Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

FISIOLOGI TERNAK

Nama percobaan : Darah

Disusun Oleh:
Kelompok : 8
Kelas : D

Fierzha Anugrah Putra 200110120188


Ilham Maulana Praditio 200110120192
Vita Dayanti 200110120194
Rahmayanti 200110120204
Nielvy Riani G 200110120218
Citra Asti R 200110120232

Tanggal Praktikum:
09, 16 & 23 Oktober 2013

FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2013
I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah
yang warnannya merah. Warna merah itu keadaannya tidak tetap tergantung pada
banyaknya kadar oksigen dan karbondioksida didalamnya. Darah yang banyak
mengandung karbon dioksida warnanya merah tua. Adanya oksigen dalam darah
di ambil dengan cara bernapas, dan zat tersebut sangat berguna pada peristiwa
pembakaran/ metabolisme di dalam tubuh. Viskositas/ kekentalan darah lebih
kental dari pada air yang mempunyai BJ 1,041-1,065, temperatur 38⁰C, dan PH
7,37-7,45.

Darah selamanya beredar di dalam tubuh oleh karena adanya kerja atau
pompa jantung. Selama darah beredar dalam pembuluh maka darah akan tetap
encer, tetapi kalau ia keluar dari pembuluhnya maka ia akan menjadi beku.
Pembekuan ini dapat dicegah dengan jalan mencampurkan ke dalam darah
tersebut sedikit obat anti-pembekuan/ sitrus natrikus. Dan keadaan ini akan sangat
berguna apabila darah tersebut diperlukan untuk transfusi darah.

Pada tubuh yang sehat atau orang dewasa terdapat darah sebanyak kira-
kira 1/13 dari berat badan. Keadaan jumlah tersebut pada tiap-tiap orang tidak
sama, bergantung pada umur, pekerjaan, keadaan jantung, atau pembuluh darah.
1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dan tujuan dari praktikum kali ini adalah:

- Menguji hemolisis pada darah


- Menguji ketahanan hemolisis darah
- Menguji kadar hemoglobin pada darah sample
- Menguji kadar hematokrit darah
- Menguji waktu pendarahan
- Menguji waktu pembekuan darah
- Menguji berapa jumlah eritrosit pada darah sampel
- Menguji berapa banyak leukosit pada darah

1.3 Waktu dan Tempat


Hari : Rabu, 09 Oktober 2013

Rabu, 16 Oktober 2013

Rabu, 23 Oktober 2013

Pukul : 10.00-12.00 WIB

Tempat : Laboratorium Fisiologi Ternak dan Biokimia

Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran


II

TINJAUAN PUSTAKA

Darah adalah cairan yang terdapat pada semua makhluk hidup (kecuali
tumbuhan) tingkat tinggi yang berfungsi mengirimkan zat zat yang dibutuhkan
oleh tubuh organisme tersebut. Selain itu darah juga berfungsi untuk pertahanan
tubuh terhadap virus dan bakteri.

Pada dasarnya darah merupakan cairan yang ada di dalam tubuh manusia
ataupun hewan yang berfungsi untuk alat transportasi zat zat yang ada di dalam
tubuh seperti O2 , CO2, hormon dan lain sebagainya. Tanpa darah manusia dan
sebagian hewan tidak dapat hidup karena darah merupakan pengantar oksigen dari
paru-paru ke seluruh bagian tubuh.

Pada serangga darah tidak terlibat dalam peredaran oksigen di dalam


tubuh. Karena oksigen pada serangga diedarkan melalui sistem trakea yaitu
melalui saluran-saluran yang menyalurkan udara secara langsung ke seluruh
jaringan tubuh. Oleh karena itu darah pada serangga tidak berwarna merah, yang
berarti tidak ada hemoglobin yang mengikat oksigen. Darah pada serangga
berfungsi untuk transportasi zat-zat makanan ke seluruh tubuh dan sebagai
pengangkut zat-zat metabolisme.

Pada hewan yang lain fungsi darah yaitu untuk mengangkut oksigen dari
paru-paru ke jaringan tubuh. Di dalam darah terdapat hemoglobin yang berfungsi
untuk mengikat oksigen. Pada sebagian kecil hewan yang tak bertulang belakang
atau sering di sebut invertebrate oksigen langsung meresap ke dalam plasma darah
karena protein pembawa oksigennya terlarut secara bebas.
Hematologi adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang pembekuan darah.

A. Fungsi Darah
1. Sebagai alat pengangkut yaitu:
 Mengambil oksigen/ zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh jaringan tubuh.
 Mengangkut karbon dioksida dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-
paru.
 Mengambil zat-zat makanan dari usus halus untuk diedarkan dan dibagikan
ke seluruh jaringan/ alat tubuh.
 Mengangkat / mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk
dikeluarkan melalui ginjal dan kulit.
2. Sebagai pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh
dengan perantaraan leukosit dan antibodi/ zat–zat anti racun.
3. Menyebarkan panas keseluruh tubuh.

B. Kandungan Darah
Kandungan dalam darah:
 Air : 91%
 Protein : 3% (albumin, globulin, protombin dan fibrinigen)
 Mineral : 0,9% (natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat,
magnesium, kalsium, dan zat besi).
 Bahan organik : 0,1% (glukosa, lemak asam urat, kreatinin, kolesterol, dan
asam amino).

