Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah dan perumahan yang layak merupakan kebutuhan dasar bagi
manusia dan merupakan faktor penting untuk meningkatkan harkat, martabat
dan kesejahteraan. Selain itu rumah dan perumahan merupakan cerminan dari
jati diri manusia baik perorangan maupun kelompok dan kebersamaan dalam
masyarakat.
Bali pada masa lalu mempunyai bentuk rumah dan perumahan yang
didasari oleh konsep Tri Hita Karana, dalam pengaturan ruang, tata letak,
bentuk, serta penggunaan bahan, berpedoman pada pemikiran, hubungan
manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan
hubungan manusia dengan lingkungannya.
Bertambahnya jumlah penduduk, berkembangnya ilmu pengetahuan
dan teknologi, dibarengi pengaruh pariwisata pada masa ini memberi
perubahan cara pandang dalam pengaturan perencanaan perumahan yang
akan menimbulkan baik dampak positif maupun negatif.
Masyarakat Bali yang berkehidupan agraris menciptakan suasana
harmonis, berbeda dengan budaya pariwisata dengan kehidupan global dan
ekonomi liberal. Kecanggihan teknologi sering menimbulkan ekploitasi
alam dan budaya secara berlebihan. Dalam hal ini kehidupan budaya lokal
banyak yang kontradiktif dengan kehidupan wisatawan global yang cendrung
berkembang saat ini.
Sebagian besar negara di dunia dengan sedikit sekali perkecualiannya
berkompetisi dengan negara lain merebut sebanyak mungkin perolehan
pendapatan dengan membangun yang berkaitan dengan pariwisata, yang
memerlukan fasilitas kehidupan termasuk perumahan.
Tekanan kehidupan yang tinggi terhadap perumahan hampir selalu
dikaitkan dengan kebutuhan akan lahan yang luas yang berdekatan dengan
pusat kota dengan nilainya relatif mahal. Dalam upaya efisiensi penggunaan
lahan, pengembang cenderung menterapkan sistem perumahan kelompok atau

1
perumahan bertingkat banyak sering menimbulkan permasalahan teknis
maupun sosial.
Berbagai permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan rumah dan
perumahan seperti di atas seiring dengan perkembangan penduduk dan
aktivitas manusia, akan berpengaruh pada kehancuran sosial budaya pada
masa yang akan datang.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemukiman yang sehat dan persyaratan rumah
sehat ?
2. Apa yang dimaksud rumah tradisional dan bagian-bagia dari rumah
tradisional bali ?
3. Apakah rumah tradisional bali sudah memenuhi persyaratan dari rumah
sehat itu sendiri ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pemukiman yang sehat dan
persyaratan rumah sehat
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud rumah tradisional dan bagian-bagia
dari rumah tradisional bali
3. Untuk mengetahui apakah rumah tradisional bali sudah memenuhi
persyaratan dari rumah sehat itu sendiri

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
1. Pengertian Rumah
Sanitasi adalah usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan
pada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang
mempengaruhi derajat kesehatan manusia.
Menurut WHO rumah adalah struktur fisik atau bangunan untuk
tempat berlindung, dimana lingkungan berguna untuk kesehatan jasmani
dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk kesehatan keluarga dan
individu.
Perumahan sehat merupakan konsep dari perumahan sebagai faktor
yang dapat meningkatkan standar kesehatan penghuninya. Konsep tersebut
melibatkan pendekatan sosiologis dan teknis pengelolaan faktor risiko dan
berorientasi pada lokasi, bangunan, kualifikasi, adaptasi, manajemen,
penggunaan dan pemeliharaan rumah di lingkungan sekitarnya. Sarana
lingkungan adalah fasilitas penunjang yang berfungsi untuk
penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial, dan
budaya. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungna
yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana
mestinya.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah
bangunan tempat berlindung dan beristirahat serta sebagai sarana
pembinaan keluarga yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik,
mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat bekerja secara
produktif. Oleh karena itu keberadaan perumahan yang sehat, aman,
serasi, teratur sangat diperlukan agar fungsi dan kegunaan rumah dapat
terpenuhi dengan baik.
Jadi sanitasi perumahan adalah menciptakan keadaan lingkungan
perumahan yang baik atau bersih untuk kesehatan.

3
2. Persyaratan Rumah Sehat
Dalam Azwar (1995), The American Public Health Association telah
berhasil merumuskan syarat-syarat perumahan yang dianggap pokok untuk
terjaminnya kesehatan. Syarat-syarat tersebut ialah:
a. Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhnya
kebutuhan fisik dasar dari penghuninya. Oleh karena itu, hal-hal yang
harus diperhatikan disini adalah:
1) Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat
dipelihara atau dipertahankan suhu lingkungan yang penting untuk
mencegah kehilangan panas atau bertambahnya panas badan secara
berlebihan.
2) Rumah harus terjamin penerangannya yang dibedakan atas cahaya
matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nyala api
lainnya (penerangan buatan).
3) Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna
sehingga aliran udara segar dapat terpelihara.
4) Rumah tersebut harus mampu melindungi penghuni dari gangguan
bising yang berlebihan.
b. Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi
kebutuhan kejiwaan (Psikologis) dasar dari penghuninya. Tergantung
dari pola hidup yang dimiliki oleh penghuni, maka apa yang disebut
kebutuhan kejiwaan dasar ini amat relatif sekali.
1) Ketentuan-ketentuan tentang privacy yang cukup bagi setiap
individu.
2) Kebebasan dan kesempatan bagi setiap keluarga yang normal.
3) Kebebasan dan kesempatan hidup bermasyarakat.
c. Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat
melindungi penghuni dari kemungkinan penularan penyakit atau
berhubungan dengan zat-zat yang membahayakan kesehatan.
1) Penyediaan air yang sehat bagi setiap rumah.
2) Ketentuan tentang perlindungan air minum dan pencemaran.

