Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam penyelenggaraan pendidikan metode pembelajaran ada berbagai
metode yang dilakukan oleh para pendidik. Diantaranya adalah metode bermain
peran. Pada hakikatnya berbagai metode pembelajaran yang ada samasama saling
mendukung dalam proses belajar anak didik.
Pada umumnya dalam proses pendidikan pada anak lebih diutamakan pada
metode bermain sambil belajar (bermain peran). Hal ini dilakukan karena metode
ini lebih sesuai dengan kondisi anak-anak yang cenderung lebih suka bermain.
Maka para pendidik memanfaatkan hal ini untuk mendidik mereka dengan cara
bermain sambil belajar yaitu disamping mereka bermain mereka sekaligus
mengasah keterampilan dan kemampuan. Cara ini akan lebih berkesan dalam
memori otak anak-anak untuk perkembangan pengetahuannya karena pada usia
dini adalah masa-masa perkembangan memori otak sangat pesat.
Para ahli psikologi berpendapat bahwa masa pendidikan di MTs merupakan
masa usia emas (golden age). Pemberian pendidikan yang tepat pada masa ini
berpengaruh sangat signifikan bagi hasil belajar pada jenjang pendidikan
berikutnya. Pendidikan MTs dapat memberi andil bagi peningkatan mutu sumber
daya manusia. Pada fase usia emas ini, anak mengalami perkembangan yang
sangat pesat, baik menyangkut pertumbuhan fisik dan motoriknya, perkembangan
watak dan moralnya, serta emosional dan intelektualnya.
Pada usia ini pula, anak mulai belajar mengembangkan kemampuan bahasa
dan sosialnya. Usia emas itu datang hanya sekali dan tidak dapat terulang lagi
pada fase berikutnya. Oleh karena itu, masa usia emas ini merupakan masa yang
sangat penting untuk meningkatkan seluruh potensi kecerdasannya. Anak pada
usia ini harus mendapatkan beragam input yang merangsangnya, utamanya dalam
berbahasa.

1
Dengan kemampuan berbahasa, diarahkan agar anak mampu menggunakan
dan mengekspresikan pemikirannya dengan menggunakan katakata. Adapun
menurut Depdiknas (2007: 3) pengembangan bahasa lebih diarahkan agar anak
dapat:
1. Mengolah kata secara komprehensif.
2. Mengekspresikan kata-kata tersebut dalam bahasa tubuh (ucapan dan
perbuatan) yang dapat difahami oleh orang lain.
3. Mengerti setiap kata, mengartikan dan menyampaikannya secara utuh kepada
orang lain.
4. Berargumentasi, menyakinkan orang melalui kata-kata yang diucapkannya.
Guna mencapai arah pengembangan bahasa itu, manusia/anak memiliki
kecerdasan yang dapat dikembangkannya, yaitu kecerdasan linguistik.
Kecerdasan linguistik adalah kemampuan dalam menggunakan katakata
secara terampil dan mengekspresikan konsep-konsep secara fasih (fluently) (Agus
Effendi, 2005: 25). Adapun tujuan dari pada usaha meningkatkan kecerdasan
bahasa atau pengembangan bahasa di sekolah dasar adalah agar anak mampu
mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara tepat, mampu berkomunikasi
secara efektif dan minat untuk dapat berbahasa Inggris (Depdiknas, 2007: 17).
Bila kecerdasan linguistik ini diasah dengan baik melalui metode
pembelajaran yang bermakna dan menyenangkan, maka akan berkembang dengan
sangat baik dan anak-anak akan memiliki kemampuan dalam hal kepekaan akan
makna dan urutan kata serta kemampuan penggunaan bahasa, serta nantinya
setelah besar nanti anak sangat berkompeten untuk menjadi jurnalis, juru cerita,
penyair, dan pengacara. Hal ini didasarkan karena orang yang memiliki
kecerdasan ini dapat berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur atau
mengajak dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkannya.
Bermain merupakan cara yang paling tepat untuk mengembangkan
kecerdasan linguistik anak MTs. Melalui bermain, anak memperoleh dan
memproses informasi mengenai hal-hal baru dan berlatih melalui keterampilan
yang ada. Bermain disesuaikan dengan perkembangan anak. Permainan yang
digunakan di MTs merupakan permainan yang merangsang kreativitas anak dan

