Resasa
Resasa
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut penjelasan lain Pasar adalah suatu tempat di mana pembeli dan
penjual bertemu untuk membeli atau menjual barang dan jasa atau faktor- faktor
produksi. Di dalam bahasa sehari-hari pasar pada umumnya diartikan sebagai suatu
lokasi dalam artian geografis.Tetapi dalam pengertian teori ilmu ekonomi mikro
cakupannya adalah lebih luas lagi. Dalamteori ekonomi mikro pasar meliputi juga
pertemuan antara pembeli dan penjual di manaantara keduanya tidak saling melihat satu
sama lain (misalnya antara importer karet yang bertempat tinggal di Amerika dan
importer karet di Indonesia) yang melakukan transaksi jual beli melalui telex (Ari
Sudarman, 1980: 6).
Dari beberapa pengertian tersebut, maka pasar dapat diartikan sebagai suatu
tempatterjadinya mekanisme pertukaran barang atau jasa oleh penjual dan pembeli
untukmenetapkan harga keseimbangan serta jumlah yang diperdagangkan.
a. Berdasarkan Wujudnya
Pasar Konkret (Pasar nyata) misalnya pasar-pasar tradisional dan Swalayan.
Pasar Abstrak (Tidak nyata) misalnya jual beli saham, surat berharga dipasar
modal di Bursa Efek Indonesia
b. Berdasarkan Waktu terjadinya Berdasarkan waktunya, pasar dibedakan menjadi
harian, mimgguan, bulanan, tahunan dan temporer.
Pasar harian, yaitu yang aktifitas setiap hari, seperti pasar pagi, torseba, warung-
warung dan lainnya.
Pasar mingguan, yaitu yang aktifitasnya setiap satu minggu sekali. Seperti pasar
minggu yang ada didaerah pedesaan.
Pasar bulanan, yaitu pasar yang aktifitasnya setiap bulan seperti, pasar yang biasa
terjadi didepan kantor-kantor pensiaunan atau purnawirawan untuk mengambil
dana pengsiunannya.
Pasar tahunan, seperti Pekan Raya Jakarta.Pasar temporer, yaitu pasar yang dapat
terjadi sewaktu-waktu, seperti Bazar dan lainnya.
c. Berdasarkan Legalitasnya
Pasar resmi memperjualbelikan barang dan jasa yang legal dan baik dari cara
menjual memebeli dan penentuan harganya.
Pasar gelap, memperoleh barang dengan cara tidak resmi dan harga ditentukan
secarasepihak.
Pada saat itu mekanisme pasar sangat dihargai. Beliau menolak untuk membuat
kebijakan penetapan harga ketika tingkat harga di Madinah pada saat itu tiba-tiba naik.
Sepanjang kenaikan terjadi karena kekuatan permintaan dan penawaran yang murni,
yang tidak dibarengi dengan dorongan monopistik dan monopsonistis, maka tidak ada
alasan untuk tidak menghormati harga pasar.
Pada saat itu para sahabat berkata, "Wahai Rasulullah tentukanlah harga untuk
kita!" Beliau menjawab, "Allah itu sesungguhnya adalah penentu harga, penahan,
pencurah, serta pemberi rizki. mengharapkan dapat menemui Tuhanku di mana salah
seorang dari kalian tidak menuntutku karena kezaliman dalam hal darah dan harta.
(Riwayat Bukhari dan Muslim).
Dalam ekonomi konvensional, ini diistilahkan oleh Adam Smith dengan invisible
hand yang mengatur pembentukan harga di pasar. Dalam hadis di atas, jelas dinyatakan
bahwa mekanisme di pasar merupakan hukum alam (sunnatullah) yang harus dijunjung
tinggi. Tak seorang pun secara individual dapat mempengaruhi pasar, sebab pasar adalah
kekuatan kolektif yang telah menjadi ketentuan Allah. Pelanggaran terhadap harga pasar,
misalnya penetapan harga dengan cara dan karena alasan yang tidak tepat merupakan
suatu ketidakadilan yang akan dituntut pertanggungjawabannya di hadapan Allah.