4
3) Ketentuan tentang fasilitas pembuangan kotoran (jamban) untuk
mengurangi bahaya penyebaran penyakit.
4) Melindungi interior rumah terhadap sewage contamination.
5) Menghindari “insanitary condition” di sekitar rumah.
6) Menyediakan fasilitas-fasilitas untuk menyimpan susu dan makanan
agar jangan mudah membusuk.
7) Ketentuan tentang “space” di kamar tidur untuk menghindarkan
terjadinya kontak infeksi.
8) Menghindarkan adanya sarang tikus dan kutu busuk dalam rumah
yang bisa menularkan penyakit.
d. Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi
penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan.
1) Membuat konstruksi rumah yang kokoh untuk menghindarkan
ambruk.
2) Menghindarkan bahaya kebakaran.
3) Mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan jatuh dan kecelakaan
mekanis lainnya.
4) Perlindungan terhadap bahaya keracunan oleh gas.
5) Perlindungan terhadap electrical shock.
6) Menghindarkan bahaya-bahaya lalu-lintas kendaraan.

The American Public Health Association telah menyusun suatu pedoman


lain yang dapat dipakai untuk menetapkan sehat atau tidaknya suatu rumah.
Disesuaikan dengan situasi serta kondisi masyarakat Indonesia, maka
pedoman tersebut antara lain:
1. Sistem pengadaan air di rumah tersebut baik atau tidak. Jika air yang
tersedia tidak memenuhi syarat kesehatan, maka rumah tersebut dinilai
tidak sehat.
2. Fasilitas untuk mandi. Jika fasilitas ini baik, maka rumah tersebut dinilai
baik.

5
3. Sistem pembuangan air bekas. Jika sistem pembuangannya tidak
memenuhi syarat kesehatan, maka rumah tersebut termasuk kategori
rumah yang tidak sehat.
4. Fasilitas pembuangan tinja. Jika di rumah tidak tersedia kakus, atau kakus
tersebut tidak sehat, maka rumah dinilai tidak sehat
5. Jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu ruangan (kamar).
Ukuran yang dianggap sehat ialah jika sekurang-kurangnya tersedia 1.2
m2 ruangan untuk satu orang.
6. Jendela atau jalan masuk cahaya serta udara (ventilasi). Rumah yang tidak
mempunyai jendela serta penerangan yang cukup adalah rumah yang tidak
sehat.
7. Kekuatan bangunan. Jika rumah telah tua dan lapuk sehingga ada
kemungkinan sewaktu-waktu rubuh, maka rumah dinilai tidak sehat.
(Azwar, 1995)
Di Indonesia sendiri terdapat suatu criteria untuk Rumah Sehat Sederhana
(RSS), yaitu:
1. Luas tanah antara 60-90 m2
2. Luas bangunan antara 21-36 m2
3. Memiliki fasilitas kamar tidur, kamar mandi dan dapur
4. Berdinding batu bata dan diplester
5. Memiliki lantai dari ubin keramik dan langit-langit dari triplek
6. Memiliki sumur atau pompa air
7. Memiliki fasilitas listrik minimal 450 watt
8. Memiliki bak sampah dan saluran air kotor (Chandra, 2007)
Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut
keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999
meliputi parameter sebagai berikut:
1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran
sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa
dan sebagainya.

6
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah atau bekas tambang
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran
seperti jalur pendaratan penerbangan.
2. Kualitas Udara
Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beradun dan memenuhi syarat baik mutu lingkungan sebagai berikut:
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari
3. Kebisingan dan Getaran
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A
b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik
4. Kualitas Tanah di Daerah Perumahan dan Pemukiman
a. Kandungan timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1mg/kg
5. Prasarana dan Sarana Lingkungan
a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan
konstruksi yang aman dari kecelakaan.
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor
penyakit
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan
tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan
pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar
pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata.
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas yang
memenuhi persyaratan kesehatan
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus
memenuhi syarat kesehatan

7
f. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi,
tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian dan lain
sebagainya
g. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya
h. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi
kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
6. Vektor Penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%
7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan
pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian
alam.
3. Sarana Sanitasi Rumah
Menurut laporan MDGs tahun 2007 terdapat beberapa kendala yang
menyebabkan masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani fasilitas air
bersih dan sanitasi dasar. Di antaranya adalah cakupan pembangunan yang
sangat besar, sebaran penduduk yang tak merata dan beragamnya wilayah
Indonesia, keterbatasan sumber pendanaan. Pemerintah selama ini belum
menempatkan perbaikan fasilitas sanitasi sebagai prioritas dalam
pembangunan. Faktor lain yang juga menjadi kendala adalah kualitas dan
kuantitas sumber air baku sendiri terus menurun akibat perubahan tata guna
lahan (termasuk hutan) yang mengganggu sistem siklus air. Selain itu,
meningkatnya kepadatan dan jumlah penduduk di perkotaan akibat urbanisasi.
Penyediaan air bersih dan sanitasi lingkungan yang tidak memenuhi syarat
dapat menjadi faktor resiko terhadap penyakit diare dan kecacingan. Diare
merupakan penyebab kematian nomor 4 sedangkan kecacingan dapat
mengakibatkan produktifitas kerja dan dapat menurunkan kecerdasan anak
sekolah, disamping itu masih tingginya penyakit yang dibawa vektor seperti
DBD, malaria, pes, dan filariasis .