C. Bagian - bagian Darah


Darah terdiri dari sel - sel darah dan plasma darah. Sel – sel darah terbagi menjadi
3 bagian yaitu :
1. Sel darah merah (Eritrosit)
Sel darah merah (eritrosit) bentuknya seperti cakram/ bikonkaf dan tidak
mempunyai inti. Ukuran diameter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm), tidak dapat
bergerak. Banyaknya kira–kira 5 juta dalam 1 mm3 (41/2 juta). Warnanya kuning
kemerahan, karena didalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin,
warna ini akan bertambah merah jika di dalamnya banyak mengandung oksigen.
Fungsi sel darah merah adalah mengikat oksigen dari paru–paru untuk
diedarkan ke seluruh jaringan tubuh dan mengikat karbon dioksida dari jaringan
tubuh untuk dikeluarkan melalui paru–paru. Pengikatan oksigen dan karbon
dioksida ini dikerjakan oleh hemoglobin yang telah bersenyawa dengan oksigen
yang disebut oksihemoglobin (Hb + oksigen 4 Hb-oksigen) jadi oksigen diangkut
dari seluruh tubuh sebagai oksihemoglobin yang nantinya setelah tiba di jaringan
akan dilepaskan: Hb-oksigen Hb + oksigen, dan seterusnya. Hb tadi akan
bersenyawa dengan karbon dioksida dan disebut karbon dioksida hemoglobin (Hb
+ karbon dioksida Hb-karbon dioksida) yang mana karbon dioksida tersebut akan
dikeluarkan di paru-paru.
Sel darah merah (eritrosit) diproduksi di dalam sumsum tulang merah,
limpa dan hati. Proses pembentukannya dalam sumsum tulang melalui beberapa
tahap. Mula-mula besar dan berisi nukleus dan tidak berisi hemoglobin kemudian
dimuati hemoglobin dan akhirnya kehilangan nukleusnya dan siap diedarkan
dalam sirkulasi darah yang kemudian akan beredar di dalam tubuh selama lebih
kurang 114 – 115 hari, setelah itu akan mati. Hemoglobin yang keluar dari
eritrosit yang mati akan terurai menjadi dua zat yaitu hematin yang mengandung
Fe yang berguna untuk membuat eritrosit baru dan hemoglobin yaitu suatu zat
yang terdapat didalam eritrosit yang berguna untuk mengikat oksigen dan karbon
dioksida.
Jumlah normal pada orang dewasa kira- kira 11,5 – 15 gram dalam 100 cc
darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan laki-laki 13,0 mg%. Sel darah merah
memerlukan protein karena strukturnya terdiri dari asam amino dan memerlukan
pula zat besi, sehingga diperlukan dikit seimbang zat besi.
Di dalam tubuh banyaknya sel darah merah ini bisa berkurang, demikian
juga banyaknya hemoglobin dalam sel darah merah.Apabila kedua-duanya
berkurang maka keadaan ini disebut anemia, yang biasanya disebabkan oleh
perdarahaan yang hebat, penyakit yang melisis eritrosit, dan tempat pembuatan
eritrosit terganggu.
2. Sel darah putih (Leukosit)
Bentuk dan sifat leukosit berlainan dengan sifat eritrosit apabila kita lihat
di bawah mikroskop maka akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan
dapat bergerak dengan perantaraan kaki palsu (pseudopodia), mempunyai
bermacam - macam inti sel sehingga ia dapat dibedakan menurut inti selnya,
warnanya bening (tidak berwarna), banyaknya dalam 1 mm3 darah kira-kira 6000-
9000.
Fungsinya sebagai pertahanan tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit
penyakit / bakteri yang masuk ke dalam jaringan RES (sistem retikuloendotel),
Tempat pembiakannya di dalam limpa dan kelenjar limfe; sebagai pengangkut
yaitu mengangkut / membawa zat lemak dari dinding usus melalui limpa terus ke
pembuluh darah.
Sel leukosit disamping berada di dalam pembuluh darah juga terdapat di
seluruh jaringan tubuh manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh
masuknya kuman / infeksi maka jumlah leukosit yang ada di dalam darah akan
lebih banyak dari biasanya. Hal ini disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal
di dalam kelenjar limfe, sekarang beredar dalam darah untuk mempertahankan
tubuh dari serangan penyakit tersebut. Jika jumlah leukosit dalam darah melebihi
10000/mm3 disebut leukositosis dan kurang dari 6000 disebut leukopenia.
Macam- macam leukosit meliputi:
a) Agranulosit
Sel leukosit yang tidak mempunyai granula didalamnya, yang terdiri dari:
 Limfosit, macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar
limfa, bentuknya ada yang besar dan kecil, di dalam sitoplasmanya tidak
terdapat glandula dan intinya besar, banyaknya kira- kira 15%-20% dan
fungsinya membunuh dan memakan bakteri yang masuk ke dalam jarigan
tubuh.
 Monosit, terbanyak dibuat di sumsum merah, lebih besar dari limfosit,
fungsinya sebagai fagosit dan banyaknya 34%. Di bawah mikroskop terlihat
bahwa protoplasmanya lebar, warna biru abu-abu mempunyai bintik-bintik
sedikit kemerahan. Inti selnya bulat dan panjang, warnanya lembayung
muda.
b) Granulosit
Disebut juga leukosit granular terdiri dari:
 Neutrofil, atau disebut juga polimorfonuklear leukosit, mempunyai inti sel
yang kadang-kadang seperti terpisah-pisah, protoplasmanya banyak bintik-
bintik halus / glandula, banyaknya 50%-60%.
 Eusinofil, ukuran dan bentuknya hampir sama dengan neutrofil tetapi
granula dan sitoplasmanya lebih besar, banyaknya kira-kira 24%.
 Basofil, sel ini kecil dari eusinofil tetapi mempunyai inti yang bentuknya
teratur, di dalam protoplasmanya terdapat granula-granula besar. Banyaknya
setengah bagian dari sumsum merah, fungsinya tidak diketahui.

3. Sel Pembeku (Trombosit)


Trombosit merupakan benda-benda kecil yang mati yang bentuk dan
ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat dan lonjong, warnanya putih,
normal pada orang dewasa 200.000-300.000/mm3.
Fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan darah. Jika
banyaknya kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak lekas membeku
sehingga timbul perdarahan yang terus-menerus. Trombosit lebih dari 300.000
disebut trombositosis. Trombosit yang kurang dari 200.000 disebut
trombositopenia.
Di dalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya
peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2+ dan fibrinogen. Fibrinogen mulai bekerja
apabila tubuh mendapat luka. Ketika kita luka maka darah akan keluar, trombosit
pecah dan mengeluarkan zat yang dinamakan trombokinase. Trombokinasi ini
akan bertemu dengan protrombin dengan pertolongan Ca2+ akan menjadi trombin.
Trombin akan bertemu dengan fibrin yang merupakan benang-benang halus,
bentuk jaringan yang tidak teratur letaknya, yang akan menahan sel darah, dengan
demikian terjadilah pembekuan. Protrombin di buat didalam hati dan untuk
membuatnya diperlukan vitamin K, dengan demikian vitamin K penting untuk
pembekuan darah.

