Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji dan
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah
Implementasi UU Bahasa Pasal 37 Tahun 2009 tepat pada waktunya.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak sedikit


hambatan yang dialami. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan,
pengalaman, dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, masih banyak
kekurangan dari makalah ini dan kritik maupun saran yang konstruktif sebagai
bahan perbaikan selanjutnya sangat penulis harapkan.

Dalam penyelesaian makalah, secara langsung atau tidak langsung telah


mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan terima kasih terutama kepada Orang Tua kami tercinta, yang
telah memberikan dukungan dan do’anya untuk kesuksesan kami. Selain itu,
penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Sri Murniati, M.Pd., selaku dosen pengampu mata kuliah Bahasa
Indonesia.
2. Teman-teman yang telah mendukung serta memberikan masukan dalam
penyusunan makalah ini.

Akhir kata, penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi
penulis dan umumnya bagi para pembaca.

Bandung, 4 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... iiv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................... 1

1.2 Perumusan Masalah ......................................................................................... 2

1.3 Tujuan dan Manfaat ......................................................................................... 3

1.3.1 Tujuan ............................................................................................................ 3

1.3.2 Manfaat .......................................................................................................... 3

1.4 Sistematika Penulisan ...................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4

2.1.Bahasa ............................................................................................................... 4

2.2.Undang-undang Kebahasaan No. 24 Tahun 2009 Pasal 37 .............................. 4

BAB III PEMBAHASAN ..................................................................................... 6

3.1. Implementasi Undang-undang Kebahasaan No. 24 Tahun 2009 Pasal 37 ...... 6

3.1.1. Implementasi Undang-undang Kebahasaan No. 24 Tahun 2009 Pasal 37


pada Suatu Produk .................................................................................................. 6

3.1.2. Implementasi Undang-undang Kebahasaan No. 24 Tahun 2009 Pasal 37


pada Suatu Jasa ..................................................................................................... 10

3.2. Alasan Implementasi Undang-undang Kebahasaan No. 24 Tahun 2009 Pasal


37 Tidak Berjalan secara Optimal ......................................................................... 11

BAB IV SIMPULAN dan SOLUSI.................................................................... 12

4.1. Simpulan ........................................................................................................ 12

4.2. Solusi.............................................................................................................. 12

ii
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ v

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Implementasi pada Rokok ...................................................................... 7


Gambar 2 Implementasi pada Label Pakaian .......................................................... 8
Gambar 3 Implementasi pada Alat Elektronik ........................................................ 9
Gambar 4 Implementasi pada Pisau Utilitas ......................................................... 10
Gambar 5 Implementasi pada Jasa Servis Laptop................................................. 11

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Pemasaran adalah unsur yang sangat penting dalam sebuah keberlangsungan
berbisnis. Namun dalam manajemen pemasaran kita sangat membutuhkan
komunikasi. Bahasa sebagai alat komunikasi mempunyai peran tersendiri dalam
manajemen pemasaran. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting bagi
manusia, karena dengan bahasa kita dapat mengetahui informasi yang kita
butuhkan. Selain itu, kita dapat menyampaikan ide dan gagasan kita melalui bahasa.
Oleh sebab itu, kita harus mampu menguasai bahasa dan elemen-elemennya,
seperti kosa kata, struktur dan lain sebagainya. Peranan penting bahasa bagi
manusia selain sebagai media untuk mengekspresikan diri, perasaan, pikiran,
keinginan serta kebutuhannya.
Indonesia memiliki berbagai macam bahasa, salah satunya adalah bahasa
Indonesia sebagai bahasa nasional atau bahasa resmi yang digunakan di Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Namun, Indonesia juga tidak hanya memiliki bahasa
nasional saja. Indonesia memiliki banyak bahasa daerah yang membuat masyarakat
setiap daerah berkomunikasi dengan bahasa yang berbeda-beda. Oleh karena itu,
pemerintah mengatur keberadaan Indonesia dan bahasa daerah dalam UUD 1945,
Pasal 36 yang menyatakan bahwa :
“Bahasa Negara ialah Bahasa Indonesia.”
Kemudian, pada tahun 2009 Presiden Republik Indonesia dan DPR
mengesahkan berlakunya UU Republik Indonesia No. 24 Tahun 2009, tentang
Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan Indonesia Raya.
Adapun salah satu pasal yang menjelaskan mengenai penggunaan Bahasa Indonesia
wajib digunakan dalam informasi barang dan jasa. Hal itu dijelaskan pada BAB III
Pasal 37 yang terdiri dari 2 ayat, yaitu Ayat (1) berbunyi “Bahasa Indonesia wajib
digunakan dalam informasi tentang produk barang atau jasa produksi dalam negeri
atau luar negeri yang beredar di Indonesia.” ; Ayat (2) berbunyi “Informasi

