Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebakaran merupakan suatu bencana yang merugikan bagi banyak
pihak yang dapat mengakibatkan kerugian materil dan berpotensi terhadap
kematian yang cukup besar sehingga memerlukan perhatian akan
keselamatan masyarakat. Pencegahan dan penanggulangan serta
penyelamatan diri dari bencana kebakaran adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan baik oleh kelalaian manusia, maupun faktor
lain, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan
lingkungan, kerugian harta benda, serta dampak psikologis.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep terjadinya api?
2. Apa saja klasifikasi api kebakaran?
3. Prinsip – prinsip dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran?
4. Bagaimana cara menanggulangi dan mencegah bahaya kebakaran di
Laboratorium?

C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana terjadinya api
2. Mengetahui klasifikasi-klasifikasi api kebakaran
3. Mengetahui prinsip – prinsip dalam pencegahan dan penanggulangan
kebakaran
4. Mengetahui cara menanggulangi dan mencegah bahaya kebakaran
dalam Laboratorium

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Tejadinya Api

Api adalah suatu reaksi kimia (oksidasi) cepat yang terbentuk dari 3
unsur yaitu : Panas, udara, dan material yang mudah terbakar yang
menimbulkan atau menghasilkan panas dan cahaya. Segitiga api (Fire
Triangle) adalah elemen – elemen pendukung terjadinya kebakaran yaitu
panas, bahan yang mudah terbakar atau bahan bakar, dan oksigen atau
udara. Namun, kebakaran tidak akan terjadi jika hanya terdiri dari 3
elemen tersebut karena diperlukan rantai reaksi kimia, yaitu peristiwa
dimana ketiga elemen yang ada saling bereaksi secara kimiawi sehingga
bukan hanya menghasilkan pijar namun berupa nyala api atau peristiwa
pembakaran. Tiga unsur api tersebut yaitu :

1. Oksigen
Sumber oksigen adalah dari udara, dimana dibutuhkan paling
sedikit sekitar 15% volume oksigen dalam udara agar terjadi
pembakaran. Udara normal di dalam atmosfer kita mengandung 21%
volume oksigen.
2. Panas
Sumber panas diperlukan untuk mencapai suhu penyalaan sehingga
dapat mendukung terjadinya kebakaran. Sumber panas antara lain :

2
Panas matahari, permukaan yang panas, nyala terbuka, gesekan, reaksi
kimia eksotermis, energi listrik, percikan api listrik, api las, dan gas
yang dikompresi.
3. Bahan Bakar
Bahan bakar adalah semua benda yang dapat mendukung
terjadinya pembakaran. Ada 3 wujud bahan bakar, yaitu padat, cair,
dan gas.
4. Rantai reaksi kimia
Dalam proses kebakaran terjadi rantai reaksi kimia, dimana setelah
terjadi proses difusi antara oksigen dan uap bahan bakar, dilanjutkan
dengan terjadinya penyalaan dan terus dipertahankan sebagai suatu
reaksi kimia berantai, sehingga terjadi kebakaran yang berkelanjutan.

Flammable Range adalah batas antara maksimum dan minimum


konsentrasi campuran uap bahan bakar dan udara normal, yang dapat
menyala atau meledak setiap saat bila diberi sumber panas. Diluar batas ini
tidak akan terjadi kebakaran.

1. LEL/LFL (Low Explosive Limit / Low Flammable Limit)


2. UEL/UFL (Upper Explosive Limit / Upper Flammable Limit)

B. Klasifikasi Api Kebakaran


1. Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. Per-
04/MEN/1980, tanggal 14 April 1980 tentang syarat – syarat
pemasangan dan pemeliharaaan Alat Pemadam Api Ringan, kebakaran
dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kelas Jenis Contoh
Kelas A Bahan Padat Kebakaran dengan bahan bakar
padat bukan logam
Kelas B Bahan Cair dan Kebakaran dengan bahan bakar cair
Gas atau gas mudah terbakar
Kelas C Listrik Kebakaran instalasi listrik