8
a. Sarana Air Bersih
Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah
dimasak. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat Kualitas Air Bersih diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna
b. Syarat Kimia : Kadar Besi : maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
Kesadahan (maks 500 mg/l)
c. Syarat Mikrobiologis : Koliform tinja/total koliform (maks 0 per 100
ml air)
4. Jamban dan Pembuangan Tinja
Angka kesakitan penyakit diare di Indonesia masih tinggi. Salah satu
penyebab tingginya angka kejadian diare adalah rendahnya cakupan penduduk
yang memanfaatkan sarana air bersih dan jamban serta PHBS yang belum
memadai. Menurut data dari 200.000 anak balita yang meninggal karena diare
setiap tahun di Asia, separuh di antaranya adalah di Indonesia.
Metode pembuangan tinja yang baik yaitu dengan jamban dengan syarat
antara lain sebagai berikut :
a. Tanah permukaan tidak boleh terjadi kontaminasi
b. Tidak boleh terjadi kontaminasi pada air tanah yang mungkin
memasuki mata air atau sumur, jarak jamban > 10 m dari sumur dan
bila membuat lubang jamban jangan sampai dalam lubang tersebut
mencapai sumber air.
c. Tidak boleh terkontaminasi air permukaan
d. Tinja tidak boleh terjangkau oleh lalat dan hewan lain. Kotoran
manusia yang dibuang harus tertutup rapat.
e. Tidak boleh terjadi penanganan tinja segar atau bila memang benar
benar diperlukan, harus dibatasi seminimal mungkin.
f. Jamban harus bebas dari bau atau kondisi yang tidak sedap dipandang.
g. Metode pembuatan dan pengoperasian harus sederhana dan tidak
mahal.

9
Ada 4 cara pembuangan tinja yaitu:
a. Pembuangan tinja di atas tanah, pada cara ini tinja dibuang begitu saja
di atas permuakaan tanah, halaman rumah, di kebun, di tepi sungai dan
sebagainya. Cara demikian tentu sama sekali tidak dianjurkan, karena
dapat mengganggu kesehatan.
b. Kakus lubang gali (pit pravy), cara ini merupakan salah satu yang
paling mendekati persyaratan yang harus dipenuhi. Tinja dikumpulkan
di dalam tanah dan lubang di bawah tanah, umumnya langsung terletak
di bawah ± 90 cm = kedalaman sekitar 2,5 m. Dinidngnya diperkuat
dengan batu, dapat ditembok ataupun tidak, macam kakus ini hanya
baik digunakan di tempat di mana air tanah letaknya dalam.
c. Kakus air (aqua privy), cara ini hampir mirip dengan kakus lubang
gali, hanya lubang kakus dibuat dari tangki yang kedap air yang berisi
air, terletak langsung di bawah tempat jongkok. Cara kerjanya
merupakan peralihan antara lubang kakus dengan septic tank. Fungsi
dari tank adalah untuk menerima, menyimpan, mencernakan tinja serta
melindunginya dari lalat dan serangga lainnya. Bentuk bulat, bujur
sangkar atau empat persegi panjang diletakkan vertikal dengan
diameter antara 90 – 120 cm.
d. Septic Tank, merupakan cara yang paling memuaskan dan dianjurkan
diantara pembuangan tinja dan dari buangan rumah tangga. Terdiri dari
tangki sedimentasi yang kedap air dimana tinja dan air ruangan masuk
dan mengalami proses dekomposisi. Di dalam tangki, tinja akan berada
selama 1-3 minggu tergantung kapasitas tangki.
Pembuangan tinja yang buruk sekali berhubungan dengan kurangnya
penyediaan air bersih dan fasilitas kesehatan lainnya. Kondisi-kondisi
demikian ini akan berakibat terhadap serta mempersukar penilaian
peranan masing-masing komponen dalam transmisi penyakit namun
sudah diketahui bahwa terhadap hubungan antara tinja dengan status
kesehatan. Hubungan keduanya dapat bersifat langsung ataupun tak
langsung. Efek langsung misalnya dapat mengurangi insiden penyakit

10
tertentu yang dapat ditularkan karena kontaminasi dengan tinja,
misalnya thypus abdominalis, kolera dan lain-lain, sedanngkan
hubungan tak langsung dari pembuangan tinja ini bermacam-macam,
tetapi umumnya berkaitan dengan komponen-komponen lain dalam
sanitasi lingkungan.

5. Sarana Pembuangan Air Limbah


Buruknya kualitas sanitasi juga tercermin dari rendahnya persentase
penduduk yang terkoneksi dengan sistem pembuangan limbah (sewerag
system). Pegolahan air limbah dimaksudkan untuk melindungi lingkungan
hidup terhadap pencemaran air limbah tersebut. Secara ilmiah sebenarnya
lingkungan mempunyai daya dukung yang cukup besar terhadap gangguan
yang timbul karena pencemaraan air limbah tersebut. Namun demikian, alam
tersebut mempunyai kemampuan yang terbatas dalam daya dukungnya,
sehingga air limbah perlu dibuang.
Beberapa cara sederhana pengolahan air buangan antara lain sebagai
berikut:
a. Pengenceran
Air limbah diencerkan sampai mencapai konsentrasi yang cukup
rendah, kemudian baru dibuang ke badan-badan air. Tetapi, dengan makin
bertambahnya penduduk, yang berarti makin meningkatnya kegiatan
manusia, maka jumlah air limbah yang harus dibuang terlalu banyak, dan
diperluka air pengenceran terlalu banyak pula, maka cara ini tidak dapat
dipertahankan lagi. Disamping itu, cara ini menimbulkan kerugian lain,
diantaranya : bahaya kontaminasi terhadap badan-badan air masih tetap
ada, pengendapan yang akhirnya menimbulkan pendangkalan terhadap
badan-badan air, seperti selokan, sungai, danau, dan sebagainya.
Selanjutnnya dapat menimbulkan banjir.
b. Kolam Oksidasi
Pada prinsipnya cara pengolahan ini adalah pemanfaatan sinar
matahari, ganggang (algae), bakteri dan oksigen dalam proses
pembersihan alamiah. Air limbah dialirkan kedalam kolam berbentuk segi