1
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilengkapi dengan bahasa daerah atau
bahasa asing sesuai dengan keperluan.”
Penulis banyak menemukan produk barang dan jasa yang menggunakan
bahasa asing terutama pada produk makanan dan obat-obatan. Padahal, sebenarnya
istilah-istilah asing yang terdapat pada makanan dan obat-obatan itu masih bisa
digantikan oleh Bahasa Indonesia. Bahkan, seharusnya ada istilah Bahasa
Indonesianya. Sebab, bahasa asing ataupun bahasa daerah itu hanya digunakan
sebagai penjelas saja. Ada beberapa istilah yang sering digunakan dalam suatu
produk makanan dan obat-obatan, diantaranya Batch, Expired, Made in, dan
sebagainya. Istilah-istilah tersebut dapat diganti atau bahkan dilengkapi dengan
Bahasa Indonesia, yakni No. Kelompok, Tanggal Kadaluwarsa, Dibuat Oleh,
dan sebagainya. Selain itu, ada juga beberapa produk asli Indonesia yang merk
dagangannya menggunakan bahasa asing. Contohnya produk bahan kimia
percetakan yang diproduksi oleh PT Cemani Toka, yakni Paper One.
Maka dari itu, suatu produk barang dan jasa boleh menggunakan bahasa
asing apabila hanya digunakan untuk penjelas saja. Contohnya pada kemasan
kosmetik, sering kali kita melihat di bagian belakangnya terdapat informasi
mengenai produk tersebut yang menggunakan 2 bahasa. Misalnya, pada bagian
atasnya, perusahaan kosmetik memaparkan informasinya menggunakan Bahasa
Indonesia, dilanjutkan pada bagian bawahnya dengan menggunakan Bahasa
Inggris, ataupun sebaliknya. Hal seperti itulah yang merupakan implementasi dari
UU Bahasa No. 24 Tahun 2009 Pasal 37.
Maka, berdasarkan ilustrasi di atas, kami akan mengangkat permasalahan
tentang “Implementasi UU Kebahasaan No. 24 Tahun 2009 Pasal 37”.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan apa yang dikemukakan dalam latar belakang, adapun rumusan
masalah yang disajikan, ialah :
1. Bagaimana isi Undang-undang Kebahasaan No. 24 Tahun 2009 Pasal 37?
2. Bagaimana implementasi Undang-undang Kebahasaan No. 24 Tahun 2009
Pasal 37?

2
3. Mengapa implementasi Undang-undang Kebahasaan No. 24 Tahun 2009 Pasal
37 belum terealisasi secara optimal?

1.3 Tujuan dan Manfaat


1.3.1 Tujuan
Tujuan penulis dalam pembuatan makalah Implementasi Pasal 37 UU
Bahasa Tahun 2009 sebagai berikut :
1. Mengetahui peranan Bahasa Indonesia.
2. Mengetahui pengimplementasian UU Kebahasaan No. 24 Tahun 2009
Pasal 37?
3. Mengetahui penyebab implementasi UU No. 24 Tahun 2009 Pasal 37
belum terealisasi secara optimal.
1.3.2 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah Implementasi Pasal 37 UU Bahasa
Tahun 2009 adalah mengetahui secara rinci pengimplementasian Bahasa
Indonesia yang dipergunakan dalam informasi tentang barang atau jasa
produksi dalam negeri maupun luar negeri yang beredar di Indonesia.

