Anda di halaman 1dari 4

REGENERASI PETANI DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN

PERTANIAN INDONESIA

Oleh : Vivi Vitra Orima (18/424363/PN/15403)

Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup atau bekerja
dalam sektor pertanian. Pertanian mempunyai kontribusi penting terhadap perekonomian maupun
terhadap pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat. Sumber daya alam yang melimpah dan lahan
yang subuh menjadi modal yang potensial untuk menjadikan pertanian sebagai sumber
penghasilan. Dilihat dari potensi-potensi yang ada, Indonesia sangat mampu untuk memenuhi
kebutuhan pangan sendiri bahkan mengekspor ke negara lain apabila dimanfaatkan dengan baik.

Kini, perubahan struktural demografi ketenagakerjaan sektor pertanian di Indonesia


mengarah pada fenomena penuaan petani. Perubahan tersebut terjadi dari periode ke periode
secara konsisten. Hasil analisis Susilowati (2014) terhadap data Sensus Pertanian 2013, proporsi
terbesar adalah petani dengan umur lebih 40−54 tahun, yaitu 41%. Proporsi terbesar kedua adalah
kelompok usia lebih dari 55 tahun yang dapat digolongkan sebagai petani tua, yaitu 27%,
sedangkan kelompok generasi muda dengan usia kurang 35 tahun hanya 11%. Data tersebut
menunjukkan bahwa minat generasi muda terhadap sektor pertanian semakin rendah. Mereka
memandang citra sektor yang kurang bergengsi dan kurang memberikan imbalan yang tidak
menjanjikan. Bagi anak-anak muda di pedesaan, mereka cenderung memilih pergi ke luar kota
untuk mencari pekerjaan di sektor lain.
Sebagai sektor yang menjadi salah satu basis ekonomi rakyat, sektor pertanian
membutuhkan adanya penerus dalam melanjutkan aktivitas pertanian. Dalam rangka regenerasi
petani, penyuluhan masih dibutuhkan untuk menumbuhkan minat generasi muda pada sektor
pertanian. Penyuluhan akan efektif jika terjadi perubahan persepsi generasi muda pada sektor
pertanian. Hal ini dapat ditempuh dengan perubahan orientasi sektor pertanian dengan
mengarahkan pada inovasi teknologi. Modernisasi pertanian akan mengubah image sektor
pertanian yang dipandang tradisional oleh kalangan anak muda, sehingga diharapkan mereka mau
untuk ikut andil dalam pembangunan pertanian.
Kementerian Pertanian memiliki tiga pilar yang diharapkan mampu menarik minat
generasi milenial. Pilar tersebut di antaranya adalah penyuluhan pertanian, pendidikan pertanian,
dan pelatihan pertanian. Pelatihan tersebut ditargetkan bisa mencetak satu juta petani muda dan
tergabung dalam sekitar 40 ribu kelompok tani milenial (Techno-Geek, 2019). Dari fakta tersebut,
pemerintah mendukung penuh upaya-upaya untuk regenerasi petani. Atau dengan kata lain,
pemerintah ingin meningkatkan partisipasi anak muda dalam sektor agraris. Petani muda lebih
mampu menjalankan aktivitas fisik dan tanggap dalam merespon hal-hal baru. Selain itu, petani
muda cenderung memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, sehingga diharapkan mampu
menciptakan inovasi teknologi yang mendukung pembangunan pertanian.
Sudah menjadi rahasia umum, generasi milenial erat kaitannya dengan penggunaan gadget.
Mereka memanfaatkan teknologi informasi untuk komunikasi antarsesama dengan berbagai
aplikasi, seperti whatsapp, facebook, line dan website lainnya. Penggunaan teknologi informasi
dan komunikasi telah memperbaiki persepsi petani terhadap konten pertanian (Prawiranegara et
al., 2015). Sehubungan dengan hal tersebut, inovasi teknologi informasi dapat dikembangkan
