah proses
erosi yang disebabkan oleh angin. Angin dengan kecepatan tinggi akan mengikis batuan
dan membawanya ke daerah yang memiliki kecepatan angin rendah.

4. Gelombang Laut

Gelombang laut juga merupakan salah satu faktor penyebab erosi pantai atau abrasi
pantai. Gelombang dengan tenaga yang sangat besar datang dari arah laut kemudian
menggempur pasir pantai. Ketika hal tersebut dibiarkan begitu saja, maka akan
menyebabkan erosi pantai. Erosi oleh gelombang laut dapat dicegah dengan menanam
pohon bakau, melestarikan hutan mangrove, melestarikan terumbu karang dan
mengurangi kegiatan penambangan pasir.

5. Faktor Manusia

Proses terjadinya erosi juga bisa disebabkan oleh manusia. Bahkan manusia berperan
dalam mempercepat laju erosi. Kegiatan manusia yang dapat menekan laju erosi
diantaranya adalah kegiatan pertambangan dan ekspliotasi hutan. Pertambangan yang
melibatkan proses pengerukan tanah akan mengubah kontur tanah sehingga tanah lebih
cepat mengalami erosi.

Manusia seringkali mengubah hutan menjadi lahan pertanian dan membangun


infrastruktur tanpa melakukan analisis dampak terhadap lingkungan. Hal ini lah yang
membuat laju erosi tanah semakin cepat. Meski demikian, manusia sebagai makhluk
tercerdas di bumi seharusnya bisa berperan dalam memperbaiki dan melestarikan
lingkungan tempat hidupnya. Diantara kegiatan yang dapat menghambat laju erosi yakni
penanaman kembali hutan yang gundul dan membuat terasering di daerah berlereng

6. Gletser

Erosi atau pengikisan yang selanjutnya adalah pengikisan yang disebabkan oleh gletser.
Erosi semacam ini dikenal juga dengan nama erosi eksarasi. Gletser atau geyser
merupakan es padat yang telah mencair. Gletser atau geyser ini apabilah telah mengalir
akan menimbulkan dorongan yang begitu kuat.

Hal ini karena perubahan dari awalnya yang padat dan kemudian mencair, maka akan
terlihat masih kental. Geyser ini dapat menimbulkan dorongan yang sangat besar yang
mana pada akhirnya bisa mengakibatkan erosi, terutama pada benda- benda yang telah
dilewati oleh gletser atau geryser tersebut. Namun erosi seperti ini hanya terjadi di
daerah- daerah yang memang mempunyai stok salju atau es

7. Lereng

Besarnya erosi dipengaruhi oleh lereng. Semakin curam dan panjang suatu lereng, maka
erosi akan semakin tinggi. Hal ini terjadi karena kecepatan aliran permukaan semakin
meningkat, yang selanjutnya meningkatkan daya angkutnya terhadap partikel tanah yang
telah hancur.

8. Vegetasi

Vegetasi, dapat menyebabkan terjadinya erosi. Misalnya, penebangan pohon yang tidak
terkendali bisa menyebabkan terjadinya penggundulan hutan di daerah aliran sungai
(DAS). Fungsi hutan’ adalah menghalangi air hujan agar tidak jatuh langsung ke tanah,
menghambat aliran permukaan dan mempermudah resapan air ke dalam tanah. Oleh
karena itu, di wilayah-wilayah yang sudah gundul (tanpa hutan), air hujan langsung
mengalir di permukaan tanah dan mengangkut material-material tanah yang dilaluinya.

Proses Terjadinya Erosi Terdiri Atas 3 Tahapan, Yaitu :

1. Tahap Pengelupasan ( Detachment )

Detachment yaitu proses interaksi yang terjadi antara objek dalam bentuk padatan
seperti tanah, dan lainnya dan penyebabnya atau subyeknya adalah angin, air,
gelombang laut atau subyek lainnya yang berbentuk selain padatan. Interaksi
antara subyek dan obyek ini menyebabkan pecah atau hancurnya objek menjadi
partikel yang lebih kecil dan terlepas.

2. Tahap Pengangkutan ( Transportation )

Setelah agregat tanah dipecahkan oleh butir-butir air hujan menjadi butir-butir
tanah primer kemudian dipindahkan atau diangkut ke tempat yang lebih rendah
oleh aliran permukaan. Besarnya aliran permukaan adalah besarnya volume air
melalui penampang tertentu dalam satuan waktu tertentu.