Sebaliknya, dinyatakan bahwa seseorang yang menjual dagangannya dengan harga pasar
laksana orang yang berjuang di jalan Allah, sedangkan yang menetapkan sendiri
termasuk sebuah perbuatan ingkar kepada Allah.
Ada sebuah hadis Rasulullah SAW dari Ibnu Mughnah yang mengungkapkan hal
berikut. Ketika Rasulullah SAW melihat seorang laki-laki menjual makanan dengan
harga yang lebih tinggi dari harga pasar, Rasulullah bersabda, "orang-orang yang datang
membawa barang ke pasar ini laksana orang berjihad fisabilillah, sedangkan orang-
orang yang menaikkan harga adalah seperti orang yang ingkar kepada Allah."( Akhmad
Affandi Mahfudz :2014:19)
Dari kedua hadist diatas bahwasanya yang Rasulullahh tidak menentukan harga untuk
umatnya, karna sesungguhnya Allah lah penentu harga dan sang pemberi rizqi. Yang
dimaksud dengan Allah lah penentu harga adalah apa saja yang terjadi didunia ini baik
itu kenaikan atau penurunan adalah kuasa Allah, dan hanya Allah lah yang berhak
melakukanya atau tidak sesuai dengan sifat jaiz Allah yaitu "Fi'lu kulli mumkinin
Autarkuhu"(Dikutip dari Aqidatul 'Awam,Ilmu Tauhid Karya Ahmad Marzuqi.) dan
Hadis kedua menjelaskan bahwasanya para pedagang itu adalah orang-orang yang
berjihad fisabilillah, sedangkan orang yang menaikan harga termasuk orang yang ingkar
kepada Allah, intinya pekerjaan berdagang itu pekerjaan yang sangat mulia karna itupun
pernah dicontohkan oleh Rasulullah, pekerjaan itu mulia ketika tidak dilakukakan
dengan kecurangan.
2.3 Pemikiran Ekonomi Ulama Klasik Tentang Pasar
1. Abu Yusuf
Kajian tentang pasar telah banyak di bahas oleh para ulama klasik jauh sebelum
para ekonomi Barat membahasnya. Ulama yang pertama kali membahas mekanisme
pasar secara empirik adalah Abu Yusuf, yang hidup di awal abad kedua Hijriyah
(731-798). Dia telah membahas tentang hukum supply and demand dalam
perekonomian.
Pemahaman yang berkembang ketika itu mengatakan bahwa bila tersedia sedikit
barang, maka harga akan mahal dan bila tersedia banyak barang, maka harga akan
murah.Semakin Sedikit barang, harga semakin naik. Dengan kata lain, pemahaman
pada zaman Abu Yusuf tentang hubungan harga dan kuantitas hanya memperhatikan
kurva permintaan. Abu Yusuf membantah pemahaman seperti ini, karena pada
kenyataannya persediaan barang sedikit tidak selalu dikuti dengan kenaikan harga,
dan sebaliknya persediaan barang melimpah belum tentu membuat harga akan murah.
Abu Yusuf mengatakan," Kadang-kadang makanan berlimpah, tetapi tetap mahal,
dan kadang-kadang makanan sangat sedikit tetapi murah.
2. Ibnu Taymiyah
Ibnu Taymiyah melakukan kajian yang menyeluruh tentang permasalahan
mekanisme pasar. Dia menganalisa masalah ini dari perspektif ekonomi dan
memaparkan secara detail tentang kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi tingkat
harga. Jadi, Sekitar lima abad sebelum kelahiran Adam Smith (1776), Ibnu Taymiyah
(1258) telah membicarakan mekanisme pasar menurut Islam, Melalui konsep teori
harga dan kekuatan supply and demand dalam karya-karyanya, seperti yang termuat
dalam kitab Al-Hisbah. Padahal Ibnu Taymiyah sama sekali belum pernah membaca
buku terkenal The wealth of Nation, karangan Bapak ekonomi Klasik, Adam Smith,
karena memang Ibnu Taymiyah lahir lima ratus tahun sebelum Adam Smith.
Ketika masyarakat pada masanya beranggapan bahwa kenaikan harga
merupakan akibat dari ketidakadilan dan tindakan melanggar hukum dari si penjual,
atau mengkin sebagai akibat manipulasi pasar, Ibnu Taymiyah langsung
membantahnya. Dengan tegas ia mengatakan bahwa harga ditentukan oleh kekuatan
penawaran dan permintaan (supply and demand).