D. Plasma Darah
Bagian cairan darah yang membentuk sekitar 5% dari berat badan,
merupakan media sirkulasi elemen-elemen darah yang membentuk sel darah
merah, sel darah putih, dan sel pembeku darah juga sebagai media transportasi
bahan organik dan anorganik dari suatu jaringan atau organ.
Pada penyakit ginjal plasma albumin turun sehingga terdapat kebocoran albumin
yang besar melalui glomerulus ginjal. Hampir 90% dari plasma darah terdiri dari
air, di samping itu terdapat pula zat-zat lain yang terlarut di dalamnya.
III
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA
3.1 Alat :
- Tabung reaksi dan rak
- Pipet 1 ml atau 2 ml
- 1 set hemometer Sahli
- 1 set haemocytometer lengkap
- Mikroskop
- Stopwatch
- Alat sentrifugasi
- Pipet mikrokapiler

3.2 Bahan:

- NaCl (3%)
- Aquades
- Darah
- HCl N/10
- Kapas
- Alkohol
- Vaccinostyle steril
- Larutan hayem
- Larutan TURK

3.3 Prosedur Kerja

a. Rupa Darah Makroskopik Dan Mikroskopik Sebelum Dan Sesudah


Hemolisis

Langkah pertama
1. Sediakan 3 buah tabung reaksi A, B, dan C
2. Tuangkan 5 tetes darah yang telah dibebaskan dari fibrin
3. - Tabung A tambahkan 2 cc aquades
- Tabung B tambahkan 2 cc larutan NaCl pekat (3%)

- Tabung C biarkan seperti semula

4. Tuangkan beberapa tetes dari setiap tabung A, B, C pada gelas objek

5. Perhatikan pada cahaya tembus dengan dasar putih yang ada hurufnya

6. Buat gambar tinjauan mikroskopiknya dari setiap objek A, B, dan C

Langkah kedua

1. Pada tabung A tambahkan 2 cc larutan NaCl (3%)


2. Pada tabung B tambahkan 2 cc aquades
3. a. Perhatikan kedua larutan tersebut, samakah sifat tembus cahayanya?
(ingat dalam volume yang sama antara aquades dan NaCl
b. Periksa keadaan tersebut di atas dengan jalan membuat preparat
mikroskopik dari kedua tabung tersebut. Berubahkah darah itu secara
mikroskopik dan makroskopik? Terangkan sejauh pengetahuan saudara!

c. Gambarkan tinjauan mikroskopiknya

Langkah ketiga

1. Ambil tabung reaksi yang baru, tuangkan kedalamnya 2cc darah


2. Tambahkan 5 cc larutan Ureum (1,8 % dalam air yang tekanan osmotiknya
sama dengan tekanan osmotik larutan NaCl 0,9 %).
3. Gambarkan hasil pengamatan makroskopik dan mikroskopiknya!

b. Menentukan Tahanan Osmotik Sel-Sel Darah Merah


1. Sediakan 5 buah tabung reaksi yang bersih dan kering
2. Buat larutan NaCl 0% (aquadest), 0,5%, 0,9% , 1%, dan 3%.
3. Isilah tiap-tiap tabung dengan larutan NaCl sebanyak 2 cc
4. Teteskan 5 tetes darah yang tersedia ke dalam tiap tabung. Campurkanlah
secara hati-hati. Biarkan selama 30 menit.
5. Lihat dalam tabung yang mana mulai terlihat lapisan bening di lapisan atas.
6. Teteskan pada gelas objek (lakukan dari setiap tabung) lihat di bawah
mikroskop. Gambar dan beri penjelasan bila ada perubahan yang saudara
lihat!

c. Penentuan Kadar Hemoglobin (Hb)

1. Metode Hematin Asam dengan Hemometer Sahli

1. Bersihkan dan keringkan tabung hemometer


2. Isi tabung hemometer dengan HCl N/10 sampai garis batas
3. Isap darah sampel dengan pipet hemometer sampai tanda garis 20mm³
4. Tuangkan darah ke dalam tabung hemometer
5. Campurkan (aduk) dengan alat pengaduk yang tersedia (darah akan terlihat
coklat tua). Hal ini menunjukkan adanya hemolisis.
6. Tambahkan aquadest tetes demi tetes sambil diaduk terus sampai warna
sample sama dengan warna standar.
7. Baca tinggi menicus (permukaan) cairan dalam tabung (satuan Hb = Gr %)

2. Metode Tallqvist

1. Ambil contoh darah dengan pipet tetes


2. Teteskan darah pada kertas isap yang telah tersedia, kemudian keringkan.
3. Bandingkan bercak/tetesan darah dengan warna standar yang ada pada
buku standart tallquist Adam.
4. Tentukan dan baca kadar Hb-nya.
d. Penentuan Nilai Hematokrit

1. Masukkan darah ke dalam kapiler hematokrit yang sudah mengandung anti


koagulan (mikro kapiler warna merah). Tutuplah salah satu kapiler dengan
kristoseal
2. Kemudian kapiler yang sudah berisi darah tersebut dipusing menggunakan
centrifuge 3000 rpm selama 15 menit.
3. Setelah disentrifuge darah akan terpisah antara sel-sel darah dan
plasmanya, bacalah volume sel-sel darah yang sudah terpisah dalam
kapiler dengan alat pembaca mikrokapiler (micro capillary reader)
Hitunglah nilai hematokrit
Volume sel-sel darah
4. Nilai hematokrit = x 100%
Volume darah
e. Penentuan Waktu Perdarahan

1. Tusuklah ujung jari, catatlah dengan tepat waktu saat darah pertama
keluar.
2. Isaplah tetesan darah dengan kertas isap sampai darah tidak keluar lagi.
3. Catat waktunya!

