Anda di halaman 1dari 17

BAKTERIOLOGI II

Koleksi Spesimen
Tugas mata kuliah Bakteriologi

Pengajar :
Ibu Iis Kurniati, S.pd.,M.Kes.

Disusun Oleh :
Aura Salsabila (P17334118401)
Dewi Kusuma Miliani (P17334118419)
Vera Ozora Yunia (P17334118428)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN BANDUNG


JURUSAN ANALIS KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-IV

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam atas segala karunia dan rahmat serta
nikmat Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah
ini berjudul “Koleksi Spesimen”
Makalah ini disusun sehubungan dengan tugas mata kuliah Bakteriologi dengan Ibu Iis
Kurniati, S.pd.,M.Kes. selaku pengajar mata kuliah Bakteriologi. Makalah ini membahas
mengenai Koleksi Spesimen. Disamping itu, Penulis mengucapkan terimaksih kepada semua
pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah ini, sehingga dapat
terealisasikan makalah ini.
Demkian yang dapat penulis sampaikan penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini
terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Cimahi, 14 Oktober 2019

Penulis

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................................... 2
BAB 1 ....................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penulisan .................................................................................................................. 4
BAB 2....................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................ 5
2.1 Pengertian Koleksi Spesimen ................................................................................................. 5
2.2 Isolasi Mikroorganisme......................................................................................................... 5
2.3 Teknik Pertumbuhan Mikroorganisme.................................................................................. 6
2.4 Cara Menyimpan Bakteri ....................................................................................................... 7
2.5 Persyaratan Pengambilan koleksi Spesimen ......................................................................... 9
2.6 Peralatan yang dibutuhkan dalam pengumpulan spesimen ................................................ 9
2.7 Koleksi Spesimen .................................................................................................................. 10
BAB 3..................................................................................................................................................... 16
PENUTUP .............................................................................................................................................. 16
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................... 16
3.2 Saran ........................................................................................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................. 17

3
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Koleksi Spesimen?
2. Apa saja teknik untuk mengisolasi bakteri dalam Koleksi Spesimen?
3. Bagaimana cara untuk menyimpan bakteri untuk Koleksi Spesimen?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Pengertian Koleksi Spesimen
2. Untuk mengetahui apa saja teknik dalam mengisolasi untuk Koleksi Spesimen
3. Untuk mengetahui cara menyimpan bakteri untuk Koleksi Spesimen

1.4 Manfaat Penulisan


1. Dapat mengetahui dan meninambah wawasan serta ilmu pengetahuan tentang
Koleksi Spesimen Mikrobiologi
2. Mampu mengetahui teknik dalam mengisolasi bakteri untuk Koleksi Spesimen
3. Dapat mengetahui cara menyimpan bakteri untuk Koleksi Spesimen

4
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Koleksi Spesimen


Spesimen merupakan bagian terpenting dalam mengawali suatu pemeriksaan karena
hasil pemeriksaan laboratorium tidak akan lebih baik jika specimen yang diperoleh tidak baik
juga. Dalam pemeriksaan mikrobiologi adanya kontaminasi oleh mikroorganisme bukan
penyebab infeksi akan sangat menggangu. Sebaliknya mikroorganisme penyebab infeksi harus
dapat diperoleh dan dipertahankan hidup. Oleh karena itu cara pengambilan, penyimpanan dan
transformasi spesimen yang baik merupakan satu faktor utama penentu mutu pemeriksaan.
Koleksi specimen dalam laboratorium mikrobiologi memiliki ruangan yang khusus yaitu
ruangan koleksi spesimen . Ruang koleksi specimen memiliki fungsi untuk menentukan
penyakit yang disebabkan oleh mikrobiologi.

2.2 Isolasi Mikroorganisme


Prinsip dari isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba
lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba

 Isolasi pada agar cawan

Prinsip pada metode isolasi pada agar cawan adalah mengencerkan mikroorganisme
sehingga diperoleh individu spesies yang dapat dipisahkan dari organisme lainnya.
Setiap koloni yang terpisah yang tampak pada cawan tersebut setelah inkubasi berasal
dari satu sel tunggal.. Terdapat beberapa cara dalam metode isolasi pada cawan agar,
yaitu: metode gores kuadrat dan metode agar cawan tuang. Metode gores kuadart bila
metode ini dilakukan dengan baik akan menghasilkan terisolasinya mikroorganisme
dimana setiap koloni baresal dari satu sel. Metode agar tuang berbeda dengan etode
gores kuadrat, cawan tuang menggunakan medium agar yang dicairkan dan didinginkan
50 oC, yang kemudian dicawankan. Pengenceran tetap perlu dilakukan sehingga pada
cawan yang terakhir mengandung koloni-koloni yang terpisah diatas permukaan/
didalam cawan.

