Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 1

Manjemen Keuangan Pemerintah

“Fokus Belanja Pemerintah Pusat 2020”


Daftar Isi
A. Pendahuluan
Tahun 2020 menjadi tahun pertama pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional (RPJMN) 2020-2024, sekaligus merupakan momentum awal bagi bangsa Indonesia
yang akan memulai tahapan pembangunan dalam mewujudkan visi jangka panjang Indonesia
untuk menjadi negara yang berdaulat, maju, adil dan makmur. Pada tahap pertama menuju visi
jangka panjang Indonesia, prioritas pembangunan akan diarahkan untuk memperkuat pondasi
daya saing sebagai pijakan bagi pelaksanaan pembangunan pada tahap selanjutnya yaitu
periode transisi dalam memperkokoh daya saing, sebelum menuju fase negara maju pada
periode tahun 2036- 2045.

Pemerintah mencoba mengarahkan kebijakan fiskal untuk mendukung akselerasi daya saing
melalui inovasi dan penguatan kualitas sumber daya manusia melalui APBN 2020. Berbagai
kebijakan di bidang pendidikan dan kesehatan dirancang untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia agar siap berkompetisi dan beradaptasi dengan kemajuan industri dan teknologi.
Di sisi lain, pemerintah juga akan melanjutkan pembangunan infrastruktur yang telah
diintensiffkan beberapa tahun terakhir.
Pemerintah terlihat cukup optimis dengan menetapkan berbagai target seperti penurunan
kemiskinan, penurunan ketimpangan dan juga peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Tingkat kemiskinan akan coba diturunkan menjadi sekitar 8,5 persen - 9,0 persen dan tingkat
pengangguran menjadi 4,8 persen - 5,1 persen. Sementara itu, ketimpangan yang ditunjukkan
dengan Indeks Rasio Gini akan ditekan menjadi 0,375 – 0,380 dan Indeks Pembangunan
Manusia akan ditingkatkan menjadi 72,51. Pemerintah cukup yakin bahwa kebijakan fiskal
yang dirancang dalam APBN 2020 akan mendukung pencapaian seluruh target tersebut.

Sesuai dengan tema APBN 2020 kebijakan APBN tahun 2020 diformulasikan ke dalam bentuk
program-program prioritas pembangunan, yaitu (1) penguatan daya saing sumber daya
manusia, yang ditujukan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas sektor pendidikan dan
kesehatan agar dapat menciptakan generasi innovator yang kreatif dan sehat secara jasmani-
rohani; (2) penguatan program perlindungan sosial dan pengurangan ketimpangan, sebagai
wujud nyata kehadiran negara dalam melindungi masyarakat khususnya kelompok masyarakat
pendapatan menengah ke bawah dari risiko sosial dan ekonomi; (3) akselerasi pembangunan
infrastruktur untuk mendukung transformasi ekonomi; (4) penguatan kualitas desentralisasi
fiskal; dan (5) reformasi birokrasi.
Paper ini disusun dengan tujuan untuk memberikan gambaran berupa analsis postur APBN
2020 dengan menitikberatkan pada dua fokus belanja pemerintah, yakni (1) Sumber Daya
Manusia yang berkualitas dan (2) akselerasi pembangunan insfrastruktur.
B. Postur APBN 2020
Menjalang akhir tahun 2019, Pemerintah telah menetapkan rancangan Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara (APBN) tahun 2020. Kebijakan fiskal yang dituangkan dalam RAPBN
2020 telah disepakati antara Pemerintah dengan DPR pada rapat paripurna September 2019
lalu. Sebesar Rp2.528,8 triliun belanja negara dianggarkan pada RAPBN 2020. Jumlah tersebut
terdiri atas belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.670,0 triliun dan transfer ke Pemerintah
daerah sebesar Rp858,8 triliun. Untuk mencukupi kebutuhan belanja, Pemerintah menargetkan
pendapatan negara sebesar Rp2.221,5 triliun dan sisanya akan dipenuhi melalui pembiayaan
sebesar Rp307,2 triliun.