f. Penentuan Waktu Beku Darah

1. Tusuklah ujung jari, tetes darah yang keluar dihisap ke dalam mikro
kapiler yang tidak berheparin (pipet warna biru). Catatlah dengan tepat
saat tetes darah masuk ke dalam kapiler!
2. Genggamlah pipet mikrokapiler tadi dalam tangan saudara selama 5 menit.
Setelah itu patahkan sedikit demi sedikit kapiler tersebut setiap 1 menit
sampai terbentuk benang fibrin pada patahannya.
3. Catat waktu pada saat terjadi benang fibirin. Waktu antara penggisapan
darah ke dalam kapiler dan saat mulai terbentuk benang fibrin adalah
waktu pembekuan.
g. Menghitung Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah)
1. Ambil darah dengan cara menusuk bagian yang dipilih (darah juga dapat
diambil dari ujung manusia), dapat juga dari sayap ayam, telinga kelinci,
telinga domba dll). Jangan lupa memakai desinfekan untuk membersihkan
bagian yang akan diambil darahnya.
2. Isaplah darah yang keluar dari luka, dengan pipet haemocytometer yang
berbatu merah sampai tanda 1. Usahakan bekerja cepat jangan sampai
darah membeku di dalam pipet.
3. Encerkan darah dalam pipet dengan menghisap larutan hayem sampai
tanda 101, dengan demikian darah tersebut telah diencerkan sebanyak 100
kali.
4. Kocoklah pipet tersebut secara horizontal (lihat yang dicontohkan asisten).
Hal ini untuk mencegah tercampurnya larutan hayem dalam kapiler.
5. Biarkan larutan darah dalam larutan hayem ini selama 15 menit
6. Buanglah beberapa tetes larutan dari dalam pipet
7. Masukkan sampel darah ke dalam kamar hitung kemudian tutup dengan
gelas penutup
8. Lihat di bawah mikroskop, hitunglah butir-butir eritrosit yang berada di
dalam kotak-kotak kecil. Untuk menghitung jumlah eritrosit hitunglah
sebanyak 40 kotak.

h. Menghitung Jumlah Leukosit (Sel Darah Putih)


1. Darah dihisap sampai tanda 1, kemudian diencerkan dengan larutan TURK
sampai tanda 11. Ini berarti pengenceran 10 kali. Lakukan pengocokan
(sama seperti pada eritrosit)
2. Setelah dihomogenkan dengan memutar seperti angka delapan dan
dibiarkan 15 menit, kemudian teteskan ke dalam kamar hitung
3. Hitung menggunakan mikroskop, butir-butir darah putih yang terdapat di
dalam kotak-kotak besar, sebanyak 25 kotak.
a. Catatan : lihat catatan cara menghitung eritrosit.
IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil

1. Rupa darah makroskopik dan mikroskopik sebelum dan sesudah


hemolisis
 Pengamatan makroskopis
 Tabung A 5 tetes darah + aquades
Darah menjadi transparan atau tembus cahaya
Tabung A (5 tetes darah + aquades) + 2ml NaCl 3%
Darah menjadi tembus cahaya, karena sel darah sudah pecah
 Tabung B 5 tetes darah + 2 ml NaCl 3%
Darah tidak tranparan atau tidak tembus cahaya
Tabung B (5 tetes darah + 2 ml NaCl 3%) + aquades
Sel darah kembali normal setelah proses krenasi karena penambahan
larutan hipotonis (aquades).
 Tabung C 5 tetes darah tanpa penambahan
Darah tidak transparan atau tidak tembus cahaya
 Pengamatan mikroskopis
 Tabung A

( sel darah merah pecah, sehingga darah ( sel darah yang sudah pecah, tidak dapat
tembus cahaya) kembali normal walaupun ditambahkan
NaCl 3%, sel darah tetap tembus cahaya )
5 tetes darah + aquades
(5 tetes darah + aquades) + 2ml NaCl 3%

 Tabung B

( darah tidak tembus cahaya, sehingga ( sel darah terlihat kembali normal setelah
terlihat sel – sel darah ) penambahan aquades )

5 tetes darah + 2ml NaCl 3% (5 tetes darah + 2ml NaCl 3%) + aquades

 Tabung C

( darah tidak tembus cahaya, sel darah


terlihat banyak karena tidak diberikan
perlakuan apapun, darah masih dalam
keadaan utuh dan normal )

5 tetes darah tanpa penambahan


2. Menentukan tahanan osmotik sel-sel darah merah
 Tabung A 5 tetes darah + aquades

Sel darah pecah,


sehingga tidak terlihat
apapun

 Tabung B 5 tetes darah + NaCl 0,5%

Sel darah mengembung

 Tabung C 5 tetes darah + NaCl 0,9%

Sel darah mengembung


 Tabung D 5 tetes darah + NaCl 1%

Sel darah mengkerut

 Tabung E 5 tetes darah + NaCl 3%

Sel darah mengkerut

3. Penentuan Kadar Hemoglobin (Hb)


 Metode Hematin Asam dengan Hemometer Sahli
Hasil : 12,5 gr%
 Metode Tallqvist
Hasil : 80 %

4. Penentuan nilai hematokrit


35
x 100 = 50%
70

Nilai hematokrit adalah 50%

5. Penentuan waktu perdarahan


Waktu pendarahan adalah 10 detik

6. Penentuan waktu beku darah


Waktu pembekuan darah adalah 5 menit 5 detik

7. Menghitung jumlah eritrosit (sel darah merah)


Dalam 40 kotak kecil terdapat 38 sel darah
Jadi 38 x 10.000 = 380.000 sel darah merah

8. Menghitung jumlah leukosit (sel darah putih)


Dalam 25 kotak besar terdapat 54 sel darah putih
Jadi 54 x 100 = 5400 sel darah putih

4.2 Pembahasan

1. Rupa darah makroskopik dan mikroskopik sebelum dan sesudah


hemolisis

Darah biasa tidak tembus cahaya, hal ini disebabkan karena sifat-sifat
optik eritrosit yang terdapat dalam darah. Jika sel-sel ini dilarutkan dalam suatu
cairan yang bebeda konsentrasi garamnya atau jika sel-sel ini membengkak karena
proses difusi atau osmosa. Maka hemoglobin akan lepas dan darah menjadi
tembus cahaya. Darah yang tidak tembus cahaya mempunyai sifat seperti cat
penutup, sedangkan darah yang tembus cahaya mempunyai sifat seperti cat lak
(pernis). Suatu larutan garam yang pekat akan meyebabkan butir-butir darah
mengisut, sehingga konsentrasi hemoglobin meningkat dan sifat darah yang
seperti cat penutup itu bertambah kuat.