1.4 Sistematika Penulisan


Makalah ini terdiri dari empat bab, yaitu Bab I Pendahuluan, menjelaskan
latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat, dan sistematika
penulisan. Bab II Kajian Pustaka, menjelaskan Bahasa, Undang-undang No. 24
Tahun 2009 Pasal 37. Bab III Pembahasan, menjelaskan Implementasi UU No. 24
Tahun 2009 Pasal 37 dalam suatu produk, Implementasi UU No. 24 Tahun 2009
Pasal 37 dalam suatu jasa, dan Alasan implementasi UU No. 24 Tahun 2009 Pasal
37 tidak berjalan secara optimal. Bab IV Penutup, menjelaskan simpulan dan solusi.

3
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bahasa
Bahasa merupakan suatu ungkapan yang mengandung maksud untuk
menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Sesuatu yang dimaksudkan oleh
pembicara bisa dipahami dan dimengerti oleh pendengar atau lawan bicara melalui
bahasa yang diungkapkan.
Chaer dan Agustina (1995:14) fungsi utama bahasa adalah sebagai alat
komunikasi. Hal ini sejalan dengan Soeparno (1993:5) yang menyatakan bahwa
fungsi umum bahasa adalah sebagai alat komunikasi sosial. Sosiolinguistik
memandang bahasa sebagai tingkah laku sosial (sosial behavior) yang dipakai
dalam komunikasi sosial. Suwarna (2002: 4) bahasa merupakan alat utama untuk
berkomunikasi dalam kehidupan manusia, baik secara individu maupun kolektif
sosial.
Jeans Aitchison (2008 : 21) “Language is patterned system of arbitrary sound
signals, characterized by structure dependence, creativity, displacement, duality,
and cultural transmission”, bahasa adalah sistem yang terbentuk dari isyarat suara
yang telah disepakati, yang ditandai dengan struktur yang saling tergantung,
kreatifitas, penempatan, dualitas dan penyebaran budaya.

2.2 Undang-undang Kebahasaan No. 24 Tahun 2009 Pasal 37


Bahasa Indonesia merupakan hal yang terpenting dalam penggunaan produk
barang dan jasa. Berdasarkan fungsi dan pertimbangan politik tertentu, bahasa
Indonesia adalah bahasa nasional yang lebih luas pemakaiannya daripada bahasa
asing di luar wilayah NKRI. UU Kebahasaan No. 24 Tahun 2009 atas persetujuan
bersama DPR, Presiden, dan Menteri Hukum serta Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia. UU ini terdiri dari 74 pasal yang mengatur tentang Bendera, Bahasa, dan
Lambang Negara serta Lagu Kebahasaan.
Jika mengamati teks demi teks pasal dalam undang-undang tersebut.
Terutama pasal 37 yang berbunyi bahwa Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam
5