11
empat dengan kedalaman antara 1-2 meter. Dinding dan dasar kolam tidak
perlu diberi lapisan apapun. Lokasi kolam harus jauh dari daerah
pemukiman, dan didaerah yang terbuka, sehingga memungkinkan
memungkinkan sirkulasi angin dengan baik.
c. Irigasi
Air limbah dialirkan ke parit-parit terbuka yang digali, dan air akan
merembes masuk kedalam tanah melalui dasar dan dinding parit tersebut.
Dalam keadaan tertentu air buangan dapat digunakan untuk pengairan
ladang pertanian atau perkebunan dan sekaligus berfungsi untuk
pemupukan. Hal ini terutama dapat dilakukan untuk air limbah dari rumah
tangga, perusahaan susu sapi, rumah potong hewan, dan lain-lainya
dimana kandungan zat-zat organik dan protein cukup tinggi yang
diperlukan oleh tanam-tanaman.

6. Sarana Pembuangan Sampah


Sampah merupakan sisa hasil kegiatan manusia, yang
keberadaannya banyak menimbulkan masalah apabila tidak dikelola
dengan baik. Apabila dibuang dengan cara ditumpuk saja maka akan
menimbulkan bau dan gas yang berbahaya bagi kesehatan manusia.
Apabila dibakar akan menimbulkan pengotoran udara. Kebiasaan
membuang sampah disungai dapat mengakibatkan pendangkalan sehingga
menimbulkan banjir. Dengan demikian sampah yang tidak dikelola dengan
baik dapat menjadi sumber pencemar pada tanah, badan air dan udara.
Berdasarkan asalnya, sampah digolongkan dalam dua bagian yakni
sampah organik ( sampah basah ) dan sampah anorganik ( sampah kering
). Pada tingkat rumah tangga dapat dihasilkan sampah domestik yang pada
umumnya terdiri dari sisa makanan, bahan dan peralatan yang sudah tidak
dipakai lagi, bahan pembungkus, kertas, plastik, dan sebagainya.
Teknik pengelolaan sampah yang baik diantaranya harus
memperhatikan faktor-aktor sebagai berikut :
a. Penimbulan sampah
b. Penyimpanan sampah

12
c. Pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan kembali
d. Pengangkutan
e. Pembuangan.
Agar sampah tidak membahayakan kesehatan manusia, maka perlu
pengaturan pembuangannya, seperti penyimpanan sampah yaitu tempat
penyimpanan sementara sebelum sampah tersebut dikumpulkan untuk
diangkut serta dibuang (dimusnahkan). Untuk tempat sampah tiap-tiap
rumah isinya cukup 1 m3. Tempat sampah janganlah ditempatkan di dalam
rumah atau pojok dapur, karena akan menjadi gudang makanan bagi tikus-
tikus sehingga rumah banyak tikusnya.
Adapun syarat tempat sampah adalah sebagai berikut :
a. Terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, kuat sehingga
tidak mudah bocor, kedap air.
b. Tempat sampah harus mempunyai tutup, tetapi tutup ini dibuat
sedemikian rupa sehingga mudah dibuka, dikosongkan isinya
serta mudah dibersihkan. Sangat dianjurkan agar tutup sampah
ini dapat dibuka atau ditutup tanpa mengotori tangan.
c. Ukuran tempat sampah sedemikian rupa sehingga mudah
diangkat oleh satu orang atau ditutup.
d. Harus ditutup rapat sehingga tidak menarik serangga atau
binatang-binatang lainnya seperti tikus, ayam, kucing dan
sebagainya.
7. Pengertian Rumah Tradisional
Rumah tradisonal merupakan rumah yang dibangun dengan cara yang
sama dari generasi kegenerasi dan tanpa atau dikit sekali mengalami
perubahan. Rumah tradisional dapat juga dikatakan sebagai rumah yang
dibangun dengan memperhatikan kegunaan, serta fungsi sosial dan
arti budaya dibalik corak atau gaya bangunan.
Penilaian kategori rumah tradisonal dapat juga dilihat dari kebiasaan-
kebiasaan masyarakat ketika rumah tersebut didirikan misalnya seperti
untuk upacara adat.

13
Rumah tradisional ialah ungkapan bentuk rumah karya manusia yang
merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh atau berkembang
bersamaan dengan tumbuh kembangnya kebudayaan dalam masyarakat.
Ragam hias arsitektur pada rumah tradisional merupakan hal yang tidak
dapat dipisahkan. Rumah tradisional merupakan komponen penting dari
unsur fisik cerminan budaya dan kecenderungan sifat budaya yang terbentuk
dari tradisi dalam masyarakat. Rumah tradisional ialah sebagai hasil karya
seni para aksitektur tradisional. Dari rumah tradisional masyarakat dapat
melambangkan cara hidup,ekonomi dan lain-lain. Di Indonesia setiap daerah
mempunyai rumah tradisional yang beragam karena beragamnya budayadalam
setiap daerah yang ada di Indonesia. (Wikipedia, 2015).