Hemolisis adalah pecahnya membran eritrosit, sehingga hemoglobin bebas


ke dalam medium sekelilingnya (plasma). Kerusakan membran eritrosit dapat
disebabkan oleh antara lain penambahan larutan hipotonis, hipertonis kedalam
darah, penurunan tekanan permukaan membran eritrosit, zat/unsur kimia tertentu,
pemanasan dan pendinginan, rapuh karena ketuaan dalam sirkulasi darah.

Komposisi elektrolit dalam sel darah merah kualitatif sama dengan yang
terdapat dalam plasma, hanya kuantitatifnya ada perbedaan. Tekanan osmosis
didalam sel sama dengan tekanan osmosis larutan 0,9 % NaCl dalam air. Apabila
terjadi perubahan tekanan osmosis pada larutan diluar sel darah merah akan
berpengaruh terhadap besarnya sel tersebut. Larutan yang hipotonik menyebabkan
air masuk kedalam sel dan sel akan bertambah besar kemudian pecah dan
hemoglobin keluar dari sel, proses ini disebut hemolisis. Sebaliknya apabila
larutan sekeliling sel hipertonis, maka air dari dalam sel akan keluar sehingga sel
mengecil (mengkerut). Tetapi proses hemolisis dapat disebabkan oleh faktor-
faktor lain misalnya ada pelarut lain seperti eter dan kloroform.
1) Langkah Pertama
Tabung A
Pada tabung A, darah yang ditambahkan aquades mengalami
hemolisis, karena aquades merupakan cairan hipotonis yang menyebabkan
perbedaan konsentrasi dimana konsentrai darah lebih tinggi daripada
konsentrasi aquades, sehingga beberapa cairan dari aquades masuk
kedalam sel-sel darah merah tersebut sampai konsentrasinya seimbang
akan tetapi membran atau lapisan yang dimiliki darah tidak kuat untuk
menampung semua itu sehingga terjadilah Hemolisis (pecahnya sel darah
merah). Darah yang diberi aquades terlihat memudar warna merahnya,
karena hemoglobin keluar dari eritrositnya. Oleh karena itu, apabila darah
tersebut diletakan diatas sebuah tulisan maka huruf tersebut akan terlihat
jelas.
Tabung B
Pada tabung B, darah yang ditambahkan NaCl 3% akan mengalami
krenasi, karena NaCl 3% merupakan cairan hipertonis. Jika darah
dicampurkan dengan cairan tersebut maka akan terjadi proses pengerutan
(krenasi) yaitu proses dimana cairan dari sel darah merah akan keluar dari
membran plasma yang selalu menyelimutinya karena pelarut di dalam sel
darah merah akan keluar dari sel tersebut. Setelah pengamatan secara
makroskopik telah kita lakukan terhadap darah yang kita kenai perlakuan
seperti ini dan hasilnya tulisan yang dikenakan darah tersebut akan buram,
tidak terlihat terlalu jelas, karena darah tidak pecah, hanya mengkerut
sehingga darah tersebut masih mengandung Hb yang menghalangi cahaya
yang tembus.

Tabung C
Sel darah tanpa perlakuan apapun memiliki sifat yang kental dan
tidak dapat tembus cahaya, oleh karena itu tulisan tidak akan terbaca,
terlihat sangat buram sekali.

1) Langkah Kedua
Tabung A
Darah yang telah mengalami hemolisis atau pecah tidak dapat
kembali seperti semula karena membran maupun inti selnya telah pecah,
sehingga apabila diberikan larutan hipertonis atau NaCl 3% tidak akan
terjadi perubahan.

Tabung B
Sel darah yang sebelumnya mengalami krenasi karena penambahan
larutan NaCl 3 % atau larutan hipertonis, tidak mengalami kerusakan
membran sel. Sehingga bila ditambahkan larutan hipertonis, sel darah akan
kembali normal. Karena inti sel masih ada, sel darah masih hidup. Darah
terbentuk dari beberapa unsur, yaitu plasma darah, sel darah merah, sel
darah putih dam keping darah.
2. Menentukan Tahanan Osmotik Sel-Sel Darah Merah

Pada percobaan menentukan tahanan osmotik sel darah merah, darah yang
dilarutkan pada larutan NaCl 0% (aquadest) memperlihatkan bentuk yang berbeda
dibandingkan dengan yang dilarutkan pada NaCl 0.5%, NaCl 0.9% , NaCl 1%
dan NaCl 3%. Larutan NaCl 0.5% mempunyai tekanan osmotik yang lebih rendah
dari darah, sehingga dikatakan hipotonik. Pada kondisi ini air akan menembus
membran sel, akibatnya sel akan menggembung.

Masuknya air ini disebabkan karena perbedaan gradien konsentrasi zat


terlarut dalam sel dan di luar sel. Pada kondisi hipertonik, misalnya pada sel darah
yang dilarutkan dalam larutan NaCl 3%, keadaannya akan terbalik dengan sel
yang dalam keadaan hipotonik.

Air dalam sel akan keluar menembus membran, sehingga sel akan
mengkerut, atau yang biasa disebut plasmolisis. Lain halnya dengan sel darah
yang dilarutkan dalam larutan NaCl 0.9%, sel ini tidak mengalami perubahan apa-
apa. Pada kondisi isotonik ini tidak terjadi perbedaan gradien konsentrasi zat
terlarut di dalam maupun di luar sel. Oleh karena itu larutan NaCl 0.9% disebut
sebagai larutan fisiologis

Larutan hipotonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut


lebih rendah (tekanan osmotik lebih rendah) dari pada yang lain sehingga air
bergerak ke dalam sel. Dengan menempatkan sel dalam lingkungan hipotonik
tekanan osmotik menyebabkan jaringan mengalirkan air ke dalam sel, sehingga
menyebabkan sel pecah dan tidak berfungsi.