untuk penyuluhan pertanian generasi milenial. Kalangan muda akan lebih tertarik jika
menggunakan media penyuluhan yang mereka gunakan sehari-hari. Penerapannya dapat melalui
grup whatsapp atau aplikasi lain yang menjadi tren anak muda. Penyuluhan berbasis digital
memberikan ruang antara generasi muda dan para penyuluh untuk bertukar dan berbagi informasi.
Sifat materi disajikan semenarik mungkin agar kalangan muda tidak merasa bosan dan jenuh.
Dengan langkah tersebut, secara tidak langsung, mereka merasa dekat dengan pertanian yang
berujung pada ketertarikan untuk mempelajarinya.
Penyuluhan kepada generasi muda harus dilakukan dengan pendekatan khusus karena tidak
semua pemuda berhasil untuk dipengaruhi. Berdasarkan penelitian Anwarudin dan Haryanto
(2018), penyuluh swadaya memiliki kelebihan khusus yaitu dapat menjadi contoh dalam bisnis
sehingga kesuksessan mereka dapat memotivasi generasi muda. Dari hasil penelitian tersebut,
penyuluh swadaya akan lebih efektif dalam mempengaruhi generasi muda dibanding penyuluh
pemerintah. Penyuluh pemerintah dianggap lebih kaku dan kurang dapat memotivasi generasi
muda Karena tidak semuanya memiliki usaha dan sukses dalam berusaha bidang pertanian. Dalam
melakukan jomunikasi, penyuluh swadaya melakukan penyuluhan yang lebih partisipatif Karena
mereka lebih mengetahui kondisi dan masalah yang ada di lingkungan petani sehingga dapat
memicu ketertarikan anak muda.
Semua kelembagaan pertanian dari desa sampai pusat perlu terlibat dalam rangka menarik
perhatian generasi muda pada sektor pertanian. Dimulai dari desa yaitu Pos Penyuluhan Pertanian
Desa (Posluhdes) sebagai wadah pembelajaran di tingkat desa dan sebagai sarana penyebarluasan
informasi teknologi kepada petani. Posluhdes diharapkan dapat berperan seoptimal mungkin
karena ketertarikan generasi muda dimulai dari desa masing-masing. Di tingkat kecamatan, BPP
perlu diperkuat dengan meningkatkan fungsi penyebarluasan informasi pertanian secara cepat.
Peran BPP diharapkan dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk pengembangan
pertanian sehingga regenerasi petani semakin mudah. Kemudian dari tingkat kabupaten hingga ke
tingkat mempunyai peran yang hampir sama, yaitu mengoptimalkan kinerja penyuluh dan
penyebarluasan informasi. Penyuluh berkaitan langsung dengan kegiatan lapangan dan perannya
sangat diharapkan untuk memecahkan permasalahan yang timbul di wilayah setempat. Oleh
karena itu, penyuluh yang berkompeten akan menggugah keteratikan generasi muda untuk ikut
turun ke sektor pertanian.
DAFTAR PUSTAKA

Anwarudin, O., dan Y. Haryanto. 2018. The role of farmer-to-farmer extension as a motivator for
the agriculture young generation. International Journal of Social Science and Economic
Research 3(1) : 428-437.

Prawiranegara, D., Sumardjo, D. P. Lubis, and S. Harijati. 2016. Strengthening role of farmer
institution in enhance of innovation capability based on ICT in west java province,
Indonesia. International Journal of Humanities and Social Science 5 (12): 128-136.

Susilowati, S. H. 2014. Attracting the young generation to engage in agriculture. Proceedings of


the 2014 FFTC-RDA International Seminar on Enhanced Entry of Youang Generation into
Farming : 105-120.

Techno-Geek. 2019. Kementrian Pertanian Dorong Petani Milenial dengan Pelatihan Pertanian.
< https://kumparan.com/techno-geek/kementrian-pertanian-dorong-petani-milenial-dengan-
pelatihan-pertanian-1qtNxVgmyyo, diakses tanggal 8 Oktober 2019>

Anda mungkin juga menyukai