Jumlah dan kecepatan aliran permukaan tergantung pada kemiringan dan panjang
lereng. Ketika aliran permukaan melalui suatu lereng yang mempunyai
kemiringan yang besar dan panjang maka kecepatan aliran semakin besar.
Kecepatan maksimum terjadi pada pertengahan lereng kemudian mengalami
penurunan kecepatan di daerah kaki lereng yang landai dan datar.Kecepatan aliran
mempunyai hubungan dengan besarnya atau partikel-partikel tanah yang
terangkut ke temapt yang lebih rendah

Dengan kondisi lereng yang sama, daerah erosi minimum merupakan daerah yang
menunjukkan erosi minimum karena aliran permukaan belum banyak dan deras.
Semakin cepat aliran permukaan maka semakin besar tenaga untuk melakukan
pengrusakan muka tanah, sehingga daerah yang ada kecepatan aliran permukaan
terjadi erosi sebanding. Pada daerah aliran permukaan dengan kecepatan aliran
menurun, erosi yang terjadi menurun pula.

3. Tahap Pengendapan ( Sedimentation )

Proses sedimentasi berlangsung ketika energi aliran di permukaan mulai menurun


dan tidak mampu lagi untuk mengangkut partikel tanah yang terlepas. Proses
sedimentasi tersebut terjadi sementara yang berada di lereng yang bergelombang
seperti bagian lereng yang cekung dan dapat menampung endapan partikel yang
hanyut oleh aliran air.

Ketika hujan turun lagi maka endapan sementara tadi akan terangkut kembali
menuju dataran yang lebih rendah. Proses pengendapan terakhir ini terjadi di kaki
bukit yang relatif datar, daerah sungai dan waduk. Jika pengendapan terjadi di
daerah sungai, maka partikel tanah dan unsur hara yang terlarut dalam aliran
permukaan akan mengalir dan akan menyebabkan pendangkalan

Besar atau kecilnya terjadi erosi bergantung pada kuantitas suplai material yang
terlepas dan juga kapasitas media pengangkutnya. Apabila media pengangkutnya
memiliki kapasitas yang lebih besar dari suplai material yang terlepas maka
proses erosi akan dibatasi oleh pelepasan (detachment limited). Begitu juga
sebaliknya apabila kuantitas suplai materi melebihi kapasitas maka proses erosi
akan dibatasi oleh kapasitas (capacity limited).

Proses erosi yang terjadi karena air hujan ini merupakan gabungan dari 2 sub
proses yaitu proses pertama adalah proses penghancuran struktur tanah menjadi
butiran primer oleh energi tumbuk butiran hujan yang jatuh menimpa tanah dan
perendaman oleh air tergenang serta proses pemindahan butir tanah oleh percikan
air hujan dan proses yang kedua adalah penghancuran struktur tanah yang diikuti
oleh pengangkutan butiran tanah oleh air yang mengalir di permukaan
tanah. Berdasarkan kecepatannya dikelompokkan menjadi dua, yaitu :

 Erosi Tanah

Adalah proses pengikisan atau hancurnya batuan atau tanah terjadi lebih cepat
dibandingkan dengan proses terbentuknya. Banyak mengakibatkan kerusakan lahan
karena erosi tanah ini kebanyakan tidak hanya disebabkan alam saja, melainkan juga
campur tangan manusia yang mengelola lahan tanpa peduli kelestarian alam.

 Erosi Geologi

Adalah proses pengikisan atau hancurnya batuan atau tanah seimbang dengan proses
terbentuknya. Kebanyakan erosi ini tidak menimbulkan rusaknya lahan dan lingkungan.
Dampak dari erosi adalah menipisnya lapisan permukaan tanah bagian atas, yang akan
menyebabkan menurunnnya kemampuan lahan (degradasi lahan). Akibat lain dari erosi
adalah menurunnya kemampuan tanah untuk meresapkan air (infiltrasi). Penurunan
kemampuan lahan meresapkan air ke dalam lapisan tanah akan meningkatkan limpahan air
permukaan yang akan mengakibatkan banjir di sungai.