informasi tentang produk dan barang atau jasa produksi dalam negeri atau luar
negeri yang beredar di Indonesia. Dilanjut dengan ayat (2) yaitu, informasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilengkapi dengan bahasa daerah atau
bahasa asing sesuai dengan keperluan.
Jika isi pasal tersebut dicermati, tampaknya ayat (2) lebih dimaknai sebagai
wujud perizinan penggunaan bahasa daerah atau bahasa asing dalam produk barang
dan jasa yang dihasilkan.
Dengan begitu, seharusnya Bahasa Indonesia menempati posisi pertama
dalam pemakaian bahasa lain untuk menjelaskan informasi produk atau jasa
produksi, baik dalam maupun luar negeri. Akan tetapi kenyataannya, sangat
berbanding terbalik.
Teks Undang-undang tersebut memang memberi kesan indah. Meski pada
kenyataannya, justru Bahasa Indonesia dihiraukan oleh para produsen karena
dianggap bukan bahasa internasional. Padahal dengan kita menggunakan Bahasa
Indonesia, maka akan semakin banyak orang mengenal Bahasa Indonesia, dan itu
sangat menguntungkan bagi kita selaku bangsa Indonesia.
Kami, penulis banyak menemukan bahasa asing dalam informasi produk-
produk yang beredar di dalam negeri maupun luar negeri. Artinya, pada
pelaksanaannya, bahasa asing justru lebih diutamakan dibanding bahasa nasional
sendiri. Produk-produk yang sering ditemukan memuat banyak informasi bahasa
asing biasanya terdapat pada kosmetik, makanan, pakaian, dan lain-lain.
6

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Implementasi Undang-Undang Kebahasaan No. 24 Tahun 2009 Pasal 37


3.1.1 Bahasa Indonesia Digunakan dalam Informasi Suatu Produk Barang
Pada produk dalam negeri, ada beberapa produk yang memuat istilah-
istilah asing, yakni ada istilah : Made in, Batch, Expired. Beberapa istilah
tersebut banyak ditemukan di setiap kemasan suatu produk yang beredar di
Indonesia. Bahkan, beberapa istilah ini dikeluarkan oleh BPPOM bukan
oleh pihak produsennya.
Adapun beberapa produk dalam negeri yang memuat istilah-istilah
asing lainnya, diantaranya :
a. Kemasan Rokok
Lebih spesifik lagi, pada bagian depan kemasan rokok Gudang Garam,
terdapat kata “Signature” di bawah keterangan merk rokok tersebut dan
terdapat istilah “Premium Filter, kretek cigarettes”. Selain itu juga di
bagian bawahnya ada tulisan “Made in Indonesia”. Padahal, alangkah
baiknya kita dapat gunakan kalimat “Buatan Indonesia” khusus barang yang
beredar di Indonesia agar lebih mematuhi isi dari Undang-undang
Kebahasaan No. 24 Tahun 2009 itu sendiri.
Selain itu, pada tampak belakang kemasannya terdapat informasi yang
menjelaskan mengenai rokok itu dan informasi tersebut memuat bahasa
asing. Adapun kalimat penjelasannya bertuliskan :
“Gudang Garam preserves the Indonesian tradition of crafting high
quality clove cigarettes. Using modern-day technology and finest quality
tobacco, we bring to you the classic blend perfected by Surya
Wonowijoyo.”
7

Gambar 1. Implementasi pada Rokok


Teks yang terdapat pada bagian depan produk, alangkah baiknya
dilengkapi oleh keterangan Bahasa Indonesia sebagai penjelasan
terjemahan bahasa asing seperti ini :
“Gudang Garam melestarikan keahlian tradisi Indonesia dalam meramu
rokok tembakau. Dengan menggunakan teknologi terkini dan kualitas
tembakau terbaik, kami menyajikan racikan klasik yang disempurnakan
oleh Surya Wonowijoyo.”
b. Pakaian
Pada bagian dalam pakaian, sering sekali kami melihat label pakaian
yang disertai dengan beberapa informasi mengenai pakaian tersebut.
Biasanya, informasi tersebut dapat berupa pemberitahuan cara mencuci,
mengeringkan, dan menyetrika pakaian tersebut agar dapat terjaga dengan
baik dan awet. Akan tetapi, informasi tersebut biasanya dipaparkan dalam
bentuk bahasa asing. Bahkan, pakaian yang asli buatan Indonesia pun
menggunakan bahasa asing pada keterangannya. Sehingga, banyak yang
mengira bahwa itu merupakan produk luar negeri, bukan produk buatan
dalam negeri, yakni buatan Indonesia. Adapun keterangannya bertuliskan :
“Machine wash warm, inside outtr, with like colours. Use only non-
chlorine bleach, tumble dry, medium hot iron. Do not iron design.”
8