Dalam pandangannya yang lebih luas, Ibnu Taimiyyah lebih lanjut
mengemukakan tentang konsep mekanisme pasar didalam bukunya "Al-Hisbah fil
Islam". Beliau mengatakan, bahwa di dalam sebuah pasar bebas (sehat), harga
dipengaruhi dan dipertimbangkan oleh kekuatan penawaran dan permintaan (supply
and demand). Suatu barang akan turun harganya bila terjadi keterlimpahan dalam
produksi atau adanya penurunan impor atas barang-barang yang dibutuhkan. Dan
sebaiknya ia mengungkapkan bahwa suatu harga bisa naik karena adanya "penurunan
jumlah barang yang tersedia" atau adanya "peningkatan jumlah penduduk"
mengindikasikan terjadinya peningkatan permintaan.
3. Al-Ghazali
Kalau Ibnu Taymiyah, yang hidup lima ratus tahun sebelum Adam Smith,
sudah membicarakan teori harga, ternyata al-Ghazali (1058-1111) yang hidup tujuh
ratus tahun sebelum Smith, juga telah membicarakan mekanisme pasar yang
mencakup teori harga dan konsep supply and demand.
Al-Ghazali dalam Ihya 'Ulumuddin, juga telah membahas secara detail
peranan aktivitas perdagangan dan timbulnya pasar yang harganya bergerak sesuai
dengan kekuatan penawaran dan permintaan. Menurutnya, pasar merupakan bagian
dari keteraturan alami.
Walaupun al-Ghazali tidak menjelaskan permintaan dan penawaran dalam
terminologi modern, beberapa paragraf dari tulisannya jelas menunjukkan bentuk
kurva penawaran dan permintaan. Untuk kurva penawaran "yang naik dari kiri bawah
ke kanan atas", dinyatakan dalam kalimat, "Jika petani tidak mendapatkan pembeli
barangnya, maka ia akan menjualnya pada harga yang lebih murah.
4. Ibnu Khaldun
Selain, Abu Yusuf, Ibnu Taymiyah dan al-Ghazali, intelektual muslim yang
juga membahas teori harga adalah Ibnu Khaldun. Di dalam Al-Muqaddimah, ia
menulis secara khusus bab yang berjudul, "Harga-harga di Kota". Ia membagi jenis
barang kepada dua macam, pertama, barang kebutuhan pokok, kedua barang mewah.
Menurutnya, bila suatu kota berkembang dan populasinya bertambah, maka
pengadaan barang-barang kebutuhan pokok mendapat prioritas, sehingga penawaran
meningkat dan akibatnya harga menjadi turun. Sedangkan untuk barang-barang
mewah, permintaannya akan meningkat, sejalan dengan perkembangan kota dan
berubahnya gaya hidup. Akibatnya, harga barang mewah menjadi naik.
Selanjutnya Ibnu Khaldun mengemukakan mekanisme penawaran dan
permintan dalam menentukan harga keseimbangan. Pada sisi permintaan demand, ia
memaparkan pengaruh persaingan diantara konsumen untuk mendapatkan barang.
Sedngkan pada sisi penawaran (supply) ia menjelaskan pula pengaruh meningkatnyaa
biaya produksi karena pajak dan pungutan-pungutan lain dikota tersebut.
Selanjutnya ia menjelaskan pengaruh naik turunnya penawaran terhadap
harga. Menurutnya, ketika barang-barang yang tersedia sedikit, maka harga-harga
akan naik. Namun, bila jarak antara kota dekat dan amam, maka akan banyak barang
yang diimpor sehingga ketersediaan barang akan melimpah dan harga-harga akan
turun Paparan itu menunjukkan bahwa Ibnu Khaldun sebagaimana Ibnu Taymiyah
telah mengidentifikasi kekuatan permintaan dan penawaran sebagai penentu
keseimbangan harga.
Dalam Islam terdapat berbagai pendapat yang berkaitan dengan keseimbangan pasar,
diantara lain :
1. Abu Yusuf
"Tidak ada batasan tertentu tentang murah dan mahal yang dapat dipastikan.