Larutan hipertonik adalah suatu larutan dengan konsentrasi zat terlarut


lebih tinggi (tekanan osmotik yang lebih tinggi) dari pada yang lain sehingga air
bergerak ke luar sel. Dalam lingkungan hipertonik, tekanan osmotik menyebabkan
air mengalir keluar sel. Jika cukup air dipindahkan dengan cara ini, sitoplasma
akan mempunyai konsentrasi air yang sedikit sehingga sel tidak berfungsi lagi.

Larutan isotonik adalah suatu larutan yang mempunyai konsentrasi zat


terlarut yang sama (tekanan osmotik yang sama) seperti larutan yang lain,
sehingga tidak ada pergerakan air. Larutan isotonik dengan larutan pada sel tidak
melibatkan pergerakan jaringan molekul yang melewati membran biologis tidak
sempurna.Larutan-larutan yang tersisa dalam kesetimbangan osmotik yang
berhubungan dengan membran biologis tertentu disebut isotonik. Sebuah larutan
yang mempunyai konsentrasi garam yang sama contohnya sel-sel tubuh yang
normal dan darah. Hal ini juga berbeda dengan larutan hipertonik ataupun larutan
hipotonik. Minuman isotonik dapat di minum untuk menggantikan fluida dan
mineral yang digunakan tubuh selama aktifitas fisik

3. Penentuan Kadar Hemoglobin (Hb)

a. Metode Hematin Asam dengan Hemometer Sahli

Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting


dalam diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein
khusus yang ada dalam sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut
O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan
dari pemeriksaan hemoglobin ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan
kesehatan pada pasien, misalnya kekurangan hemoglobin yang biasa disebut
anemia. Hemoglobin bisa saja berada dalam keadaan terlarut langsung dalam
plasma. Akan tetapi kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen tidak
bekerja secara maksimum dan akan mempengaruhi pada faktor lingkungan.
Hemoglobin yang meningkat terjadi karena keadaan hemokonsentrasi
akibat dehidrasi yang menurun dipengaruhi oleh berbagai masalah klinis.
Hemoglobin merupakan pigmen dari eritrosit yang sangat kompleks. Hemoglobin
merupakan persenyawaan antara protein, globin dan zat warna (heme).
Keistimewaan dari hemoglobin adalah dapat mengikat O2 dan CO2. Pada metode
sahli, darah sengan larutan HCl 0,1 N akan membentuk hematin yang berwarna
coklat. Setelah itu, warna disamakan dengan warna standar sahli dengan
menambahkan aquades sebagai pengencer. Prinsip hemoglobin diubah mejadi
asam hematin, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan
standar dalam alat itu.
Nilai Normal Hemoglobin menurut Dacie :

 dewasa laki-laki : 13,5 – 18,0 gr%


 dewasa wanita : 11,5 – 16,5 gr%
 bayi (< 3bln) : 13,6 – 19,6 gr%
 umur 1 tahun : 11,0 – 13,0 gr%
 umur 12 tahun :11,5 – 14,8 gr%

Pada percobaan kali ini menggunakan sampel darah dari seorang laki –
laki berusia 19 tahun. Hasilnya tinggi meniscus tabung menunjukkan angka 12,5
ml. Hal tersebut menandakan bahwa kadar hemoglobin pada sampel adalah 12,5
gr%. Berdasarkan literature kadar hemoglobin darah normal untuk laki – laki
dewasa adalah 13,5 – 18,0 gr%. Namun dalam praktikum kali ini hanya
didapatkan nilai 12,5 gr%, berarti laki – laki tersebut menderita suatu penyakit.
Namun laki – laki tersebut tidak memiliki riwayat sakit, sehingga kemungkinan
besar terjadi kesalahan dalam praktikum, yang disebabkan oleh :
- kemampuan untuk membedakan warna tidak sama
- sumber cahaya yang kurang baik.
- kelelahan mata
- alat-alat kurang bersih
- ukuran pipet kurang tepat, perlu dikalibrasi
- pemipetan yang kurang akurat
- warna gelas standar pucat / kotor
- penyesuaian warna larutan yang diperiksa dalam komparator kurang akurat.
b. Metode Tallqvist

Pada metode tallqvist, prinsipnya adalah membandingkan darah asli


dengan suatu skala warna dalam suatu buku yang bertingkat-tingkat mulai dari
warna merah muda sampai warna merah tua. Cara ini hanya mendapatkan kesan
dari kadar hemoglobin saja, sebagai dasar diambil darah = 100% = 15,8 gr
hemoglobin per 100 ml darah. Kesalahan dalam melakukan pemeriksaan antara
25-50%.

Pada percobaan kali ini menggunakan sampel darah dari seorang laki –
laki berusia 19 tahun. Hasilnya didapatkan nilai kadar hemoglobin 80 %. Nilai ini
relative tinggi, namun masih normal . Artinya dia memiliki hemoglobin yang
banyak, sehingga kemungkinan tidak akan menderita penyakit anemia.

4. Penentuan Nilai Hematokrit

Hematokrit adalah persentase volume seluruh SDM yang ada dalam darah
yang diambil dalam volume tertentu. Untuk tujuan ini, darah diambil dengan
semprit dalam suatu volume yang telah ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu
tabung khusus berskala hematokrit. Untuk pengukuran hematokrit ini darah tidak
boleh dibiarkan menggumpal sehingga harus diberi anti koagulan. Setelah tabung
tersebut dipusingkan / sentripus dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka SDM
akan mengendap. Dari skala Hematokrit yang tertulis di dinding tabung dapat
dibaca berapa besar bagian volume darah seluruhnya. Nilai hematokrit yang
disepakati normal pada laki – laki dewasa sehat ialah 45% sedangkan untuk
wanita dewasa adalah 41%.