Tabel 1. Postur RAPBN 2020

2019 2020
Uraian
APBN Outlook RAPBN
A. PENDAPATAN NEGARA 2.165,1 2.030,8 2.221,5
I. PENDAPATAN DALAM NEGERI 2.164,7 2.029,4 2.221,0
1. PENERNAAN PERPAJAKAN 1.786,4 1.643,1 1.861,8
2. PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK 378,3 386,3 359,3
II. PENERIMAAN HIBAH 0,4 1,3 0,5
B. BELANJA NEGARA 2.461,1 2.341,6 2.528,8
I. BELANJA PEMERINTAH PUSAT 1.634,3 1.527,2 1.670,0
1. Belanja K/L 855,4 854,9 884,6
2. Belanja NonK/L 778,9 672,2 785,4
II. TRANSFER KE DAERAH DAN DANA DEŞA 826,8 814,4 858,8
1. Transfer ke Daerah 756,8 744,6 786,8
2. Dana Deşa 70,0 69,8 72,0
C. KESEIMBANGAN PRİMER (20,1) (34,7) (12,0)
D. SURPLUS/ (DEFISIT) ANGGARAN (A - B) (296,0) (310,8) (307,2)
%Suıplus/ (Defisit) Angaran terhadap PDB (1,8) (1,9) (1,8)
E. PEMBLAYAAN ANGGARAN 296,0 310,8 307,2
I. PEMBIAYAAN UTANG 359,3 373,9 351,9
II. PEMBIAYAAN INVESTASI (75,9) (75,8 (74,2
III. PEMBERIAN PNJAMAN (2,4) (2,3) 5,2
IV. KEWAJIBAN PENJAMINAN 0,0 0,0 (0,6)
V. PEMBIAYAAN LAINNYA 15,0 15,0 25,0

Jika dibandingkan dengan outlook APBN tahun 2019 terjadi kenaikan baik pada pos
pendapatan maupun pos belanja. Kenaikan pada target pendapatan adalah sebesar 9,4% jika
dibandingkan dengan outlook realisasi APBN 2019. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya
kenaikan target pendapatan adalah sebesar 11,4%, sehingga pada RAPBN 2020
pertumbuhannya menurun hal tersebut dapat dikatakan cukup wajar mengingat kondisi
perekonomian global yang memiliki tren melemah yang tentu saja ditengarai dapat
memengaruhi capaian penerimaan pendapatan.
Di sisi lain, belanja pemerintah juga mengalami kenaikan sebesar 8,0% dibandingkan dengan
outlook APBN tahun 2019. Pertumbuhan belanja pemerintah dibandingkan tahun sebelumnya
juga mengalami kenaikan, tetapi proyeksi pertumbuhan ekonomi pada tahun 2020 hanya
dipatok pada angka 5,3% atau naik 0,1% dibandingkan dengan outlook 2019. Menurut
penjelasan pemerintah dalam nota keuangan, proyeksi tersebut dibuat dengan
mempertimbangkan potensi dan risiko dari global maupun domestik
C. Prioritas Akselerasi Pembangunan Infrastruktur
1. Anggaran Infrastuktur RAPBN 2020