 Isolasi pada medium cair

5
Metode isolasi pada medium cair dilakukan bila mikroorganisme tidak dapat tumbuh
pada agar cawan (medium padat), tetapi hanya dapat tumbuh pada kultur cair. Metode
ini juga perlu dilakukan pengenceran dengan beberapa serial pengenceran. Semakin
tinggi pengenceran peluang untuk mendapatkan satu sel semakin besar.

 Isolasi sel tunggal

Metode isolasi sel tunggal dilakukan untuk mengisolasi sel mikroorganisme berukuran
besar yang tidak dapat diisolasi dengan metode agar cawan/medium cair. Sel
mikroorganisme dilihat dengan menggunakan perbesaran sekitar 100 kali. Kemudian
sel tersebut dipisahkan dengan menggunakan pipet kapiler yang sangat halus ataupun
micromanipulator, yang dilakukan secara aseptis.

2.3 Teknik Pertumbuhan Mikroorganisme


A. Metode Na Tegak dan Na Miring
Medium NA berdasarkan konsistensinya merupakan medium yang berbentuk
padat (solid medium), karena dapat dipadatkan dengan adanya agar, yang dibuat miring
atau tegak. Berdasarkan susunan kimianya, medium ini merupakan medium organik
non-sintetik karena disusun dari bahan-bahan organik dan susunan kimianya belum
ditentukan secara pasti.

Medium NA berfungsi untuk menumbuhkan mikroba atau bakteri pada


permukaan sehingga mudah diisolasi dan diidentifikasi. Medium ini dapat dibuat dalam
2 jenis, yaitu NA miring dan NA tegak. NA miring digunakan untuk membiakkan
mikroba sedangkan NA tegak digunakan untuk menstimulir pertumbuhan bakteri dalam
kondisi kekurangan oksigen. NA digolongkan pula medium umum sebab dapat
digunakan untuk menumbuhkan beberapa jenis bakteri. Bahan-bahan yang digunakan
dalam pembuatannya adalah:

- Pepton, sebagai sumber utama nitrogen dan protein bagi mikroba.


- Beef ekstrak, sebagai sumber makanan, sumber karbon organik,
nitrogen, vitamin, dan garam mineral sebagai tempat pertumbuhan
mikroba.
- Agar, berfungsi sebagai pemadat medium.
- Akuades, sebagai bahan pelarut dan untuk menghomogenkan larutan.

B. Metode Puor Plate dan Steak Plate


Metode pour plate, metode ini dilakukan dengan mengencerkan koloni bakteri
lalu dituangkan kedalam cawan petri baru dtuangkan pula medium agar yang masih

6
cair. Teknik ini akan menyebabkan mudah timbulnya spreader yaitu koloni yang
berbeda saling menumpuk. Hal ini bisa dihindari dengan membuat koloni tersebut
lebih encer lagi, sehingga pada saat dituang koloni yang ada hanya sedikit dan
kemungkinan ada spreadpun dapat dikurangi. Kekurangan yang lain dari metode ini
adalah kontaminan sulit dibedakan karena semuanya dituang secara homogeny. Hal
ini dapat dihindari dengan selalu bekerja dengan teknik aseptis. Kelebihan dari
metode pour plate adalah tekniknya mudah dilakukan. Dan, karena sampel dikocok
homogen maka bakteri aerob maupun anaerob dimungkinkan dapat hidup.
Metode gores atau streak plate menggunakan loop ose dan menggoreskannya
ke permukaan medium agar dengan pola tertentu dengan harapan pada ujung
goresan, hanya sel-sel bakteri tunggal yang terlepas dari ose dan menempel ke
medium. Sel-sel bakteri tunggal ini akan membentuk koloni tunggal yang kemudian
dapat dipindahkan ke medium selanjutnya agar didapatkan biakan murni.