Gambar b.Implementasi pada Label Pakaian


Maka dari itu, alangkah baiknya jika pada bagian belakang label
tersebut ditambahkan penjelasan dengan menggunakan Bahasa
Indonesia, sehingga Bahasa Indonesia bisa dikenal oleh semua orang.
Adapun keterangan yang harus ditambahkan yaitu :
“Cucilah dengan air hangat, terbalik, satukan dengan warna yang
sama. Hanya menggunakan pemutih non-klorin. Dapat menggunakan
mesin pengering. Setrikalah dengan panas yang sedang. Jangan setrika
bagian yang bersablon.”
c. Alat Elektronik
Berikut adalah contoh produk yang memuat informasi bahasa asing.
Padahal, produk yang bernama “Krisbow” ini merupakan merk berbagai
perkakas Teknik, permesinan, pertukangan dan industri, perangkat
rumah tangga, dan furniture asal Indonesia. Akan tetapi, orang
Indonesia sendiri banyak yang mengganggap bahwa Krisbow adalah
produk luar negeri yang beredar di Indonesia. Hal itu disebabkan adanya
penyimpangan dari isi UU Bahasa Pasal 37. Pada bagian depan kemasan
produk ini terdapat keterangan yang berbahasa Inggris. Bahkan seperti
halnya produk yang dijelaskan pada point (a) dan (b) bahwa seharusnya
kita sebagai warga Indonesia harus memprioritaskan bahasa nasional
sendiri dibandingkan bahasa asing. Keterangan pada bagian depan
produk Krisbow ini bertuliskan :
9

WORKLIGHT MAGNETIC COB With SWIVEL STAND


Super bright LED alumunium flashlight. 3 modes : high, low, and strobe.
2-in-1 worklight with magnetic swivel stand base and swivel hanging
book.

Gambar c. Implementasi pada Alat Elektronik


Seharusnya ditambahkan keterangan lain yang menggunakan
Bahasa Indonesia pada bagian kanannya sebagai penjelasan atau
terjemahan dari keterangan bahasa asing tersebut. Keterangan tambahan
tersebut dapat ditulis seperti ini :
“Senter alumunium LED super terang. 3 mode: tinggi, rendah, dan
strobo. Lampu kerja 2-in-1 dengan dasar dudukan putar magnetik dan
buku dudukan putar.”
d. Pisau Utilitas
Selain rokok dan pakaian, adapula keterangan pada kemasan alat
elektronik di bawah ini yang memakai Bahasa Inggris. Pada bagian
depannya, tidak ada satu pun kata maupun kalimat berbahasa Indonesia di
kemasannya. Keterangan itu bertuliskan :
“Quick change button for quick and easy blade changes. Ergonomic
non-slip handle design. Built-in blade storage, includes 3 utility blades.
Ideal for cutting paper, wallpaper arts and crafts and other-DIY
application.”
10

Gambar d. Implementasi pada Pisau Utilitas


Selain itu, adapula keterangan petunjuk penggunaannya pada sebelah
kiri kemasan, yang menggunakan Bahasa Inggris juga. Namun, apabila
berpacu pada isi UU Bahasa Pasal 37, seharusnya bahasa asing digunakan
sesuai kebutuhan saja. Kemudian alangkah baiknya, ditambahkan Bahasa
Indonesia sebagai penjelasan dari keterangan bahasa asing tersebut, seperti
ini :
“Tombol perubahan cepat untuk perubahan pisau yang cepat dan
mudah. Desain pegangan non-slip ergonomis. Tempat penyimpanan pisau
terdiri dari 3 kegunaan pisau. Biasanya untuk menggunting kertas,
wallpaper seni dan kerajinan dan lain-lain.”