3
bertegangan
Kelas D Bahan Logam Kebakaran dengan bahan bakar
logam

2. Menurut peraturan daerah DKI tahun 1971 yang dimaksud dengan


klasifikasi kebakaran yaitu :
a. Kelas A
Yang termasuk dalam kelas ini adalah kebakaran pada
bahan yang mudah terbakar biasa, misalnya kertas, kayu, maupun
plastik. Cara mengatasinya yaitu bisa dengan menggunakan air
untuk menurunkan suhunya sampai di bawah titik penyulutan,
serbuk kering untuk mematikan proses pembakaran atau
menggunakan halogen untuk memutuskan reaksi berantai
kebakaran.
b. Kelas B
Kebakaran pada kelas ini adalah yang melibatkan bahan
seperti cairan combustible dengan cairan flammable, seperi bensin,
minyak tanah, dan bahan serupa lainnya. Cara mengatasi dengan
bahan foam.
c. Kelas C
Kebakaran yang disebabkan oleh listrik yang bertegangan,
untuk mengatasinya yaitu dengan menggunakan bahan pemadam
kebakaran non kodusif agar terhindar dari sengatan listrik.
d. Kelas D
Kebakaran pada bahan logam yang mudah terbakar seperti
titanium, alumumium, magnesium, dan kalium. Cara mengatasinya
yaitu powder khusus kelas ini.

4
C. Prinsip – Prinsip Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran
1. Prinsip Pencegahan Kebakaran
Mencegah kebakaran akan lebih baik daripada memadamkan
kebakaran. Mencegah kebakaran dapat kita lakukan sebagai berikut.
a. Mengendalikan setiap bentuk energi yang dapat menimbulkan
kebakaran
b. Dengan cara memasang atau mengadakan sistem proteksi
kebakaran
c. Melaksanakan manajemen pencegahan kebakaran di tempat kerja
atau dimana pun dengan baik
2. Prinsip Penanggulangan Kebakaran
Untuk dapat memadamkan atau menanggulangi kebakaran dengan
baik dan dengan sedikit kerusakan perlu mengetahui prinsip – prinsip
pemadaman kebakaran. Cara pemadaman kebakaran tidak terlepas dari
menguraikan segitiga api sehingga ketiga unsur tersebut tidak bertemu.
a. Cepat dan tepat
b. Prioritas
c. Koordinasi dan keterpaduan
d. Berdaya guna dan berhasil guna
e. Kemitraan
f. Pemberdayaan
g. Non-diskriminasi

D. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran dalam Laboratorium


Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya kebakaran di Laboratorium :
1. Menyimpan bahan – bahan kimia yang mudah terbakar di tempat yang
aman dari sumber nyala api.
2. Menggunakan wadah yang tepat untuk menyimpan atau menuang
bahan kimia cair yang mudah terbakar.

5
3. Jangan menumpuk sampah (seperti kertas) dan membakarnya di
tempat sembarangan.
4. Semua pintu keluar harus bebas dari bahan – bahan yang mudah
terbakar.
5. Pastikan semua kabel dan peralatan listrik tidak rusak.
6. Jangan memberi beban berlebih pada rangkaian listrik.
7. Buatlah peraturan dan tata tertib peringatan bahaya kebakaran (semua
pekerja di Laboratorium harus mematuhinya).
8. Sediakan alat pemadam kebakaran yang paling sesuai (missal :
APAR).
9. Hindari kebiasaan buruk dalam Laboratorium seperti menempatkan
alat pemanas di sekitar bahan – bahan yang mudah terbakar.

Apabila terjadi kebakaran dalam Laboratorium, cara


menanggulangi atau memadamkan api harus sesuai dengan golongan api
tersebut. Berikut adalah beberapa material yang dapat memadamkan api
jika terjadi kebakaran yang sesuai dengan golongannya.