2.4 Cara Menyimpan Bakteri


A. Penyimpanan Jangka Pendek

Stok bakteri yang berfungsi dapat digoreskan ke cawan agar dan disimpan pada
suhu 4oC untuk penggunaan harian atau mingguan. Cawan biakan harus dibungkus dengan
parafilm (plastik atau parafin) dan disimpan terbalik (agar-agar) untuk meminimalkan
kontaminasi dan untuk menjaga biakan dan agar-agar terhidrasi dengan baik. Beberapa
strain bakteri dapat disimpan hingga 1 tahun pada suhu 4OC dalam kultur tusukan agar,
yang sangat berguna untuk mengangkut sampel ke fasilitas penelitian lainnya. Kultur
tusukan disiapkan dengan terlebih dahulu mensterilkan agar-agar yang kompatibel (agar-
agar lysogeny untuk Escherichia coli) dan kemudian mentransfer agar cairan hangat ke vial
bertutup menggunakan teknik aseptic yang sesuai. Setelah agar-agar membeku, satu koloni
diambil dan kultur yang tumbuh aktif menggunakan kawat lurus steril. Kawat dengan
bakteri kemudian dicelupkan ke dalam agar lunak beberapa kali, dan vial diinkubasi pada
suhu 37oC selama 8-12 jam dengan tutupnya sedikit longgar . botol kemudian ditutup rapat
dan disimpan di tempat gelap pada suhu 4oC.

B. Penyimpanan Jangka Panjang

Suhu penyimpanan bakteri beku mempengaruhi berapa lama bakteri tersebut dapat
disimpan sementara tetap layak. Membekukan dan mencairkan sel pada tingkat yang tepat
dan menjaga stok beku pada suhu penyimpanan yang tepat membantu meminimalkan

7
kerusakan dari proses pembekuan. Juga, semakin besar kepadatan sel, semakin baik
pemulihan setelah pencairan sel. Untuk sebagian besar bakteri, kepadatan 10 7 sel / mL
akan menghasilkan pemulihan yang memadai jika semua kondisi dipertahankan dengan
baik.

Cryoprotectants: Karena air dalam sel dikonversi menjadi es, zat terlarut
menumpuk di dalam air yang bebas residu. Peningkatan konsentrasi garam secara lokal ini
dapat mendenaturasi biomolekul. Selanjutnya, pembentukan kristal es dapat merusak
membran sel. Aditif yang dicampur dengan suspensi bakteri sebelum pembekuan
menurunkan titik beku dan melindungi sel selama pembekuan untuk meminimalkan efek
merugikan dari peningkatan konsentrasi zat terlarut dan pembentukan kristal
es. Cryoprotectants yang paling umum digunakan adalah dimethylsulfoxide (DMSO) dan
gliserol, yang biasanya digunakan pada 5-15%. Aditif yang tidak permeabel digunakan
sebagai cryopreservants, seperti polisakarida, protein, dan dekstran, menyerap ke
permukaan mikroorganisme dan membentuk lapisan kental yang melindungi membran,
membuat agen ini sangat berguna untuk pelestarian cryopreservasi. Aditif lain yang umum
digunakan termasuk serum darah, etilen glikol, metanol, susu skim, ekstrak ragi, dan
kedelai tripticase.

Sampel beku: Untuk menyiapkan stok gliserol, gliserol pertama kali diautoklaf dan
dibiarkan dingin. Volume gliserol yang sesuai ditambahkan ke suspensi bakteri fase log
dan vorteks untuk memisahkan sel dan memastikan pencampuran bakteri dengan gliserol.
Setelah mengubah suspensi menjadi vial sekrup-tutup botol cryogenic, sel-sel dibekukan
dengan merendam tabung dalam es etanol-kering atau nitrogen cair dan kemudian disimpan
dalam freezer (-20 hingga -80 ° C) atau nitrogen cair (-150 ° C). Pencairan berulang dan
refreezing dari stok bakteri akan mengurangi viabilitas sel dan harus dihindari. Ketika
memulihkan strain dengan penanda seleksi antibiotik, membiakkannya di media selektif
akan memastikan bahwa stok bakteri tidak terkontaminasi.

Pengeringan-beku: Bakteri dapat dikering-bekukan dengan menangguhkan sel


fase log dalam media liofilisasi dan kemudian membekukan suspensi. Tidak semua bakteri
berhasil dibekukan. Strain tertentu mungkin tidak bertahan proses atau mati dengan cepat
setelah beku-kering. Cara terbaik untuk menentukan apakah suatu strain dapat menerima
pengeringan beku adalah dengan mengevaluasi secara empiris stabilitasnya setelah

8
pengeringan dengan tetap mempertahankan kultur hidup sebagai cadangan. Setelah kering-
beku, yang terbaik adalah menyimpan bakteri pada atau di bawah 4°C.