2
menyenangkan. Untuk itu bermain sambil belajar dan belajar sambil bermain
merupakan prinsip pokok dalam pembelajaran di MTs (Depdiknas, 2006).
Seto Mulyadi (2006) psikolog anak, menjelaskan bahwa anak adalah anak,
anak bukan manusia dewasa mini, karena itu metode pembelajaran terhadap anak
harus disesuaikan dengan perkembangannya. Dunia anak adalah dunia bermain.
Pada dasarnya anak senang sekali belajar, asal dilakukan dengan cara-cara
bermain yang menyenangkan.
Walau demikian, pada kenyataannya hampir di tiap-tiap MTs selalu
dijumpai anak-anak yang terlihat kurang memiliki kemampuan bicara dan
berbahasa. Ada beberapa anak didik yang terlihat belum bergabung untuk bermain
bersama teman-temannya. Mereka cenderung lebih suka menyendiri, bahkan ada
yang tidak mau keluar kelas saat istirahat untuk bermain dengan teman-temannya.
Selain itu juga ada anak yang sampai hanya mau duduk di kursinya saja
dan tidak mau berdiri bahkan untuk menoleh ke samping dan belakang untuk
melakukan interaksi dengan teman-temannya. Padahal bila seorang anak jarang
berinteraksi atau berkomunikasi dengan orang-orang di sekitarnya, maka
pembendaharaan kata yang dikuasai anakpun akan kurang atau jauh berbeda
dengan anak yang sering berinteraksi dengan lingkungannya sehingga
berpengaruh juga terhadap kemampuan berbahasa anak. Perkembangan bahasa
anak kurang maksimal sesuai dengan tahap perkembangan bahasa seusianya.
Rata-rata nilai Bahasa Inggris kelas VIII-B MTs Negeri Talang Bakung
tahun 2016/2017 pada ulangan harian masih dibawah KKM yang ditentukan yaitu
65, hal ini menunjukkan daya serap siswa dalam pelajaran Bahasa Inggris masih
di bawah rata-rata. Nilai yang diperoleh siswa masih di bawah standar kelulusan
yang sudah ditentukan sekolah. Sejalan dengan pelaksanaan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP), salah satu upaya yang dilaksanakan di sekolah ini
adalah penggunaan, media pembelajaran dan strategi pembelajaran. Hal ini harus
dilakukan agar kebutuhan peserta didik dapat terlayani dengan baik sesuai dengan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Berdasarkan observasi peneliti dikelas VIII-B MTs Negeri Talang Bakung
tahun 2016/2017, pada mata pelajaran Bahasa Inggris tingkat hasil belajar siswa

3
masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari hasil ulangan harian siswa yang belum
memuaskan. Dari 32 siswa terdapat 20 siswa yang memiliki nilai diatas KKM
yaitu diatas nilai 65 sementara 12 siswa lainnya mendapat nilai di bawah KKM
atau belum mengalami pembelajaran tuntas. Rata-rata nilai Bahasa Inggris pada
ulangan harian hanya r 60,60. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, yaitu
belajar siswa yang belum maksimal (belajar pada waktu ada PR atau ulangan),
kemampuan belajar siswa berbeda-beda ada yang lebih cepat mengerti bila
dijelaskan dan ada yang kurang mengerti bila dijelaskan tentang materi pelajaran
yang disampaikan, minat terhadap pelajaran Bahasa Inggris rendah hal ini bisa
dilihat dari keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran, antusias siswa dan
respon siswa dalam mengikuti pelajaran.
Proses pembelajaran Bahasa Inggris kurang menekankan pada aspek suatu
pembelajaran yang melibatkan pada pengalaman siswa pada keempat
keterampilan berbahasa yaitu mendengarkan, berbicara, menulis dan membaca hal
ini bisa dilihat pada observasi atau pengamatan yang dilakukan pada proses
kegiatan pembelajaran. Dapat dikatakan dibiasakan mengembangkan
keterampilan berbahasanya sehingga kecenderungan pembelajaran Bahasa Inggris
adalah siswa hanya mempelajari Bahasa Inggris sebagai produk, menghafalkan
konsep, dan teori sehingga pembelajaran Bahasa Inggris kurang bermakna bagi
siswa. Sehingga perlu adanya pendekatan yang tepat untuk memperbaiki proses
pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar siswa.
1.2 Identifikasi Masalah
Pemasalahan-permasalahan yang ditemukan pada proses pembelajaran
yang di kelola guru di kelas, ditemukan penyebab rendahnya keterampilan
berbahasa Bahasa Inggris siswa Kelas VIII-B MTs Negeri Talang Bakung Tahun
Pelajaran 2016/2017.
a. Metode pembelajaran Bahasa Inggris yang selama ini diterapkan, kurang
memberi kebiasaan pada pengalaman dan latihan pada siswa untuk
mengungkapkan gagasan, imajinasi atau perasaan pada siswa sehingga
metode pembelajaran Bahasa Inggris kurang menekankan pembelajaran pada
siswa akibatnya proses pembelajaran bahasa Inggris kurang mengembangkan