Tempat yang sering terjadinya erosi akan membuat lahan kritis. Lahan kritis adalah lahan
yang mengalami kerusakan sehingga kehilangan fungsi hidrologi untuk mengatur persediaan
air dan fungsi ekonomi untuk menjadi tempat produksi.

Kehilangan Kesuburan Tanah (Daerah yang terkikis) Tanah yang terkikis akan kehilangan
lapisannya sehingga yang tersisa umumnya kurang subur dan memerlukan tindakan
pemupukan. Berkurangnya debit air pada sungai, danau dan waduk, Akibat pengendapan hasil
erosi yang tertumpuk pada suatu tempat, biasanya pada sungai, danau dan waduk. Maka erosi
dalam jangka waktu panjang akan mengurangi debit air pada daerah ini karena hasil
pengendapan semakin tebal.

Dampak Positif

A. Menambah Kesuburan Tanah (Daerah tempat hasil erosi terhenti)

Tanah yang terkikis biasanya merupakan tanah subur. Jadi apabila partikel hasil erosi jatuh di
tempat yang kurang subur, maka proses pengendapan tersebut dapat membantu kesuburan tanah,
karena partikel hasil erosi mengandung unsur hara yang penting bagi tanah.

B. Timbulnya Inisiatif Dan Kesadaran

Adanya resiko erosi akan membuat kita sadar betapa pentingnya menjaga lingkungan. Oleh
karena itu muncul aktivitas seperti konservasi terhadap lahan kritis, penanaman pohon, dll.
Cara Mengatasi Dan Mencegah Terjadinya Erosi Tanah

Dampak yang bisa dirasakan akibat terjadinya erosi bisa menyebabkan kerugian material
maupun non material yang cukup besar. Untuk itu, perlu adanya tindakan-tindakan untuk
melindungi tanah dari terjadinya erosi, terutama di daerah perbukitan dan memiliki lereng-lereng
yang curam. Dengan upaya tersebut diharapkan akan mampu meningkatkan kemampuan tanah
sehingga tanaman dapat tumbuh subur, melindungi sumber-sumber air, serta dapat mencegah
terjadinya tanah longsor. Adapun cara untuk mencegah terjadinya erosi tanah adalah :

 Mengatur sistem drainase yang baik guna mengatur sirkulasi air. Cara ini akan sangat
membantu memaksimalkan tingkat kesuburan tanah, adapun langlah-langkah yang bisa
diambil antara lain adalah :
 Membuat pembatas alami dari batas air yang paling tinggi hingga ke bawah yang
bertujuan untuk memperlambat aliran air.
 Membuat cabang-cabang saluran air untuk membagi jalur alirannya
 Membuat dinding batu atau tanggul yang membujur pada kemiringan lahan akan
membantu mencegah terhanyutnya tanah ke tempat yang lebih rendah. Selain itu juga
dapat menciptakan habitat yang subur bagi tanaman
 Menerapkan sistem contur farming, yaitu menanan tanaman sesuai dengan garis kontur
tanah. Cara ini akan membantu akar tanaman dalam menahan air.
 Melakukan kegiatan tanam menanam berdasarkan sistem teras demi teras. Ini akan
membantu menahan pengaruh gravitasi tanah yang menjadi salah satu penyebab
terjadinya erosi. Sistem ini sering disebut sebagai terasering

5. Bencana Alam Abrasi

Abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus laut
yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis
pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah
pantai tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun
manusia sering disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara untuk
mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman hutan mangrove.
Faktor penyebab abrasi pantai

Faktor lain yang menandai sekaligus menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem adalah


penambangan pasir. Penambangan pasir pantai yang terjadi besar-besaran dengan mengeruk
sebanyak mungkin pasir serta dalam intensitas yang juga tinggi dapat mengurangi volume pasir
di lautan bahkan mengurasnya sedikit demi sedikit. Ini kemudian berpengaruh langsung terhadap
arah dan kecepatan air laut yang akan langsung menghantam pantai. Ketika tidak ‘membawa’
pasir, air pantai akan lebih ringan dari biasanya sehingga ia dapat lebih keras dan lebih cepat
menghantam pantai sehingga proses yang demikian turut memperbesar kemungkinan terjadinya
abrasi.