3.1.2 Bahasa Indonesia Digunakan dalam Informasi Suatu Jasa


Selain produk barang, adapun penggunaan bahasa Indonesia yang
digunakan dalam informasi suatu jasa, contohnya jasa servis laptop.
Pada saat kita ingin mempromosikan suatu jasa, kita wajib
menggunakan bahasa Indonesia. Kita boleh menambahkan bahasa asing di
11

dalamnya, tapi tidak boleh berlebihan. Artinya, penggunaan bahasa asing


itu digunakan sebagai pelengkap dan sesuai kebutuhan. Layaknya brosur di
bawah ini, mereka menambahkan bahasa asing tapi mereka pun
menjelaskannya kembali dengan Bahasa Indonesia.

Gambar e. Implementasi pada Jasa Servis Laptop

3.2 Alasan Implementasi UU No. 24 Tahun 2009 Pasal 37 Belum Terealisasi


secara Optimal
Alasan dibalik permasalahan ini salah satunya dikarenakan pihak perusahaan
tidak memfokuskan pandangannya terhadap terbitnya undang-undang tersebut,
sebab tidak adanya sanksi yang tegas. Perusahaan lebih memilih untuk fokus pada
konsep perusahaan agar dapat mengikuti era perdagangan bebas dengan
penggunaan bahasa asing pada produk-produk yang mereka jual. Mereka lebih
memilih Bahasa Inggris yang menjadi penghias barang-barang produksinya,
sedangkan Bahasa Indonesia dikesampingkan. Hal inilah yang mencerminkan
melemahnya psiko-sosial Bangsa Indonesia terhadap Bahasa Indonesia.
12

BAB IV
SIMPULAN DAN SOLUSI

4.1. Simpulan
Berdasarkan isi makalah yang sudah dibahas, didapatkan simpulan bahwa
Sesuai dengan Undang-undang No. 24 Tahun 2009 Pasal 37 bahwa pemerintah
memiliki tujuan jelas atas penggunaan Bahasa Indonesia terhadap produk barang
dan jasa dari dalam negeri maupun luar negeri. Pemerintah bertujuan agar bangsa
Indonesia dapat mengedepankan, mementingkan, menasionalisasikan Bahasa
Indonesia. Penggunaan bahasa asing terhadap produk barang dan jasa di Indonesia
diperbolehkan tetapi dengan syarat hanya sesuai kebutuhan saja. Artinya, Bahasa
Indonesia tetap menjadi prioritas utama dan didominankan daripada bahasa asing.
Jika bahasa asing lebih dominan daripada Bahasa Indonesia, maka dapat dikatakan
bahwa pemerintah dan rakyat Indonesia gagal menjunjung tinggi bahasa persatuan
sesuai Sumpah Pemuda.
4.2. Solusi
Menurut kami, para produsen seharusnya memproduksi produk dengan
menggunakan Bahasa Indonesia sebagai rasa cinta kita terhadap tanah air,
memperketat hukum secara tertulis dan tegas karena pihak perusahaan tak
mengindahkan terbitnya Undang-undang Kebahasaan karena tidak adanya sanksi
yang tegas. Badan Bahasa juga perlu memberi masukan dan bekerja sama dengan
Departemen Perindustrian dan Perdagangan untuk menertibkan penggunaan
Bahasa Indonesia pada ranah wilayah yang menjadi tanggung jawabnya.
DAFTAR PUSTAKA

Muhammadan, Ikbal. “Pemakaian Bahasa Asing pada Produk Lokal Tanpa


Penyertaan Bahasa Indonesia”.
http://ikbalmuhammadan.blogspot.com/2015/05/pemakaian-bahasa-asing-
pada-produk/. [1 September 2019]

--------. Rahmawati, Laili Etika. “Pengutamaan Bahasa Indonesia pada Makanan”


https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/116244/pengutamaan-bahasa-
indonesia-pada-makanan . [1 September 2019].

Anda mungkin juga menyukai