4
keterampilan berbahasa siswa.
b. Metode pembelajaran Bahasa Inggris yang diterapkan masih cenderung
mengarahkan siswa untuk menghafal informasi saja dan siswa hanya
mendengarkan penjelasan dari guru tanpa melibatkan langsung siswa
sehingga metode pembelajaran Bahasa Inggris lebih cenderung ke arah
ceramah akibatnya metode pembelajaran terkesan tidak menarik bagi siswa.
c. Penyampaian materi pelajaran dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris
masih kurang dipahami oleh siswa sehingga materi masih kurang dipahami
oleh siswa sehingga hasil belajar siswa rendah.
Berdasarkan observasi di Kelas VIII-B MTs Negeri Talang Bakung Tahun
Pelajaran 2016/2017, memberikan gambaran awal masalah yang dihadapi siswa
dalam pembelajaran Bahasa Inggris, yaitu:
a. Siswa kurang terampil dalam aspek keterampilan mendengarkan dan
membaca karena siswa kurang dibiasakan dan dilatih dalam kegiatan
pembelajaran akibatnya keterampilan mendengar dan membaca siswa kurang
dikembangkan.
b. Siswa kurang terampil dalam memahami dan menerapkan tanda baca dan
ejaan yang benar pada keterampilan menulis sehingga siswa masih kurang
memahami penggunaan tanda baca dan ejaan yang benar dalam menulis.
c. Siswa kurang terampil dalam mengungkapkan gagasan dalam kegiatan tanya
jawab dan diskusi pada keterampilan berbicara sehingga siswa kurang berani
dalam menyatakan pendapatnya jika dalam kegiatan tanya jawab dan diskusi.
d. Siswa kurang tertarik atau minat belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa
Inggris rendah sehingga siswa kurang aktif dalam kegiatan.
e. Kemampuan belajar siswa berbeda-beda akibatnya daya serap siswa terhadap
materi yang disampaikan juga berbeda-beda.
f. Siswa kurang memahami dan menguasai materi pelajaran sehingga hasil
belajar siswa rendah.
Identifikasi dan analisis masalah yang dilakukan, memberi petunjuk awal,
tentang keterampilan berbahasa yang harus diperbaiki pada pelajaran Bahasa
Inggris. Keterampilan yang sudah ada pada siswa yang masih perlu

5
dikembangkan dan ditingkatkan pada keempat keterampilan berbahasa yaitu
mengembangkan bagaimana memahami dan menerapkan keterampilan
mendengar dan membaca, mengembangkan keterampilan menulis dengan
memperhatikan penggunaan tanda baca dan ejaan yang benar, serta dapat
mengungkapkan gagasan dalam kegiatan tanya jawab dan diskusi pada
keterampilan berbicara. Dengan demikian diperlukan metode pembelajaran yang
mampu mengembangkan keterampilan berbahasa secara efektif dalam kegiatan
belajar.
Yang perlu dilakukan oleh guru dalam menyampaikan materi dalam
pembelajaran Bahasa Inggris agar siswa lebih memahami materi yang
disampaikan, yaitu:
a. Guru dapat menyampaikan materi melalui Metode Bermain Peran
Berbasis Kecerdasan Linguistik yaitu suatu metode mengajar berdasarkan
pengalaman karena siswa dapat bertindak dan mengekspresikan perasaan
dan pendapat dengan memperagakannya, baik secara lisan maupun tertulis.
b. Dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik sehingga dapat
membantu dalam memudahkan siswa memahami materi yang disampaikan
serta tidak membosankan bagi siswa.
c. Dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat sehingga tidak
terkesan monoton dan membosankan bagi siswa.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti merumuskan masalah
sebagai berikut: “Apakah dengan penerapan metode bermain peran berbasis
kecerdasan linguistik dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Inggris pada siswa
kelas VIII-B MTs Negeri Talang Bakung Tahun Pelajaran 2016/2017”?
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar bahasa
Inggris melalui metode bermain peran berbasis kecerdasan linguistik pada siswa
kelas VIII-B MTs Negeri Talang Bakung Tahun Pelajaran 2016/2017.

6
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, adapun manfaat yang
diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis serta manfaat praktis pada
masyarakat luas, khususnya dibidang pendidikan:
1.5.1 Manfaat Teoritis
Penelitian diharapkan memberi sumbangan bagi pengembangan,
peningkatan dan perbaikan praktik pembelajaran Bahasa Inggris yang
berpedoman pada KTSP. Penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberi
manfaat bagi sekolah dan guru agar mampu menangani masalah-masalah
dalam pembelajaran Bahasa Inggris yang berkaitan dengan aspek-aspek
keterampilan berbahasa seperti membaca, menulis, berbicara dan mendengar.
1.5.2. Manfaat Praktis
1) Bagi kepala sekolah
Memberikan masukan kepada sekolah di daerah agar lebih tanggap
jika ditemui masalah yang berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan
MTs Negeri Talang Bakung Bagi Guru
a. Meningkatkan kreativitas guru untuk menciptakan metode
pembelajaran yang menarik dalam proses pembelajaran.
b. Dapat digunakan sebagai masukan bagi guru sekolah dasar untuk
memperoleh metode pembelajaran yang tepat dalam mata pelajaran
Bahasa Inggris.
3) Bagi Siswa
a. Meningkatkan keterampilan berbahasa pada siswa seperti, membaca,
menulis, berbicara, dan mendengarkan.
b. Pembelajaran akan lebih bermakna karena siswa mempunyai gambaran
tentang konsep mata pelajaran Bahasa Inggris.
c. Siswa dapat mengaplikasikan dikehidupan sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai