Anda di halaman 1dari 214

NILAI RELIGIUS

NOVEL MENCINTAIMU SEPERTI KUCINTAI QUR’AN


KARYA WAHYU SUJANI DAN RENCANA
PELAKSANAAN PEMBELAJARANNYA
PADA SISWA KELAS XII DI SMA
SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Oleh
Wahyu Sukoco
NIM 132110056

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO
2017

i
ii
iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTO

“Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).

Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang

untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi

peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya

mereka itu dapat menjaga dirinya” (QS.At-Taubah: 122).

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Bapak Sugiyanto dan Ibu Siti Nurkhayati tercinta yang

selalu memberi doa, semangat, dukungan, dan

pengorbanan yang sangat berharga sehingga saya bisa

menyelesaikan studi di Program Studi Pendidikan Bahasa

dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah

Purworejo;

2. Kakakku Heni Susanto yang selalu memberi motivasi

dan doa;

3. Sahabat, teman-temanku angkatan 2013 khususnya

prodi PBSI yang selalu memberi semangat, doa, dan

dukungan.

iv
PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Wahyu Sukoco

NIM : 132110056

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.

menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini bukan plagiat hasil karya

orang lain, melainkan benar-benar hasil karya saya sendiri, baik sebagian maupun

seluruhnya. Pendapat para pakar atau temuan orang lain yang terdapat dalam

skripsi ini, dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya. Apabila terbukti

atau dapat dibuktikan bahwa skripsi ini adalah hasil plagiat karya orang lain, saya

bersedia bertanggungjawab secara hukum yang diperkarakan oleh Universitas

Muhammadiyah Purworejo

Purworejo, 23 Agustus 2017


Yang membuat pernyataan,

Wahyu Sukoco

v
PRAKATA

Alhamdulillah, akhirnya skripsi ini selesai disusun setelah melalui proses

cukup lama. Skripsi berjudul “Nilai Religius Novel Mencintaimu Seperti Kucintai

Qur’an Karya Wahyu Sujani dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya pada

Siswa Kelas XII di SMA” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai

pihak. Oleh sebab itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa

terimakasih dan penghargaan kepada:

1. Rektor Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah memberikan

kesempatan untuk menyelesaikan studi di Universitas Muhammadiyah

Purworejo;

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Purworejo yang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

menyelesaikan pendidikan di Universitas Muhammadiyah Purworejo;

3. Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Drs. H.

Bagiya, M.Hum. selaku pembimbing I yang telah memberikan izin dalam

penyusunan skripsi dan membimbing, mengarahkan, dan mengoreksi skripsi

ini dengan penuh ketelitian;

4. Suci Rizkiana, M.Pd. selaku pembimbing II yang telah membimbing,

mengarahkan, dan memotivasi dengan penuh kesabaran, serta mengoreksi

vi
skripsi ini dengan penuh ketelitian, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini;

5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang

telah memberikan ilmu yang bermanfaat.

Penulis senantiasa berdoa semoga Allah Swt. Memberikan balasan

yang selayaknya atas budi baik yang telah diberikan. Semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penyusunan khususnya dan para pembaca umumnya. Amin.

Purworejo, 23 Agustus 2017


Penyusun,

Wahyu Sukoco

vii
ABSTRAK

Sokoco, Wahyu. 2017. “Nilai Religius Novel Mencintaimu Seperti Kucintai


Qur’an Karya Wahyu Sujani dan Rencana Pelaksanaan Pembelajarannya pada
Siswa kelas XII di SMA”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Purworejo.
Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mendeskripsikan: (1) unsur
intrinsik; (2) nilai religius; dan (3) rencana pelaksanaan pembelajaran novel
Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an Karya Wahyu Sujani pada Siswa kelas XII
di SMA.
Dalam penelitian ini sumber data penelitian adalah novel Mencintaimu
Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani. Objek penelitian ini adalah nilai
religius pada novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani.
Fokus penelitian ini adalah nilai religius, unsur intrinsik novel Mencintaimu
Seperti Kucintai Qur’an dan rencana pelaksanaan pembelajarannya pada Siswa
kelas XII di SMA. Dalam pengumpulan data digunakan teknik pustaka. Teknik
analisis data yang digunakan teknik analisis isi. Dalam penyajian hasil analisis
data digunakan teknik penyajian informal.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan: (1) unsur intrinsik dalam novel
Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an Karya Wahyu Sujani mencakup lima aspek,
yaitu: (a) tema: perjuangan hidup seorang hafizh al-Qur’an, (b) tokoh utama:
Rahmat berwatak sopan, penyayang, dan pekerja keras, sedangkan tokoh
tambahan: Riani, Dirman, Sulastri, Rhalin, Kiyai Ra’uf, Bu Ijah, Rahma, Rahmi,
Imas, Ilyas, Adang, dan Pak Rusli, (c) alur: alur maju; (d) latar tempat: ruang
makan, rumah orang tua Sulastri, pemakaman, desa Cisangkuy, rumah Bu Ijah,
masjid, area proyek, depan hotel Grand Golden, kamar, taman, pondok, dan rumah
sakit, latar waktu: pagi, siang, sore dan malam hari. Latar suasana: tegang, senang,
dan sedih, (e) sudut pandang orang ketiga “Ia dan Dia”, (f) amanat: Pantang
menyerah, sabar, dan sadar bahwa harta bukan segalanya tanpa diiringi dengan
kesahajaan jiwa; (2) nilai religius novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an
karya Wahyu Sujani meliputi: (a) aqidah meliputi: iman kepada Allah, iman
kepada kitab Allah, iman kepada Nabi dan Rosul Allah, (b) akhlak meliputi:
tolong-menolong, bersyukur, berbakti kepada orang tua, dan memberi salam, (c)
syariah meliputi: perintah mengerjakan shalat, perintah menuntut ilmu, berdoa
kepada Allah, dan berzikir kepada Allah; (3) rencana pelaksanaan pembelajaran
novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani pada Siswa
kelas XII di SMA menggunakan metode TANDUR. Kompetensi Dasar:
Pembelajaran unsur intrinsik dan nilai religius pada novel Mencintaimu Seperti
Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani.

Kata kunci: nilai religius novel dan rencana pelaksanaan pembelajaran di SMA.

viii
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
PENGESAHAN ............................................................................................... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN...................................................................... iv
PERNYATAAN ............................................................................................... v
PRAKATA ....................................................................................................... vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................... 5
C. Batasan Masalah ......................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ....................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 7
F. Manfaat Penelitian ...................................................................... 7
G. Penegasan Istilah......................................................................... 9
H. Sistematika Skripsi ..................................................................... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS


A. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 12
B. Kajian Teoretis ............................................................................ 14

BAB III METODE PENELITIAN


A. Sumber Data ............................................................................... 40
B. Objek Penelitian.......................................................................... 41
C. Fokus Penelitian.......................................................................... 41
D. Teknik Pengumpulan Data.......................................................... 41
E. Instrumen Penelitian ................................................................... 42
F. Teknik Analisis Data .................................................................. 42
G. Teknik Penyajian Data ................................................................ 43

ix
BAB IV PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA
A. Penyajian Data ............................................................................ 44
B. Pembahasan Data ........................................................................ 52

BAB V PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................... 149
B. Saran ........................................................................................... 151

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 153


LAMPIRAN-LAMPIRAN

x
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1: Kartu pencatat data unsur intrinsik novel Mencintaimu


Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani ............................ 45

Tabel 4.2: Kartu pencatat data nilai religius novel Mencintaimu


Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani ............................ 47

Tabel 4.3: Sajian data rencana pelaksanaan pembelajaran novel


Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu
Sujani pada Siswa kelas XII di SMA .......................................... 48

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Sampul Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an


Lampiran 2: Biografi Pengarang
Lampiran 3: Sinopsis
Lampiran 4: Kartu Pencatat Data
Lampiran 5: Silabus
Lampiran 6: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Lampiran 7: Kartu Bimbingan

xii
BAB I
PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi pendahuluan. Pendahuluan ini berisi latar belakang

masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi.

A. Latar Belakang Masalah

Sastra baik prosa maupun puisi tidak lahir karena fenomena-fenomena

kehidupan imajinatif, tetapi juga dari kesadaran penulisnya bahwa sastra

sebagai sesuatu yang faktual realistis karena sastra adalah produk masyarakat

serta menampilkan gambaran realitas sosial. Karya sastra menampilkan ciri

masyarakat, baik itu sosial budaya maupun nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya. Melalui karya sastra, pengarang melukiskan, menguraikan serta

menampilkan kenyataan sosial yang tercermin pada perilaku-perilaku tokohnya.

Karya sastra bukan hanya memberikan hiburan dan keindahan saja

kepada pembacanya, melainkan karya sastra dapat memberikan sesuatu yang

dapat dibutuhkan manusia pada umumnya yakni berupa nilai-nilai sastra seperti

pendidikan, moral, sosial, dan religius. Hal ini terjadi karena karya sastra dapat

kita sebut dengan karya sastra yang bersifat multifungsi yang di dalam karya

sastra tersebut terdapat berbagai dimensi kehidupan, dapat di contohkan seperti

novel. Pada saat ini perkembangan novel di Indonesia sedang mengalami

kemajuan. Hal ini ditunjukkan dengan munculnya beraneka macam novel-novel

sastra yang mengangkat cerita-cerita yang tidak jauh dari kehidupan masyarakat

saat ini (Nurgiyantoro, 2013: 17).

1
2

Novel adalah salah satu bentuk karya sastra, yang merupakan objek yang

dapat dinikmati dan sekaligus dapat dikaji. Novel dikatakan sebagai objek yang

dapat dinikmati karena novel (karya sastra) memiliki unsur-unsur keindahan dan

pesan moral bagi para pembacanya. Selain itu, seseorang juga dapat mengkaji

novel dari segi unsur intrinsik ataupun ekstrinsiknya. Novel juga merupakan salah

satu karya sastra yang diharapkan mampu memunculkan nilai-nilai positif bagi

pembaca sehingga mereka peka terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan

kehidupan sosial dan memotivasi untuk berperilaku yang baik.

Karya sastra sebagai ungkapan makna hidup dan kehidupan sebagaimana

yang terdapat oleh batin seorang pengarang yang mengandung aspek religius

mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia. Melalui karya sastra yang

didalamnya terdapat aspek religius, pembaca dapat memperoleh manfaatnya

untuk menerapkannya dalam kehidupan yang berpatokan pada agama. Aspek

religius dapat membawa dampak baik bagi pembaca meskipun pengaruhnya

hanya sedikit. Setidaknya dengan membaca karya sastra yang mengandung nilai

religius, mereka akan mengerti dan sadar bahwa hidup di dunia ini harus selalu

mengacu pada agama.

Novel merupakan uraian cerita dari sebagian besar kehidupan manusia

yang didalamnya terdapat tokoh dan terdapat berbagai masalah yang harus di

hadapi oleh tokoh cerita. Novel yang banyak diminati masyarakat, dari isi

ceritanya yang bervariasi menyentuh kehidupan nyata masyarakat, bahasanya

mudah dipahami, maupun kelebihan-kelebihan lainnya yang dirasakan

masyarakat sehingga pembaca merasa cocok dan sesuai dengan keadaan maupun
3

selera mereka. Keterkaitan masyarakat terhadap karya-karya novel ini

berhubungan dengan nilai religius yang ada di dalamnya.

Nurgiyantoro (2013: 446) mengemukakan bahwa kehadiran unsur

religius dan keagamaan dalam sastra adalah suatu keberadaan sastra itu sendiri,

bahkan sastra tumbuh dari sesuatu yang bersifat religius. Religius sering

dikonotasikan dengan makna agama. Religius dan agama memang erat berkaitan,

berdampingan bahkan dapat melebur dalam kesatuan, namun sebenarnya

keduanya menunjuk pada makna yang berbeda.

Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani yang

diterbitkan oleh Senja, cetakan pertama tahun 2016, setebal 396

halaman.Penelitian ini lebih membatasi pada nilai religius terutama nilai syariat

kepada Tuhan yang Maha Esa.Pada novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an

karya Wahyu Sujani pengarang mampu membawa pembaca masuk dalam

suasana yang diceritakan. Pembaca seolah-olah merasakan kesedihan tokoh

utama (Rahmat) yang dengan sabar menghadapi cobaan dan tetap bersyukur

dengan hidup yang sedang dijalaninya. Pipit Senja menyatakan bahwanovel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani adalah sebuah novel

imajinaif, tentang romansa nak manusia dengan segala dramatiknya. Sang hafizh

pun manusia biasa yang melakoni perjuangan dahsyat dengan tetap membawa

keagungan Tuhannya. Sangat, mencerahkan dan patut di apresiasi( dalam Sujani,

2016: 4). Sedangkan Nevi Restu menyatakan bahwa novel Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani adalah sebuah novel yang harus dibaca oleh

setiap anak muda terutama yang ingin belajar menjadi seorang penghafal al-
4

Qur’an. Banyak hal yang harus dicontoh dari novel ini. Sebuah novel ini dapat

diangkat ke layar lebar, sehingga akan lebih menyentuh di hati anak muda (dalam

Sujani, 2016: 4).

Berdasarkan uraian di atas, penulis menulis judul “Nilai Religius Novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an Karya Wahyu Sujani dan Rencana

Pelaksanaan Pembelajarannya pada Siswa Kelas XII di SMA” sebagai objek

kajian dalam penelitian ini. Penulis mengangkat judul tersebut dengan alasan

sebagai berikut.

1. Wahyu Sujani adalah penulis novel laki-laki yang lahir di Bandung 02 Januari

1982. Ia sudah menyelesaikan pendidikannya di kampus Universitas

Pasundan Bandung, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia. Novel-novel hasil karyanya antara lain: Atas Namaa Cinta

(2008), Ketika Tuhan Jatuh Cinta the series, Ajari Aku Menuju Arsy (2010),

Pena Jingga (2013), dan Mengapa Aku Cantik? (2013). Ia pernah meraih

prestasi sebagai penulis terbaik memparafrasekan puisi (2002), penulis

skenario terbaik drama dua babak dan sutradara terbaik kabaret (2002), juara

1 lomba kaligrafi (2003), dan juara 1 menulis puisi (2003). Selain dibidang

tulis-menulis,ia juga pernah merebut juara 1 jejak alam EXBA (2004) tingkat

Jawa Barat dan Banten dan juara 3 festival band Rock se-Bandung Raya

(2005).

2. Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an Novel tersebut sangat menarik

dan layak untuk dibaca selain mengandung nilai-nilai religius, novel ini juga

sangat menginspirasi pembaca dalam menjalani hidup, sabar saat


5

menghadapi cobaan, dan tetap bersyukur dengan hidup yang dijalananinya

khususnya bagi peserta didik dengan pendampingan pihak terkait terutama

pendidik sebagai bahan kajian tentang pendidikan religius dan sosial di

kehidupan masyarakat.

3. Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani menjadi

bahan ajar yang menarik untuk dikaji karena berkaitan dengan nilai-nilai

religius.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah merupakan langkah-langkah yang dimaksudkan

untuk menampilkan persoalan-persoalan atau masalah-masalah yang muncul

diantaranya sebagai berikut:

1. Pembelajaran sastra dipengaruhi oleh faktor, salah satunya penggunaan

media atau bahan pembelajaran. Pada penelitian ini dipilih media buku

khususnya novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an sebagai media

pembelajaran sastra di kelas XII SMA. Penggunaan media buku novel

karena ketersediaan novel banyak dijumpai atau dimiliki oleh peserta didik.

Novel yang dipilih sebagai bahan pembelajaran sastra tersebut adalah novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani diterbitkan oleh

Senja, pada 2016 dengan tebal 396 halaman.

2. Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani adalah

syarat akan nilai religius yang sangat tepat bila diajarkan di sekolah

sekaligus dengan skenario pembelajarannya sebagai peserta didik.


6

3. Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani

memberikan pemahaman kepada pembaca akan pentingnya nilai religius

dalam sebuah karya novel dalam pembentukan karakter seseorang.

C. Batasan Masalah

Dalam setiap karya sastra misalnya novel terdiri dari atas banyak unsur

pengembangannya dan terdapat nilai nilai tentang berbagai aspek kehidupan.

Akan tetapi untuk menjaga agar penelitian lebih terarah dan fokus, maka

diperlukan adanya pembatasan masalah. Dengan pertimbangan tersebut, peneliti

ini dibatasi pada upaya mengungkap informasi mengenai unsur instrinsik dan

nilai religius pada novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu

Sujani serta rencana pelaksanaan pembelajarannya pada siswa kelas XII di

SMA.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang peneliti rumuskan

dalam penelitian novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu

Sujani sebagai berikut:

1. Bagaimanakah unsur intrinsik novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an

karya Wahyu Sujani?

2. Bagaimanakah nilai religius novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an

karya Wahyu Sujani?

3. Bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran novel Mencintaimu

Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani pada siswa kelas XII di SMA?
7

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan:

1. unsur intrinsik novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu

Sujani;

2. nilai religius novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu

Sujani;

3. rencana pelaksanaan pembelajaran novel Mencintaimu Seperti Kucintai

Qur’an karya Wahyu Sujani pada siswa kelas XII di SMA.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat berhasil dengan baik, yaitu dapat

mencapai tujuan secara optimal, menghasilkan laporan yang sistematis dan

dapat bermanfaat secara umum. Ada dua manfaat yang diharapkan dari hasil

penelitian ini, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

1. Manfaat teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah wawasan dan

pengetahuan terutama di bidang sastra Indonesia khususnya tentang nilai

religius. Hasil studi tentang nilai religius atau sebuah karya novel akan

melengkapi hasil studi maupun kajian yang pernah dilakukan sebelumnya

dan dapat digunakan untuk mengembangkan teori religius yang sebelumnya

dan bila digunakan sebagai bahan atau sumber pengajaran seperti studi

tentang cerpen, novel/roman, maupun resensi buku-buku dan karya umum

lainnya.
8

2. Secara praktis

Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk

menambah pengetahuan dan wawasan bagi:

a. Bagi siswa

Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan

mengembangkan pemahaman peserta didik tentang nilai religius karya

sastra yang terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an

karya Wahyu Sujani dan meningkatkan kreativitas dalam berpikir.

b. Bagi guru

Penelitian ini diharapkan dapat menciptakan kegiatan belajar

mengajar yang menarik, kreatif, dan inovatif dalam menanamkan nilai

religius yang baik kepada siswa dan dapat mengembangkan

keterampilan guru Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya dalam

menerapkan pembelajaran religius karya sastra novel Mencintaimu

Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani.

c. Bagi pembaca

Penelitian ini diharapkan pembaca lebih dapat memahami isi

novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani dan

mengambil manfaat dari novel tersebut. Selain itu, diharapkan pembaca

semakin jeli dalam memilih bahan bacaan (khususnya novel) dengan

memilih novel-novel yang mengandung nilai religius.


9

d. Bagi peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi penelitian

lain untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam.

G. Penegasan Istilah

Agar dalam penelitian ini tidak terjadi salah pengertian antara penulis

dan pembaca mengenai istilah-istilah yang digunakan dalam judul skripsi,

penulis perlu menjelaskan arti istilah yang dipaparkan di bawah ini.

1. Nilai Religius

Mangunwijaya (1998:15) menegaskan bahwa nilai religius adalah

nilai-nilai yang terdapat dalam karya sastra fiksi berupa penentuan manusia

yang berhati nurani, berahlak mulia atau saleh ke arah segala makna yang

baik. Bagi manusia religius, terdapat makna yang harus dihayati suci dan

nyata dalam bentuk kekuasaan dan kekuatan yang tidak terhingga, sumber

hidup dan kesuburan, sesuatu yang dapat dihayati manusia religius yakni

kesadaran batin, mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan berupa

sumber kehidupan dan kesuburan bagi manusia.

2. Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an

Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an adalah judul novel

karya Wahyu Sujani yang diterbitkan oleh Senja, cetakan pertama tahun

2016, tebal 396 halaman.

3. Rencana pelaksanaan Pembelajaran

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana atau langkah-

langkah pelaksanaan pembelajaran sesuai meteri mata pelajaran. Materi


10

pelajaran yang diajarkan dengan acuan silabus kurikulum 2013 dan

rencana pelaksanaan pembelajaran.

Jadi, maksud dari judul dalam skripsi ini adalah penelitian mengenai

nilai religius pada novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya

Wahyu Sujani dan rencana pelaksanaan pembelajarannya pada siswa kelas

XII di SMA.

H. Sistematika Skripsi

Sistematika skripsi ini ditujukan untuk memberikan gambaran skripsi

yang disusun. Skripsi yang berjudul “Nilai Religius Novel Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’an Karya Wahyu Sujani dan Rencana Pelaksanaan

Pembelajarannya pada Siswa Kelas XII di SMA” ini terdiri dari lima bab.

Permulaan skripsi ini adalah preliminer yang berisi halaman judul, persetujuan,

pernyataan, moto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, dan abstrak.

Bab I berisi pendahuluan. Pendahuluan yang berisi latar belakang

masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, dan sistematika skripsi.

Bab II berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka berisi

tentang uraian penelitian terdahulu yang terdiri dari skripsi Dwi Anggoro

Jayanti (2015), Esti Dwi Kustanti (2015), dan Merina Rahmawati (2014),

sedangkan kajian teoretis digunakan sebagai acuan dan penelitian. Dalam kajian

teoretis ini disajikan teori hakikat novel sebagai karya sastra, unsur novel,

aspek-aspek religius,nilai religius dalam sastra, dan rencana pelaksanaan


11

pembelajaran dengan materi nilai religius dalam novel Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’anpada siswa kelas XII di SMA.

Bab III berisimetode penelitian. Metode penelitian dalam penelitian ini

meliputi sumber data, objek penelitian, fokus penelitian, teknik pengumpulan

data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan teknik penyajian hasil

penelitian.

Bab IV berisi penyajian data dan pembahasan data. Dalam bab ini,

peneliti menjelaskan mengenai data penelitian yang diambil dari novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani berupa kutipan-

kutipan langsung dan sub bab pembahasan data yang membahas struktur novel

dan nilai religius novel tersebut serta rencana pelaksanaan pembelajarannya

pada siswa kelas XIIdi SMA.

Bab V berisi penutup. Pada bab ini peneliti menyimpulkan secara

singkat mengenai pembahasan data dan memberikan saran-saran yang relevan

dengan simpulan tersebut. Selain itu peneliti juga menyertakan daftar pustaka

dan lampiran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KAJIAN TEORETIS

Dalam bab ini berisi tinjauan pustaka dan kajian teoretis. Tinjauan pustaka

berisi kajian penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini dan kajian

teoretis berisi paparan teori yang dijadikan sebuah landasan penelitian dan

pedoman dalam melakukan pembahasan dan hasil penelitian.

A. Tinjauan Pustaka

Dalam penelitian ini disajikan tinjauan pustaka yang berisi hasil

beberapa kajian buku dan skripsi terdahulu yang relevan dengan

permasalahan yang diteliti oleh penulis.

Pada bagian ini peneliti paparkan tiga peneliti yang relevan yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Jayanti, Merinadan Kustanti.

Jayanti (2015) dalam skripsi yang berjudul “Nilai Religius pada Novel

Badai Matahari Andalusia Karya Hary EL Parsia dan Skenario

Pembelajarannya di Kelas XI SMA”. Jayanti menyimpulkan beberapa hasil

penelitian yang ditemukan: (1) unsur intrinsik dalam novel Badai Matahari

Andalusia Karya Hary EL Parsia, (2) nilai religius yang meliputi hubungan

antar manusia dengan Tuhan, Hubungan manusia dengan manusia, dan

Hubungan manusia dengan alam sekitar.

Penelitian Jayanti mempunyai persamaan dan perbedaan dengan

penelitian yang dilakukan oleh penulis. Penelitian ini memiliki persamaan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Jayanti yaitu sama-sama menganalisis

nilai religius yang meliputi hubungan antar manusia dengan Tuhan, hubungan

12
13

manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan alam sekitar.

Perbedaannya terletak pada objek penelitian yang dilakukan oleh Jayanti dan

peneliti. Objek penelitian Jayanti yaitu novel Badai Matahari Andaluisa,

sedangkan penelitian ini peneliti menggunakan novel Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani.

Penelitian yang berjudul “Nilai Religius yang Terdapat dalam Novel

Hidayah Dalam Cinta karya Rohmat Nurhadi Alkastani: Tinjauan Semiotik

dan Implementasinya sebagai Bahan Ajar sastra di SMA” yang dilakukan

oleh Merina (2014). Penelitian ini dibahas nilai religius dengan menggunakan

model pembacaan semiotik yang meliputi pembacaan heruristik dan

hermeneutik.

Ada persamaan antara analisis Merina dengan analisis penulis yaitu

sama-sama menganalisis unsur religius. Namun, terdapat pula perbedaannya,

yaitu hasil analisis Merina implementasi pelaksanaan pembelajarannya di

SMA, sedangkan peneliti rencana pelaksanaan pembelajarannya hanya fokus

di kelas XII SMA.

Penelitian yang berjudul “Nilai Religius Novel Sujudku Yang

Tersembunyi Karya Garina Adelia dan skenario Pembelajarannya di Kelas XI

SMA” Kustanti (2015). Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini

meliputi unsur-unsur intrinsik novel dan nilai religius dalam novel Sujudku

Yang Tersembunyi. Nilai religius yang terkandung dalam novel ini yaitu nilai

religius hubungan manusia dengan Tuhannya meliputi shalat, berdoa, puasa,

dan bersyukur. Nilai religius hubungan manusia dengan manusia meliputi


14

saling tolong-menolong, saling menasehati, dan saling menyayangi. Nilai

religius hubungan manusia dengan alam sekitarnya meliputi menikmati hasil

alam.

Penelitian ini mempunyai persamaan dan perbedaan dengan penelitian

yang penulis lakukan. Persamaan antara penelitian yang dilakukan oleh

Kustanti (2015) dengan penulis yakni sama-sama menganalisis sebuah novel

dengan teori nilai religius dalam sebuah novel. Sementara itu, perbedaanya

terdapat pada objek penelitiannya. Kustanti menganalisis novel Sujudku Yang

Tersembunyi sedangkan penulis meneliti novel Mencintaimu Seperti Kucintai

Qur’an karya Wahyu Sujani.

B. Kajian Teoretis

Kajian teoretis merupakan penjabaran kerangka teoretis yang memuat

materi untuk dijadikan sebagai acuan pokok dalam membahas masalah yang

diteliti. Dalam kajian teoretis ini peneliti akan membahas mengenai (1)

hakikat novel sebagai karya sastra, (2) unsur intrinsik novel, (3) hakikat

religius, (4) nilai religius dalam sastra, (5) religius sastra dalam islam, dan (6)

pembelajaran sastra di SMA.

1. Hakikat Novel sebagai Karya Sastra

Pada bagian ini peneliti akan menjabarkan mengenai (1) definisi

novel, (2) jenis-jenis novel, dan (3) ciri-ciri novel.

a. Definisi Novel

Abrams menyatakan novel sebagai sebuah barang baru yang

kecil dan kemudian diartikan sebagai cerita dalam bentuk prosa


15

(Nurgiyantoro (2012: 11). Sedangkan Aminuddin (2013: 79) menyata-

kan bahwa novel sebagai karya sastra yang berbentuk prosa yang

mempunyai dua unsur, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik yang

saling berhubungan yang sangat berpengaruh dalam kehadiran karya

sastra.

Jadi, berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan

bahwa novel adalah prosa yang berbentuk cerita yang mempunyai

unsur-unsur yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.

b. Jenis-jenis Novel

Novel merupakan pengungkapan dari fragmen kehidupan

manusia (dalam jangka lebih panjang). Konflik-konflik yang terjadi

dalam novel akhirnya menyebabkan perubahan jalan hidup antar

pelakunya. Banyaknya karya fiksi novel yang memiliki isi yang

berbeda-beda sehingga berbeda juga jenis-jenisnya. Berdasarkan

jenisnya novel dibagi menjadi tiga yaitu (1) novel berdasarkan nyata

atau tidaknya contohnya novel fiksi dan nonfiksi, (2) novel

berdasarkan genre ceritanya contohnya novel romantis, horor, komedi,

dan inspiratif, (3) novel berdasarkan isi dan tokoh contohnya novel

dewasa, songlit, teenlit dan chiclit. Namun, dalam novel dikenal juga

istilah-istilah seperti Novellet, Novel dwilogi, Novel trilogi, dan Novel

tetralogi. Novellet adalah sebutan untuk novel pendek. Selain itu, ada

juga jenis novel yang isinya lebih panjang, seperti novel dwilogi dan

novel trilogi. Novel dwilogi adalah novel yang terdiri dari dua bagian
16

atau jilid. Novel tilogi adalah novel yang terdiri dari dari ampat bagian

jilid. Baik novel dwilogi, trilogi maupun tetralogi tiap-tiap novel

memiliki pelaku yang sama dari bagian lainnya (Nurhayati, 2012: 29).

c. Ciri-ciri novel

Hendy (1993: 225) menyebutkan ciri-ciri novel sebagai berikut.


1) Sajian cerita lebih panjang dari cerita pendek dan lebih dari
roman. Biasanya cerita dalam novel dibagi atas beberapa bagian.
2) Bahan cerita diangkat dari keadaan yang ada dalam masyarakat
dengan ramuan fisik pengarang.
3) Penyajian berita berlandas pada alur pokok atau alur utama yang
batang tubuh cerita, dan dirangkai dengan beberapa alur
penunjang yang bersifat otonom (mempunyai latar tersendiri).
4) Tema sebuah novel terdiri atas tema pokok (tema utama) dan
tema bawahan yang berfungsi mendukung tema pokok tersebut.
5) Karakter tokoh-tokoh utama dalam novel berbeda-beda.
Demikian juga karakter tokoh lainya. Selain itu, dalam novel
dijumpai pula tokoh statis dan tokoh dinamis. Tokoh statis
adalah tokoh yang digambarkan berwatak tetap sejak awal
hingga akhir. Tokoh dinamis sebaliknya, ia bisa mempunyai
beberapa karakter yang berbeda atau tidak tetap.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri

novel adalah cerita yang lebih panjang dari cerita pendek, dibagi atas

beberapa bagian yang memiliki unsur intrinsik dan ekstrinsik, serta

diangkat dari cerita masyarakat yang diolah secara fiksi sehingga dapat

menarik pembaca atau penikmat karya sastra.

2. Unsur Intrinsik Novel

Karya sastra merupakan struktur yang bermakna. Novel

merupakan serangkaian tulisan yang menarik ketika dibaca, biasanya

membaca novel memiliki pemikiran yang berbeda-beda dalam

mengartikannya tetapi juga merupakan struktur pikiran yang tersusun dari

unsur-unsur yang padu. Nurgiantoro (2012: 36) menyatakan bahwa novel


17

merupakan bentuk karya sastra yang disebut fiksi. Novel mempunyai

bagian-bagian unsur yang saling berkaitan satu sama lain secara erat dan

saling menggantungkan. Unsur pembangun fiksi terdiri dari tema, tokoh,

alur, latar, sudut pandang dan, amanat.

a. Tema

Stanton (2012: 36) menyatakan bahwa tema adalah aspek cerita

yang sejajar dengan makna dalam pengalaman manusia. Tema

merupakan motif peningkat keseluruhan cerita biasanya tidak serta-

merta ditunjukkan. Ia harusnya dipahami dan di tafsirkan melalui cerita

dan data-data yang lain dan itu merupakan kegiatan yang sering tidak

mudah dilakukan.

Aminuddin (2013: 81) menyatakan bahwa tema adalah ide yang

mendasari suatu cerita sehingga berperan sebagai pangkal tolak

pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptakannya. Hartoko

dan Rahmanto menyatakan bahwa tema merupakan gagasan dasar

umum yang menopang sebuah karya sastra yang terkandung di dalam

teks sebagai struktur semantis yang menyangkut persamaan-

persaamaan atau perbedaan-perbedaan (Nurgiantoro 2012: 16).

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tema

adalah gagasan utama dalam sebuah cerita.

b. Tokoh dan Penokohan

Tokoh dan penokohan merupakan salah satu unsur penting dalam

prosa. Istilah tokoh digunakan untuk menunjuk pada orangnya atau


18

pelaku cerita, sedangkan istilah penokohan digunakan untuk

melukiskan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan

dalam sebuah cerita. Waluyo menyatakan bahwa penokohan merupakan

cara pandang pengarang menampilkan tokoh-tokohnya, jenis-jenis

tokoh, hubungan tokoh dengan unsur cerita lain, watak tokoh-tokoh itu

(Nurhayati, 2012: 15).

Aminuddin (2013: 82) menyatakan bahwa tokoh dan penokohan

adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga

peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh

adalah pelaku yang memiliki peran dalam suatu karya sastra.

c. Alur

Alur adalah pengaturan urutan peristiwa pembentuk cerita yang

menunjukkan adanya hubungan kualitas.Tahapan-tahapan peristiwa

yang ada di dalam cerita terbentuk dalam rangkaian peristiwa yang

berbagai macam. Di bawah ini disajikan pendapat tarif mengenai tahap

alur menjadi lima bagian yang disarikan oleh Nurgiyantoro (2012: 209-

210).

1) Tahap penyituasian (situation)

Tahap penyituasian, tahap yang terutama berisi pelukisan

dan pengenalan situasi latar dan tokoh-tokoh cerita.Tahap ini

merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian informasi awal,


19

dan lain-lain yang terutama, berfungsi untuk melandas tumpui

cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

2) Tahap pemunculan konflik (generating aircumstances)

Tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik itu

sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan menjadi konflik-

konflik pada tahap berikutnya.

3) Tahap peningkatan konflik (rising action)

Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya

semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya.

Peristiwa-peristiwa dramatik yang menjadi inti cerita semakin

mencekam dan menegangkan.

4) Tahap klimaks (climax)

Konflik merupakan pertentangan yang dilakukan dan atau

ditimpakan kepada para tokoh cerita mencapai titik intensitas

puncak. Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh

utama yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya

konflik utama.

5) Tahap penyelesaian (denoument)

Konflik yang telah mencapai klimaks, diberi jalan keluar,

cerita diakhir.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa alur atau plot

adalah jalinan peristiwa yang membentuk suatu jalannya peristiwa

dalam sebuah karya sastra.


20

d. Latar

Abrams menyatakan latar adalah landas tumpu, menyaran pada

pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat

terjadinyaa peristiwa-peristiwa yang diceritakan (Nurgiyantoro 2012:

314. Menurut Nurhayati (2012: 17) menyatakan bahwa latar disebut

juga sebagai landasan tumpu, menyaran pada pengertian tempat,

hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa

yang diceritakan.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar

adalah suatu tempat dimana terjadinya sebuah cerita dalam karya sastra.

e. Sudut Pandang

Abrams mendefinisikan sudut pandang sebagai sarana untuk

menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang

membentuk cerita dalam sebuah karya fiksi kepada pembaca

(Nurhayati, 2012: 17). Menurut Waluyo (2011: 25) menyatakan bahwa

point of view atau sudut pandang pengarang, yaitu teknik yang

digunakan oleh pengarang untuk berperan dalam cerita.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sudut

pandang adalah cara pengarang menceritakan suatu karya sastra.

f. Amanat

Amanat tidak langsung tertulis dalam cerita, tetapi dapat

ditafsirkan dari percakapan tokoh, peristiwa yang menimpa tokoh, atau

akibat yang terjadi pada tokoh dalam akhir cerita itu. Amanat yang baik
21

adalah amanat yang mengandung nilai-nilai positif yang dapat diambil

dalam sebuah cerita untuk dijadikan pedoman hidup. Jadi, amanat

adalah pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang melalui ceritanya.

3. Hakikat Religius

Agama atau religiusitas merupakan penuntutan manusia ke arah

segala makna yang baik yang lebih mementingkan huruf dari pada roh,

lebih mendahulukan tafsiran harfiah di atas cinta kasih (Mangunwijaya,

1998: 16).

Religiusitas tidak bekerja dalam pengertian-pengertian (otak) tetapi

dalam pengalaman, penghayatan (totalitas diri) yang mendahului analisis

atau konsep konseptualisasi. “tuhan tidak meminta agar manusia menjadi

kaum teolog, tetapi manusia yang beriman.” Demikian dalam sekian banyak

varian dan nuansa yang kita dengar. Bagi manusia religius ada “sesuatu”

yang diyakini keramat, suci dan adi-kodrati (Mangunwijaya, 1988: 17).

Berdasarkan filsafat mereka berpendapat agama hanya beda pada

aspek luarnya saja, islam yang dalam arti keselamatan, kedamaian, kepada

Tuhan, kepasrahan serta selalu bertakwa kepada Tuhan, kepasrahan serta

selalu bertakwa kepada Tuhan, pada dasarnya merupakan the common

vision atau titik temu antara agama-agama, yaitu bentuk pergerakan dara

yang banyak (the many) kepada yang satu (the one). Titik temu tersebut

adalah merupakan jiwa, inti, substansi, hakikat, aspek batin, dan sari pati

dari agama.
22

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa religius adalah proses

seseorang untuk memahami dan menghayati suatu ajaran agama, yang

mana akan mengarahkan dirinya untuk hidup dan berperilaku sesuai

dengan ajaran yang dianutnya.

4. Nilai Religius dalam Sastra

Nilai-nilai yang terdapat pada karya sastra fiksi berupa penentuan

manusia yang berhati nurani, berakhlak mulia atau saleh kearah segala

makna yang baik disebut nilai religius (Mangunwijaya, 1988: 15).

Sedangkan nilai religius pada manusia yaitu melaksanakan sesuatu harus

sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran agama Islam.

Kata religius yang berkelas kata adverbial dapat diturunkan kelas

kata nomina yang berupa kata religiositas. Mangunwijaya (1988: 54-55)

mengatakan bahwa “religiositas” adalah konsep keagamaan yang

menyebabkan manusia bersikap religius. Manusia yang memiliki nilai

religius tidak harus terpaku pada kebakuan atau kekakuan. Ajaran Islam

yang dibawa oleh Rosulullah terdapat rangka dan cabang yang

dikelompokan menjadi tiga kelompok besar yaitu aqidah, akhlak dan

syariah.

a. Aqidah

Aqidah berasal dari kata aqada yang artinya ikatan dua utas tali

dalam satu bahul sehingga saling bersinambungan. Aqidah Islam dalam

Alquran disebut dengan iman. Iman bukan hanya percaya melainkan

keyakinan yang mendorong orang berbuat baik. Secara terminologi


23

aqidah adalah suatu yang mengharuskan hati membenarkannya, yang

membuat jiwa tenang dan menjadi kepercayaan yang bersih dari

kebimbangan dan keraguan.

Perilaku yang mengamalkan aqidah antara lain: (1) beribadah

kepada Allah dilakukan dengan ikhlas; (2) melaksanakan ibadah

dengan sungguh-sungguh dean niat hanya menghadap ridho Allah; (3)

meningkatkan ketaatan terhadap perintah Allah, dan menjauhi segala

larangan-Nya (Ilyas, 2011: 1).

b. Akhlak

Akhlak dalam bahasa Indonesia diartikan dengan “tingkah laku“

atau “budi pekarti”. Akhlak merupakan suatu keadaan yang yang melekat

pada jiwa manusia yang dari padanya terlahir perbuatan dengan mudah

tanpa melalui proses pemikiran, pertimbangan ataupun penelitian.

c. Syariah

Syariah secara etimologi bahasa berarti “jalan” tempat keluar air

untuk minum secara terminologi, (istilah) syariah menurut Syaikh

Mahmud Syaltut mengandung arti hukum-hukum dan aturan Allah

yang diberikan. Perilaku yang mengamalkan syariah misalnya

mengurus jenazah, menyelenggarakan sholat jumat, dakwah, dan amar

ma’ruf nahi mungkar.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa nilai religius adalah

ukuran-ukuran religiositas yang berasal dari sikap, ide, dan pandangan

hidup pengarang yang dimasukkan dalam karya sastra.


24

5. Religius Sastra dalam Islam

Kehadiran unsur religius dan keagamaan dalam sastra adalah suatu

keberadaan sastra itu sendiri. Bahkan, sastra tumbuh dari sesuatu yang

bersifat religius (Nurgiyantoro, 2012: 446).

Orang yang mengaku dirinya religius pasti mengenal akan aqidah,

yang memiliki arti simpulan ikatan, perjanjian, dan kokoh. Abu bakar jabir

al-jazairy mengemukakan bahwa aqidah adalah sejumlah kebenaran yang

dapat diterima secara umum oleh manusia bedasarkan akal, wahyu dan

fitrah. (kebenaran itu dipatrikan oleh manusia di dalam hati (serta)

diyakini keshahihan dan keberadaannya (serta pasti) dan ditolak segala

sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu (Ilyas, 2011: 2).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa religius sastra dalam

islam adalah yang bermula dari diri sendiri yang berakal.

6. Perencanaan Pembelajaran di SMA

Pada dasarnya pembelajaran sastra di sekolah, khususnya di SMA

hendaknya melibatkan keaktifan siswa dalam menggali sastra. Dengan

adanya novel sebagai salah satu bentuk karya sastra, bisa dijadikan sebagai

salah satu bahan ajar di SMA. Novel sebagai bahan ajar di SMA, memiliki

kelebihan yaitu karya sastra (novel) tersebut cukup mudah dinikmati

sesuai dengan kemampuan setiap individu.

a. Pengertian Pembelajaran Sastra

Pembelajaran merupakan proses, cara, perbuatan menjadikan

orang atau makhluk hidup belajar. Proses belajar mengajar biasanya


25

dilakukan dengan fasilitas yang lengkap. Pembelajaran sastra

(Indonesia) di sekolah tidak berdiri sendiri sebagai sebuah mata

pelajaran yang mandiri, melainakn “hanya” menjadi bagian mata

pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Nurgiyantoro (2014: 449)

menjelaskan sastra merupakan karya seni yang bermediakan bahasa

yang unsur-unsur keindahan menonjol. Untuk memahami sastra

dengan baik, disamping penguasaan terhadap kode bahasa, diperlukan

juga pengetahuan tentang kode sastra dan kode budaya.

Pembelajaran sastra disamping berbicara tentang sejarah dan

teori sastra, perlu diarahkan tentang pembinaan apresiasi sastra yang

mencakup adanya pemberian kesempatan untuk berkreasi dan

mencoba menciptakan karya sastra sendiri. Sastra dipelajari

strukturnya, untuk mengetahui lapisan-lapisan yang terdapat di

dalamnya (Rusyana 1984: 312).

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

sastra adalah kegiatan yang mengorganisasikan untuk menyusun dan

menguji suatu rencanayang memungkinkan timbulnya proses belajar

pada diri siswa.

b. Tujuan Pembelajaran Sastra

Rusyana (1984: 314) menjelaskan tujuan pembelajaran sastra

untuk mengapresiasi nilai-nilai yang terkandung dalam sastra yaitu

pengenalan dan pemahaman yang tepat terhadap nilai sastra, dan

kegairahan kepadanya, serta kenikmatan yang timbul sebagai akibat


26

dari semua itu. Untuk memperoleh kenikmatan yang mendalam,

tentulah juga perlu pemahaman terhadap sastra, oleh karena itu

pengajaran sasta bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang

sastra.

Kejelasan tujuan pembelajaran sastra penting sebab akan

memberikan acuan bagi pemilihan bahan yang sesuai. Pembelajaran

sastra harus diarahkan kepada pembinaan apresiasi sastra peserta didik

agar anak memiliki kesanggupan untuk memahami, menikmati, dan

menghargai suatu cipta sastra. Selain itu, pembelajaran sastra

diadakan di sekolah mempunyai tujuan untuk keterampilan berbahasa,

meningkatkan pengetahuan, mengembangan cipta dan rasa, serta

menunjang pembentukan watak.

c. Fungsi Pembelajaran Sastra

Menurut Rahmanto (1988: 16-25), fungsi pembelajaran sastra

penting untuk membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan

kemampuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan daya

menunjang pembentukan watak.

1) Membantu Keterampilan Berbahasa

Membantu keterampilan berbahasa maksudnya adalah

sastra dapat sebagai penunjang empat keterampilan berbahasa yaitu

(1) menyimak, (2) berbicara, (3) membaca, (4) menulis. Dalam

pembelajaran sastra siswa dapat melatih keterampilan menyimak

dengan mendengarkan suatu karya yang dibacakan oleh guru,


27

teman, atau melalui pita rekaman. Siswa dapat melatih

keterampilan berbicara dengan ikut berperan dalam suatu drama.

Siswa juga dapat meningkatkan keterampilan membaca dengan

membacakan puisi atau prosa, siswa dapat mendeskripsikan dan

kemudian menuliskan hasil diskusinya sebagai latihan

keterampilan.

2) Meningkatkan kemampuan budaya

Sastra tidak seperti halnya ilmu kimia atau sejarah, tidak

menyuguhkan ilmu pengetahuan dalam bentuk, jadi sastra

berkaitan erat dengan aspek manusia dan alam dengan

keseluruhannya. Setiap karya sastra selalu menghadirkan sesuatu

dan keraap menyajikan banyak hal apabila dikhayati benar-benar

akan semakin membantu pengetahuan orang yang menghayatinya.

Pengetahuan dalam hal ini mengandung suatu pengertian

yang luas. Dengan berbagai cara, kita dapat menguraikan dan

menyerap pengetahuan semacam itu dalam karya sastra sebagai

contoh, yaitu mengungkapkan fakta-fakta dari sumber lain untuk

memahami situasi dan problematika khusus yang dihadirkan

dalam, suatu karya sastra.

3) Mengembangkan cipta dan karsa

Dalam hal pembelajaran sastra kecakapan yang perlu

dikembangkan adalah yang bersifat indra, penalaran, afektif dan

sosial, serta dapat ditambahkan bagi yang bersifat sosial.


28

a) Indra

Pembelajaran sastra dapat digunakan untuk

memperluas pengungkapan apa yang diterima oleh panca

indra seperti indra penglihatan, indra pendengaran, indra

pengecapan, dan indra peraba.

b) Penalaran

Proses berfikir logis banyak ditentukan oleh hal-hal

seperti ketetapan pengertian, ketetapan intepretasi kebahasaan,

klasifikasi, dan pengelompokan data, penentuan sebagai

pilihan, serta formulasi rangkaian tindakan yang tepat.

Pengajaran sastra juga meliputi kecakapan-kecakapan pilihan

seperti dugaan, kebiasaan, tradisi, dorongan dan sebagainya.

c) Perasaan

Perasaan jelas merupakan suatu elemen yang sangat

rumit dalam tingkah laku manusia. Sehubungan dengan

perasaan, dapat ditegaskan bahwa sastra dapat menghadirkan

berbagai problem atau situasi yang merangsang tanggapan

perasaan atau tanggapan emosional.

d) Kesadaran sosial

Sastra merupakan pengayaan tidak ternilai untuk

menunjang kesadaran sosial ini. Para penulis kreatif biasanya

memiliki daya imajinasi dan kesanggupan yang luar biasa


29

untuk mengidentifikasikan dirinya dengan orang lain dan

menerobos suatu masalah serta mengenali intinya.

4) Menunjang pembentukan watak

Sastra mempunyai kemungkinan yang lebih banyak untuk

mengatur siswa mengenal seluruh rangkaian kemungkinan hidup

manusia seperti, pendidikan, cinta kasih, ekonomi, kekerabatan.

Dengan pembelajaran sastra, siswa dipertemukan dengan berbagai

kesempatan untuk menelusuri pengalaman-pengalaman yang terus

mengalir. Pengalaman itu merupakan baik bagi kehidupan siswa di

masa mendatang.

d. Pemilihan bahan pembelajaran sastra

Bahan pembelajaran sastra dapat dibedakan ke dalam dua

golongan, yaitu bahan apresiasi langsung dan apresiasi tidak langsung.

Nurgiyantoro (2014: 452-453) menjelaskan bahan pengetahuan

apresiasi tentang sastra memang penting. Namun, kedudukannya yang

hanya untuk membantu keberhasilan pembelajaran apresiasi, capaian

kompetensi bersastra, maka harus dibatasi dan tidak diutamakan

sehingga menggeser kedudukan pembelajaran apresiasi yang bersifat

langsung.

Dalam pembelajaran apresiasi sastra siswa dibimbing untuk

membaca dan memahami, mengenali berbagai unsurnya yang khas,

menunjukan kaitan diantara berbagai unsur, menunjukan keindahan,

menunjukan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang dapat


30

diperoleh. Bahan pembelajaran yang akan disajiakan kepada siswa

haruslah sesuai dengan kemampuan siswanya yang berdasarkan pada

tahapan pembelajaran tertentu. Guru harus dapat memilki bahan ajar

yang tepat sesuai dengan perkembangan siswa.

e. Pembelajaran novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya

Wahyu Sujani pada siswa kelas XII di SMA

Berdasarkan Kurikulum 2013 mata pelajaran bahasa dan sastra

Indonesia, pembelajaran sastra di kelas XII SMA antara lain:

kompetensi inti, kompetensi dasar, materi pembelajaran, alokasi

waktu, sumber belajar, evaluasi, dan quantum learing.

1) Kompetensi Inti

Kompetensi inti dalam penelitian ini adalah memahami,

menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan

faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa

ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,

dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, dan

peradaban terkait penyebab fenomena kejadian, serta menerapkan

pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai

dengan bakat dan minat untuk memecahkan masalah;

2) Kompetensi Dasar

Kompetensi dasar dalam penelitian ini adalah

menganalisis teks cerita sejarah, berita iklan, editorial atau opini,

dan cerita fiksi dalam film baik melalui lisan atau tulisan;
31

3) Indikator

Indikator merupakan kompetensi dasar secara sepesifik

yang dapat dijadikan ukuran untuk mengetahui ketercapaian

pembelajaran. Indikator berfungsi sebagai tanda-tanda yang

menunjukan terjadinya perubahan sikap siswa. Indikator secara

pelaksanaan pembelajaran dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

a) Menjelaskan unsur intrinsik dalam novel;

b) Menjelaskan hubungan peran tokoh dalam novel;

c) Menjelaskan rencana pelaksanaan pembelajaran.

4) Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran berisi penugasan kompetensi yang

operasional yang ditargetkan atau dicapai dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirumuskan

dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi dasar.

Apabila rumusan kompetensi dasar sudah operasional, rumusan

tersebut yang dijadikan dasar dalam merumuskan tujuan

pembelajaran. Tujuan pembelajaran dapat terjadi atas sebuah

tujuan atau beberapa tujuan.

5) Mareri Pembelajaran

Materi pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk

mencapai tujuan pembelajaran dan indikator. Materi dikutip dari

materi pokok yang ada dalam silabus. Materi pokok tersebut


32

kemudian dikembangkan menjadi beberapa uraian materi. Untuk

memudahkan penetapan uraian materi dapat diacu diindikator.

6) Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat

indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran

disesuaikan dengan situasi dan konisi peserta didik, serta

karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak

dicapai pada setiap mata pelajaran.

Di dalam memilih metode pembelajaran guru yang

bersangkutan dapat memilih metode yang baik, tepat, sesuai,

dengan tujuan, bahan, dan keadaan siswa. Untuk menghindari

agar siswa tidak jenuh dalam menerima pelajaran, guru dalam

mengajar mengguanakan metode yang beragam secara maksimal.

DePorter dan Hernacki mengemukakan bahwa metode

kuantum adalah kiat-kiat, petunjuk, metode, dan seluruh proses

yang dapat menghemat waktu untuk mempercepat dan

mengoptimalkan hasil belajar yang menyenangkan dan

bermanfaat serta sebagai obat penawar yang menghidupkan dan

memperkuat kembali kegembiraan dan kecintaan belajar (dalam

Sukirno, 2013: 9).


33

Jadi, metode kuantum adalah pembelajaran sastra

khususnya novel terlaksana dengan langkah yang merupakan

pokok pembelajaran yang memuat aktivitas menimbulkan

pemahaman minat siswa, memahami secara langsung melalui

kagiatan menamai hasil kerja berdasarkan masukan teman

kelompok dan saran serta catatan dari guru.

7) Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap kompetensi dasar

didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu mata

pelajaran per-minggu dengan mempertimbangkan jumlah

kompetensi dasar, keluasa, kedalaman, tingkat kesulitan, dan

tingkat kepentingan kompetensi dasar.

8) Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek, dan bahan yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak

dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial,

dan budaya, buku Pelajaran Bahasa Indonesia SMA/SMK

Ekspresi Diri untuk kelas XII, Kemdikbud, dan buku pelengkap

(penunjang) novel.

9) Evaluasi

Evaluasi hasil pembelajaran merupakan bagian dari

kurikulum dan bagian dari pelaksanaan secara keseluruhan. Maka,

pengembangan sistem evaluasi hasil pembelajaran dirancang


34

bersamaan dengan pengembangan suatu kurikulum sehingga

terjadi keselarasan dengan komponen kurikulum yang lain.

Evaluasi pada hakikatnya merupakan suatu proses

pengumpulan dan penggunaan informasi yang dipergunakan

sebagai dasar pembuatan keputusan tentang program pendidikan

Nurgiyantoro (2014: 7).

10) Quantum Learning

Quantum Learning merupakan metode pembelajaran yang

menekankan pada pemberian sugesti serta menunut proses

pembelajaran yang menyenangkan. Langkah langkah

pembelajaran Quantum Learning menggunakan enam pokok yng

dikenal dengan istilah tandur, yaitu tumbuhkan, alami, namai,

demonstrasi, dan rayaakan. Tumbuhkan adalah menumbuhkan

pemahaman dan minat siswa terhadap kegemaran menulis dengan

memberikan wacana tentang wacana yang akan ditulis,

menyugesti siswa dengan cara menjelaskan tujuan belajar menulis

dan manfaatnya bagi kehidupan. Alami adalah siswa mengalami

secara langsung sesuai dengan kegemaran siswa masing-masing

seperti menyimak rekaman atau contoh-contoh teks untuk

diidentifikasi unsur-unsur pembangunannya. Namai adalah

membicarakan hasil identifikasi unsur-unsur pembangunan dalam

diskusi kelompok. Demonstrasi adalah siswa praktik menulis

seperti yang diinginkan dalam kompetensi dasar mulai dari tahap


35

pemunculan ide, penyusunan ide menjadi menjadi kerangka

tulisan, dan mengembangkan kerangka tulisan menjadi tulisan

jadi. Ulangi adalah memperbaiki kembali tulisannya berdasarkan

saran dari teman dan guru sehingga hasil karyanya menjadi

semakin sempurnanya. Rayakan adalah aktivitas siswa dan guru

untuk menilai atau memberi pengakuan hasil kerja siswa melalui

lomba atau publikasi hasil karyanya.

Adapun langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam

pembelajaran melalui konsep metode pembelajaran Quantum

Learning sebagai berikut.

1) Tahap persiapan.

a) mempersiapkan kondisi belajar siswa dengan cara

mengatur ruang kelas agar berbeda dengan kelas biasa

dengan menata kursi berbentuk huruf U untuk

memudahkan siswa melakukan kontak mata.

b) menyiapkan musik yang lembut dipasang ketika siswa

melakukan kontak mata.

c) menciptakan kalimat sugestif positif untuk diberikan

kepada siswa.

2) Tahap pelaksanaan.

a) presentasi materi.

b) menggunakan kehidupan sehari-hari sebagai bahan

pengantar.
36

c) adanya interaksi dan umpan balik antara siswa dan guru.

d) siswa mencatat materi pelajaran.

e) memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif.

f) guru dan siswa bersemangat dalam kegiatan pembelajaran.

3) Tahap evaluasi.

a) siswa diberi latihan soal.

b) guru memperhatikan permasalahan yang dihadapi siswa.

c) tidak menyalahkan kesalahan kepada siswa.

d) mengadakan penelitian melalui tes lisan dan tes tertulis.

Kelebihan dan Kekurangan metode pembelajaran Quantum

Learning sebagai berikut.

Kelebihan metode pembelajaran Quantum Learning.

a) pembelajaran kuantum membiasakan siswa untuk melatih

aktivitas kreatifnya sehingga siswa dapat menciptakan suatu

produk kreatif yang dapat bermanfaat bagi diri dan

lingkungannya. Contonya ketika dikelas guru terbiasa

mengajari siswa untuk selalu berfikir kreatif untuk menemukan

hal yang baru.

b) dalam pembelajaran kuantum, emosi sangat diperlukan untuk

menciptakan motivasi belajar yang tinggi. Motivasi yang tinggi

dapat menambah kepercayaan diri siswa, sehingga siswa tidak

ragu dan malu serta mau mengembangkan potensi-potensi

yang ada.
37

c) pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi

yang bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.

Jadi guru bukan hanya menjelaskan tetapi menanamkan dalam

diri siswa.

d) pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan

pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi. Contohnya

penggunaan musik klasik akan merangsang percepatan daya

tangkap siswa sehingga mudah dalam memahami materi yang

diberikan.

e) pembelajaran kuantum sangat menentukan kealamiahan dan

kewajaran proses pembelajaran, bukan keadaan yang dibuat-

buat. Contohnya guru memberikan konsep-konsep dengan

contoh yang nyata bukan khayalan.

f) pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada

pembentukan ketrampilan akademis, dan ketrampilan (dalam)

hidup.

g) pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan

sebagai bagian penting proses pembelajaran. Jadi seorang guru

bukan hanya menyampaikan materi tetapi juga menanamkan

karakter yang harus dimiliki siswa.

h) pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan

kebebasan, bukan keseragaman dan ketertiban. Jadi siswa


38

diberikan kebebasan untuk menyampaikan pendapat dan

melakukan aktifitas yang diminatinya.

Kekurangan metode pembelajaran Quantum Learning.

a) membutuhkan pengalaman yang nyata. Karena quantum

learning menuntut guru untuk kreatif dan menjadikan kegitan

belajar mengajar lebih menyenangkan sehingga diperlukan

pengalaman yang matang untuk dapat menciptakan situasi

yang diatas.

b) waktu yang cukup lama untuk menumbuhkan motivasi dalam

belajar. Karena kuantum learning menggunakan metode

pemberian sugesti sehingga dibutuhkan waktu yang lama

untuk menumbuhkan karakter yang diharapkan.

c) kesulitan mengidentifikasi ketrampilan siswa. Karena setiap

siswa memiliki ketrampilan yang berbeda-beda sehingga untuk

mengidentifikasi ketrampilan setiap siswa memerlukan proses

yang tidak mudah yaitu dengan mengamati perilaku dan minat

setiap siswa.

d) memerlukan dan menuntut keahlian dan ketrampilan guru.

Karena quantum learning menuntut guru untuk kreatif dan

menjadikan kegitan belajar mengajar lebih menyenangkan

sehingga diperlukan keahlian dan ketrampilan guru untuk

dapat menciptakan situasi yang diatas.


39

e) memerlukan proses perancanaan dan persiapan pembelajaran

yang cukup matang dan terencana dengan cara yang lebih baik.

Karena kuantum learning harus bisa menjadikan kegiatan

belajar menyenangkan sehingga persiapan yang matang akan

membantu terlaksananya kegiatan pembelajaran tersebut.

f) adanya keterbatasan sumber belajar, alat belajar dan menuntut

situasi dan kondisi. Karena dengan keterbatasan sarana

prasarana akan menghambat terlaksananya kegiatan tersebut

dan hasilnya kegiatan belajar mengajar akan berjalan kurang

efektif.
BAB III
METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dibahas metode penelitian. Metode penelitian dalam

penelitian ini meliputi sumber data, objek penelitian, fokus penelitian, teknik

pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan teknik penyajian

hasil penelitian.

A. Data dan Sumber Data

Data adalah segala fakta dan angka yang dijadikan bahan untuk

menyajikan suatu infirmasi (Arikunto, 2010: 95). Data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah kutipan langsung dan tidak langsung dari objek

penelitian yaitu novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu

Sujani yang diterbitkan oleh Senja di Yogyakarta cetakan pertama 2016

dengan tebal 396 halaman.

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat

diperoleh (Arikunto, 2014: 172). Sumber data dalam penelitian ini dibagi

menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data skunder. Sumber data

primer diperoleh dari objek penelitian yaitu novel Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani. Selain itu, sumber data skunder

diperoleh dari referensi-reverensi yang berkaitan dengan isi penelitian seperti

mencari informasi dan reverensi dalam bentuk text book, internet, dan sumber

lainya termasuk diskusi dengan dosen.

40
41

B. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah apa saja yang menjadi titik perhatian

(Arikunto, 2013: 38). Objek dalam penelitian ini adalah nilai religius yang

terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu

Sujani.

C. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah pusat dari objek penelitian itu sendiri. Fokus

penelitin adalah batasan masalah penelitian kualitatif yang berisi pokok

masalah yang masih bersifat umum (Sugiyono, 2015: 285-285). Penelitian ini

difokuskan pada nilai religius dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai

Qur’an karya Wahyu Sujani yang meliputi unsur intrinsik, nilai religius

dalam novel yang meliputi akidah, akhlak, syariah, dan rencana pelaksanaan

pembelajarannya pada siswa kelas XII di SMA.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik

pustaka. Teknik pustaka adalah teknik pengumpulan data dengan

menggunakan sumber-sumber tertulis.

Langkah-langkah yang ditempuh penulis dalam mengumpulkan data

adalah sebagai berikut.


42

1. membaca novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu

Sujani secara teliti;

2. menandai keseluruhan dari novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an

karya Wahyu Sujani baik berupa kutipan langsung atau tidak langsung

mengenai nilai religius maupun unsur intrinsik novel tersebut;

3. mencatat data berdasarkan nilai-nilai religius dan unsur intrinsik yang ada

dalam novel ke dalam kartu pencatat data.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2014: 203) instrumen penelitian adalah alat atau

fasilitas yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data agar

pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,

lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen yang

digunakan dalam penelitian ini adalah penulis itu sendiri selaku peneliti,

dengan bantuan kartu pencatat data yang digunakan untuk mencatat data hasil

dari pembacaan novel.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu

menggunakan teknik analisis isi. Metode analisis isi adalah metode yang

dilakukan dengan mengkaji dan membahas seluruh isi teks secara kritis dan

teliti (Arikunto, 2014: 53). Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa

bentuk-bentuk bahasa, yaitu teknik analisis isi dalam novel Mencintaimu


43

Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani. Langkah-langkah yang

ditempuh penulis dalam melakukan metode analisis isi adalah sebagai berikut:

1. menganalisis data berupa unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam

novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani;

2. menganalisis nilai-nilai religius yang terdapat dalam novel Mencintaimu

Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani;

3. menyusun hasil analisis. Susunan hasil analisis data terdiri atas:

a) penyajian data;

b) pembahasan data;

c) simpulan data;

d) lampiran data.

G. Teknik Penyajian Data

Tahapan selanjutnya setelah melakukan analisis adalah menyajikan

analisis data. Penelitian yang peneliti lakukan adalah penelitian kualitatif. Hasil

dari analisis disajikan menggunakan teknik yang bersifat informal Teknik

penyajian informal adalah penyajian hasil analisis data dengan kata-kata biasa,

sedangkan penyajian data formal adalah perumusan dengan apa yang umum

dikenal sebagai tanda dan lambang-lambang (Sudaryanto, 2015: 145). Jadi,

peneliti menyajikan hasil penelitian mengenai nilai religius dalam novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani yang meliputi unsur

intrinsik, nilai religius dalam novel yang meliputi akidah, akhlak, syariah, dan

rencana pelaksanaan pembelajarannya pada siswa kelas XII di SMA, dipaparkan

dengan kata-kata biasa tanpa menggunakan lambang dan bilangan.


BAB IV
PENYAJIAN DAN PEMBAHASAN DATA

Dalam bab ini dibahas dua hal paparan pokok. Data dari bab ini, yaitu (1)

penyajian data dan (2) pembahasan data yang merupakan hasil penelitian dari

unsur-unsur intrinsik, nilai religius, dan rencana pelaksanaan pembelajaran novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani yang diterbitkan oleh

Senja di Yogyakarta pada siswa kelas XII di SMA.

A. Penyajian Data

Pada penyajian data ini peneliti menyajikan tiga penelitian, yaitu unsur

intrinsik novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani,

nilai religius, dan rencana pelaksanaan pembelajaran novel Mencintaimu

Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani pada siswa kelas XII di SMA.

Berikut ini disajikan data yang peneliti ambil dari penelitian.

1. Unsur Intrinsik Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an Karya

Wahyu Sujani

Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Mencintaimu

Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani meliputi tema, tokoh dan

penokohan, alur, latar, sudut pandang, dan amanat. Data unsur intrinsik

yang terdapat pada novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya

Wahyu Sujani dapat dilihat dari tabel 4.1 berikut ini.

44
45

Tabel 4.1
Unsur intrinsik novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an
karya Wahyu Sujani.

No. Unsur-unsur Intrinsik Penyajian Data Halaman


1. Tema
a. Mayor 1) Masalah tugas wajib 27 dan 83
sebagai hafizh al-
Qur’an
b. Minor 2) Masalah keretakan 9-10 dan
rumah tangga 14
3) Masalah kehidupan. 34 dan 39
4) Masalah kegagalan 39 dan 73
cinta
5) Masalah pekerjaan 87-88, 88,
125, dan
132-133
6) Masalah pernikahan 349, 357-
358, 369,
dan 374
7) Masalah perpisahan 389 dan
391
2. Tokoh dan Penokohan
a. Tokoh utama 1) Rahmat: sopan, 25, 107,
penyayang, dan pekerja dan 33
keras
b. Tokoh tambahan 2) Riani: pekerja keras dan 33 dan
perhatian 127
3) Dirman: pemarah dan 9-10 dan
tanggung jawab 316
4) Sulastri: pemaaf, 12, 22,
penyayang, dan pekerja dan 33
keras
5) Rhalin: pantang 55 dan
menyerah dan perhatian 383
6) Kiyai Ra’uf: perhatian 26 dan
dan ramah. 334-335
7) Bu Ijah: tegas dan 71 dan 77
penyayang
8) Rahma: ramah dan 45 dan
perhatian 231
9) Rahmi: pemarah dan 68 dan 91
perhatian
10) Imas: perhatian dan 56 dan
patuh 376
46

11) Ilyas: ramah dan 156 dan


penolong 257
12) Adang: peduli dan tegar 98 dan
146
13) Pak Rusli: ramah dan 84 dan
rendah hati 348
14) Abah Jumadi: penolong 232dan
236
15) Husein: jahat dan 190-191
tanggung jawab dan 293
3. Alur berdasarkan urutan peristiwa
1) Tahap penyituasian 16 dan 16-
17
2) Tahap pemunculan 33-34 dan
konflik 55-56
3) Tahap peningkatan 132-133
konflik dan 136-
137
4) Tahap klimaks 190-191
dan 257
5) Tahap penyelesaian 263, 349-
350, dan
390-391
4. Latar
a. Tempat 1) Ruang makan 9 dan 34-
35
2) Rumah orang tua 22-23 dan
Sulastri 28
3) Pemakaman 24-25 dan
357
4) Desa Cisangkuy 25 dan 24
5) Rumah Bu Ijah 67 dan 71
6) Masjid 83 dan
319
7) Area proyek 82 dan 85
8) Depan hotel Grand 130 dan
Golden 132
9) Kamar 257 dan
370
10) Taman 265 dan
145
11) Pondok 358 dan
241
12) Rumah sakit 390-
391dan 88
47

b. Waktu 1) Pagi hari 67 dan


363-364
2) Siang hari 39 dan 44
3) Sore hari 97 dan 82
4) Malam hari 17 dan
362-363
c. Suasana atau Sosial 1) Tegang 9 dan 236-
237
2) Senang 128 dan
315
3) Sedih 390 dan
391
5. Sudut Pandang Orang ketiga (ia dan dia) 205 dan
391
6. Amanat Pantang menyerah, sabar, 130 dan
dan sadar bahwa harta bukan 373
segalanya tanpa diiringi
dengan kesahajaan jiwa.

2. Nilai Religius Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an Karya

Wahyu Sujani

Nilai religius yang terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti

Kuncintai Qur’an karya Wahyu Sujani meliputi nilai pendidikan aqidah,

akhlak, dan syariah. Data nilai religius yang terdapat di dalam novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani dapat dilihat

dari tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2
Nilai religius novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an
karya Wahyu Sujani

No Nilai Religius Wujud Nilai Religius Halaman


1. Nilai pendidikan aqidah a. Iman kepada Allah 24 dan 91
b. Iman kepada kitab 92 dan 96
Allah
c. Iman kepada Nabi 27-28 dan
dan Rasul Allah 242
2. Nilai pendidikan akhlak a. Tolong menolong 148 dan
173
48

b. Bersyukur 78 dan
268
c. Berbakti kepada 25 dan
orang tua 106
d. Memberi salam 263 dan
366-367
3. Nilai pendidikan syariah a. Perintah 83-84 dan
mengerjakan shalat 104
b. Perintah menuntut 32 dan 31
ilmu
c. Berdoa kepada 106 dan
Allah 204
d. Berzikir kepada 72 dan 92
Allah

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Novel Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’an Karya Wahyu Sujani pada Siswa Kelas XII di SMA.

Dalam rencana pelaksanaan pembelajaran sastra pada siswa di

sekolah khususnya kelas XII SMA dipilih novel sebagai bahan

pembelajaran. Rencana pelaksanaan pembelajaran nilai religius novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani disusun oleh

penulis yang disajikan dalam tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran novel Mencintaimu Seperti
Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani pada Siswa kelas XII di SMA

No. Komponen Data


a. Komonen Inti Nilai Religius pada novel.
b. Kompetensi Pembelajaran unsur intrinsik dan nilai religius
Dasar pada novel Mencintaimu Seperti Kucintai
Qur’an karya Wahyu Sujani.
c. Indikator 1) Siswa mampu menganalisis unsur intrinsik
novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an
karya Wahyu Sujani.
2) Siswa mampu menganalisis nilai religius
novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an
karya Wahyu Sujani.
49

d. Tujuan 1) Siswa dapat menganalisis unsur intrinsik


Pembelajaran novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an
karya Wahyu Sujani.
2) Siswa dapat menganalisis nilai religius novel
Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya
Wahyu Sujani.
e. Alokasi 4 x 45 menit (2x pertemuan)
Waktu
f. Materi pembelajaran unsur intrinsik dan nilai religius
Pembelajaran novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an
karya Wahyu Sujani.
g. Metode Quantum learning menggunakan enam langkah
Pembelajaran pokok TANDUR, yaitu: tumbuhkan, alami,
namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan
h. Sumber 1) Buku Pelajaran Bahasa Indonesia SMA/SMK
Belajar Ekspresi Diri untuk kelas XII, Kemdikbud.
2) Buku Pelengkap novel.
i. Langkah Pertemuan I
Pembelajaran 1) Kegiatan Awal
a) Guru membuka pelajaran dengan salam
b) Guru mengecek kehadiran siswa (absensi)
c) Guru memotivasi siswa tentang
pentingnya materi yang akan dibahas
d) Guru menyampaikan kompetensi dasar
dan indikator pencapaian yang harus
dikuasai
e) Guru bertanya kepada siswa mengetahui
gambaran umum isi novel yang telah
dibaca siswa dirumah (tugas rumah
pertemuan sebelumnya)
2) Kegiatan Inti
Fase “Tumbuhkan”
a) Guru menampilkan profil Wahyu Sujani
dan karya-karyanya dengan
menggunakan audio-visual.
b) Guru mempresentasikan materi dengan
media powerpoint mengenai unsur
intrinsik novel dan macam-macam yang
termasuk kedalam nilai religius.
c) Siswa mengamati contoh penggalan
novel yang mengandung nilai religius.
d) Siswa mencoba menentukan macam-
macam nilai religius berdasarkan
pengetahuan yang mereka miliki
sehingga timbul komunikasi antara guru
dan siswa.
50

Fase “Alami”
a) Siswa dibagi dalam tiga kelompok
b) Siswa beserta guru merencanakan
berbagai prosedur belajar khusus, tugas,
dan tujuan berdasarkan topik, yaitu
menentukan unsur intrinsik yang
terdapat dalam novel, dengan
memberikan kutipan yang menunjukan
unsur intrinsik.
c) Siswa merencanakan penyajian yang
menarik di depan kelas.
d) Setiap kelompok menyajiakan presentasi
yang menarik sehingga, semua
kelompok mengetahui macam-macam
unsur intrinsik yang terdapat dalam
novel yang telah dianalisis.
Fase “Namai”
Setiap siswa membuat simpulan hasil
diskusi antar kelompok dengan
bahasanya sendiri mengenai unsur
intrinsik yang terdapat dalam novel
Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an
karya Wahyu Sujani.
3) Kegiatan Akhir
a) Siswa dan guru menyimpulkan hasil
pembelajaran yang telah berlangsung.
b) Semua kelompok mengumpulkan hasil
investigasi kelompoknya.
c) Guru memberikan pesan kepada siswa
agar meleladani setiap tokoh yang
memiliki sikap yang baik dan
memberikan arahan kepada siswa
supaya tidak meniru sikap tokoh yang
tidak baik dan menyampaikan amanat
yang dapat dipetik dalam novel
Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an
karya Wahyu Sujani.
d) Guru memberikan tugas rumah kepada
siswa untuk menganalisis nilai religius
di rumah.
e) Guru mengucapkan salam penutup.
Pertemuan II
1. Kegiatan Awal
a) Guru membuka pelajaran dengan salam.
b) Guru mengecek kehadiran siswa
(absensi).
51

c) Guru melakukan tanya jawab dengan


siswa mengenai materi yang telah
dibahas pada pertemuan sebelumnya.
d) Guru menyampaikan refleksi mengenai
kekurangan yang masih ditemukan di
dalam hasil pembelajaran sebelumnya.
2. Kegiatan Inti
Fase “Demonstrasi”
Pada fase ini, kegiatan yang dilakukan
adalah setiap siswa menukar hasil
pekerjaan rumahnya berupa nilai religius
novel Mencintaimu Seperti Kucintai
Qur’an karya Wahyu Sujani kepada
temannya secara acak untuk
diidentifikasi.
Fase “Ulangi”
Pada fase ini, kegiatan yang dilakukan
adalah siswa memperbaiki analisisnya
sesuai dengan saran teman.
Fase “Rayakan”
Pada fase ini, siswa yang memperoleh
nilai tertinggi memiliki kesempatan
untuk membacakan hasil analisisnya di
depan kelas.
3. Kegiatan Akhir
a) Guru menyampaikan simpulan
pembelajaran.
b) Guru memberikan pesan kepada siswa
agar meleladani setiap tokoh yang
memiliki sikap yang baik dan
memberikan arahan kepada siswa supaya
tidak meniru sikap tokoh yang tidak baik
dan menyampaikan amanat yang dapat
dipetik dalam novel Mencintaimu Seperti
Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani.
c) Guru mengucapkan salam penutup.
j. Media 1. Media Elektronik (LCD dan Leptop).
Pembelajaran 2. Buku-buku yang relevan dengan materi
pembelajaran.
3. Kamus Bahasa Indonesia
4. Program Power point
k. Evaluasi 1. Teknik penilaian dalam pembelajaran ini
menggunakan teknik tes tertulis.
2. Bentuk tes dalam pembelajaran ini
menggunakan tes tertulis berupa uraian
dengan tes esai berupa uraian.
52

B. Pembahasan Data

Pembahasan data meliputi pembahasan: (a) unsur-unsur intrinsik yang

terkandung dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu

Sujani; (b) nilai-nilai religius yang terkandung dalam Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani dan; (c) rencana pelaksanaan

pembelajaran novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu

Sujani pada siswa kelas XII di SMA.

1. Unsur-unsur Intrinsik novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an

karya Wahyu Sujani

Unsur intrinsik yang akan dikaji oleh peneliti meliputi : (a) tema,

(b) tokoh dan penokohan, (c) alur, (d) latar, (e) sudut pandang, dan (f)

amanat. Berikut dipaparkan keenam unsur tersebut.

a. Tema

Setiap prosa fiksi mengandung gagasan pokok yang lazim disebut

tema. Tema adalah gagasan utama dalam sebuah cerita. Untuk

mendapatkan tema, terlebih dahulu harus diidentifikasi masalah-

masalah di dalam cerita yang dapat membantu menentukan tema.

Novel ini menggambarkan perjalanan cobaan hidup seorang

hafizh al-Qur’an yang selalu mejaga hafalannya. Banyak masalah yang

menimpa dirinya karena harus menjalani kehidupan bersama Bibi dan

Pamannya setelah terjadi bencana alam tanah longsor yang

menyebabkan kedua orang tuanya meninggal dunia. Sebagaimana

judulnya, tema mayor atau tema utama dalam novel Mencintaimu


53

Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani tentang “tugas wajib

seorang hafizh al-Qur’an.” Jika diteliti lebih dalam, novel ini memiliki

tema minor atau tema tambahan dari tema mayor yang berbeda-beda,

tetapi tidak lepas dari tema utama.

1) Masalah tugas wajib sebagai hafizh

Diceritakan pada novel tersebut bahwa Rahmat adalah

seorang hafizh. Dalam kehidupannya Rahmat mendapat banyak

masalah cobaan hidup yang menimpa dirinya setelah ditinggal

kedua orang tuanya karena musibah bencana alam tanah longsor,

namun Rahmat tidak pernah melalaikan tugasnya sebagai seorang

hafizh yang selalu menjaga hafalan al-Qur’annya. Hal itu terlihat

dari kutipan di bawah ini.

“Ya, sudah, tidak apa-apa. Soal ucapan Abah tadi,


pikirkanlah. Kapan pun, pinu pesantren selalu terbuka
untukmu dan adikmu. Oh ya, bagaiman hafalan Qur’an-mu
sekarang?” “Alhamdulillah masih terjaga baik, Bah.” (27)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Kiai Ra’uf menanyakan

hafalan al-Qur’annya kepada Rahmat. Hafalan Rahmat masih

dijaga dengan baik. Selain ditanya oleh Abah ketika bekeja di

proyek Rahmat juga menyempatkan untuk menjaga hafalan al-

Qur’annya. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Rahmat keluar dari area proyek. Masjid kecil tapi bagus


bentuknya dengan hiasan dua dua menara kembar dan kubah
hijau dan tempatnya shalat dimasuki lagi. Seperti biasa, usai
sholat Rahmat menjaga hafalannya. Kali ini membaca surat
Yusuf yang terdiri dari 111 ayat.” (83)
54

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat meluangkan

waktunya di masjid dekat proyek untuk menjaga hafalan

Qur’annya sestelah melaksanakan sholat. Membaca al-Qur’an

dengan mata terpejam yang selalu dilakukan oleh Rahmat sehingga

teringat kuat diotaknya.

2) Masalah retaknya rumah tangga.

Masalah rusaknya rumah tangga Dirman dan Sulastri terjadi

ketika Dirman yang setiap hari hanya judi dan mabuk membuat

rumah tangganya berantakan. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah

ini.

“Dasar istri durhaka!” Sulastri tersenyum sinis. “Heh kalau


kamu bisa jadi imam yang baik buatku, pantas kamu
menyebutku istri durhaka. Ngaca, dong! Lihat kelakuanmu
sendiri. Tiap hari kerjaan judi dan mabok. Pulang hampir
pagi minta dilayani. Memang aku binatang apa ?! Mikir!
Punya otak nggak!” (9-10)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Dirman dan Sulastri

bertengkar karena setiap hari Dirman hanya judi dan mabuk tanpa

memikirkan kewajibannya sebagai kepala keluarga. Selain mabuk

dan judi Dirman juga menggadaikan rumah dan warungnya untuk

membayar hutang. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Ka! Apa maksudnya ini? Jadi selama ini diam-diam Aka


punya utang sama bank sampai menggadaikan rumah dan
warung sembako kita? Duitnya dipakai apa, he? Duitnya
dipakai apa?” (14)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Dirman menggadaikan

rumah dan warung sembako untuk membayar hutang di bank tanpa


55

sepengetahuan Sulastri, sebagai istrinya tidak tahu dipakai untuk

apa oleh Dirman.

3) Masalah kehidupan.

Sebagai seorang anak yang menumpang hidup di rumah

orang tua Bibinya di Rajapolah Rahmat dan adiknya Riani harus

bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Menjadi

kuli bangunan, kemudian jadi kusir andong, dan tukang parkir,

Rahmat jalani. Hingga suatu hari, Rahmat diajak bekerja sebagai

pegawai di tempat Riani bekerja. Hal itu terlihat dari kutipan di

bawah ini.

“A, kebetulan nih, di tempat Riani kerja lagi butuh satu


pegawai. Buat ngaput sandal. Lumayan gajinya. Sebulan
tujuh ratus. Kalau Aa mau, Riani nanti bilang sama Bu Ijah,
bos Riani.” (34)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Riani menyarankan

kepada Rahmat untuk bekerja sebagai pegawai di tempat Bu Ijah.

Jam dua siang Rahmat pergi ke tempat Riani bekerja menemui Bu

Ijah untuk melamar kerja. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Oleh Bu Ijah Rahmat ditanyai soal pengalaman mengaput


sandal. Rahmat menjawab tidak punya pengalaman untuk itu.
Tapi karena kebetulan Bu Ijah sedang butuh satu pekerja,
akhirnya Adang salah satu pegawainya dipanggil. “Dang,
kamu pindah ruang ya, ketempat ngaput sandal. Biar tugas
mengecatmu diganti sama Rahmat.” (39)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa ketika datang ke tempat

Bu Ijah untuk melamar pekerjaan Rahmat ditanyai seputar

pengalamannya berkerja. Walaupun tidak mempunyai pengalaman


56

kerja, Rahmat diterima bekerja di tempat Bu Ijah sebagai pengecat

sepatu. Sejak itulah Rahmat bekerja di tempat Bu Ijah berkat saran

dari adiknya Riani.

4) Masalah kegagalan cinta

Masalah kegagalan cinta berawal dari perseteruan antara

Rahma dan Rahmi anak kembar Bu Ijah yang suka kepada Rahmat

namun menolaknya karena sudah mempunyai seorang kekasih. Hal

itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Bismilah...,” Rahmat bicara dengan suara berat. Sebentar ia


melirik pada Rahma dan Rahmi. “Jika saya memilih salah
satu di antara dua anak Ibu ini, salah satu akan terluka. Saya
tidak mau itu terjadi. Maka, saya tegaskan, saya tidak bisa
memilih yang mana antara Neng Rahma atau Neng Rahmi
untuk saya jadikan pendamping hidup.” (39)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat menolak cinta

Rahma dan Rahmi untuk dijadikan pendamping hidup karena jika

memilih salah satu maka akan ada yang terluka. Karena tidak mau

dianggap sebagai penyebab sekaligus meredam perseteruan antara

Rahma dan Rahmi akhirnya Rahmat memutuskan untuk

mengundurkan diri dari pekerjaannya. Hal itu terlihat dari kutipan

di bawah ini.

“Aa serius mau mengundurkan diri?” tanya Riani dirumah


Sulastri. “Ya’ gimana lagi’ Ni? Daripada Aa disebut biang
kerok atas keributan ini?” (73)
Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Rahmat mengundurkan

diri dari pekerjaannya karena tidak mau dianggap sebagai

penyebab perseteruan antara Rahma dan Rahmi.


57

5) Masalah pekerjaan.

Setelah mengundurkan diri sebagai pengecat sepatu, Rahmat

bekerja sebagai kuli di proyek pembangunan di Tarogong. Empat

bulan bekerja sebagai kuli di proyek pembangunan Rahmat

mendapat musibah ketika dua buah batu menggelinding dan

menghantam kaki Rahmat sebelah kiri. Hal itu terlihat dari kutipan

di bawah ini.

“Maaat!! Awaaass!!” seorang pekerja teman satu bendengnya


berteriak memperingatkan. Pak Rusli dalam kagetnya dibuat
tergagap melihat dua batu menggelinding cepat ke arahnya.
Rahmat yang berada di dekatnya lantas mendorongnya
dengan keras hingga Pak Rusli terpelanting jauh dan selamat
dari hantaman batu yang menggelinding lebih depan.
Sementara batu kedua menghantam kaki Rahmat sebelah
kiri.” (87-88)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa seorang pekerja lain

mengingatkan Rahmat karena ada batu besar yang menggelinding

kearahnya. Rahmat menolong Pak Rusli dengan mendorongnya

sampai terpelanting tapi kaki Rahmat sebelah kiri terhantam batu.

Akibat dari kejadian tersebut kaki Rahmat patah sehingga harus di

bawa ke rumah sakit. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Rumah sakit di Garut rupanya tidak bisa menangani kaki


Rahmat yang kata dokter, tulang betisnya patah. Tidak perlu
di amputasi, cukup dipasang implant atau akrap dengan
sebutan pen untuk mempertahankan kedudukan tulang yang
patah sampai terjadi proses penulangan. Tapi Rahmat harus
dirujuk ke rumah sakit besar di Bandung yang peralatan
dokternya lebih modern.” (88)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa patah tulang yang dialami

Rahmat cukup serius. Rahmat mengalami patah tulang sehingga


58

harus dipasang pen di kakinya. Rahmat dirujuk ke rumah sakit

yang lebih besar di Bandung yang perlengkapan medisnya lengap.

Dari kejadian tersebut Rahmat tidak memikirkan biaya karena

mendapat asuransi yang di tanggung oleh pengelola proyek. Selain

bekerja sebagai kuli bangunan, Rahmat bekerja sebagai penjual

lukisan hasil karyanya sendiri dijajakan secara berkeliling dengan

kaki yang terpincang-pincang untuk mencukupi kehidupan sehari-

hari. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Ide cemerlang dari Riani Rahmat lakukan. Dalam dua


minggu ia bisa membuat tujuh lukisan yang bagus. Lalu
dengan terpincang-pincang sembari menggantung empat
lukisan ukuran kecil yang sudah diberi flame sederhana di
bahu kanannya, ia berkeliling dari Rancaekek sampai Ujung
Barung.” (125)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat menjual lukisan

secara berkeliling Rancaekek sampai Ujung Barung dengan

dengan kaki yang terpincang-pincang. Selain dengan cara

berkeliling Rahmat juga menjajakan lukisannya di depan sebuah

hotel. Di depan hotel Grand Golden Priangan disanalah awal

bertemu Rahmat dengan Rhalin kekasihnya. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini.

“Di depan sebuah hotel megah bertuliskan Grand Golden


Priangan Rahmat mengibaskan topi dukuynya. Rahmat
melihat keseberang pada dua eksekutif muda itu. “Rhalin,”
desisnya. Cepat-cepat Rahmat membalikkan badan dan
memasang kain lomar batik menutupi sebagian wajahnya lalu
mengenakan topi dudukuy. “Ini...Akang yang punya?” Rhalin
menunjuk lukisan indah itu. “Iya, Bu,” Rahmat membuat
suaranya disengaukan seperti yang sumbing.” (132-133)
59

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat menjajakan

lukisannya di depan Hotel disanalah awal Rahmat bertemunya

dengan Rhalin namun Rahmat berpaling dengan menutupi sebagian

wajah dan menyengaukkan suaranya.

6) Masalah pernikahan

Masalah pernikahan dimulai dari bertemunya Rahmat dan

Rhalin sehingga menjalin hubungan yang serius. Hubungannya

dengan Rahmat direstui oleh ayahnya Rhalin yaitu Pak Rusli tidak

butuh waktu lama akhirnya mereka menikah. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini.

“Pantas kamu gak bisa melupakannya, Lin. Ternyata lelaki


ini... hahaha... dan sungguh, ini merupakan wujud doa saya.
Saya selalu berdoa anak saya bisa berjodoh dengan si
penghafal al-Qur’an yang pernah menyelamatkan saya.”
“Tapi kamu yang saya temui lebih dulu. Jadi kapan nih, mau
menikahi anak saya? Jangan dilama-lama.” (349)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Pak Rusli yang ditolong

oleh Rahmat adalah ayahnya Rhalin. Pak Rusli menyarankan agar

segera menikahi anaknya. Setelah menikah Rahmat dan Rhalin

merayakan bulan madu namun tidak seperti bulan madu pada

umumnya ke tempat mewah. Rahmat membawa Rhalin ke podok

Abah Jumadi yang sudah tidak ditempati lagi. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini.

“Ya. Kita tinggal disini.”Rahmat menaruh ransel besarnya di


teras pondok. “Hah? Tinggal disini? Jauh dari peradaban
gini?” Rhalin terhenyak Penuh kesal. “Kalau kamu mau
pulang lagi, silahkan. Tapi aku tidak akan mengantarmu ke
bawah apalagi menyebrangi jembatan maut itu.” (357-358)
60

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rhalin tidak mau tinggal

di pondok Abah Jumadi karena jauh dari peradaban. Akan tetapi,

lama-kelalamaan Rhalin mulai betah tinggal di pondok itu dengan

kehidupan yang sederhana dan apa adanya bersama Rahmat. Hal

itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Sepuluh hari pertama aku gak betah. Tapi begitu sering


melihatmu nanam dan memetik sayuran, nyari kayu bakar,
nyari ikan ke sungai, masakin makanan buatku, sampai
mencucikan semua pakaianku, bahkan tak pernah marah jika
aku marah, aku jadi betah.” (369)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa dengan kehidupan yang

sederhana dan Rahmat memperlakukannya dengan sangat baik

akhirnya Rhalin betah tinggal di sana. Setelah empat bulan tinggal

pondok Abah Jumadi Rahmat dan Rhalin dengan perutnya yang

semakin besar akhirnya mengajak Rhalin pulang. Hal itu terlihat

dari kutipan di bawah ini.

“Rahmat tersenyum.”perutmu semakin besar. Berapa bulan?”


“Empat, A. Masa lupa?” “Ini malam terakhir kita disini.
Besok kita pulang ke Bandung.” (374)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rhalin sedang hamil

empat bulan dan Rahmat mengajak Rhalin untuk pulang ke

Bandung meninggalkan pondok Abah Jumadi.

7) Masalah perpisahan

Masalah perpisahan dimulai ketika Rahmat sedang

berkunjung kerumah kiai Ra’uf mendapat kabar dari imas bahwa

istrinya mau melahirkan. Rahmat pulang mengendarai mobil


61

dengan laju yang cepat akhirnya terjadi kecelakaan. Hal itu terlihat

dari kutipan di bawah ini.

“Maaaaat!!” jerit Adang. Benturan keras antara kendaraan


besar dan kecil itu terjadi, mengeluarkan bunyi yang sangat
nyaring bahkan sampai mempercikkan api. BMW putih yang
di bawa Rahmat melintir, lalu naik ke trotoar dan terguling
keras. Pintu bagian sopir melesak kedalam kap depannya
ringsek tak terbentuk lagi.” (389)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa mobil yang di kendarai

Rahmat dan Adang menabrak mobil besar yang menyebabkan

mobilnya tergelincir naik ke trotoar dan terguling keras. Rahmat

dan Adang di bawa ke rumah sakit namun nyawanya tidak

terolong. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Ketika ia sedang berjuang mengeluarkan bayi dalam


rahimnya, di sudut yang tak jauh, Riani terus menangis.
Sementara didalam sebuah ruangan, sesekali darah keluar
dari mulut, hidung, dan telinga Rahmat. “Hafizh... Ar-
Rahman...” desisnya dengan jelas terdengar dokter.
“inalillahi wa inna ilahi raji’uun”, gumam Ilyas dengan mata
yang berkaca-kaca. “Kang... aku akan menjaga adikmu
seperti aku menjaga nyawaku sendiri,” lirihnya.” (391)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa ketika Rhalin sedang

melahirkan sementara di salah satu ruangan Rahmat sedang

memperjuangkan hidupnya namun Allah berkehendak lain Rahmat

meninggal dunia dan mengucapkan satu nama Hafizh Ar-Rahman

kepada dokter.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa tema adalah gagasan pokok

atau inti cerita. Berdasarkan uraian masalah-masalah dalam tema di

atas, dapat disimpulkan bahwa tema dalam novel Mencintaimu


62

Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani adalah perjuangan

hidup dan tugas wajib seorang hafizh al-Qur’an.

b. Tokoh dan Penokohan

1) Tokoh

Tokoh adalah menunjuk pada orang atau pelaku. Jenis tokoh

yang terdapat terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai

Qur’an karya Wahyu Sujani terbagi atas tokoh utama dan tokoh

tambahan.

Tokoh utama dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai

Qur’an karya Wahyu Sujani adalah Rahmat, karena tokoh utama

tersebut muncul di setiap cerita. Kemunculannya memegang peran

penting dan mempengaruhi alur cerita. Tokoh Rahmat juga

berhubungan erat dengan tokoh-tokoh lainnya.

Sementara itu, tokoh tambahan dalam novel Mencintaimu

Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani lebih banyak

dibandingkan dengan tokoh utama. Beberapa di antaranya yaitu

Riani, Dirman, Sulastri, Rhalin, Kiyai Ra’uf, Bu Ijah, Rahma,

Rahmi, Imas, Ilyas, Adang, Pak Rusli, Abah Jumadi, dan Husein

2) Penokohan

Penokohan adalah digunakan untuk melukiskan gambaran

yang jelas tentang seseorang yang di tampilkan dalam sebuah cerita.

Tokoh dan penokohan dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai


63

Qur’an karya Wahyu Sujani akan dipaparkan oleh peneliti sebagai

berikut.

a) Rahmat

Rahmat adalah tokoh utama seorang hafizh al-Qur’an

yang hidup bersama paman dan bibinya. Kedua orang tuanya

meninggal dunia terkena tragedi tanah longsor yang menimpa

keluarganya. Kehidupan pahit Rahmat jalani setelah paman dan

bibinya bercerai ditambah lagi ketika pendidikannya harus

terhenti di semester enam karena sudah tidak mampu membayar

uang semester selama dua tahun dan Rahmat harus berpisah

dengan kekasihnya Rhalin karena tidak mau membuatnya malu,

membuat adiknya putus sekolah, dan memutuskan untuk

mencari pekerjaan. Sekarang Rahmat dan adiknya tinggal di

rumah orang tua bibinya di Rajapolah, Jawa Barat. Dari kuli

bangunan, kemudian kusir andong, dan tukan parkir Rahmat

jalani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Rahmat

merupakan anak yang sopan, penyayang, dan pekerja keras. Hal

itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Allah Maha Besar. Mat, Abah selalu menunggumu.


Kalau saja tahu alamat rumah bibimu di Tasik, Abah bakal
nyusul kesana,” kata Kiai Ra’uf setelah Rahmat
menyalami dan mencium tangannya.” (25)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat memiliki sifat

sopan hal itu dibuktikan ketika bertemu kiai Ra’uf Rahmat

langsung menyalami dan mencium tangannya. Selain itu,


64

Rahmat juga memiliki sifat penyayang. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini.

“Ya. Makanya Aa sangat sayang sama kamu. Kamu harta


Aa yang paling berharga,” Riani tersenyum memeluk
kakanya dengan air mata terurai.” (107)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat memiliki sifat

penyayang. Rahmat menyayangi adik seperti hartanya yang

paling berharga karena hanya Rianilah satu-satunya anggota

keluarga yang masih hidup setelah bencana tanah longsor

menimpa keluarganya. Selain penyayang, Rahmat juga memiliki

sifat pekerja keras. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Dari kuli bangunan, kemudian jadi kusir andong, dan


tukang parkir rahmat lakoni. Jika ada tawaran jadi kernet
ELF jurusan Tasik-Ciamis, Rahmat terima.” (33)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat memiliki sifat

pekerja keras. Setelah kedua orang tuanya meninggal Rahmat

tidak mau bergantung kepada bibi dan adiknya. Pekerjaan

seperti kuli bangunan, kusir andong, tukang parkir, bahkan

kernet Rahmat jalani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Jadi, dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh

Rahmat merupakan orang yang sopan, penyayang, dan pekerja

keras. Ketika bertemu kapada kiai Ra’uf ia bersalaman dan

mencium tangannya. Rahmat juga sosok yang penyayang

kepada semua orang terutama adiknya karena hanya adiknya

keluarga satu-satunya yang masih hidup. Selain itu, Rahmat


65

juga sosok yang pekerja keras, ia rela bekerja sebagai apa saja

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan kebutuhan adiknya.

b) Riani

Riani adalah adik kandung Rahmat satu-satunya. Semenjak

kedua orang tuanya meninggal Riani tinggal bersama paman dan

bibinya besama dengan Rahmat. Riani memiliki sifat pekerja keras

dan penyayang, setiap hari sepulang sekolah Riani bekerja di

sebuah sebuah rumah usaha pembuatan sandal. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini

“Melihat kakaknya banting tulang seperti itu, Riani pun tak


mau kalah. Pulang sekolah, ia bekerja dirumah usaha
pembuatan sandal terompah khas Tasikmalaya atas info dari
Sulastri. ” (33)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Riani memiliki sifat

pekerja keras. Tidak mau menggantungkan kepada kakaknya untuk

memenuhi kebutuhannya sehari-hari setelah pulang sekolah Riani

bekerja dirumah usaha pembuatan sandal terompah. Selain pekerja

keras, Riani juga memiliki sifat perhatian. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini.

“Eh, A. Besok minggu jalan-jalan, yuk?” “Ayolah, A. Mau,


ya? Ada surprise deh, nanti buat Aa,”. Perhatian Riani pada
Rahmat benar-benar berlebihan. Rahmat ditarik masuk ke
sebuah toko pakaian dan sepatu. Dipilihkannya satu setel
pakaian santai yang bagus lalu masuk ke toko jam tangan,
dan membeli yang harganya tiga ratus ribu. “Jangan protes!
Riani sedang ada rezeki.” (127)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Riani memiliki sifat

perhatian. Perhatian Riani terlihat ketika mengajak kakaknya untuk


66

jalan-jalan dan membelikan baju, sepatu, dan jam tangan sebagai

kejutan untuk kakaknya.

Jadi, dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh

Riani merupakan orang yang pekerja keras dan perhatian.

Selesai sekolah Riani bekerja di tempat rumah usaha sandal

terompah. Selain itu, Riani juga perhatian kepada kakaknya. Ia

mengajak kakanya jalan-jalan membelikan pakaian, sepatu, dan

jam tangan.

c) Dirman

Dirman adalah istri Sulastri. Kepada istrinya selalu minta

dilayani kalau tidak mau menuruti apa yang diinginkannya pasti

dimarahi. Dirman memiliki sifat pemarah dan bertanggung

jawab. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Dasar istri durhaka!”Sulastri tersenyum sinis. “Heh,


kalau kamu bisa jadi imam yang baik buatku, pantas kamu
menyebutku istri durhaka. Nagaca dong! Lihat
kelakuanmu sendiri. Tiap malam kerjaannya hanya judi
dan mabok. pulang hampir pagi minta dilayani memang
aku binatang apa?! Mikir! Punya otak nggak?!” (9-10)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Dirman memiliki sifat

pemarah. Setiap malam hanya judi dan mabuk namun minta

dilayani oleh istrinya. Istrinya dimarahi sampai mengatakan istri

durhaka. Selain itu, Dirman juga memiliki sifat tanggung jawab.

Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Sebenarnya apa yang membuat Aka masih mengharap


Lastri yang gak bisa ngasih Aka keturunan?”. “Aka mau
menembus semua kesalahan Aka di masa lalu sama
Lastri.” (316)
67

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Dirman memiliki sifat

tanggung jawab. Dirman masih berharap kepada Lastri untuk

dijadikan istri dulu telah diceraikan. Dirman bertanggung jawab

untuk menembus kesalahannya di masa lalu yang sudah menyia-

nyiakan dan mengecewakan Sulastri.

Jadi, dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh

Dirman merupakan orang yang tanggung jawab dan pemarah.

Dirman marah kepada istrinya karena tidak pulang kerumah

semalaman tanpa memikirkan Riani yang tinggal bersamanya.

Selain itu, Dirman sosok yang bertanggung jawab. Dirman tidak

mau mengecewakan Sulastri yang dulu ditinggal selingkuh

sehingga rumah tangganya berantakan.

d) Sulastri

Sulastri adalah istri Dirman. Sulastrilah yang mengasuh

Rahmat dan Riani. Sehari hari Sulastri bekerja di warung bakso

setelah berpisah dengan suaminya. Sekarang Sulastri tinggal

dirumah orang tuanya bersama Rahmat dan Riani. Sulastri

memiliki sifat penyayang, pekerja keras, dan pemaaf. Hal itu

terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Sulastri menangis sembari mendekap Riani. “Bibi pulang


ke rumah nenekmu. Kamu ikut Bibi, ya? Riani menoleh
pada Rahmat. “Rahmat juga. Cepat sekarang juga kita
pergi.” (22)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Sulastri memiliki sifat

penyayang. Ketika bertengkar dengan suaminya dan memutus-


68

kan untuk pergi dari rimah Sulastri mengajak Rahmat dan Riani

yang diasuhnya sejak kecil ikut bersamanya. Sulastri sangat

menyayangi Rahmat dan Riani seperti anak kandungnya sendiri.

Selain itu, Sulastri juga memiliki sifat pekerja keras. Hal itu

terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Hasilnya, untuk makan mereka tak bergantung lagi dari


penghasilan Sulastri yang pas-pasan karena pekerjaannya
hanya si warung bakso di Rest Area bus yang hendak ke
Pangandaran.” (33)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Sulastri memiliki sifat

pekerja keras. Meskipun pendapatan Sulastri di warung bakso

pas-pasan Sulastri tidak mau menggantungkan hidupnya kepada

siapa pun. Selain penyayang dan pekerja keras, Sulastri juga

memiliki sifat pemaaf. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Ini kali terakhir Lastri memberi kesempatan sama Aka.


Kalau ingkar janji lagi, besok-besok mabuk dan judi lagi
di warung kopi itu, Lastri tidak akan pulang lagi kesini.
Anak-anak ikut Lastri selamanya.” (12)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Sulastri memiliki sifat

pemaaf. Suamiya yang setiap hari hanya judi, mabuk dan

nongrong di warung kopi Sulatri maafkan supaya menjadi lebih

baik dan tidak mengulanginya lagi.

Jadi, dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh

Sulastri merupakan orang yang penyayang, pekerja keras, dan

pemaaf. Sulastri sangat menyayagi Rahmat dan Riani yang lama

diasuhnya. Ia mengajak Rahmat dan Riani untuk tinggal


69

bersamanya di rumah orang tuanya. Untuk memenuhi

kebutuhan Rahmat dan Riani, Sulastri rela bekerja keras di

warung bakso. Selain itu, Sulastri juga orang yang pemaaf.

Ketika suaminya mabuk-mabukan dan judi Sulastri memaafkan-

nya, dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

e) Rhalin

Rhalin adalah kekasih Rahmat. Mereka menjalin

hubungan sejak duduk di bangku kuliah namun, setelah Rahmat

memutuskan untuk berhenti kuliah karena faktor biaya Rahmat

tidak memberi kabar kepada Rhalin. Tidak mau putus asa

Rhalin mencari Rahmat yang sudah berjanji untuk menikahinya.

Rhalin memiliki sifat pantang menyerah dan perhatian. Hal itu

terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Iya. Akang teh kumaha, dulu neng Rhalin cinta mati


sama Akang. Nih, Kang. Diawal-awal Akang ngrim SMS
itu, Neng Rhalin seperti orang stres. Hampir setiap hari
kekampus Akang buat nyari tahu tentang akang.
Malamnya, nangis lagi. Terus seperti itu. Sampai akhirnya
pernah Imas anter ke Garut ke kampung halaman Akang
di Cikuray, tapi nihil.” (55)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rhalin memiliki sifat

pantang menyerah. Hampir setiap pergi Rhalin ke kampus untuk

mencari Rahmat yang lama tidak memberi kabar. Bahkan

sampai ke kampung halaman Rahmat tinggal di Cikuray. Selain

pantang menyerah, Riani juga memiliki sifat perhatian. Hal itu

terlihat dari kutipan di bawah ini.


70

“Wa’alaikum salam, sayang. Maaf, aku tidur lagi setelah


shalatsubuh. Gak kuat ngantuk. Aku bikin oseng buncis
sekarang, ya?” (383)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rhalin memiliki sifat

perhatian. Setelah bangun tidur Rhalin masak buncis untuk

sarapan sebagai bukti perhatian kepada suaminya.

Jadi, dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh

Rhalin merupakan orang yang pantang menyerah dan perhatian.

Rhalin pantang menyerah mencari kekasihnya yang

meninggalkannya tanpa memberi kabar. Rhalin juga sosok yang

perhatian kepada suaminya. Rhalin menyiapkan makanan untuk

suaminya sebagai salah satu bukti perhatian dan sayang kepada

suaminya.

f) Kiai Ra’uf

Kiai Ra’uf adalah seorang kiai pengasuh pesantren Nurul

Jannah tempat Rahmat mengaji waktu kecil. Di bawah

bimbingan Kiai Ra’uf, Rahmat belajar menghafalkan al-Qur’an

sehingga menjadi seorang hafizh. Kiai Ra’uf memiliki sifat

perhatian dan ramah. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Itulah maksud Abah ingin bertemu kamu. Abah sangat


ingin setelah kamu lulus kuliah nanti kamu tinggal si
pesantren ini. Tentu dengan adikmu. Bagaimana? Mau
kan?” (26)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Kiai Ra’uf memiliki

sifat perhatian. Kiai Ra’uf meminta kepada Rahmat dan

Adiknya untuk tinggal di pesantren karena sekarang tinggal di


71

rumah orang tua Bi Sulastri. Selain perhatian, Kiai Ra’uf juga

memiliki sifat ramah. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Kedatangan Rahmat disambut hangat oleh kiai Ra’uf dan


Istrinya. Rahmat yang membawa serta Adang dikenalkan
padanya. “Namanya juga manusia hidup, Dang. Jadi kapan
kalian mau narik?” kata kiai Ra,uf. “Besok juga insya
Allah siap, Bah. Iya kan, Dang?”. “Oh, ya, Juragan.
Sekarang juga siap.” Kiai Ra’uf tersenyum melihat
keakraban Rahmat dan Adang. Ia lalu menanyai asal-usul
adang.” (334-335)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Kiai Ra,uf memiliki

sifat ramah. Kiai Ra’uf menyambut hangat kedatangan Rahmat

yang ingin memperkenalkan Adang untuk mejadi kernet saat

menarik elf. Dengan senang hati Adang diterima bekerja sebagai

kernet oleh Kiai Ra’uf.

Jadi, dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh

Kiai Ra’uf merupakan orang yang ramah dan perhatian.

Kedatangan Rahmat ke rumah Kiai Rauf disambut dengan

hangat. Kiai Ra’uf juga sosok yang perhatian kepada semua

orang terutama Rahmat dan Adiknya yang telah lama ditinggal

oleh kedua orang tuanya supaya tinggal dipondoknya.

g) Bu Ijah

Bu Ijah adalah ibu dari seorang anak kembar yaitu Rahma

dan Rahmi. Bu Ijah juga seorang pengusaha sepatu terompah

khas Tasikmalaya tempat dimana Riani dan Rahmat bekerja. Bu

Ijah memiliki sifat tegas dan penyayang. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini.


72

“Kedua anak saya ini sama-sama jatuh cinta sama nak


Rahmat. Sama-sama ingin punya suami seoranghafizh
Qur’an seperti nak Rahmat. Sekarang, Nak Rahmat pilih
yang mana di antara mereka untuk jadi calon istri Nak
Rahmat? Ibu tidak butuh waktu lama nunggu jawaban nak
Rahmat.” (71)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Bu Ijah memiliki sifat

tegas. Anaknya Rahma dan Rahmi saling mencintai Rahmat

sehingga terjadi perseteruan. Karena sikap kedua anaknya itu,

Bu Ijah memanggil dan meminta Rahmat untuk memilih salah

satu anaknya sesuai dengan pilihan hatinya. Selain tegas, Bu

Ijah juga memiliki sifat penyayang. Hal itu terlihat dari kutipan

di bawah ini.

“Terus, nanti Nak Rahmat kerja dimana?” “Insya Allah


ada, Bu. Walau kerja kasar. Jadi kuli di proyek
pembangunan hotel baru di Tarogong.” “Ooh...
alhamdulillah. Yang penting halal ya, kerja apa juga? Ya,
Ibu gak bisa nahan kamu, Nak. Ibu minta maaf karena
kelakuan anak Ibu, kamu akhirnya mengambil keputusan
ini. Sebenarnya berat Ibu melepas kamu.” Bu Ijah
tersenyum tipis. Tatapannya penuh sayang pada Rahmat.”
(77)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Bu Ijah memiliki sifat

penyayang. Keputusan Rahmat mengundurkan diri dari

pekerjaannya karena perseteruan antara Rahmi dan Rahma harus

diterima dengan berat hati oleh Bu Ijah. Rahmat pekerja yang

baik wajar saja jika Bu Ijah menyayanginya.

Jadi, dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh

Bu Ijah merupakan orang yang tegas dan penyayang. Rahmat

disuruh untuk memilih salah satu anaknya setelah terjadi


73

perseteruan karena saling mencintai Rahmat. Selain itu, Bu Ijah

juga menyayangi Rahmat karena bekerja dengan tekun di rumah

usahanya.

h) Rahma

Rahma adalah adalah salah satu anak kembar Bu Ijah.

Sorang gadis cantik yang memiliki usaha butik pakaian muslim

di alun-alun Tasik. Karena kecantikannya banyak para pekerja

sepatu yang suka padanya. Rahma memiliki sifat yang Ramah

dan perhatian. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Kang Adang di belakang, ya?” “kata Rahma. Perjalanan


menuju Bandung. “saya banyak mendengar tenyang
pegawai baru di tempat usaha kami itu ternyata mahasiswa
seni,” kata Rahma di sela mengemudinya. “Mahasiswa tak
lulus, Teh.” “Panggil saya Rahma. Mungkin usia saya
lebih muda dari Akang. Saya baru lulus kuliah juga di
Kampus Islam Bandung. Jurusan apa Kang Rahmat dulu
kuliah?” (45)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahma memiliki sifat

ramah. Rahma yang baru kenal pada Rahmat, tidak segan untuk

mengajak ngbrol dan menyuruh Rahmat untuk memanggilnya

Rahma seperti sudah lama saling kenal. Selain ramah, Rahma

juga memiliki sifat perhatian. Hal itu terlihat dari kutipan di

bawah ini.

“Eh, kenapa si Akang melihatnya seperti itu sama Rahma?


Hayu, Akang sarapan. Ini.” Rahma siap menyuapi
Rahmat. “Kamu begitu perhatian sama aku. Tapi aku dulu
menolak cintamu.” (231)
74

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahma memiliki sifat

perhatian. Rahmat yang sedang sakit karena tergelincir saat

mendaki hutan menuju pondok Abah Jumadi dirawat oleh

Rahma dengan baik. Rahma menyuapi Rahmat karena belum

bisa makan sendiri. Begitu perhatiannya, Rahmat merasa tidak

enak hati karena dulu sudah menolak cintanya.

Jadi, dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh

Rahma merupakan orang yang ramah dan perhatian. Kepada

pekerjanya Rahma selalu memperlakukannya dengan ramah,

bahkan kepada Rahmat yang baru saja bekerja, ia sangat ramah

tidak mau dipanggil teh cukup dipanggi dengan nama panggilan

saja. Ketika Rahmat sakit Rahma membuatkan masakan dan

menyuapi Rahmat.

i) Rahmi

Rahmi adalah adalah adik kembaran Rahma anak Bu Ijah.

Rahmi bekerja sebagai sebagai SPG rokok yang membuat laki-

laki terpana karena penampilannya yang seksi. Rahmi memiliki

sifat pemarah dan perhatian. Hal itu terlihat dari kutipan di

bawah ini.

“Terdengar suara Lantang Rahmi yang marah. “Harusnya


kamu nyadar. Kepala saja di tutupi kerudung, tapi hati
culas. Bukannya sudah aku bilang, kalau aku suka cinta
sama Kang Rahmat. Apapun caranya aku harus bisa
mendapatkan dia. Kamu sebagai kakak, mikir! Jangan
main rebut begitu.” (68)
75

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmi memiliki sifat

pemarah. Rahmi sangat marah setelah merasa bahwa Rahma

telah merebut Rahmat darinya. Rahmi tidak rela dan akan

melakukan cara apapun demi mendapatkan Rahmat seorang

hafizh al-Qur’an yang bekerja di tempat ibunya. Selain

pemarah, Rahmi memiliki sifat perhatian. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini.

“Kalau boleh, Rahmi ingin ikut merawat Akang


juga,”Lanjut Rahmi membuat Rahmat berpaling padanya.
“Ah, maaf, Kang. Gak ada maksud apa-apa.” Rahmi malu
sendiri. “Terimakasih Rahmi.” “Ini, A. Riani bawa bakso
yang Aa pesen. Riani gk bisa lama-lama. Nanti siang
Riani menemani si Adang nganter barang ke Bandung.”
“Rahmi melayani Rahmat. Bahkan setelah kembali
kembali dengan membawa mangkok, ia membantunya
menyuapi bakso.” (91)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmi memiliki sifat

perhatian. Rahmi bersedia untuk merawat Rahmat yang sedang

sakit karena kakinya tertimpa batu ketika berkerja di proyek

pembangunan. Rahmi melayani Rahmat dan membantu

menyuapi makan bakso.

Jadi, dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh

Rahmi merupakan orang yang pemarah dan perhatian. Rahmi

marah kepada kakanya yang merebut Rahmat darinya. Mereka

berdua cinta dan menginginkan Rahmat supaya jadi suaminya

sehingga terjadilah perselisihan. Ketika Rahmat terbaring di


76

rumah sakit Rahmi menjenguknya dan membawakan makanan

untuk Rahmat.

j) Imas

Imas adalah seorang pembantu di rumah Rhalin. Semua

pekerjaan rumah semua Imas kerjakan karena mereka hanya

tiggal berdua. Imas memiliki sifat pengertian dan patuh kepada

majikannya. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Rahmat diam enggan menjawab. Akhirnya Imas


menyerah. “ Ya sudah. Imas minta nomor HP Akang saja
sini. Nanti imas kasihin ke Neng Rhalin.” (56)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Imas memiliki sifat

pengertian. Imas meminta nomor hp pada Rahmat untuk Rhalin

karena selama ini mencari Rahmat. Selain pengertian, Imas juga

memiliki sifat patuh. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Ya Allah, sampai lupa. Tolong ambilin HPku di kamar.”


Imas bergegas naik ke atas.” (376)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa imas memiliki sifat

yang patuh. Imas bergegas langsung mengambikan HP

majikannya yang di letakkan di kamar.

Jadi, dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh

Imas merupakan orang yang perhatian dan patuh. Imas perhatian

kepada majikannya, ia membantu Rhalin untuk mencari

kekasihnya ia juga patuh ketika disuruh oleh majikannya ia

selalu melaksanakannya.
77

k) Ilyas

Ilyas adalah kekasih Riani. Seorang pemuda yang sukses

bekerja sebagai manager disebuah perusahaan ternama di

Bandung. Ilyas memiliki sifat yang ramah dan penolong. Hal itu

terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Alhamdulillah, akhirnya saya bisa bertemu dengan Kang


Rahmat. Sebenarnya ingin dari kemarin-kemarin ke sini.
Tapi masih ada kerjaan.” Rahmat terus memperhatikan
Ilyas. Boleh dibilang lelaki itu tipikal ramah bahkan cara
duduknya sangat sopan seperti calon menantu berhadapan
dengan calon mertua.” (156)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa ilyas memiliki sifat

Ramah. Ilyas datang dengan sopan dan tujuan berkenalan

kepada Rahmat. Rahmat pun menilai kekasih adiknya itu tipikal

orang yang ramah. Selain sopan, Ilyas memiliki sifat penolong.

Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Husein dan Rhalin sama-sama terkejut. Begitu Ilyas


melompat masuk dari jendela yang dijebolnya, Rhalin
menarik selimut untuk menutupi auratnya lalu mengguling
diri kesamping sampai jatuh ke lantai. “Bajingan! Mampus
kamu!” bentak Ilyas. Ilyas langsung menerjang Husein
dengan segala kemampuan.” (257)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Ilyas memiliki sifat

penolong. Ilyas menuju ke rumah Husein ketika mendengar

bahwa Rhalin di bawa ke sana. Ilyas menjebol jendela untuk

menolong Rhalin ketika hendak diperkosa oleh Husein.

Perkelahian pun terjadi, namun Ilyas mampu mengalahkan

Husein.
78

Jadi, dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh

Ilyas merupakan orang yang ramah dan penolong. Ilyas

menunjukkan sikap ramahnya kepada Rahmat saat bertemu

untuk melamar Riani. Selain itu, Ilyas juga menolong Rhalin

ketika hendak diperkosa di Husein.

l) Adang

Adang dalah sahabat sekaligus teman keja Rahmat dulu di

Rumah usaha sepatu milik Bu Ijah. sebagai seorang sabat adang

selalu mengingatkan temannya. Adang memiliki sifat yang

peduli dan tegar. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Rahmi pernah bilang, kaknya itu jarang pulang ke rumah.


Lebih sering menginap di butiknya. Tapi... ah, itu urusan-
nya. Buat apa juga kita mikirin dia?” “Ya memang bukan,
Mat. Sebagai seorang yang kita kenal, anggaplah sahabat,
wajib buat kita ngingetin. Tapi aku takut kena damprat.
Cuma kamu yang bisa.” (98)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Adang memiliki sifat

peduli. Adang mengingatkan kepada Rahmat agar tidak jatuh

cinta kepada Rahma karena kepribadiannya kurang baik, Rahma

suka menginap bersama laki-laki di butiknya. Selain peduli,

adang memiliki sifat tegar. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah

ini.

“Nasibku lebih jelek dari kamu, Mat. Dulu waktu aku


bilang mau ikut kerja itu, ternyata bohong. Malah aku
kena tipu, amblas duitku satu juta yang katanya buat
pelicin biar langsung diterima. Sekarang, aku jadi seperti
yang kau lihat. Jadi tukang sol keliling,” (146)
79

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Adang memiliki sifat

yang tegar. Adang tetap tegar setelah tertipu setelah duit pelicin

untuk mendapatkan pekerjaan dibawa lari orang tidak

bertanggung jawab. Setelah kejadian itu, Adang bekerja sebagai

tukang sol keliling.

Jadi, dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh

Adang merupakan orang yang peduli dan tegar. Adang

menasehati Rahmat supaya tidak memilih Rahma untuk

dijadikan kekasihnya karena kepribadiannya yang kurang baik

sering pulang malam. Adang juga merupakan sahabat Rahmat

yang tegar ketika ditipu oleh seseorang yang tidak dikenal.

m) Pak Rusli

Pak Rusli adalah adalah ayah Rhalin dan pemilik proyek

pembangunan hotel. Setiap dua minggu sekali Pak Rusli datang

untuk memeriksa pekerjaan pekerjanya, namun tidak pernah

memarahi pekerjanya ketika melakukan kesalahan. Pak Rusli

memiliki sifat ramah dan rendah hati. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini.

“Begitu indah lantunan ayat yang Akang bacakan itu. Itu


surat Yusuf ya, kalau tidak salah?” “Iya Pak” “Akang ini
sepertinya sangat hafal dengan surat itu. Ataukah seorang
hafizh Qur’an?” Rahmat tersenyum. “Masih belajar, Pak.”
Lelaki itu balas senyum kagum.” Kemunculan Rahmat
bersama Pak Rusli menjadi pusat perhatian para pekerja.
Apalagi mereka tampak akrab.” (84)
80

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Pak Rusli memiliki

sifat yang ramah. Pak Rusli kagum kepada Rahmat setelah

menghafal-kan al-Quran dengan lantunan yang indah. Pak Rusli

terlihat ramah saat menayakan tentang hafalan Rahmat. Selain

ramah, Pak Rusli memiliki sifat rendah hati. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini.

“Kang... Kang Rahmat, kan?” Rahmat sadar lantas meraih


tangan ayahnya Rhalin dan hendak menciumnya, namun
lelaki itu menariknya cepat kemudian memeluknya.
“Allahu Akbar... Allahu Akbar... tanganku tidak pantas
dicium seorang penjaga kalam Allah di dunia. Seharusnya
aku cium tanganmu, Nak, agar dapat berkah.” (348)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Pak Rusli memiliki

sifat rendah hati. Rahmat bertemu dengan Pak Rusli untuk

melamar anaknya Rhalin. Rahmat hendak bersalamaan, namun

meski Pak Rusli lebih tua tidak mau dicium tangannya oleh

Rahmat karena tahu bahwa seorang hafizh al-Qur’an yang

menurutnya tidak pantas di cium tangannya malah sebaliknya.

Jadi, dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh

Pak Rusli merupakan orang yang ramah dan rendah hati.

Meskipun pemilik proyek Pak Rusli sangat ramah kepada

pekerjanya. Kerndahan hati juga dimiliki Pak Rusli yang tidak

mau dicium tangannya oleh Rahmat seorang hafizh al-Qur’an

meski lebih muda darinya.


81

n) Abah Jumadi

Abah jumadi Adalah seorang penjaga kubur di desa

Rahmat tinggal. Abah Jumadi tinggal terpecil dan agak jauh dari

rumah warga. Setiap hari Abah Jumadi membersihkan rumput

merawat kuburan warga. Abah Jumadi memiliki sifat penolong.

Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Tanpa tujuan aku jadi gelandangan sampai lima hari


selama lima hari sampai akhirnya langkahku membawaku
ke Desa Cikuray itu. Begitu ketemu sungai, aku
memutuskan untuk bunuh diri kesungai itu. Untunglah
bertemu dengan Abah Jumadi. Beliau mencegahku lalu
membawaku kesini.” (232)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Abah Jumadi memiliki

sifat penolong. Abah Jumadi mecegah Rahma yang ingin bunuh

diri terjun ke sungai karena nasibnya yang kurang baik dan

membawa kerumahnya. Selain itu, Abah Jumadi juga mem-

bantu Rahmat untuk belajar berjalan. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini.

“pondok Abah Jumadi sekarang terasa hangat dan


benderang dengan banyaknya lilin yang dinyalakan.
Banyak makanan pula. Seminggu kemudian, Rahmat
mulai terbiasa menggerakkan tangan dan belajar jalan lagi.
Rahma atau Abah Jumadi selalu membantunya. Sedikit-
sedikit Rahmat mulai bisa berjalan menopang tongkatnya
tanpa dipapah lagi.” (236)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Abah Jumadi menolong

dengan cara membantu Rahmat berlajar berjalan. Kakinya yang

tertimpa batu membuatnya patah tulang dan tidak bisa berjalan

sehingga harus menggunakan tongkat.


82

Jadi, dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh

Abah Jumadi merupakan orang yang suka menolong. Masalah

yang dihadapi Rahma membuatnya ingin mengakhiri hidupnya.

Namun dicegah oleh Abah Jumadi dan di bawa ke pondoknya.

o) Husein

Husein adalah pacar Rhalin. Husein dan Rhalin menjalin

hubugan sudah lama dan merencanakan untuk tunangan. Namun

setelah Rhalin mendapat kabar dari Rahmat bahwa kekasihnya

itu masih hidup sikapnya beda kepada Husein. Mengetahui hal

itu, Husein lalu mencari Rahmat. Husein memiliki sifat jahat

dan tanggung jawab. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Jalan pintas yang cukup sepi Rahmat lewati. Ketika


sampai di pertigaan jalan kecil untuk memilih ke sebelah
kiri, sebuah Pajero hitam tiba-tiba menghadang. Empat
laki-laki turun lalu tanpa basa-basi menyerang Rahmat.
“Heh pincang! Ingat! Ini pelajaran pertama kalau kamu
masih menggangu calon istriku lagi!’ kata salah seorang
dari mereka.” (190-191)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Husein memiliki sifat

jahat. Husein bersama empat temannya menghadang Rahmat

dan meghajarnya sebagai balasan karena mendekati Rhalin.

Selain jahat, Husein memiliki sifat tanggung jawab. Hal itu

terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Saya.. saya minta maaf sebelumnya. Semua kekacauan


dari keluarga ini karena... saya. Saya yang dulu...
menghamili Rahma tapi kemudian meninggalkannya.
Sekarang... tanpa ada malu dan keraguan lagi, saya mau...
saya mau mempertanggung-jawabkan perbuatan saya dulu
sama Rahma.” (293)
83

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Husein memiliki sifat

tanggung jawab. Tanpa rasa malu dan ragu Husein menemui Bu

Ijah untuk minta maaf dan bertanggung jawab karena sudah

menghamili Rahma dan meninggalkannya.

Jadi, dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa tokoh

Husein merupakan orang yang jahat dan tanggung jawab.

Dendam kepada Rahmat membuatnya berbuat jahat menghajar

Rahmat. Husein juga bertanggung jawab menikahi Rahma yang

dulu ditinggal pergi setelah dihamili.

c. Alur

Alur adalah jalinan peristiwa yang membentuk suatu jalannya

peristiwa dalam sebuah karya sastra. Alur dalam novel Mencintaimu

Seperti Kucintai Qur’an Karya Wahyu Sujani adalah menggunakan

alur maju. Hal itu terbukti dari peristiwa-peristiwa yang berlangsung

secara runtut dari awal sampai akhir yaitu penyituasian, pemunculan

konflik, peningkatan konflik, klimak dan penyelesaian.

Dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an Karya

Wahyu Sujani terdapat tahapan peristiwa sebagai berikut.

1) Tahap Penyesuaian (Situasion)

Tahap ini merupakan tahap pembukaan cerita, pemberian

informasi awal, dan lain-lain yang terutama, berfungsi untuk

melandas tumpui cerita yang dikisahkan pada tahap berikutnya.

Pada tahap ini digambarkan bahwa Rahmat adalah anak yatim


84

piatu setelah kedua orang tuanya jadi korban tanah longsor.

Rahmat diasuh oleh paman dan bibinya sejak kecil. Hal itu terlihat

dari kutipan di bawah ini.

“Mat, kamu tahu, dari sejak kamu berumur sepuluh tahun dan
si Rani berumur dua tahun, setelah orang tua kalian jadi
korban tanah longsor itu, kalian kami asuh. Kami
memperlakukan kalian seperti anak kami sendiri karena
kalian masih punya pertalian darah yang kuat dengan
Mamang.” (16)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat dan adiknya

diasuh oleh paman dan bibinya sejak kecil setelah kedua orang

tuanya menjadi korban tanah longsor. Rahmat dan Riani diasuh

sangat baik paman dan bibinya menganggap seperti anaknya

sendiri. Rahmat masih kuliah dan Riani masih sekolah, namun

terancam terhenti karena masalah biaya. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini.

“Mamang mau minta maaf... minta maaf tidak akan bisa


membayar tunggakan kuliahmu seperti yang pernah Mamang
janjikan dulu. Jadi... dengan sangat terpaksa, kamu harus
berhenti kuliah. Mungkin, si Riani pun harus berhenti
sekolah. Mamang minta maaf, Mat.” Mata Dirman berkaca-
kaca.” “kalau memang keadaannya seperti ini, Rahmat akan
berhenti kuliah, Mang. “Maafkan mamang Mat.” (16-17)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa mang Dirman meminta

maaf kepada Rahmat karena tidak bisa membayar tunggakan kuliah

Rahmat. Sebagai akibatnya Rahmat harus berhenti kuliah, dan

Riani akan mendapat nasib yang sama dengan Rahmat harus putus

sekolah.
85

2) Tahap Pemunculan Konflik (Generaing Circumstances)

Tahap ini merupakan tahap awal munculnya konflik, dan

konflik itu sendiri akan berkembang dan atau dikembangkan

menjadi konflik-konflik pada tahap berikutnya. Tahap pemunculan

konflik di gambarkan setelah Mang Dirman dan Bi Sulastri

berpisah Rahmat dan Riani tinggal di rumah orang tua Bibinya di

Rajapolah. Rahmat dan Rhalin ikut bekerja untuk membantu Bi

Sulastri yang memenuhi kebutuhannya. Hal itu terlihat dari kutipan

di bawah ini.

“Dari kuli bangunan, kemudian jadi kuli andong dan tukang


parkir, Rahmat lakoni. Jika ada tawaran jadi kernet elf
jurusan Tasik-Ciamis, Rahmat terima. Demi melihat
kakaknya banting tulang seperti itu, Riani pun tak mau kalah.
Pulang sekolah, ia bekerja di sebuah rumah usaha pembuatan
sandal terompah khas Tasikmalaya atas info sulastri.” “A,
kebetulan nih, di tempat Riani bekerja butuh satu pegawai.
Buat ngapu sandal. Lumayan gajinya. Sebulan tujuh ratus
ribu. Kalau Aa mau, Riani nanti bilang sama Bu Ijah, bos
Riani.” “Sebulan tujuh ratus ribu?” Wah, tuh. Tapi Aa gak
punya pengalaman mengapu sandal. Kalau ngaput baju
buntut, bisa. Haha” (33-34)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat bekerja apa saja

seperti kuli bangunan, kuli andong, dan tukang parkir Rahmat

jalani. Riani juga ikut berekerja di rumah usaha pembuatan sandal

terompah khas Tasikmalaya. Riani menawari kakaknya untuk

bekerja di tempat ia bekerja karena sedang membutuhkan pegawai

baru. Kehidupan Rahmat sekarang yang begitu berat membuatnya

harus rela meninggalkan Riani kekasihnya. Rahmat tidak memberi


86

kabar kepada Riani sehingga Riani harus mencarinya. Hal itu

terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Iya. Akang teh kumaha, dulu Neng Rhalin cinta mati sama
Akang. Nih, Kang. Di awal-awal akang ngirim sms itu, Neng
Rhalin seperti orang setres. Hampir tiap hari kekampus
Akang buat nyari tahu tentang, Akang. Malamnya, nangis
lagi. Terus seperti itu. Sampai akhirnya pernah Imas anter ke
Garut ke kampung halaman Akang di Cikuray, tapi nihil.
Katanya Akang pindah ke Tasikmalaya. Kenapa atuh, akang
teh meni tega sekali ninggalin Neng Rhalin? Akang sudah
punya cewek lain ya, waktu itu?” “Ih, sungguh enggak, mas.
Cuma karena satu hal, akhirnya Akang harus ninggalkan
Rhalin. Gak ada orang ketiga di antara kita.” (55-56)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rhalin seperti orang stres

karena ditinggal oleh Rahmat. Hampir setiap hari Rhalin ke

kampus Rahmat dulu sampai akhirnya ke Garut kampung halaman

Rahmat di Cikuray namun tidak ada hasilnya. Tidak ada pihak

ketiga di antara mereka berdua, namun ada satu hal yang

membuatnya tega meninggal-kan Rhalin.

3) Tahap peningkatan konflik (Rising Action)

Konflik yang telah dimunculkan pada tahap sebelumnya

semakin berkembang dan dikembangkan kadar intensitasnya. Pada

peristiwa ini di gambarkan ketika Rahmat mengundurkan diri dari

tempat Bu Ijah, Rahmat bekerja sebagai kuli proyek. Menjadi kuli

proyek tidak membuat nasibnya semakin baik malah sebaliknya.

Kaki Rahmat tertimpa batu besar sehingga membuatnya patah

tulang dan harus berhenti dari pekerjaannya. Beberapa bulan

kemudian setelah kejadian itu, Rahmat melukis dan dijual dengan


87

cara berkeliling dengan berjalan kaki yang terpincang-pincang.

Berjalan cukup jauh membuat Rahmat cepat lelah apalagi sambil

menggantung lukisan di bahunya. Di depan sebuah hotel Rahmat

istrahat, tidak disangka rahmat bertemu dengan Rhalin. Hal itu

terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Rahmat melihat ke seberang pada dua eksekutif muda itu.


Seketika hatinya berdegup kencang. “Rhalin,” desisnya.
Cepat-cepat Rahmat membalikkan badan dan memasang kain
lomar batik menutupi sebagian wajahnya lalu mengenakan
topi dudukuy. “Ini...Akang yang punya?” Rhalin menunjuk
lukisan indah itu. “Iya, Bu,” Rahmat membuat suaranya
disengaukan seperti yang sumbing.” “Ini saya beli. Sebuah
karya seni yang indah dan artistik layak dihargai mahal.”
(132-133)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa rahmat bertemu dengan

Rhalin di depan sebuah hotel. Rhalin melihat dan mendekati

lukisan dagangannya namun Rahmat berpaling dengan menutupi

wajahnya dan suaranya disengaukan. Tidak sadar bahwa penjual

itu Rahmat lantas Rhalin membeli satu buah lukisannya. Sampai di

Rumah Rhalin masih terbayang dengan lukisan dan penjualnya itu.

Rhalin ingat dengan gelang yang di pakai penjual lukisan itu sama

dengan gelang yang deberi Rahmat. Rhalin penasaran apakah itu

Rahmat dan akhir-nya mencari penjual lukisan itu. Hal itu terlihat

dari kutipan di bawah ini.

“Gelang itu... tasbih biji anjeli...” Rhalin bangun dari tidurnya


lantas membuka kunci lemari. Seuntai tasbih biji anjeli yang
dikeringkan dan dibericat coklat natural ditariknya. “Sama
persis. Ya Allah... apakah dia... Rahmat?” Imas pembantu
setianya menghampiri” “Mas... kamu benar. Rahmat ada di
Bandung. Dia ada di Bandung. Tadi siang aku ketemu dia.
88

Tapi dia... dia menutupi wajahnya dengan tangan batik dan


suaranya sengaja di sengukan. Ini... ini lukisan yang aku
beli... buatan dia, Mas...” “Pantas belakangan aku selalu ingat
dia, Mas. Kamu bukannya punya nomor HP temannya
Rahmat?”” oh, iya ,Neng. Sebentar.” (136-137)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rhalin baru sadar bahwa

gelang yang di pakai penjual lukisan yang tadi siang berada di

depan hotel itu sama dengan miliknya yang di beri oleh Rahmat.

Rhalin bercerita kepada Imas pembantunya pertemuannya tadi

siang dengan Rahmat kemudian Rhalin mencarinya dengan

menyuruh Imas untuk menghubungi temannya Rahmat.

4) Tahapan Klimaks (climakx)

Klimaks sebuah cerita akan dialami oleh tokoh-tokoh utama

yang berperan sebagai pelaku dan penderita terjadinya konflik

utama. Pada tahap ini di gambarkan Rhalin yang bersikap berbeda

kepada Husein pacarnya setelah pertemuannya dengan Rahmat di

depan hotel. Husein mengetahui bahwa penjual lukisan itu adalah

Rahmat kemudian mencaridan memberinya pelajaran.