8. Bagian Rumah Tradisional


1. Pamerajan adalah tempat persembahyangan pada rumah tradisional Bali.
Letaknya berada pada area utama/suci pada rumah tradisional Bali.
2. Umah Meten/ Bale Daja yaitu bangunan yang letaknya di utara
pekarangan. Fungsinya sebagai tempat tidur dan juga sebagai tempat
menjamu tamu yang berkunjung
3. Bale Dauh, bale ini biasanya digunakan untuk tempat tidur anak-anak atau
anggota keluarga lain yang masih kecil.
4. Bale Dangin biasanya digunakan sebagai tempat melakukan upacara,
seperti pernikahan, potong gigi
5. Bale Delod biasanya dipakai untuk tempat tidur, dan melakukan kegiatan
lainnya, seperti membuat alat-alat upacara
6. Lumbung sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen, berupa padi dan
hasil kebun lainnya.
7. Paon (Dapur) yaitu tempat memasak bagi keluarga.
8. Aling-aling berfungsi sebagai pengalih jalan masuk sehingga jalan masuk
tidak lurus kedalam tetapi menyamping. Hal ini dimaksudkan agar
pandangan dari luar tidak langsung lurus ke dalam.
9. Angkul-angkul/ pemesuan yaitu sebagai tempat masuk dan keluar
pekarangan

10. Bentuk Struktur : Bentuk masing-masing bangunan pada rumah tradisional


Bali berbeda-beda, sehingga bentuk strukturnya pun berbeda namun
memiliki kesamaan yaitu memiliki bagian kaki atau dasar bangunan
berupa bebaturan, bagian badan atau tengah berupa saka (tiang kolom),

14
tembok dan bagian kepala atau atas berupa atap bangunan. Berikut ini
beberapa penjelasan dari masing-masing bagian tersebut:
1) Bagian dasar/kaki bangunan

Pada bagian dasar bangunan arsitektur tradisional Bali disebut dengan

bebaturan. Fungsi dari bebaturan yaitu sebagai dasar dan fondasi

bangunan. Tinggi bebaturan berbeda-beda sesuai dengan fungsi

bangunan dan tingkatan hirarkinya. Pondasi pada bangunan tradisional

Bali ada dua macam, yaitu : pondasi menerus dan pondasi setempat.

Pondasi menerus berfungsi menopang tembok, sedangkan pondasi

setempat atau dalam arsitektur tradisional Bali dikenal dengan istilah

jongkok asu berfungsi untuk menopang tiang atau saka.

2) Bagian tengah/badan bangunan

Pada bagian madya (tengah) yaitu berupa tembok, saka(tiang).

Material yang digunakan pada tembok yaitu dari bahan bata dan batu

padas. Tembok pada bangunan tradisional Bali tidak berkaitan dengan

konstruksi bangunan.Tiang (saka) merupakan konstruksi utama pada

bangunan tradisional Bali. Jumlah tiang kolom (saka) pada bangunan

menjadi nama dari bangunan tersebut, contohnya seperti : bale saka

roras jumlah tiangnya ada dua belas, bale sakenem jumlah sakanya ada

6 dan seterusnya.

3) Bagian atas/kepala bangunan

Atap merupakan bagian utama (kepala) pada arsitektur tradisional

Bali. Bentuk atap bangunan pada rumah tinggal tradisional Bali

berbeda sesuai dengan fungsinya.

a. Ornamen Khas : Ornamen yang digunakan pada rumah tradisional


Bali sangat beragam. Pada bagian dasar bangunan terdapat
ornament berupa kepala gajah, sesuai dengan bentuknya karang
15
asti/ gajah memiliki makna sebagai penopang bangunan karena
gajah merupakan hewan yang kuat dan besar. Pada bagian atas
ornament karang asti terdapat ornament karang goak. Karang goak
melambangkan burung gagak. Selain itu juga ada karang tapel dan
juga ragam hias lainnya yang berupa pepatran/ ukiran berupa
tanaman merambat. Pada bagian atap juga terdapat ornament
berupa murda sebagai mahkota dari bangunan tersebut.
b. Bahan Bangunan dan Perkembangan Bahan : Material atau bahan
yang digunakan pada bebaturan yaitu dari bahan batu alam, batu
padas, batu kali, batu bata, tanah, dan pasir. Seiring perkembangan
teknologi bahan, pada bebaturan juga menggunakan bahan
keramik, marmer, teraso, semen, granit sebagai bahan finishing.
Material yang digunakan pada tembok yaitu dari bahan bata,
batako dan batu padas. Bahan yang digunakan untuk sesaka (tiang)
yaitu dari kayu. Tidak semua jenis kayu dapat dijadikan sesaka,
karena setiap kayu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.

16
BAB III
PEMBAHASAN

A. Definisi Pemukiman Yang Sehat dan Persyaratan Rumah Sehat


1. Pemukiman Yang Sehat
Rumah adalah struktur fisik atau bangunan sebagai tempat
berlindung, dimana lingkungan dari struktur tersebut berguna untuk
kesehatan jasmani dan rohani serta keadaan sosialnya baik untuk
kesehatan keluarga dan individu (WHO dalam Keman, 2005).
Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang
memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang
sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana
pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan hunian rumah
yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah (Depkes RI,
2003).
Dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat
berlindung dan beristirahat yang menumbuhkan kehidupan sehat secara
fisik, mental dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat
memperoleh derajat kesehatan yang optimal. Rumah sehat dapat juga di
artikan sebagai bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air
bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah,
ventilasi rumah yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan
lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah.

2. Persyaratan Rumah Sehat


Dalam Azwar (1995), The American Public Health Association telah
berhasil merumuskan syarat-syarat perumahan yang dianggap pokok
untuk terjaminnya kesehatan. Syarat-syarat tersebut ialah:

17
a. Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhnya
kebutuhan fisik dasar dari penghuninya. Oleh karena itu, hal-hal
yang harus diperhatikan disini adalah:
1) Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat
dipelihara atau dipertahankan suhu lingkungan yang penting
untuk mencegah kehilangan panas atau bertambahnya panas
badan secara berlebihan.
2) Rumah harus terjamin penerangannya yang dibedakan atas
cahaya matahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari
nyala api lainnya (penerangan buatan).
3) Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna
sehingga aliran udara segar dapat terpelihara.
4) Rumah tersebut harus mampu melindungi penghuni dari
gangguan bising yang berlebihan.
b. Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat terpenuhi
kebutuhan kejiwaan (Psikologis) dasar dari penghuninya. Tergantung
dari pola hidup yang dimiliki oleh penghuni, maka apa yang disebut
kebutuhan kejiwaan dasar ini amat relatif sekali.
c. Ketentuan-ketentuan tentang privacy yang cukup bagi setiap
individu.
d. Kebebasan dan kesempatan bagi setiap keluarga yang normal.
e. Kebebasan dan kesempatan hidup bermasyarakat.
f. Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat
melindungi penghuni dari kemungkinan penularan penyakit atau
berhubungan dengan zat-zat yang membahayakan kesehatan.
1) Penyediaan air yang sehat bagi setiap rumah.
2) Ketentuan tentang perlindungan air minum dan pencemaran.
3) Ketentuan tentang fasilitas pembuangan kotoran (jamban) untuk
mengurangi bahaya penyebaran penyakit.
4) Melindungi interior rumah terhadap sewage contamination.
5) Menghindari “insanitary condition” di sekitar rumah.

18
6) Menyediakan fasilitas-fasilitas untuk menyimpan susu dan
makanan agar jangan mudah membusuk.
7) Ketentuan tentang “space” di kamar tidur untuk menghindarkan
terjadinya kontak infeksi.
8) Menghindarkan adanya sarang tikus dan kutu busuk dalam
rumah yang bisa menularkan penyakit.
g. Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi
penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan.
1) Membuat konstruksi rumah yang kokoh untuk menghindarkan
ambruk.
2) Menghindarkan bahaya kebakaran.
3) Mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan jatuh dan
kecelakaan mekanis lainnya.
4) Perlindungan terhadap bahaya keracunan oleh gas.
5) Perlindungan terhadap electrical shock.
6) Menghindarkan bahaya-bahaya lalu-lintas kendaraan.
The American Public Health Association telah menyusun suatu pedoman
lain yang dapat dipakai untuk menetapkan sehat atau tidaknya suatu rumah.
Disesuaikan dengan situasi serta kondisi masyarakat Indonesia, maka
pedoman tersebut antara lain:
a. Sistem pengadaan air di rumah tersebut baik atau tidak. Jika air yang
tersedia tidak memenuhi syarat kesehatan, maka rumah tersebut dinilai
tidak sehat.
b. Fasilitas untuk mandi. Jika fasilitas ini baik, maka rumah tersebut dinilai
baik.
c. Sistem pembuangan air bekas. Jika sistem pembuangannya tidak
memenuhi syarat kesehatan, maka rumah tersebut termasuk kategori
rumah yang tidak sehat.
d. Fasilitas pembuangan tinja. Jika di rumah tidak tersedia kakus, atau kakus
tersebut tidak sehat, maka rumah dinilai tidak sehat

19
e. Jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu ruangan (kamar).
Ukuran yang dianggap sehat ialah jika sekurang-kurangnya tersedia 1.2
m2 ruangan untuk satu orang.
f. Jendela atau jalan masuk cahaya serta udara (ventilasi). Rumah yang
tidak mempunyai jendela serta penerangan yang cukup adalah rumah
yang tidak sehat.
g. Kekuatan bangunan. Jika rumah telah tua dan lapuk sehingga ada
kemungkinan sewaktu-waktu rubuh, maka rumah dinilai tidak sehat.
(Azwar, 1995)

Di Indonesia sendiri terdapat suatu criteria untuk Rumah Sehat


Sederhana (RSS), yaitu:
1. Luas tanah antara 60-90 m2
2. Luas bangunan antara 21-36 m2
3. Memiliki fasilitas kamar tidur, kamar mandi dan dapur
4. Berdinding batu bata dan diplester
5. Memiliki lantai dari ubin keramik dan langit-langit dari triplek
6. Memiliki sumur atau pompa air
7. Memiliki fasilitas listrik minimal 450 watt
8. Memiliki bak sampah dan saluran air kotor (Chandra, 2007)

Persyaratan kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman menurut


keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) No. 829/Menkes/SK/VII/1999
meliputi parameter sebagai berikut:
1. Lokasi
a. Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaran
sungai, aliran lahar, tanah longsor, gelombang tsunami, daerah gempa
dan sebagainya.
b. Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir (TPA)
sampah atau bekas tambang
c. Tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan dan daerah kebakaran
seperti jalur pendaratan penerbangan.

20
2. Kualitas Udara
Kualitas udara di lingkungan perumahan harus bebas dari gangguan gas
beradun dan memenuhi syarat baik mutu lingkungan sebagai berikut:
a. Gas H2S dan NH3 secara biologis tidak terdeteksi
b. Debu dengan diameter kurang dari 10 g maksimum 150 g/m3
c. Gas SO2 maksimum 0,10 ppm
d. Debu maksimum 350 mm3/m2 per hari
3. Kebisingan dan Getaran
a. Kebisingan dianjurkan 45 dB.A, maksimum 55 dB.A
b. Tingkat getaran maksimum 10 mm/detik
4. Kualitas Tanah di Daerah Perumahan dan Pemukiman
a. Kandungan timah hitam (Pb) maksimum 300 mg/kg
b. Kandungan Arsenik (As) total maksimum 100 mg/kg
c. Kandungan Cadmium (Cd) maksimum 20 mg/kg
d. Kandungan Benzo(a)pyrene maksimum 1mg/kg
5. Prasarana dan Sarana Lingkungan
a. Memiliki taman bermain untuk anak, sarana rekreasi keluarga dengan
konstruksi yang aman dari kecelakaan.
b. Memiliki sarana drainase yang tidak menjadi tempat perindukan vektor
penyakit
c. Memiliki sarana jalan lingkungan dengan ketentuan konstruksi jalan
tidak mengganggu kesehatan, konstruksi trotoar tidak membahayakan
pejalan kaki dan penyandang cacat, jembatan harus memiliki pagar
pengaman, lampu penerangan jalan tidak menyilaukan mata.
d. Tersedia cukup air bersih sepanjang waktu dengan kualitas yang
memenuhi persyaratan kesehatan
e. Pengelolaan pembuangan tinja dan limbah rumah tangga harus
memenuhi syarat kesehatan
f. Memiliki akses terhadap sarana pelayanan kesehatan, komunikasi,
tempat kerja, tempat hiburan, tempat pendidikan, kesenian dan lain
sebagainya.
g. Pengaturan instalasi listrik harus menjamin keamanan penghuninya