Kebijakan pembangunan infrastruktur akan terus dilanjutkan pada tahun 2020 yang
akan datang. Pembangunan infrastruktur diharapkan menjadi akselerator transformasi
industrialisasi dan untuk merespon revolusi Industri 4.0, mendukung pemerataan
pembangunan antarwilayah, dan sebagai antisipasi urbanisasi diwilayah perkotaan.
Pembangunan infrastruktur membutuhkan pendanaan yang besar sedangkan kapasitas
fiskal yang tersedia masih terbatas. Pada RAPBN 2020 anggaran belanja yang
dialokasikan untuk infrastruktur sebesar Rp419,2 triliun, yang terdiri dari infrastruktur
ekonomi sebesar Rp405.120,8 miliar, infrastruktur sosial sebesar Rp8.771,0 miliar,
dan dukungan infrastruktur sebesar Rp5.348,9 miliar
Tabel
Outlook RAPBN
Uraian
2019 2020
I. Infrastruktur Ekonomi 384,8 405,2
1. Melalui K/L 144,8 170,0
a.l. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 97,0 117,3
Kementerian Perhubungan 35,8 38,6
Kementerian Pertanian 0,7 0,9
Kementerian ESDM 1,8 2,1
Kementerian Komunikasi dan Informatika 3,0 3,3
2. Melalui Non K/L 2,6 3,5
a.l. 1. VGF (termasuk Cadangan VGF) 0,3 0,8
2. Belanja Hibah 2,0 2,2
3. Melalui Transfer Daerah 192,4 199,9
a.l. 1. Dana Alokasi Khusus 31,8 32,7
2. Tambahan Otonomi Khusus Infrastruktur Prov. Papua & Papua Barat 4,3 4,7
3. Perkiraan Dana Desa Untuk Infrastruktur 27,9 28,8
4. Perkiraan Dana Transfer Umum untuk Infrastruktur 128,4 130,0
4. Melalui Pembiayaan 45,0 31,8
a.l. 1. Fasilitas Likuiditas 5,2 9,0
2. BLU LMAN 22,0 10,5
II. Infrastruktur Sosial 10,2 8,8
a.l. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 1,9 1,9
Kementerian Agama 1,6 2,0
Kementerian Kesehatan 0,4 0,4
III. Dukungan Infrastruktur 4,8 5,3
a.l. BPN 2,7 3,1
Kementerian DTP dan Transmigrasi 0,1 2,1
Jumlah 399,7 419,2

Proporsi anggaran infrastruktur jika dibandingkan dengan total belanja pemerintah


adalah sebesar 16,6%. Secara nominal alokasi anggaran infrastruktur pada RAPBN
2020 memang lebih besar tetapi proporsinya terhadap total anggaran belanja lebih
kecil jika dibandingkan dengan outlook APBN 2019.
Investasi Pemerintah dalam bidang infrastruktur cukup masif dilakukan sejak tahun
2015. Alokasi anggaran infrastruktur tumbuh rata-rata 11% selama 5 tahun terakhir.
Pertumbuhan anggaran infrastruktur sangat signifikan terjadi pada tahun 2015 dan
2017 seperti terlihat pada grafik 2. Tren pertumbuhan anggaran infrastruktur cukup
sejalan dengan kenaikan belanja pemerintah selama 5 tahun terakhir. Namun
demikian, meskipun mengalami kenaikan tiap tahun porsi anggaran infrastruktur
terhadap total belanja berada pada kisaran 14% - 18% dengan rata-rata 16,5% selama
5 tahun terakhir. Artinya alokasi untuk anggaran lainnya pun mengalami kenaikan
pada rentang yang tidak jauh berbeda.
Grafik

Meskipun telah menganggarkan jumlah yang cukup besar dalam APBN, kemampuan
investasi pemerintah setiap tahunnya berada dalam kisaran 2,5 – 2,8 persen PDB,
sementara studi Asian Development Bank (2017) memperkirakan infrastructure gap
Indonesia masih dalam kisaran 4,7 – 5,1 persen. Akan tetapi, upaya Pemerintah dalam
menggenjot pembangunan infrastruktur perlu diapresiasi. Sebagaimana dilaporkan
World Economic Forum dalam Global Competitiveness Report (GCR 2017-2018),
infrastruktur Indonesia menempati peringkat ke 52 atau naik sepuluh peringkat dari
tahun 2015- 2016 (peringkat ke 62). Dari rata-rata total anggaran infrastruktur, 47,3
% dialokasikan melalui Belanja Pemerintah Pusat, 3,94 % dialokasikan melalui
transfer ke daerah dan dana desa, dan 13,3 % dialokasikan melalui pembiayaan.