Darah dengan antikogulan isotonik dalam tabung dipusing selama 30


menit dengan kecepatan 3000 rpm sehingga eritrosit dipadatkan kecepatan 3000
rpm sehingga eritrosit dipadatkan membuat kolom dibagian bawah dan tabung
tingginya kolom mencerminkan nilai hematokrit. Intinya darah dicentrifuge
supaya eritrosit mengendap.

Prinsip pemeriksaan hematokrit cara manual yaitu darah yang


mengandung antikoagulan disentrifuse dan total sel darah merah dapat dinyatakan
sebagai persen atau pecahan desimal (Simmons A, 1989). Penetapan nilai
hematokrit cara manual dapat dilakukan dengan metode makrohematokrit atau
metode mikrohetokrit. Pada cara makrohematokrit digunakan tabung Wintrobe
yang mempunyai diameter dalam 2,5 – 3 mm,panjang 110 mm dengan skala
interval 1 mm sepanjang 100 mm dan volumenya ialah 1 ml. pada cara
mikrohematokrit digunakan tabung kapiler yang panjangnya 75 mm dan diameter
dalam 1 mm, tabung ini ada dua jenis, ada yang dilapisi antikoagulan Na2EDTA
atau heparin dibagian dalamnya dan ada yang tanpa koagulan. Tabung kapiler
dengan anti koagulan dipakai bila menggunakan darah tanpa anti koagulan seperti
darah kapiler, sedangkan tabung kapiler dengan antikoagulan dipakai bila
menggunakan darah dengan anti koagulan seperti darah vena (Wirawan,dkk
2000). Metode mikrohematokrit mempunyai keunggulan lebih cepat dan
sederhana. Metode mikrohematokrit proporsi plasma dan eritrosit (nilai
hematokrit) dengan alat pembaca skala hematokrit.

Pada percobaan kali ini menggunakan sampel darah dari seorang laki –
laki berusia 19 tahun. Hasilnya didapatkan nilai hematokrit 50 %, berdasarkan
literatur nilai tersebut dikatakan tidak normal . Namun karena perbedaan antara
nilai hematokrit percobaan dengan literatur tidak terlalu jauh, hasil tersebut
kemungkinan normal . Kesalahan terjadi karena beberapa faktor diantaranya :
bahan pemeriksaan yang tidak dicampur hingga homogen sebelum pemeriksaan
dilakukan, kecepatan dan lama pemusingan yang tidak sesuai, konsentrasi
antikoagulan yang tidak tepat, dan pembacaan yang kurang teliti.

5. Penentuan Waktu Perdarahan


Pendarahan adalah peristiwa keluarnya darah dari pembuluh darah karena
pembuluh tersebut mengalami kerusakan. Kerusakan ini bisa disebabkan oleh
benturan fisik, sayatan, atau pecahnya pembuluh darah yang tersumbat.

Pendarahan dapat berhenti sendiri misalnya dengan kontraksi vasa


ditempat pendarahan yang terjadi beberapa menit sampai beberapa jam. Apabila
pembuluh darah mengalami dilatasi, darah tidak keluar lagi karena sudah dicegah
oleh mekanisme trombosit. Vasa kontraksi timbul melalui beberapa jalan
kontraksi langsung otot pembuluh darah kemudian anoksia dan reflek lalu adanya
serotonis yang keluar dari trombosit yang menyebabkan vasa kontraksi (Schmid,
1997). Kisaran waktu pendarahan yang normal untuk manusia adalah 15 hingga
120 detik (Guyton, 1983). Trombosit melekat pada endotel pada tepi-tepi
pembuluh yang rusak. Hal ini terjadi sampai elemen-elemen pembuluh darah yang
putus menyempit. Penjedalan darah sangat penting dalam mekanisme penghentian
darah (Guyton,1989).
Pada percobaan ini, diperoleh waktu pendarahan selama 10 detik. Waktu
ini, tergolong sangat cepat dan masih normal.

6. Penentuan Waktu Perdarahan

Pembekuan darah disebut juga koagulasi darah. Faktor yang diperlukan


dalam penggumpalan darah adalah garam kalsium sel yang luka yang
membebaskan trompokinase, trombin dari protombin dan fibrin yang terbentuk
dari fibrinogen. Mekanisme pembekuan darah adalah sebagai berikut setelah
trombosit meninggalkan pembuluh darah dan pecah, maka trombosit akan
mengeluarkan tromboplastin. Bersama-sama dengan ion Ca tromboplastin
mengaktifkan protrombin menjadi trombin.

Trombin adalah enzim yang mengubah fibrinogen menjadi fibrin. Fibrin


inilah yang berfungsi menjaring sel-sel darah merah menjadi gel atau
menggumpal. Kisaran waktu terjadinya koagulasi darah adalah 15 detik sampai 2
menit dan umumnya akan berakhir dalam waktu 5 menit. Gumpalan darah normal
akan mengkerlit menjadi sekitar 40% dari volume semula dalam waktu 24 jam.
Koagulasi dapat dicegah dengan penambahan kalium sitrat atau natrium sitrat
yang menghilangkan garam kalsium.

Pada percobaan ini, diperoleh waktu pembekuan darah yaitu 5 menit 5


detik. Waktu ini masih tergolong normal.