21
h. Tempat pengelolaan makanan (TPM) harus menjamin tidak terjadi
kontaminasi makanan yang dapat menimbulkan keracunan.
6. Vektor Penyakit
a. Indeks lalat harus memenuhi syarat
b. Indeks jentik nyamuk dibawah 5%
7. Penghijauan
Pepohonan untuk penghijauan lingkungan pemukiman merupakan
pelindung dan juga berfungsi untuk kesejukan, keindahan dan kelestarian
alam.

B. Definisi Rumah Tradisional dan Bagian Rumah Tradisional Bali


Rumah tradisonal merupakan rumah yang dibangun dengan cara yang
sama dari generasi kegenerasi dan tanpa atau dikit sekali mengalami
perubahan. Rumah tradisional dapat juga dikatakan sebagai rumah yang
dibangun dengan memperhatikan kegunaan, serta fungsi sosial dan
arti budaya dibalik corak atau gaya bangunan.
Penilaian kategori rumah tradisonal dapat juga dilihat dari kebiasaan-
kebiasaan masyarakat ketika rumah tersebut didirikan misalnya seperti
untuk upacara adat.
Rumah tradisional ialah ungkapan bentuk rumah karya manusia yang
merupakan salah satu unsur kebudayaan yang tumbuh atau berkembang
bersamaan dengan tumbuh kembangnya kebudayaan dalam masyarakat.
Ragam hias arsitektur pada rumah tradisional merupakan hal yang
tidak dapat dipisahkan. Rumah tradisional merupakan komponen penting dari
unsur fisik cerminan budaya dan kecenderungan sifat budaya yang terbentuk
dari tradisi dalam masyarakat. Rumah tradisional ialah sebagai hasil karya
seni para aksitektur tradisional. Dari rumah tradisional masyarakat dapat
melambangkan cara hidup,ekonomi dan lain-lain. Di Indonesia setiap daerah
mempunyai rumah tradisional yang beragam karena
beragamnya budayadalam setiap daerah yang ada di Indonesia. (Wikipedia,
2015).

22
1. Bagian Rumah Tradisional Bali
a. Pamerajan adalah tempat persembahyangan pada rumah tradisional
Bali. Letaknya berada pada area utama/suci pada rumah tradisional
Bali.
b. Umah Meten/ Bale Daja yaitu bangunan yang letaknya di utara
pekarangan. Fungsinya sebagai tempat tidur dan juga sebagai tempat
menjamu tamu yang berkunjung
c. Bale Dauh, bale ini biasanya digunakan untuk tempat tidur anak-anak
atau anggota keluarga lain yang masih kecil.
d. Bale Dangin biasanya digunakan sebagai tempat melakukan upacara,
seperti pernikahan, potong gigi
e. Bale Delod biasanya dipakai untuk tempat tidur, dan melakukan
kegiatan lainnya, seperti membuat alat-alat upacara
f. Lumbung sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen, berupa padi
dan hasil kebun lainnya.
g. Paon (Dapur) yaitu tempat memasak bagi keluarga.
h. Aling-aling berfungsi sebagai pengalih jalan masuk sehingga jalan
masuk tidak lurus kedalam tetapi menyamping. Hal ini dimaksudkan
agar pandangan dari luar tidak langsung lurus ke dalam.
i. Angkul-angkul/ pemesuan yaitu sebagai tempat masuk dan keluar
pekarangan

Bentuk Struktur : Bentuk masing-masing bangunan pada rumah tradisional


Bali berbeda-beda, sehingga bentuk strukturnya pun berbeda namun memiliki
kesamaan yaitu memiliki bagian kaki atau dasar bangunan berupa bebaturan,
bagian badan atau tengah berupa saka (tiang kolom), tembok dan bagian
kepala atau atas berupa atap bangunan. Berikut ini beberapa penjelasan dari
masing-masing bagian tersebut:

a. Bagian dasar/kaki bangunan


Pada bagian dasar bangunan arsitektur tradisional Bali disebut dengan

23
bebaturan. Fungsi dari bebaturan yaitu sebagai dasar dan fondasi bangunan.

Tinggi bebaturan berbeda-beda sesuai dengan fungsi bangunan dan tingkatan

hirarkinya. Pondasi pada bangunan tradisional Bali ada dua macam, yaitu :

pondasi menerus dan pondasi setempat. Pondasi menerus berfungsi menopang

tembok, sedangkan pondasi setempat atau dalam arsitektur tradisional Bali

dikenal dengan istilah jongkok asu berfungsi untuk menopang tiang atau saka.

b. Bagian tengah/badan bangunan


Pada bagian madya (tengah) yaitu berupa tembok, saka(tiang).
Material yang digunakan pada tembok yaitu dari bahan bata dan batu
padas. Tembok pada bangunan tradisional Bali tidak berkaitan dengan
konstruksi bangunan.Tiang (saka) merupakan konstruksi utama pada
bangunan tradisional Bali. Jumlah tiang kolom (saka) pada bangunan
menjadi nama dari bangunan tersebut, contohnya seperti : bale saka roras
jumlah tiangnya ada dua belas, bale sakenem jumlah sakanya ada 6 dan
seterusnya.

c. Bagian atas/kepala bangunan


Atap merupakan bagian utama (kepala) pada arsitektur tradisional
Bali. Bentuk atap bangunan pada rumah tinggal tradisional Bali berbeda
sesuai dengan fungsinya.