Sejak tahun 2015 Pemerintah mencari alternatif pendanaan lainnya. Salah satunya
dengan melibatkan peran swasta, Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan
Layanan Umum (BLU). dan Pemerintah Daerah. Namun perlu diingat bahwa
pembangunan infrastruktur harus memperhatikan prinsip kehati-hatian dan portofolio
pembiayaan yang berisiko rendah. Dalam rangka meningkatkan partisipasi swasta,
Pemerintah mendorong skema pendanaan di luar APBN yaitu melalui skema inovatif
dan pembiayaan kreatif.
Capaian pembangunan bidang infrastruktur dari tahun 2015 – 2019 sebagai berikut :

1) Transportasi: Jalur kereta api ganda dan reaktivasi sepanjang 743,67 km, LRT
Palembang, MRT Jakarta, 15 Bandara baru, dan penyelesaian pembangunan
pelabuhan non komersial di 130 pelabuhan;
2) Konektivitas: Jalan sepanjang 3.793 kilometer, Jalan tol sepanjang 1.460,8
kilometer, Jembatan sepanjang 58,3 kilometer;
3) Komunikasi: meliputi pembangunan Palapa Ring dengan jangkauan telah
mencapai 475 dari total 514 kota.
Kebijakan pembangunan infrastruktur tahun 2020 akan diarahkan untuk mendorong
konektivitas dan pemerataan pembangunan antarwilayah. Sementara itu, arah
kebijakan pembangunan infrastruktur tahun 2020 secara terperinci adalah :
1. Mendorong akselerasi pembangunan infrastruktur pendukung transformasi
industrialisasi dan untuk merespon revolusi industri 4.0;
2. Mendorong pembangunan infrastruktur di perkotaan untuk antisipasi urbanisasi
3. Mendukung pemerataan pembangunan antarwilayah
4. Mendorong peran swasta maupun BUMN dalam rangka membiayai proyek
strategis nasional melalui skema pembiayaan kreatif;
5. Mengoptimalkan opsi-opsi kerja sama KPBU sebagai strategi kebijakan
pembiayaan jangka panjang di luar APBN;
6. Meningkatkan koordinasi lintas sektoral termasuk dengan Pemda selaras dengan
target nasional;
7. Meningkatkan komitmen untuk pembangunan sekaligus pemeliharaan
infrastruktur terutama pada K/L yang terkait infrastruktur.

Anggaran Infrastruktur dalam APBN diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok besar


yaitu Infrastruktur ekonomi, infrastruktur sosial, dan dukungan infrastruktur.
Infrastruktur ekonomi dimaksudkan untuk pembangunan sarana dan prasarana yang
diperlukan dalam rangka kelancaran mobilitas arus barang dan jasa, serta kelancaran
proses produksi. Termasuk dalam klasifikasi ini adalah kegiatan baik di
Kementerian/Lembaga, NonK/L, transfer daerah dan dana desa, maupun pembiayaan
anggaran. Pembiayaan anggaran antara lain terkait dengan transportasi,
pengairan/irigasi, telekomunikasi, dan informatika, perumahan/pemukiman serta
energi (ketenagalistrikan, minyak, dan gas bumi).

