Makalah FIX Kel 4
Makalah FIX Kel 4
Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji dan
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
Implementasi UU Bahasa Pasal 37 Tahun 2009 tepat pada waktunya.
1. Ibu Dra. Sri Murniati, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa
Indonesia.
2. Teman-teman yang telah mendukung serta memberikan masukan dalam
penyusunan makalah ini.
Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi para pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
2.1.Bahasa ............................................................................................................... 4
4.2. Solusi.............................................................................................................. 12
ii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ v
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilengkapi dengan bahasa daerah atau
bahasa asing sesuai dengan keperluan.”
Penulis banyak menemukan produk barang dan jasa yang menggunakan
bahasa asing terutama pada produk makanan dan obat-obatan. Padahal, sebenarnya
istilah-istilah asing yang terdapat pada makanan dan obat-obatan itu masih bisa
digantikan oleh Bahasa Indonesia. Bahkan, seharusnya ada istilah Bahasa
Indonesianya. Sebab, bahasa asing ataupun bahasa daerah itu hanya digunakan
sebagai penjelas saja. Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam suatu
produk makanan dan obat-obatan, diantaranya Batch, Expired, Made in, dan
sebagainya. Istilah-istilah tersebut dapat diganti atau bahkan dilengkapi dengan
Bahasa Indonesia, yakni No. Kelompok, Tanggal Kadaluwarsa, Dibuat Oleh,
dan sebagainya. Selain itu, ada juga beberapa produk asli Indonesia yang merk
dagangannya menggunakan bahasa asing. Contohnya produk bahan kimia
percetakan yang diproduksi oleh PT Cemani Toka, yakni Paper One.
Maka dari itu, suatu produk barang dan jasa boleh menggunakan bahasa
asing apabila hanya digunakan untuk penjelas saja. Contohnya pada kemasan
kosmetik, sering kali kita melihat di bagian belakangnya terdapat informasi
mengenai produk tersebut yang menggunakan 2 bahasa. Misalnya, pada bagian
atasnya, perusahaan kosmetik memaparkan informasinya menggunakan Bahasa
Indonesia, dilanjutkan pada bagian bawahnya dengan menggunakan Bahasa
Inggris, ataupun sebaliknya. Hal seperti itulah yang merupakan implementasi dari
UU Bahasa No. 24 Tahun 2009 Pasal 37.
Maka, berdasarkan ilustrasi di atas, kami akan mengangkat permasalahan
tentang “Implementasi UU Kebahasaan No. 24 Tahun 2009 Pasal 37”.
2
3. Mengapa implementasi Undang-undang Kebahasaan No. 24 Tahun 2009 Pasal
37 belum terealisasi secara optimal?
3
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahasa
Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk
menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh
pembicara bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui
bahasa yang diungkapkan.
Chaer dan Agustina (1995:14) fungsi utama bahasa adalah sebagai alat
komunikasi. Hal ini sejalan dengan Soeparno (1993:5) yang menyatakan bahwa
fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Sosiolinguistik
memandang bahasa sebagai tingkah laku sosial (sosial behavior) yang dipakai
dalam komunikasi sosial. Suwarna (2002: 4) bahasa merupakan alat utama untuk
berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun kolektif
sosial.
Jeans Aitchison (2008 : 21) “Language is patterned system of arbitrary sound
signals, characterized by structure dependence, creativity, displacement, duality,
and cultural transmission”, bahasa adalah sistem yang terbentuk dari isyarat suara
yang telah disepakati, yang ditandai dengan struktur yang saling tergantung,
kreatifitas, penempatan, dualitas dan penyebaran budaya.
informasi tentang produk dan barang atau jasa produksi dalam negeri atau luar
negeri yang beredar di Indonesia. Dilanjut dengan ayat (2) yaitu, informasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilengkapi dengan bahasa daerah atau
bahasa asing sesuai dengan keperluan.
Jika isi pasal tersebut dicermati, tampaknya ayat (2) lebih dimaknai sebagai
wujud perizinan penggunaan bahasa daerah atau bahasa asing dalam produk barang
dan jasa yang dihasilkan.
Dengan begitu, seharusnya Bahasa Indonesia menempati posisi pertama
dalam pemakaian bahasa lain untuk menjelaskan informasi produk atau jasa
produksi, baik dalam maupun luar negeri. Akan tetapi kenyataannya, sangat
berbanding terbalik.
Teks Undang-undang tersebut memang memberi kesan indah. Meski pada
kenyataannya, justru Bahasa Indonesia dihiraukan oleh para produsen karena
dianggap bukan bahasa internasional. Padahal dengan kita menggunakan Bahasa
Indonesia, maka akan semakin banyak orang mengenal Bahasa Indonesia, dan itu
sangat menguntungkan bagi kita selaku bangsa Indonesia.
Kami, penulis banyak menemukan bahasa asing dalam informasi produk-
produk yang beredar di dalam negeri maupun luar negeri. Artinya, pada
pelaksanaannya, bahasa asing justru lebih diutamakan dibanding bahasa nasional
sendiri. Produk-produk yang sering ditemukan memuat banyak informasi bahasa
asing biasanya terdapat pada kosmetik, makanan, pakaian, dan lain-lain.
6
BAB III
PEMBAHASAN
BAB IV
SIMPULAN DAN SOLUSI
4.1. Simpulan
Berdasarkan isi makalah yang sudah dibahas, didapatkan simpulan bahwa
Sesuai dengan Undang-undang No. 24 Tahun 2009 Pasal 37 bahwa pemerintah
memiliki tujuan jelas atas penggunaan Bahasa Indonesia terhadap produk barang
dan jasa dari dalam negeri maupun luar negeri. Pemerintah bertujuan agar bangsa
Indonesia dapat mengedepankan, mementingkan, menasionalisasikan Bahasa
Indonesia. Penggunaan bahasa asing terhadap produk barang dan jasa di Indonesia
diperbolehkan tetapi dengan syarat hanya sesuai kebutuhan saja. Artinya, Bahasa
Indonesia tetap menjadi prioritas utama dan didominankan daripada bahasa asing.
Jika bahasa asing lebih dominan daripada Bahasa Indonesia, maka dapat dikatakan
bahwa pemerintah dan rakyat Indonesia gagal menjunjung tinggi bahasa persatuan
sesuai Sumpah Pemuda.
4.2. Solusi
Menurut kami, para produsen seharusnya memproduksi produk dengan
menggunakan Bahasa Indonesia sebagai rasa cinta kita terhadap tanah air,
memperketat hukum secara tertulis dan tegas karena pihak perusahaan tak
mengindahkan terbitnya Undang-undang Kebahasaan karena tidak adanya sanksi
yang tegas. Badan Bahasa juga perlu memberi masukan dan bekerja sama dengan
Departemen Perindustrian dan Perdagangan untuk menertibkan penggunaan
Bahasa Indonesia pada ranah wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.
DAFTAR PUSTAKA