Bila selisih dalam hal tamki, artinya telah memberi kesepakatan kepada suami nya untuk
bergaul, sedangkan suami nya menyatakan bahwa belum melakukan tamkin sehingga dia
tidak membayar nafaqah yang dibenarkan adalah pihak suami alasnnya adalah mengmalkan
prinsip al-istishab sebagai mana di jelas kan di atas.
Dalam kitab fikih tidak penah dikenal adanya perbauran harta suami dan istri, suami
memiliki harta nya sendiri dan juga sebalik nya, sedangkan suami bekewjiban memberikan
sebagian harta nya kepada istri yang di sebut nafaqah, yang untuk selanjut nya akan di
pergunakan untuk kebutuhan rumah tangga. Tidak adanya penggabungan kecuali adanya
syirkah yang dilakukan dalam suatu akad, dan jika adanya perjanjian yang dibuat pada waktu
berlangsung nya akad nikah.
Islam membolehkan suami memiliki istri lebih dari satu dalam batas paling banyak
empat namun dengan syarat yang berat kebolehan ini didasarkan pada firman Allah dalam
surat an-nisa’ (4) ayat 3:
Artinya : “jika kamu takut tida akan berlaku adil dengan anak yatim,kawinlah dengan
perempuan yang kamu senangi dua, tiga, atau empat orang, jika kamu takut tidak akan
berlaku adil diantar mereka maka kawin la satu orang saja, atau hamba sahaya, demikian itu
cara paling dekat untuk tidak menyimpang.”
Ayat ini memberikan beberapa batasan: pertama ; batasan maksimal empat orang istri,
dan yang kedua: hanya dilakukan bila mampu berlaku adil.
Adanya cendrung kepada salah seorang istri itu sesuatu yang tidak disenangi Allah
dan berlawan dengan prinsip “bergaul yang baik”. Disamping itu juga rasul memberikan
syarat yaitu pada kemampuan untuk mrmbiyayai istri-istri tersebut. Dalam bahasan nafaqah
sudah jelas dan kadar nya sebagai mana di tentukan menurut ulama, suami yang tidak mampu
membayar nafaqah dan mahar dilarang mrlangsungkan perkawinan.
Tentang kewajiban suami dalam bentuk non materi kelihatan nya ulama tidak
mensyaratkan nya karna yang demikian itu tidak terukur dan tidak mungkin pula
menyamakan dalam suatu yang tidak terukur
Ulama menjadikan batasan keadilan dalam poligami dalam batasan bergaul di antara
istri itu di sebut dala fikih itu kasm, sedangkan patokan bergaul itu pada malam hari karna
malam itulah waktu untuk bergaul antara suami dan istri dan siang nya untuk mencari nafqah
Kasm itu di perhitungkan pada malam hari sedangkan siang nya mengikut pada nya
bila seorang mengwini dua istri dalam waktu bersamaan dia harus menentukan siapa yang
lebih dulu mendapat giliran dengan jalam undian jika ia mengawini istri-istri nya dalam
waktu yang berbeda maka istri yang baru di beri hak istimewa bila istri nya seorang perawan
maka ia boleh menetap di rumah baru nya selama tujuh hari setelah ia mulai masa giliran
,bila ia engawini seorang janda maka ia boleh menetap selama tiga hari sebelum memulai
giliran ,jika ia menyediakan rumah pada tiap-tiap istrinya maka ia boleh bermalam di rumah
istrinya secara bergilir , bila ia sendiri juga mempunyai rumah maka suami boleh emanggil
istrinya kerumah secara bergilir.
Ketentun tersebut tidak dijelaskan secara jeals dalam Al-qur’an namaun berpedoman yang
dilakukan nabi bersama istrinya
Namun apa yang di tuntut ulama fikih berkenaan nafaqah tersebut telah di
akomodirUU perkawinan yang tercangkup dalam hak dan kewajiban suami istri ,KHI juga
tidak secara spesifik memicarakan nafaqah, KHI secara lebar mengatur hak kewajiban suami
istri yang menguatkan, menegskan dan merincikan apa yang di kehendaki oleh UU
perkawinan ,hapir keseluruhan aturan dalam KHI itu yang termuat dalam pasal 77 sampai
dengan 82 yang mengacu pada kitab-kitab fikh yanga pada umunya mengikuti paham jumhur
ulama khususnya syafi’iah secara lemgkap dan kewajiban istri di atur dalam pasal 83-84.
Berkenaan dengan harta pribadi suami istri yang dibawa kedalam rumah tangga dan
harta yang di peroleh dalam perkawinan yang di tetapkan selama berjalan nya akad syirkah
atau melalui perjanjian perkawinan diataur dalam BAB VII pasal 35,36,dan 37 UU
perkawinan