Bahan Bangunan dan Perkembangan Bahan : Material atau bahan yang


digunakan pada bebaturan yaitu dari bahan batu alam, batu padas, batu kali,
batu bata, tanah, dan pasir. Seiring perkembangan teknologi bahan, pada
bebaturan juga menggunakan bahan keramik, marmer, teraso, semen, granit
sebagai bahan finishing. Material yang digunakan pada tembok yaitu dari
bahan bata, batako dan batu padas. Bahan yang digunakan untuk sesaka
(tiang) yaitu dari kayu. Tidak semua jenis kayu dapat dijadikan sesaka, karena
setiap kayu mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.

C. Sanitasi Rumah Tradisional Bali

24
Rumah tradisional bali adalah rumah yang masih mempertahankan seni
dan budaya bali dan masih mempertahankan teguh konsep tri hita karana,
dengan pembangunan rumahnya mempertimbangkan astakosala kosali.
Meskipun ada beberapa arsitektur yang mencampurkan dengan arsitektur
modern tetapi masih tetap mempertahankan konsep asta kosala kosali.
Rumah tradisional bali pada zaman sekarang sudah begitu kompleks
pembangunannya, dan komponen-komponen rumah tradisional bali sudah
memenuhi persyaratan dari rumah sehat.

The American Public Health Association telah menyusun suatu pedoman


lain yang dapat dipakai untuk menetapkan sehat atau tidaknya suatu rumah.
Disesuaikan dengan situasi serta kondisi masyarakat Indonesia, maka
pedoman tersebut antara lain:
a. Sistem pengadaan air di rumah tersebut baik karena para penghuni rumah
telah memakai PAM dan Sumur Bor, sehingga keperluan air telah
memenuhi persyaratan.
b. Fasilitas untuk mandi sudah memenuhi persyaratan karena WC sudah ada
diluar rumah atau didalam rumah.
c. Sistem pembuangan air bekas sudah memenuhi persyaratan karena
dibuatnya penampungan limbah dapur yang memenuhi persyaratan.
d. Fasilitas pembuangan tinja sudah memenuhi persyaratan karena
dibuatnya septik tank.
e. Jumlah anggota keluarga yang tinggal dalam satu ruangan (kamar).
Ukuran yang dianggap sehat ialah jika sekurang-kurangnya tersedia 1.2
m2 ruangan untuk satu orang.
f. Jendela atau jalan masuk cahaya serta udara (ventilasi) sudah memenuhi
persyaratan karena jendela yang cukup pada setiap rumah.
g. Kekuatan bangunan. Jika rumah telah tua dan lapuk sehingga ada
kemungkinan sewaktu-waktu rubuh, maka rumah dinilai tidak sehat.
(Azwar, 1995). Karena rumah bali sekarang sudah direnovasi dengan
baik.

25
26
BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Dari pembahan diatas maka di dapatkan simpulan yaitu :
1. Dapat dikatakan bahwa rumah sehat adalah bangunan tempat berlindung
dan beristirahat yang menumbuhkan kehidupan sehat secara fisik, mental
dan sosial, sehingga seluruh anggota keluarga dapat memperoleh derajat
kesehatan yang optimal. Rumah sehat dapat juga di artikan sebagai
bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu rumah
yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan
sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik,
kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat
dari tanah. Persyaratan rumah sehat yaitu :
a. Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa
b. Melindungi penghuni dari kemungkinan penularan penyakit
c. Dapat terpenuhi kebutuhan kejiwaan (Psikologis) dasar dari
penghuninya.
d. Dapat melindungi penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya
atau kecelakaan.
2. Rumah tradisonal merupakan rumah yang dibangun dengan cara yang
sama dari generasi kegenerasi dan tanpa atau dikit sekali mengalami
perubahan. Bagian rumah tradisional bali yaitu pamerajan, umah meten/
bale daja, bale dauh bale, bale delod, paon (Dapur), aling-aling dan
angkul-angkul/ pemesuan
3. Sanitasi rumah tradisional yaitu harus memenuhi keperluan air, mandi
sudah memenuhi persyaratan karena WC sudah ada diluar rumah atau
didalam rumah, penampungan limbah dapur yang memenuhi persyaratan,
dibuatnya septik tank, sekurang-kurangnya tersedia 1.2 m2 ruangan untuk
satu orang, jendela yang cukup pada setiap rumah dan perenovasioan
rumah untuk mempertahankan kekuatan bangunan.

27
B. Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu sebagai berikukt :
1. Untuk masyarakat agar mempertahankan adat dan istiadat rumah bali
tanpa melupakan sanitasi di lingkungan pemukiman
2. Untuk dinas terkait agar lebih menginformasikan sanitasi di daerah
pemukiman untuk meningkatan derajat kesehatan masyarakat

28
DAFTAR PUSTAKA

Sukasuwirna, 2015. Rumah Tinggal Tradisional Bali Sebagai Arsitektur


Nusantara. Available at
https://sakasuwirna.wordpress.com/2015/05/09/rumah-tinggal-
tradisional-bali-sebagai-arsitektur-nusantara/ (citasi 17 Februari
2016)
Wikipedia. 2015. Rumah Tradisional available at
https://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_tradisional(Citasi 22 Februari
2016)
Anonim.TT. Darsitektur Tradisional Bali available at
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/36843058/mak
alah.docx?AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTNPEA&Ex
pires=1455769832&Signature=%2B6pBPyaWIdka9Ar0py5%2FgJ
gCwNI%3D&response-content-
disposition=attachment%3B%20filename%3DARSITEKTUR_TR
ADISIONAL_BALI.docx (citasi 21 Februari 2016)

29

Anda mungkin juga menyukai