2.5 Persyaratan Pengambilan koleksi Spesimen


a. Bila memungkinkan sampel untuk kultur bakteri harus dilakukajn sebelum melakukan
terapi antibiotik. Hanya satu atau dua dosis dari antibiotic yang dapat menghambat atau
mencegah isolasi patogen penginfeksi.
b. Jika seorang pasien sudah diterapi antimikroba dan pemeriksaan bakteriologis tetap
dilakukan, maka terapi antimikroba seharusnya ditangguhkan (bila kondisi klinis pasien
memungkinkan) selama 48 - 72 jam sebelum mengambil sampel.
c. Jika sampel harus diambil sementara pasien diterapi antibiotik, maka pasien diminta untuk
menginformasikan hal ini pada formulir permintaan sehingga laboratorium dapat
mempertimbangkan hal ini - dimungkinkan untuk menetralkan obat, atau kompensasi
dengan memperpanjang waktu inkubasi biakan .
d. Sampel harus diambil sedekat mungkin dari fokus infeksi, karena bila lebih jauh dari
tempat infeksi akan semakin rendah jumlah patogennya. Beberapa organisme yang bahkan
tidak akan bertahan dalam atau pada jaringan yang berdekatan ( misalnya. gonococcus
jarang diisolasi dari usap vagina melainkan dari swab serviks).
e. Selain itu, kolonisasi flora bakteri yang normal dapat ditafsirkan sebagai patogen jika
sampel tidak diambil langsung dari situs yang terinfeksi (.overgrowth flora normal sering
terjadi pada permukaan luka yang terinfeksi, borok atau sinus meskipun mereka sebenarnya
tidak bertanggung jawab atas terjadinya infeksi).
f. Sampel yang diambil harus diduga mengandung patogen penyebab infeksi (misal. 'dahak'
dari pasien yang batuk nanah dan bukan ludah penuh busa).
g. Setelah memperoleh kualitas sampel yang tepat harus dijaga dari kontaminan dengan
menempatkannya dalam wadah anti bocor yang sesuai
h. Partisipasi aktif pasien juga penting untuk mendapatkan sampel berkualitas baik: ini
berlaku terutama untuk koleksi urin, feses dan dahak. Instruksi yang jelas dan sederhana
harus diberikan, dan tawarkan bantuan bila diperlukan.

2.6 Peralatan yang dibutuhkan dalam pengumpulan spesimen


a. Sarung tangan sekali pakai
b. Jas Lab
c. Wadah steril untuk pengumpulan spesimen
d. Form data specimen
e. Plastik label biohazard jika diperlukan

9
2.7 Koleksi Spesimen
a. Spesimen Darah
 Pedoman
Diambil saat suhu tubuh naik, Diambil dari dua tempat yang berbeda, Diambil secara
aseptic langsung dimasukan ke media kultur darah.
 Cara mengambil spesimen
Lakukan tindakan aseptik dengan alkohol dan gunakan jarum suntik untuk
mendapatkan volume darah. Setelah dirasa cukup, lepaskan dan buang jarum dan
masukan darah ke wadah steril dengan jarum baru. Pastikan bahwa tutup karet pada
botol/ wadah penampung telah dibuka saat sesudah pengambilan darah.
 Volume yang dibutuhkan
Dewasa = 10-20 ml
Anak = 1-5 ml
Bayi = 1-3 ml
 Spesimen sebaiknya disimpan < 24 jam pada suhu ruang
 Media Biakan Darah

b. Spesimen Urin

 Pedoman
Urine pagi adalah urine terbaik untuk pemeriksaan.
 Cara pengambilan specimen
1. Urine Porsi Tengah Urine porsi tengah sebagai sampel pemeriksaan
urinalisis merupakan teknik pengambilan yang paling sering dilakukan dan
tidak menimbulkan ketidak nyamanan pada penderita. Akan tetapi resiko
kontaminasi akibat kesalahan pengambilan cukup besar. Tidak boleh
menggunakan antiseptik untuk persiapan pasien karena dapat
mengkontaminasi sampel dan menyebabkan kultur false-negative