Adapun penyebab pemanasan global secara umum terjadi karena pemakaian kendaraan bermotor
yang berlebihan serta asap dari pabrik-pabrik industri ataupun pembakaran hutan. Asap dari
kendaraan bermotor dan pabrik-pabrik serta hutan yang dibakar tersebut menghasilkan
karbondioksida yang menghalangi keluarnya panas matahari yang dipantulkan bumi sehingga
panas tersebut terperangkat dan ‘bersemayam’ di lapisan atmosfer bumi. Akibatnya, suhu di
bumi meningkat, es di kutub mencair dan permukaan air laut mengalrtami peningkatan sehingga
akan menggerus tempat yang rendah.

Dengan demikian, abrasi pantai yang disebabkan oleh ulah manusia sebenarnya bisa
diminimalisir bahkan dihindari dengan perubahan gaya hidup ataupun regulasi-regulasi yang
sifatnya mengikat. Ini menjadi penting dan layak menjadi keprihatinan bersama karena bahaya
atau kerugian yang disebabkan abrasi tidaklah tanggung-tanggung dan dapat mengenai banyak
untuk tidak mengatakan semua pihak.
Penyebab Abrasi
Umum juga dikenal dengan erosi pantai, abrasi dan erosi yang demikian bisa disebabkan oleh
berbagai faktor, mulai dari faktor alam hingga faktor manusia. Fenomena-fenomena alam yang
menyebabkan abrasi di antaranya adalah pasang surut air laut, angin di atas lautan yang
menghasilkan gelombang serta arus laut yang berkekuatan merusak. Sebab-sebab yang demikian
hampir tidak bisa dielakkan sebab laut memiliki siklusnya sendiri dia mana pada suatu periode,
angin bertiup amat kencang dan menciptakan gelombang serta arus yang tidak kecil. Sementara
itu, faktor-faktor yang menyebabkan abrasi dari ulah manusia di antaranya adalah
ketidakseimbangan ekosistem laut dan pemanasan global atau yang umum disebut global
warming. Ketidakseimbangan ekosistem laut misalnya terjadi akibat eksploitasi besar-besaran
terhadap kekayaan laut mulai dari ikan, terumbu karang dan lain sebagainya sehingga arus dan
gelombang laut secara besar-besaran mengarah ke daerah pantai dan berpotensi menyebabkan
abrasi.

Faktor penyebab abrasi pantai

Faktor lain yang menandai sekaligus menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem adalah


penambangan pasir. Penambangan pasir pantai yang terjadi besar-besaran dengan mengeruk
sebanyak mungkin pasir serta dalam intensitas yang juga tinggi dapat mengurangi volume pasir
di lautan bahkan mengurasnya sedikit demi sedikit. Ini kemudian berpengaruh langsung terhadap
arah dan kecepatan air laut yang akan langsung menghantam pantai. Ketika tidak ‘membawa’
pasir, air pantai akan lebih ringan dari biasanya sehingga ia dapat lebih keras dan lebih cepat
menghantam pantai sehingga proses yang demikian turut memperbesar kemungkinan terjadinya
abrasi.

Adapun penyebab pemanasan global secara umum terjadi karena pemakaian kendaraan bermotor
yang berlebihan serta asap dari pabrik-pabrik industri ataupun pembakaran hutan. Asap dari
kendaraan bermotor dan pabrik-pabrik serta hutan yang dibakar tersebut menghasilkan
karbondioksida yang menghalangi keluarnya panas matahari yang dipantulkan bumi sehingga
panas tersebut terperangkat dan ‘bersemayam’ di lapisan atmosfer bumi. Akibatnya, suhu di
bumi meningkat, es di kutub mencair dan permukaan air laut mengalrtami peningkatan sehingga
akan menggerus tempat yang rendah.

Dengan demikian, abrasi pantai yang disebabkan oleh ulah manusia sebenarnya bisa
diminimalisir bahkan dihindari dengan perubahan gaya hidup ataupun regulasi-regulasi yang
sifatnya mengikat. Ini menjadi penting dan layak menjadi keprihatinan bersama karena bahaya
atau kerugian yang disebabkan abrasi tidaklah tanggung-tanggung dan dapat mengenai banyak
untuk tidak mengatakan semua pihak.