1. Air
Air hanya dapat digunakan untuk memadamkan api kelas A.
2. CO2 (Karbondioksida)
Gas Karbondioksida ini baik digunakan untuk memadamkan api
yang termasuk dalam api kelas B dan C, khususnya untuk api yang
timbul akibat listrik dan api yang melibatkan peralatan optik.
3. Bubuk Kering
Bubuk kering yang biasa digunakan adalah Natrium Bikarbonat,
yang dapat digunakan untuk memadamkan api dalam kelas A, B, dan
C. Namun, bubuk kering ini dapat merusak peralatan listrik dan optik.
4. Pemadam Halon
Pemadam halon adalah material pemadam api yang terdiri dari
campuran Karbon dan gas Halogen. Pemadam api ini digunakan untuk
memadamkan api dalam kelas C terutama untuk dinstalasi komputer

6
atau instrumentasi karena bahan tersebut tidak merusak rangkaian
yang ada pada instrument.
5. Senyawa Pemadam Api Logam
Senyawa ini terdiri dari campuran yang mengandung pasir, soda
abu, grafit, dan butiran plastik, yang digunakan untuk memadamkan
api pada kelas D.

Adapun langkah – langkah pertama penanggulangan jika terjadi


kebakaran dalam laboratorium antara lain :

1. Memadamkan secara langsung dengan alat pemadam api yang sesuai.


2. Jika api belum padam, panggil teman terdekat dan segera hubungi
kepala gedung (fire marshall), atau bunyikan alarm/tanda bahaya
kebakaran.
3. Apabila tanda bahaya / alarm otomatis berbunyi, bantu evakuasi
melalui pintu darurat dan segera lakukan pemadaman dengan alat
pemadam api yang tersedia.
4. Hubungi unit pemadam kebakaran untuk meminta bantuan dengan
identitas yang jelas.
5. Amankan lokasi dan bantu kelancaran evakuasi serta petugas
pemadam.
6. Beritahu petugas pemadam atau penolong lokasi alat pemadam api
dan sumber air.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah ini yaitu kebakaran
merupakan peristiwa terjadinya nyala api yang tidak dikehendaki atau
peristiwa oksidasi antara tiga unsur penyebab kebakaran atau adanya nyala
api, yaitu panas (energi), Oksigen, dan material yang mudah terbakar. Api
kebakaran juga dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis sesuai
dengan bahan yang terbakarnya. Pencegahan kebakaran merupakan usaha
untuk menghindarkan unsur – unsur penyebab kebakaran dari terjadinya
kejadian yang sesungguhnya, dan usaha untuk mencegah serta mengurangi
kerugian / kehancuran akibat kebakaran baik sebelum atau pada waktu
terjadinya kebakaran mengutamakan prinsip – prinsip dalam pencegahan
dan penanggulangan kebakaran.
B. Saran
Kebakaran akibat ulah manusia sesungguhnya dapat dicegah, untuk
itu diperlukan adanya kesadaran dari setiap individu khususnya tenaga
kerja untuk tidak melakukan hal – hal yang dapat menyebabkan terjadinya
kebakaran. Upaya – upaya pencegahan tersebut dapat dilakukan secara
konsepsional maupun secara teknik.

8
DAFTAR PUSTAKA

No Name. 2017. Teori Segitiga Api. https://saberindo.co.id/2017/08/03/teori-


segitiga-api/. [Diakses pada 04 April 2019 pukul 12.21]

Farid Saifulloh. 2017. Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran.


https://faridsaifulloh.blogspot.com/2017/08/pencegahan-dan-penanggulangan-
kebakaran.html?m=1. [Diakses pada 04 April 2019 pukul 11.46]

https://www.bbk.go.id/uploads/informasi_publik/pencegahan_dan_penanggulanga
n_kebakaran,_serta_penyelamatan_diri.pdf. [Diakses pada 04 April 2019 pukul
08.10]

Anda mungkin juga menyukai