10
2. Urine Kateter, Pada cara ini juga penting tindakan antisepsis pada daerah
kateter yang akan ditusuk dan keadaan asepsis harus selalu dijaga. Tempat
penusukan kateter sebaiknya sedekat mungkin dengan ujung kateter yang
berada di dalam kandung kemih (ujung distal). Penilaian urin yang
diperoleh dari kateter sama dengan hasil biakan urine yang diperoleh dari
punksi suprapubik.
3. Pungsi Suprapidik, Pengambilan urine dengan punksi suprapubik dilakukan
pengambilan urine langsung dari kandung kemih melalui kulit dan dinding
perut dengan semprit dan jarum steril.
 Alat dan Volume yang dibutuhkan
Pot/Wadah dengan mulut lebar steril, ≥ 1 ml, atau kit transport urin
 Transport
Tanpa pengawet : ≤ 2 jam pada suhu ruang
Dengan pengawet : ≤ 24 jam pada sushu ruang
( Cantumkan Form pengambilan specimen )
c. Spesimen Fesses
Sampel fesses yang baik dapat memudahkan dokter untuk mengindikasi penyebab diare
atau penyakit pencernaan, mikroorganisme penyebab icterus, penyakit gastrointestinial,
bahkan adanya darah atau lendir dalam tinja.
 Pedoman
Speseimen berupa fesses segar, bila tidak memungkinkan dapat diambil usap
rektal (dubur). Spesimen jangan bercampur dengan air kloset atau urin
 Cara Pengambilan Spesimen
Berikan edukasi pada pasien, Berikan waktu pasien untuk mengeluarkan
fessenya secara pribadi, tanyakan bila memerlukan bantuan, Pindahkan fesses
dalam keadaan steril, beri label dan kirimkan ke laboratorium
 Alat dan Volume yang dibutuhkan
Pispot steril, atau Commode Disposible untuk pasien bayi dan neonates. Wadah
tidak boleh diisi sampai penuh, Hanya dinutuhkan sampel sebesar biji kenari ≥
2 gr atau 10 ml.
 Transport
Tanpa pengawet ≤ 1 jam pada suhu ruang

11
d. Spesimen Sputum
Sampel dahak berkualitas baik sangat penting untuk diagnosis mikrobiologis
pneumonia yang akurat, tetapi juga trakeitis akut dan bronchitis.
 Pedoman
Ambil sputum pertama pagi hari setelah bangun tidur atau sputum sewaktu.
Ingatkan pasien bahwa yang diambil adalah dahak bukan liur atau ludah
 Alat dan Volume yang dibutuhkan
Pot Steril untuk menampung dahak, ≥ 5 ml
 Cara pengambilan specimen
Minta pasien untuk bernapas dalam dalam kemudian tahan selama 5 detik.
Secara perlahan keluarkan napas. Ambil napas dalam sekali lagi, kemudian
batuklah dengan keras sehingga keluar sputum di mulut Anda. Ludahkan
sputum ke wadah plastik. Ulangi ini terus sehingga sputum mencapai garis 5
ml (atau lebih) pada wadah plastik. Ini kurang lebih sejumlah 1 sendok teh
sputum.
e. Spesimen Eksudat/ Cairan Luka
Merupakan suatu proses pengambilan eksudat atau cairan luka pada infeksi yang
diderita oleh pasien sebagai bahan penelitian pada laboratorium. Hal ini
dilakuakan agar mengetahui sejauh mana infeksi yang dialami oleh pasien.

Tipe Eksudat Deskripsi Unsur Pokok


Serosa Encer, jernih Serum, sedikit sel
Purulen Lebih kental karena ada us; Leukosit, debris jaringan mati
warna bervariasi (misalnya yang cair dan bakteri yang
sedikit biru, hijau atau hidup dan mati.
kuning). Warna mungkin
bergantung pada organisme
penyebabnya.
Sanguinosa Merah gelap atau terang. Sel darah merah.
(Hemoragik) Eksudat sanguinosa yang
terang mengindifikasikan
pendarahan segar, sedangkan
eksudat sanguinosa yang
gelap menunjukan
pendarahan yang sudah lama.

12
Serosangunosa Drainase jernih dan ada Sel darah merah dan serum.
sedikit darah. Biasanya
terlihat pada insisi bedah.
Purosanguinosa Pus dan darah. Sering terlihat Leukosit debris jaringan mati
pada luka baru yang yang cair, bakteri dan sel
terinfeksi. darah merah.