7. Menghitung Jumlah Eritrosit (Sel Darah Merah)

Praktikum ini bertujuan untuk menghitung jumlah eritrosit dalam 1 ml


darah. Eritrosit adalah sel darah merah. Eritrosit berfungsi untuk mengikat O2 dan
diedarkan ke seluruh tubuh. Eritrosit berbentuk bundar, pipih dan bikonkaf
dengan diameter 7,5 mikron dan tebal 2mikron.
Pada praktikum ini digunakan EDTA sebagai anti koagulan dan larutan
hayem yang berfungsi sebagai pemecah leukosit.
Anti koagulan adalah zat yang mencegah penggumpalan darah dengan
cara mengikat kalsium atau dengan menghambat pembentukan trombin yang
diperlukan untuk mengkonversi fibrinogen menjadi fibrin dalam proses
pembekuan. EDTA adalah salah satu jenis anti koagulan yang sering digunakan.
EDTA umumnya tersedia dalam bentuk garam sodium (natrium) atau potassium
(kalium). EDTA mencegah koagulasi dengan cara mengikat atau mengkhelasi
kalsium. EDTA memiliki keunggulan dibanding dengan antikoagulan yang lain,
yaitu tidak mempengaruhi sel-sel darah, sehingga ideal untuk pengujian
hematologi, seperti pemeriksaan hemoglobin, hematokrit, KED, hitung leukosit,
hitung trombosit dan retikulosit. Penggunaan EDTA harus tepat, bila jumlah
EDTA kurang, darah dapat mengalami koagulasi. Sebaliknya, bila EDTA
kelebihan, eritrosit mengalami krenasi, trombosit membesar dan mengalami
disintegrasi.
Ada tiga macam EDTA, yaitu dinatrium EDTA (Na2EDTA), dipotassium
EDTA (K2EDTA) dan tripotassium EDTA (K3EDTA). Na2EDTA dan K2EDTA
biasanya digunakan dalam bentuk kering, sedangkan K3EDTA biasanya
digunakan dalam bentuk cair.
Seperti yang kita ketahui darah adalah salah satu cairan tubuh yang terdiri
dari cairan plasma dan sel. Sel yang terkandung dalam darah yaitu
Eritrosit, Leukosit dan Trombosit. Trombosit berperan dalam pembekuan darah.
Fungsi dari larutan EDTA dalam praktikum ini adalah sebagai anti
koagulan atau anti pembekuan darah, dimana EDTA akan mengikat ion-ion
kalsium dalam darah sehingga pembekuan darah akan terhambat.
Larutan Hayem adalah larutan isotonis yang dipergunakan sebagai
pengencer darah dalam penghitungan sel darah merah. Apabila sampel darah
dicampur dengan larutan Hayem maka sel darah putih akan hancur, sehingga yang
tinggal hanya sel darah merah saja. Larutan Hayem terdiri dari 5gr Na-sulfat, 1 gr
NaCl, 0,5gr HgCl2 dan 100 ml aquades.
Dalam praktikum ini hal pertama yang dilakukan adalah mengambil
sampel darah dan ditempatkan dalam tabung reaksi yang sebelumnya telah dicuci
dengan EDTA supaya darah tidak menggumpal, kemudian darah diambil dengan
pipet mikro hingga 0,5 dan diambil larutan hayem hingga angka 101 dengan pipet
yang sama. Setelah itu pipet digoyang-goyang agar darah dan larutan hayem
homogen. Larutan hayem berfungsi untuk memecah leukosit dan trombosit tetapi
tidak memecah eritrosit, sehingga pada saat campuran darah dan larutan hayem
diteteskan pada bilik hitung dan diletakkan di bawah mikroskop sel darah yang
terlihat di mkikroskop adalah hanya eritrosit saja. Sebelum campuran darah dan
larutan hayem diteteskan di bilik hitung, campuran darah dan larutan hayem
terlebih dahulu dibuang 1-2 tetes, tujuannya adalah untuk membuang larutan
hayem yang tidak tercampur dengan darah sehingga nantinya campuran darah dan
larutan hayem yang diteteskan dibilik hitung adalah campuran yang benar-benar
homogen. Bilik hitung yang sudah ditetesi oleh campuran kemudian ditutup
dengan cover glass dan diamati di bawah mikroskop. Eritrosit yang dihitung
adalah eritrosit yang terletak pada 40 kotak kecil di tengah kotak hitung.
Perhitungan harus dilakukan dengan cepat sebelum eritrosit rusak dan
menggumpal. Perhitungan dilakukan 2x dengan orang yang berbeda untuk
memperkecil kesalahan.
Setelah diamati, diperoleh hasil 380.000 sel darah merah.

8. Menghitung Jumlah Leukosit (Sel Darah Putih)

Menghitung jumlah leukosit pada prinsipnya sama saja dengan cara


menghitung jumlah sel darah merah (eritrosit) hanya saja yang digunakan pipet
dan kamar hitung yang berbeda, jika tadi pada saat menghitung sel-sel darah
merah dengan kamar hitung yang memiliki skala yang kecil dengan jumlah 40
kamar akan tetapi sekarang menghitung dalam kamar hitung yang berukuran besar
dengan jumlah 25 kamar.

Berdasarkan hasil praktikum, jumlah leukosit yang diperoleh adalah 5.400


leukosit. Pencarian sel leukosit lebih mudah dikarenakan bentuk selnya lebih
besar dari sel eritrosit, selain itu sel leukosit juga tidak menggumpal.
V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Darah merupakan cairan yang sangat penting bagi organisme hidup,


karena berfungsi untuk mengedarkan oksigen ke seluruh tubuh. Banyak cara
dilakukan untuk menguji darah diantaranya : uji hemolisis, uji ketahanan
hemolisis darah, uji kadar hemoglobin, uji kadar hematokrit, uji waktu
pendarahan, uji waktu pembekuan darah, menghitung jumlah eritrosit dan
leukosit.
Dengan melakukan uji tersebut dapat diketahui darah yang normal dan
darah yang tidak normal, selain itu dengan melakukan pengujian darah sangat
membantu dalam bidang kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA

Frandson, R.D. 1992. Anatomi dan Fisiologi Ternak Edisi ke-4. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Gandasoebrata, R. 1989. Penuntun Laboratorium Klinik, Jakarta.
Ganong, William F. 2002. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Guyton, Arthur C. 1983. Fisiologi Manusia dan Mekanismenya terhadap Penyakit.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Buku Kedokteran
EGC.
Kusmiyati. 2009. Mengenal Tekanan Darah dan Pengendaliannya. Vol. 10 No.1,
hal 40-41. Biologi PMIPA FKIP : Unram.
Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar-dasar Biokimia. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.
Schmid, K. and Friends. 1997. Animal Physiology: Adaptation and Environment.
Cambridge University Press. USA.
http://www.sodiycxacun.web.id/2010/07/pemeriksaan-hematokrit-ht.html
(diakses pada tanggal 11 November 2013).

Anda mungkin juga menyukai