2. Sekaten
Sekaten adalah tradisi membunyikan musik gamelan milik keraton. Pertama kali terjadi
di pulau Jawa. Tradisi ini sebagai sarana penyebaran agama Islam yang pada mulanya
dilakukan oleh Sunan Bonang. Dahulu setiap kali Sunan Bonang membunyikan gamelan
diselingi dengan lagu-lagu yang berisi tentang agama Islam serta setiap pergantian pukulan
gamelan diselingi dengan membaca syahadatain. Yang pada akhirnya tradisi ini disebut
dengan sekaten. Maksud dari sekaten adalah syahadatain.
Sekaten juga biasanya bersamaan dengan acara grebek maulud. Puncak dari acara
sekaten adalah keluarnya sepasang gunungan dari Masjid Agung setelah didoakan oleh
ulama’-ulama’ keraton. Banyak orang yang percaya, siapapun yang mendapatkan makanan
baik sedikit ataupun banyak dari gunungan itu akan mendapatkan keberkahan dalam
kehidupannya. Beberapa hari menjelang dibukanya sekaten diselenggarakan pesta rakyat.
3. Selikuran
Maksudnya adalah tradisi yang diselenggarakan setiap malam tanggal 21 Ramadhan.
Tradisi tersebut masih berjalan dengan baik di Keraton Surakarta dan Yogyakarta. Selikuran
berasal dari kata selikur atau dua puluh satu. Perayaan tersebut dalam rangka menyambut
datangnya malam lailatul qadar, yang menurut ajaran Islam lailatulqadar hadir pada 1/3
terakhir bulan ramadhan.
4. Suranan
Suranan dalam penanggalan Islam adalam bulan Muharam. Pada bulan tersebut
masyarakat berziarah ke makam para wali. Selain itu mereka membagikan makanan khas
berupa bubur sura yang melambangkan tanda syukur kepada Allah swt.6[6]
5. Muludan
Muludan merupakan upacara pendahuluan dari peringatan lahirnya Nabi Muhammad
SAW, yang lahir pada 12 Robiul awal/12 mulud, biasanya di bulan Robiul awal banyak yang
memperingati hari lahir nya rosullulloh seperti membaca Barzanzi,Sholawatan . Muludan
juga di gunakan Sultan untuk berkomnikasi dengan rakyatnya dan untuk mensyukuri berkah
kepadahan Tuhan.
6. Grebeg
Upacara adat berupa sedekah yang di lakukan pihak kraton kepada masyarakat berupa
gunungan. Kraton Yogyakarta dan Surakarta mengadakan upacara grebeg sebanyak 3 dalam
1 tahun, yaitu Grebeg Syawal pada saat Hara Raya Idul Fitri, Grebeg Besar pada Hari Raya
Idul Adha, dan Grebeg Mulud atau sering di sebut juga dengan sekaten. Sekaten yaitu
mengarak sedekah dari raja yang berupa makan, sayur, buah-buahan dari kediaman raja ke
masjid Agung untuk kemudian di bagikan kepada pengunjung dan rakyat.
Grebeg Besar Adalah kira pusaka peninggalan kerajaan Demak dari pondopo Kabupaten
Demak menuju makan Sunan Kalijaga di daerah Kadilangu. Sewlain Kirab dalam acara
tersebut juga di laksanakan memcuci barang pusaka peninggalan Suanan Kalijaga, Grebeg
Besar di lakukan pada tanggal 10 Djulhijah.
7. Megengan
Upacara menyambut Bulan Suci Romandan Oleh Bupati dan rakyat Semarang( jawa
tengah ). Kegiatan utamanya adalah pemukulan bedug yang ada di masjid sebagai tanda jatuh
nya tanggal 12 Romadon di mulainya berpuasa. Upacara tersebut masih terpelihara di daerah
Kudus dan Semarang.
8. Syawalan
Kegiatan silahturahmi kepada semua umat manusia (muslim) setelah melaksanakan
Sholat Sunat Idul Fitri untuk saling maaf memaafkan atas segala kesalahan yang telah di
perbuatnya. Pada tradisi tersebut berlangsung hingga beberapa hari, Bahkan ada yang di
ramaikan pada hari ke 7 Syawal dengan Istilah Lebaran Ketupat.
9. Akekah
Upacara di mana setelah anak lahir atau setelah berumur 7 hari biasanya di akekahi
dengan menyebelih kambing atau domba, kalau anak laki laki bagusnya 2 kambing atau 2
domba, sedangkan anak perempuan di perbolehkan satu, setelah proses penyebelihan itu
daging akekah nya di bagi kan pada masarak sekitar atau di hidangkan untuk upacara
pemberian nama. Dan pembacaan Barzanzi atau di sebut juga Marhabaan.7[7]
E. Kesimpulan
Seni adalah penggunaan imajinasi manusia secara kreatif untuk menikmati kehidupan.
Seni budaya lokal yang benapaskan islam tersebut adalah hasil para juru dakwah dimasa lalu
yang kreatif, dimana para juru dakwah mencari akal bagaimana supaya masyarakat yang
sebelumnya masih kuat memegang adat dan budaya sebelumnya beralih ke agama islam
tanpa menyinggung perasaan adat budaya sebelumnya yaitu hindu budha. Kita perlu
menghargai dan melestarikan seni budaya adat yang bernafaskan islam, sepanjang tidak
membawa dampak negative bagi aqidah keislaman dan tidak mengakibatkan syirik dan
penyimpangan ajaran.
Tradisi-tradisi islam nusantara sangat banyak sekali macam dan bentuknya, disini
pemakalah membagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Seni dan Budaya Nusantara bernafaskan islam yakni seperti: Musik Gambus dan Rebana,
Sholawat Nabi , Japin Bujang Marindu dan Japin Hadrah, Santriswaran, Tari Zapin, Tari
seudati, Suluk, Gembyung, Seni Arsitektur Keraton dan Kasultanan, Makam atau Nisan,
Bentuk Arsitek bangunan Masjid, Surau, Langgar khas Indonesia, Wayang, Gamelan
Sekaten.
2. Tradisi Upacara Adat yang Bernafaskan Islam yakni seperti: Penanggalan hijriyah,
Sekaten, Selikuran, Suranan, Muludan, Grebeg , Megengan, Syawalan, Akekah.
Seni budaya dan tradisi di nusantara diatas masih dipakai sampai pada saat sekarang
ini. Seperti didaerah-daerah pedesaan, namun semuanya ini sudah mengalami perubahan
sesuai dengan perkembangan zaman.