Infrastruktur sosial dialokasikan untuk mendanai pembangunan yang terkait dengan


pendidikan, agama dan kesehatan. Sedangkan dukungan infrastruktur dialokasikan
untuk mendukung pelaksanaan infrastruktur.
2015 2016 2017 2018 2019 2020
Uraian
APBN APBN APBNP APBN APBN RAPBN
I. Infrastruktur Ekonomi 247,4 260,2 390,3 396,5 399,1 405,2
1. Melalui K/L 170,3 122,0 157,1 161,3 153,4 170,0
a.l. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 107,4 80,9 101,6 104,7 101,7 117,3
Kementerian Perhubungan 44,4 28,9 42,6 44,2 38,1 38,6
Kementerian Pertanian 8,1 3,8 2,1 1,0 0,9 0,9
Kementerian ESDM 4,4 2,7 3,0 3,1 2,1 2,1
Kementerian Komunikasi dan Informatika 3,3
2. Melalui Non K/L 4,0 3,3 6,0 3,0 4,5 3,5
a.l. 1. VGF (termasuk Cadangan VGF) 0 0 0,5 1,2 2,1 0,8
2. Belanja Hibah 3,0 3,3 5,4 1,4 1,9 2,2
3. Melalui Transfer Daerah 39,1 77,7 180,9 184,1 196,2 199,9
a.l. 1. Dana Alokasi Khusus 27,7 56,2 32,3 33,9 33,5 32,7
2. Tambahan Otonomi Khusus Infrastruktur Prov. Papua & Papua Barat 3,0 2,9 3,5 4,0 4,3 4,7
3. Perkiraan Dana Desa Untuk Infrastruktur 8,3 18,7 24,0 24,0 28,0 28,8
4. Perkiraan Dana Transfer Umum untuk Infrastruktur 0 0 121,2 122,1 130,4 130,0
4. Melalui Pembiayaan 34,1 57,1 46,2 48,1 45,0 31,8
a.l. 1. Fasilitas Likuiditas 5,1 4,3 3,1 2,2 5,2 9,0
2. Penyertaan Modal Negara 28,8 36,2 9,6 6,1 17,8
3. BLU LMAN 0 16,0 32,1 35,4 22,0 10,5
II. Infrastruktur Sosial 5,8 6,2 8,5 8,9 10,7 8,8
a.l. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan 3,9 4,6 5,9 5,7 1,8 1,9
Kementerian Agama 2,0 1,6 2,6 2,9 2,0 2,0
Kementerian Kesehatan 0,4
III. Dukungan Infrastruktur 2,9 2,7 2,1 5,0 5,2 5,3
a.l. BPN 0,9 0,2 0,2 2,7 3,0
Kementerian Perindustrian 0,6 0,1 0,2 0,2 0
Kementerian DTP dan Transmigrasi 2,1
Jumlah 256,1 269,1 379,7 394,0 399,7 419,2

Berdasarkan perhitungan tabel di atas, alokasi anggaran infrastruktur mengalami


kenaikan setiap tahunnya. Pertumbuhan terbesar terjadi pada tahun 2015 mencapai
62,7%. Hal ini sejalan dengan program Pemerintah RI untuk mempercepat
pembangunan infrastruktur. Anggaran infrastruktur terbesar tahun 2015-2016
dialokasikan ke belanja infrastruktur ekonomi melalui program Kementerian Pekerjaan
Umum dan Perumahan Rakyat.
Sedangkan pada tahun 2017 -2019, alokasi terbesar melalui transfer ke daerah untuk
infrastruktur. Hal tersebut sejalan dengan kebijakan Pemerintah terhadap pengalokasian
Transfer Dana Daerah guna mendukung pembangunan infrastruktur antara lain:
1. Mewajibkan daerah untuk mengalokasikan Dana Transfer Umum (DAU dan DBH)
sebesar 25% untuk infrastrtuktur
2. Mempertajam sinkronisasi antara kegiatan yang didanai DAK Fisik dengan belanja
K/L untuk menghindari duplikasi
3. Mengarahkan penggunaan dana desa untuk pembangunan infrastruktur yang dapat
mengembangkan potensi desa.
Anggaran infrastruktur yang dialokasikan dalam Rancangan APBN (RAPBN)
diperkirakan sebesar Rp 419,3 triliun atau mengalami kenaikan 4,88% dari tahun
sebelumnya. Anggaran tersebut terdiri atas infrastruktur ekonomi sebesar Rp 405.120,8
miliar, infrastruktur sosial sebesar Rp 405.120,8 miliar, dan dukungan infrastruktur
sebesar Rp 5.348,9 miliar. Kenaikan ini diakibatkan adanya kenaikan pada belanja
infrastruktur ekonomi melalu K/L dan melalui transfer daerah.
Dalam RAPBN TA 2020, Pemerintah juga telah mengalokasikan dana infrastruktur
melalui transfer daerah yang mencapai 199,9 Triliun atau setara 48% dari total anggaran
infrastruktur. Alokasi terbesar kedua melalui Kementerian/KL yang mencapai 170
Triliun atau setara 41% dari total alokasi anggaran infrastruktur. Dari hasil rapat DPR,
anggaran Infrastruktur APBN TA 2020 yang telah disetujui sebesar RP 423,3 Triliun.

Anda mungkin juga menyukai