Hal teraebut ada yang mengaturnya. Prinsipnya tidak dapat diketahui. Murah bukan
karena melimpahnya makanan, demikian juga mahal bukan karena kelangkaan
makanan. Murah dan mahal merupakan ketentuan Allah. Terkadang makanan
melimpah tetap mahal, dan terkadang makanan sangat sedikit tapi murah".
Dapat diartikan bahwa harga barang yang beredar dipasaran tidak hanya
dipengaruhi oleh penawaran saja, tapi harga juga sangat tergantung pada kuatnya
permintaan.
2. Yahya bin Umar
Berpendapat bahwa harga ditentukan oleh kekuatan pasar, yakni kekuatan
permintaan dan penawaran. Dia menambahkan bahwa mekanisme harga tersebut
harus tunduk pada kaidah-kaidah seperti pemerintah berhak melakukan intervensi
ketika terjadi penyelewengan dan kecurangan dalam penentuan harga di pasar,
seperti adanya penimbunan barang yang dapat menyebabkan harga barang
melambung tinggi yang akan berakibat pada buruknya perekonomian negara.
3. Al-Ghazali
Berbicara tentang "harga yang berlaku, seperti yang ditentukan oleh praktik-
praktik pasar." Konsep ini kemudian dikenal dengan dikalangan orang Islam sebagai
harga yang adil, atau dalam ranah konvensional konsep ini disebut harga
keseimbangan.
4. Ibnu Taimiyah
Memberikan konsep harga yang adil, yang dalam aspek ekonomidisebutnya
dengan harga yang setara. Menurut Ibnu Taimiyah, harga yang setara itu bervariasi,
ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran serta dipengaruhi oleh
kebutuhan dan keinginan masyarakat. Dia menulis:
"Harga yang setara adalah harga standar yang berlaku ketika mesyarakat
menjual barang-barang dagangannya dan secara umum dapat diterima sebagai
sesuatu yang setara bagi barang-barang tersebut atau barang-barang serupa pada
waktu dan tempat khusus.
5. Ibnu Khaldun
Menguraikan suatu teori yang menunjukkan interaksi antara permintaan dan
penawaran. Permintaan menciptakan penawarannya sendiri yang pada gilirannya
menciptakan permintaan yang bertambah. Baginya harga adalah hasil dari hukum
permintaan dan penawaran, kecuali harga emas dan perak karena keduanya
merupakan standar moneter.
Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa antara konsep Islam dan
Konvensional tentang keseimbangan pasar pada hakikatnya sama yaitu bergantung
pada kekuatan permintaan dan penawaran. Tapi dalam konsep Islam teori
keseimbangan itu dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mengandung nilai-nilai
agama dan moral.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pasar adalah suatu tempat atau proses interaksi antara permintaan (pembeli) dan
penawaran (penjual) dari suatu barang/jasa tertentu, sehingga akhirnya dapat menetapkan
harga keseimbangan (harga pasar) dan jumlah yang diperdagangkan. Jadi setiap proses
yang mempertemukan antara penjual dan pembeli, maka akan membentuk harga yang
akan disepakati oleh keduanya.
Dalam ekonomi, Laissez faire mendorong adanya surplus value dan penguasaan
kekayaan oleh segelintir orang. Buruh diperas tenaganya dengan upah minimum.
Dalam psikologi, Menimbulkan adanya pertentangan antara kelas tuan tanah dan
buruh
Dalam social, Masyarakat terpecah menjadi kelas tuan tanah dan buruh.
Konsep mekanisme pasar dalam Islam dibangun atas empat prinsip, yakni:
https://www.academia.edu/5567928/MAKALAH_MEKANISME_PASAR_ISLAMI
https://www.kompasiana.com/mei81383/5be2ba0e12ae947ac17beb56/mekanisme-pasar-
dalam-pandangan-ulama?page=3
https://www.kompasiana.com/erikacahya/5beb96ed677ffb264e7e6a13/keseimbangan-pasar-
perspektif-islan?page=all
https://www.kompasiana.com/izzaafkarina/56d592d1947a611f1f55139e/mekanisme-pasar-
dalam-islam?page=all