 Cara pengambilan spesimen


Diambil dari bagian dalam luka dengan aspirasi, biopsy, kerokan , dan swab,
setelah permukaan kulit dibersihkan dengan antiseptic dan dicuci dengan air
salin steril jika tidak menggunkan antiseptic mungkin akan terbawa dengan
swab
 Transport
≤ 2 jam pada suhu ruang
 Penyimpanan
≤ 24 jam suhu ruang

f. Specimen Cairan Serebrospinal


Pengambilan specimen cairan serebrospinal (CSF) sangat penting untuk diagnosis
meningitis menular yang akurat dan dapat membantu dalam diagnosis ensefalitis.
 Pedoman
Spesimen diambil dengan cara aseptic dalam jumlah yang cukup.
 Volume yang dibutuhkan
1ml jika memungkinkan
 Cara pengambilan spesimen
Diperoleh melalui tusukan lumbal yang dilakukan oleh staf medis. Diperlukan
teknik steril karena ada risiko infeksi itu sendiri menyebabkan meningitis.
 Transport
Kirim sesegera mungkin
 Penyimpanan
Kirim sesegera mungkin pada suhu ruang, tidak boleh didinginkan
g. Specimen Usap Tenggorok
 Pedoman

13
Tekan lidah dengan spatula, dengan lidi kapas steril usap kedua tonsil, faring
posterior, dan jika ada daerah eksudasi atau ulserasi. Usahakan agar swab tidak
menyentuh lidah, bibir, uvula.
 Cara pengambilan specimen
- Tempatkan anak pada posisi dengan sumber cahaya yang baik. Ini
akan memastikan visibilitas maksimum dari tempat tidur tonsil.
- Lakukan kebersihan tangan dan kenakan sarung tangan dan celemek.
- Entah menekan lidah dengan spatula atau meminta anak untuk
mengatakan "aahh". Prosedur ini kemungkinan menyebabkan tersedak
dan lidah akan bergerak ke atap mulut. Hal ini dapat mencegah
pengambilan sampel yang akurat, oleh karena itu penting untuk dengan
cepat tetapi dengan lembut usap apusan ke atas lapisan tonsil.
- Perawatan harus diambil untuk tidak mencemari swab dengan kontak
dengan lidah atau mukosa mulut saat pengangkatan.
- Kembalikan swab ke wadah dengan media transportasi.
- Lepaskan sarung tangan dan celemek dan lakukan kebersihan tangan.

 Transport
Sesegera mungkin, < 1 jam, swab jangan sampai mongering. > 1 jam dianjurkan
memakai medium transport.
 Penyimpanan
Bila diatas 1 jam 4OC.
h. Specimen Usap Hidung
 Pedoman
Masukan kapas lidi, minimal 1 cm ke dalam lubang hidung. Ambil sampel pada
mukosa dengan memutar kapas lidi perlahan selama 10-15 detik.
 Cara pengambilan specimen
- Lakukan kebersihan tangan dan kenakan sarung tangan dan celemek
- Jika hidung kering, basahi apusan dalam larutan saline 0,9% steril
sebelumnya untuk meningkatkan pengumpulan bahan dan mengurangi
ketidaknyamanan.

14
- Masukkan swab ke dalam nares anterior dan arahkan ke ujung hidung
dan putar dengan lembut. Kedua nares harus diseka menggunakan
swab yang sama untuk mendapatkan bahan yang memadai.
- Kembalikan swab ke wadah dengan media transportasi.
- Bagian luar lubang hidung dapat digosok setelah prosedur untuk
mengurangi sensasi yang tidak menyenangkan dari swabbing.
- Lepaskan sarung tangan dan celemek dan lakukan kebersihan tangan.

 Transport
Kirim sesegera mungkin, jangan didinginkan. Swab jangan sampai kering
 Penyimpanan
Dalam media transport

15
BAB 3

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Koleksi specimen adalah cara penanganan, pengolahan, dan pengambilan dari
specimen atau sampel yang akan diujikan. Spesimen yang diambil bisa berupa darah,
cairan peritoneal, cairan peritoneum, cairan serebrospinal (CSF), cairan pleura, cairan
synovial, urin, sekret, feses, sperma.
Proses-proses dalam pengambilan spesimen harus dilakukan secara aseptik dan
dengan metode yang tepat.
Prinsip dalam isolasi mikroba adalah memisahkan satu jenis mikroba dengan mikroba
lainnya yang berasal dari campuran bermacam-macam mikroba. Ada tiga macam
isolasi yaitu isolasi pada agar cawan, isolasi pada medium cair dan isolasi sel tunggal.

Tekinik pertumbuhan sangat penting untuk koleksi spesimen, dengan dua teknik
pertumbuhan yaitu Metode Na Tegak dan Na Miring serta Metode Puor Plate dan Steak
Plate

16
DAFTAR PUSTAKA

17

Anda mungkin juga menyukai