Dampak Abrasi
Pertama, penyusutan area pantai. Penyusutan area pantai merupakan dampak yang paling jelas
dari abrasi. Gelombang dan arus laut yang biasanya membantu jalur berangkat dan pulang
nelayan ataupun memberi pemandangan dan suasana indah di pinggir pantai kemudian menjadi
mengerikan. Hantaman-hantaman kerasnya pada daerah pantai dapat menggetarkan bebatuan dan
tanah sehingga keduanya perlahan akan berpisah dari wilayah daratan dan menjadi bagian yang
digenangi air. Ini tidak hanya merugikan sektor pariwisata, akan tetapi juga secara langsung
mengancam keberlangsungan hidup penduduk di sekitar pantai yang memilik rumah atau ruang
usaha.

Kedua, rusaknya hutan bakau. Penanaman hutan bakau yang sejatinya ditujukan untuk
menangkal dan mengurangi resiko abrasi pantai juga berpotensi gagal total jika abrasi pantai
sudah tidak bisa dikendalikan. Ini umumnya terjadi ketika ‘musim’ badai, ketika keseimbangan
ekosistem sudah benar-benar rusak ataupun saat laut sudah kehilangan sebagian besar dari
persediaan pasirnya. Jika dampak yang satu ini terjadi, maka penanganan yang lebih intensif
harus dilakukan sebab dalam sebagian besar kasus, keberadaan hutan bakau masih cukup efektif
untuk mengurangi kemungkinan abrasi pantai. Ketiga, hilangnya tempat berkumpul ikan perairan
pantai. Ini merupakan konsekuensi logis yang terjadi dengan terkikisnya daerah pantai yang
diawali gelombang dan arus laut yang destruktif. Ketika kehilangan habitatnya, ikan-ikan pantai
akan kebingungan mencari tempat berkumpul sebab mereka tidak bisa mendiami habitat ikan-
ikan laut karena ancaman predator ataupun suhu yang tidak sesuai dan gelombang air laut yang
terlalu besar. Akibat terburuknya adalah kematian ikan-ikan pantai tersebut.

Tiga dampak abrasi di atas cukup menunjukkan bahwa abrasi sangatlah mengancam dan jika
dibiarkan, daya destruktifnya dapat semakin merusak dan merugikan banyak pihak. Selain pada
pemukim dan pebisnis di wilayah pantai, abrasi yang dibiarkan juga dapat berpengaruh besar
terhadap hasil laut serta jenis jenis sumber daya alam yang menjadi bahan konsumsi pokok
masyarakat sekaligus mata pencaharian sebagian masyarakat yang jumlahnya tidak sedikit.
Karena itulah, berbagai hal telah dilakukan dan atau dicanangkan untuk mencegah dan
mengurangi abrasi pantai.
Pencegahan Abrasi
Berdasarkan analisis dari penyebab abrasi pantai serta sifat dan karakteristik abrasi sendiri,
berikut adalah hal-hal yang bisa dilakukan untuk mencegah abrasi pantai :

1. Penanaman dan Pemeliharaan Pohon Bakau

Pohon bakau adalah jenis pepohonan pantai yang akarnya menjulur ke dalam air pantai. Pohon
ini lazim ditanam di garis pantai yang sekaligus menjadi pembatas daerah yang berair dengan
daerah pantai yang berpasir. Ketika pohon ini tumbuh dan berkembang, akarnya akan semakin
kuat sehingga dapat menahan gelombang dan arus laut agar tidak sampai menghancurkan
bebatuan atau berbagai macam jenis jenis tanah (pasir) di daerah pantai kemudian mengikisnya
sedikit demi sedikit.

2. Pemeliharaan Terumbu Karang

Terumbu karang di dasar laut dapat mengurangi kekuatan gelombang dan arus laut yang akan
menyentuh pantai. Karena itu, jika tumbuhan dasar laut ini dilestarikan dan dilindungi,
gelombang laut tidak akan seganas biasanya sehingga kemungkinan abrasi pantai dapat
diminimalisir.

3. Pelarangan Tambang Pasir

Regulasi yang demikian sangat berperan penting dalam upaya mengurangi abrasi pantai. Jika
persediaan pasir di laut tetap dalam kategori cukup, air pasang, gelombang atau arus laut tidak
akan banyak menyentuh garis pantai sehingga abrasi bisa dihindarkan karena penyebab
utamanya ‘dihalangi’ menyentuk sasaran. Namun demikian, hal tersebut merupakan PR yang
demikian besar

Anda mungkin juga menyukai