“Jalan pintas yang cukup sepi Rahmat lewati. Ketika sampai


di pertigaan jalan kecil untuk memilih ke sebelah kiri, sebuah
Pajero hitam tiba-tiba menghadang. Emapat laki-laki turun
lalu tanpa basa-basi menyerang Rahmat. “Heh pincang!
Ingat! Ini pelajaran pertama kalau kamu masih menggangu
calon istriku lagi!’ kata salah seorang dari mereka.” (190-
191)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Husein menemukan

Rahmat dan menyerang Rahmat bersama empat orang laki-laki

temannya sebagai balaan karena mendekati Rhalin. Karena


89

ambisinya untuk mendapatkan Rhalin tidak tercapai Husein nekat

akan memperkosa Rhlin. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Bunuh saja aku, Sein, dari pada kau nodai aku... demi
Allah... lebih baik aku mati...”. Terdengar Suara memaki-
maki kasar. Begitu Ilyas mengintip, ia terkejut melihat Rhalin
sudah di atas pembaringan dalam keadaan tidak berdaya
setengah meringkuksambil menangis. Hampir seluruh bagian
pakaianya bagian atas lepas dan robek besar hingga nyaris
setengah telanjang ketika Husein mulai berusaha melepas
celana Rhalin, Ilyas meraih kursi Rotan di dekat lalu
menghantamkannya pada kaca besar itu hingga
mengeluarkan suara nyaring sebelum pecahannya lantak ke
lantai.” (257)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Husein hendak mem-

perkosa Rhalin namun Ilyas datang untuk menolongnya. Ilyas yang

melihat Rhalin yang sudah tidak berdaya di atas pembaringan

langsung meraih kursi ritan dan menghantamkannya kekaca Ilyas

pun masuk menyelamatkan Rhalin.

5) Tahap Penyelesaian (Denouement)

Dalam peristiwa-peristiwa atau konfik-konflik yang terjadi

akhirnya menemukan pemecahan masalah. Pada tahap ini Rahmat

menemui Rhalin setelah mendengar musibah yang di alami Rhalin

dari Ilyas kekasih Riani adiknya. Hal itu terlihat dari kutipan di

bawah ini.

“Rahmat berdiri. Sejenak mengatur napas. Dadanya


mendadak berdebar-debar tak menentu. “Assalamu’alaikum.”
Bergetar Rahmat mengucap salam. “Wa’alaikum salam,”
Sahut Rhalin tanpa menoleh. Rahmat diam dalam
kebingungan. Karena si pengucap salam tak ada suaranya
lagi, Rhalin memutar badan menghadapnya. “Rahmat....”
Rahmat tersenyum. “apa salah aku datang mengganggumu
yang sedang asik yang memberi makan ikan itu?” Rhalin
berusaha membuat senyuman. Matanya yang berbinar
90

sejenak mendadak redup lagi. “Tidak ada yang salah. Yang


salah adalah, kenapa dulu kamu pergi begitu saja tanpa ada
alasan di saat kita baru mengucap janji? Pengecut!” (263)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat menemui Rhalin

wajahnya yang murung sedang duduk disebelah kolam sambil

memberi makan ikan. Semenjak pertemuannya Rahmat dan Rhalin

sering jalan bersama dan banyak yang mereka ceritakan berdua

setelah lama berpisah sampai akhirnya sepakat untuk menikah. Hal

itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Tapi kamu yang saya temui lebih dulu. Jadi kapan nih, mau
menikahi anak saya? Jangan dilama-lama.” Rahmat menoleh
pada Rhalin yang tertunduk namun ada senyum yang
disembunyikan. Masih dalam bingung dan belum bisa
memberi jawaban, tiba-tiba Rhalin bicara. “Dua minggu lagi
katanya, Pi.” Rahmat menoleh lagi dengan kaget. “Iya, Pi
dua minggu lagi.” (:349-350)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat menemui ayahnya

untuk melamar Rhalin. Rahmat ditanya kapan akan menikahi

Rhalin namun tidak menjawab karena bingung, akhirnya Rhalin

memutuskan dua minggu lagi mereka menikah. Setelah menikah

Rhalin hidup bahagia dan dikaruniai satu orang anak, namu

Rahmat meninggal dunia karena kecelakaan saat kelahiran

anaknya. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Ketika ia sedang berjuang mengeluarkan bayi dalam


rahimnya, di sudut yang tak jauh, Riani terus menangis.
Sementara didalam sebuah ruangan, sesekali darah keluar
dari mulut, hidung, dan telinga Rahmat. “Suamiku...?” lemah
Rhalin bertanya. Ilyas mengusap matanya yang basah. “Dia
baik-baik saja. Dia sudah tidak merasakan lagi kesakitan. Dia
menyebut satu nama, Hafizh Ar-Rahman.” “Aku ingin
melihatnya!” Rhalin berusaha turun dari pembaringan.” (390-
391)
91

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rhalin yang sedang

berjuang melahirkan anaknya, sementara Rahmat sedang dirawat

karena darah keluar dari hidung, mulut, dan telinganya akibat

kecelakaan. Namun Allah berkehendak lain Rahmat meninggal

dunia setelah menyebut satu nama Hafizh Ar-Rahman. Rhalin yang

berada dipembaringan ingin melihat Rahmat untuk terakhir

kalinya. Semenjak itu, Rhalin hidup bersama anaknya Hafizh Ar-

Rahman.

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani

tergolong alur maju. Hal itu terbukti dari peristiwa-peristiwa yang

berlangsung secara runtut dari awal sampai akhir yaitu

penyituasian, pemunculan konflik, peningkatan konflik, klimak dan

penyelesaian. Tahapan-tahapan tersebut, kemudian membentuk

sebuah alur.

d. Latar

Latar merupakan tempat terjadinya peristiwa yang sedang

berlangsung sebagai landasan utama dalam karya sastra. Latar yang

terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya

Wahyu Sujani, meliputi latar tempat, latar waktu, dan latar suasana.

Berikut akan penulis paparkan secara rinci.


92

1) Latar tempat

Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya peristiwa

dalam sebuah karya sastra. Secara garis besar di dalam novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani, latar

tempat terjadinya peristiwa secara umum di ruang makan, rumah

orang tua Sulastri, pemakaman, desa Cisangkuy, rumah Bu Ijah,

masjid, area proyek, depan hotel Grand Golden, kamar, taman,

pondok, dan rumah sakit.

a) Ruang makan

Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an berlatar cerita

di ruang makan. Dirman dan Sulastri yang sedang bertengkar di

Ruang makan. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Dari mana kamu, Baru pulang?” Dirman yang hendak


sarapan menatap tajam Sulastri, istrinya, yang semalam
tidak di rumah. Riani, sang keponakan sudah menduga
kalau pagi itu akan terjadi perang lagi antara paman dan
bibinya.” (9)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Sulastri tiba-tiba datang

ketika Dirman dan Riani sedang sarapan raung makan. Dirman

langsung bertanya pada istrinya yang semalam tidak berada di

rumah. Selain kutipan di atas, latar tempat ruang makan juga

terlihat ketika Rahmat sedang makan bersama Mak Asih,

Sulastri, dan Riani sebelum berangkat bekerja. Hal itu terlihat

dari kutipan di bawah ini.


93

“Serius, A. Daripada A Rahmat markiran yang harus setor


sama preman di situ, mending kerja di tempat Riani. Kalau
mau Riani anter menemui Bu Ijah. jam dua, ya?”
“Hm...Bolehlah, Aa coba. Siapa tahu Bu Ijah punya anak
gadis cantik yang jatuh cinta sama Aa, kaya di film-film
TV gitu, si kaya dan si miskin menjalin cinta.” “Mimpi
kamu.” Sulastri mempurukkan kepala Rahmat sambil
tertawa. “Sudah sarapan dulu.” (34-35)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa ketika sedang sarapan

sebelum bekerja Riani menawarkan pekerjaan bersama Rahmat

di rumah usaha sandal terompah milik Bu Ijah.

b) Rumah orang tua Sulastri

Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an berlatar cerita

di Rumah orang tua Sulastri. Sulastri mengajak Rahmat dan

Riani untuk tinggal di rumah orang tuanya setelah meninggalkan

rumahnya. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Sulastri menangis sembari mendekap Riani. “Bibi pulang


ke rumah nenekmu. Kamu ikut Bibi, ya?” Riani menoleh
pada Rahmat. “Rahmat juga. Cepat sekarang juga kita
pergi.” Tiga minggu sudah Rahmat dan Riani tinggal di
rumah orang tua Sulastri di Rajapolah kota kecil
persinggahan di jalur selatan Jawa Barat dan sentra
kerajinan tangan Tasikmalaya.” (22-23)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Sulatri mengajak Riani

dan Rahmat tinggal di rumah orang tuanya di Rajapolah

Tasikmalaya karena pergi meninggalkan rumahnya setelah

bertengkar dengan suaminya. Selain kutipan di atas, latar

tempat rumah orang tua Sulastri juga terlihat Riani yang

melihat Rahmat sedang duduk diluar rumah sambil menatapi

nasibnya. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.


94

“Rahmat menitikan air mata lantas beristighfar. Satu


pemikiran baru muncul dalam benaknya. Begitu kuat
menghujam dadanya. Hujan sudah berhenti. Udara
semakin mencucuk ketulangnya. Dari samping kanannya
terdengar pintu dibuka. Riani melongok. “A, kenapa
belum tidur? Istrahat atuh. Ini sudah jam sebelas,” “Kamu,
Ni. Aa belum ngantuk Filmnya udahan?” “Udahan.” “Sok
kamu istrahat duluan Aa masih ingin di sini pengangguran
kan kayak gini kerjaannya? Nangkring. Hehehe.” (28)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat sedang duduk

didepan rumah dengan meratapi nasibnya yang harus putus

kuliah. Riani menghampiri kakaknya. Karena sudah malam

Rahmat menyuruh Riani untuk tidur, sementara itu ia masih

ingin duduk ngangkring di depan rumah.

c) Pemakaman

Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an berlatar

cerita di pemakaman. Rahmat pergi ke makam untuk

mendoakan Bapak dan Ibunya yang menjadi korban tanah

longsor. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Itu bukti nyata azab Allah bagi manusia durhaka.


Astaghfirulloh. Ya sudah, Kang. Terima kasih. Saya mau
ke desa sebelah ke makam Bapak dan Ibu.” Rahmat tak
bisa lagi menahan air mata. Tragedi tanah longsor yang
merenggut orang tuanya empat belas tahun silam
membayang lagi di pelupuk mata. Sebentar Rahmat
mengirimkan doa untuk kedua orang tuanya.” (24-25)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat mendatangi

pemakaman dan terbayang dengan kejadian tanah longsor yang

merenggut orang tuanya. Rahmat juga mendoakan kedua orang

tuanya. Selain kutipan di atas, latar tempat pemakaman juga


95

terlihat ketika Rahmat membawa Rhalin ke kampung

halamannya dan berzarah mengunjungi makam kedua orang

tuanya. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Dua hari setelah pernikahan adiknya, Rahmat membawa


Rhalin ke kampung halamannya dengan naik angkutan
umum. Ziarah dulu kemakam orang tuanya lalu
membawanya naik ke lereng Cikuray. Menuju pondok
Abah Jumadi yang kini tidak ditempatinya lagi.”
“Bukannya Abah Jumadi sudah tidak di sini lagi, A?” “Ya.
Kita tinggal di sini.” Rahmat menaruh ransel besarnya di
teras pondok.” (357)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat datang

kekampung halamannya dan berzarah mendatangi makam

kedua orang tuanya sebelum berangkat ke pondok Abah

Jumadi. Rahmat dan Rhalin tinggal di pondok yang sudah lama

tidak ditinggali oleh pemiliknya untuk bulan madu beberapa

bulan tinggal disana.

d) Desa Cisangkuy

Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an berlatar

cerita di desa Cisangkuy. Kedatangan Rahmat ke desa

Cisangkuy untuk bersilaturahmi pada Kiai Ra’uf di pesantrean

Nurul Jannah. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Rahmat memutuskan kembali ke desa Cisangkuy untuk


silaturahmi pada Ki’ai Ra’uf di Pesantren Nurul Jannah.
“Allah Maha Besar. Mat, Abah selalu menunggu kamu
kalau saja tahu alamat rumah bibimu di Tasik, Abah bakal
nyusul kamu ke sana,” kata Ki’ai Ra’uf setelah Rahmat
menyalami dan mencium tangannya.” (25)
96

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat datang ke desa

Cisangkuy di Pesantren Nurul Jannah untuk bersilaturahmi

pada Ki’ai Ra’uf. Kedatangan Rahmat disambut dengan baik

karena sudah lama tidah bertemu bahkan kalau Ki’ai Ra’uf tahu

alamat rumah bi Sulastri akan menyusulnya. Selain kutipan di

atas, latar tempat Desa Cisangkuy juga terlihat ketika Rahmat

datang ke Desa Cisangkuy dan melihat Murni yang stres. Hal

itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Esok paginya Rahmat langsung berangkat ke kampung


halamannya. Tapi begitu sampai di Desa Cisangkuy, ia
dibuat kaget begitu melihat murni sedang bersenandung di
bekas rumah pamannya yang sudah disegel oleh Bank.
“Pamanmu kabur, Mat, sehari sebelum menikahi si Murni.
Gak ada yang tahu ke mana perginya. Begitu tahu
pamanmu kabur, murni stres. Ya, jadi seperti itu. Selalu
memanggil-manggil: “Kang Dirman sayang, Akang
dimana? hayu kita nikah.” (24)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat yang baru

datang di desanya melihat murni yang stres bersenandug di

bekas rumah pamannya. Murni selingkuhan pamannya stres

karena ditinggal kabur sebelum menikahinya karena hamil di

luar nikah.

e) Rumah Bu Ijah

Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an berlatar

cerita di Rumah Bu Ijah. Pagi hari sudah terdengar suara

bentakan dari rumah Bu Ijah. Ternyata Rahma dan Rahmi


97

sedang bertengkar di belakang. Hal itu terlihat dari kutipan di

bawah ini.

“Pagi, jam delapan, ketika Rahmat baru sampai di tempat


kerjanya. Ia mendengar suara-suara bentakan nyaring dua
orang yang bertengkar hebat di belakang. Di Rumah Bu
Ijah. “Teh, ada apa itu? Itu seperti suara Rahma dan
Rahmi,” Tanya Rahmat pada Teh Iin, pegawai senior.
“Iya, Mat. Itu si kembar. Dari tadi, lho. Cepat kamu ke
sana lerai mereka.” (67)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat baru sampai di

tempat kerjanya mendengar suara bentakan dari Rumah Bu

Ijah. Ternyata Rahma dan Rahmi sedang bertengkar, kemudian

Teh Iin menyuruh Rahmat untuk melerai mereka. Selain

kutipan di atas, latar tempat rumah Bu Ijah juga terlihat ketika

Rahmat dipanggil oleh Bu Ijah ke rumahnya untuk di tanyai

mengenai kedekatannya dengan Rahma dan Rahmi. Hal itu

terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Siang menjelang istrahat, Rahmat dipanggil oleh Bu Ijah


kerumahnya. Ditanyai banyak hal perihal kedekatannya
dengan Rahma dan Rahmi. Rahmat menjawab apa adanya.
Rahma dan Rahmi duduk patuh di hadapan ibunya. Tak
ada yang bicara karena takut dibentak oleh sang ibu.” (71)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat dipanggil Bu

Ijah datang kerumahnya. Rahmat ditanyai mengenai

kedekatannya dengan Rahma dan Rahmi. Penyebab Rahmat

dipanggil oleh Bu Ijah karena perseteruan kedua anaknya yang

saling mencintai Rahmat untuk di jadikan seorang suami.


98

f) Masjid

Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an berlatar

cerita di masjid. Rahmat pergi ke masjid dan mengajak

temanya sesama pekerja proyek untuk sholat. Hal itu terlihat

dari kutipan di bawah ini.

“Rahmat tertawa sebentar. “aku ke masjid dulu. Ada yang


ikut?” “Sok, duluan, Mat,” Rahmat keluar dari area
proyek. Masjid kecil tapi bagus bentuknya dengan hiasan
dua menara kembar dan kubah hijau tempat sholat
dimasuki lagi.” (83)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat mengajak

temanya untuk sholat di masjid dekat area proyek. Rahmat

keluar dari area proyek dan menuju masjid sendirian dan

melaksanakan sholat di sela-sela istrahat. Selain kutipan di atas,

latar tempat masjid juga terlihat ketika Rahmat menjadi imam

shalat Jum’at di masjid kecamatan. Hal itu terlihat dari kutipan

di bawah ini.

“Untuk pertama kalinya Rahmat menjadi imam shalat


Jum’at di masjid kecamatan. Langgam yang di lantunkan
Rahmat dalam membaca surat al-Balad dan al-Jumu’ah
membuat kagum semua makmum. Usai jumatan setelah
para jamaah sebagian sebagian banyak pulang, Uatadz
Imran memeluknya, sebuah amplop kemudian disisipkan
ketangan Rahmat.” (319)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat menjadi imam

dimasjid kecamatan. Lantunan Rahmat dalam membaca surat

dalam al-Qur’an yang indah karena seorang hafizh membuat

kagum para jamaah yang ikut shalat Jum’at. Setelah selesai


99

shalat ustadz Imran memberikan ampolop namun Rahmat

menolaknya supaya dimasukkan ke dalam kotak amal.

g) Area proyek

Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an berlatar

cerita di area proyek. Mandor pekerja proyek tersebut dimarahi

pemilik proyek karena melihat para pekerjanya tidak memakai

helm di area proyek. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Dua hari kemarin, pemilik proyek nengok, Mat. Mang


Ajum dimarahi karena melihat banyak pekerja yang tidak
memakai helm di proyek. Selama empat hari ke depan
bakal terus mengontrol,” (82)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Mandor dari para

pekerja dimarahi oleh pemilik proyek karena banyak pekerja

yang tidak memakai helm dan selama empat hari kedepan

pemilik proyek akan mengontrol. Selain kutipan di atas, latar

tempat area proyek terlihat ketika Rahmat yang datang dengan

Pak Rusli pertemuan di masjid membuat mereka akrab. Hal itu

terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Jalan yang baru dibentuk dan cukup menurun mereka


lewati sambil terus berbincang. Rupanya Pak Rusli senang
mengobrol dan cepat akrab. “Yang mengurus ini nantinya
anak saya, bukan saya. Saya mah sudah ingin istrahat,
Mat. Ingin belajar menghafal al-Qur’an lagi. Ya, siapa
tahu nanti bisa belajatr sama kamu. Kan enak belajar sama
orang yang kenal. Iya kan?” (85)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Pak Rusli dan Rahmat

sangat akrab. Proyek yang di bangun nantinya akan diurus oleh


100

anaknya karena Pak Rusli ingin beristrahat dan mengahafal al-

Qur’an lagi ketika masih muda dulu.

h) Depan hotel Grand Golden

Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an berlatar

cerita di depan hotel. Rahmat sedang beristrahat di depan hotel

dan memesan cincau karena cuaca yang cukup terik dan lelah

setelah berkeliling menjajakan lukisannya. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini.

“Didepan hotel megah bertuliskan Grand Golden


Priangan, Rahmat istrahat sembari mengibas-ngibaskan
topi dudukuynya. Siang yang terik cukup membuatnya
kelaparan dan kehausan. “Mang, Mang...! Cincau,”
panggilnya.” (130)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Siang yang terik

Rahmat beristirahat didepan hotel Grand Golden memesan

cincau karena haus dan lapar setelah berkeliling menjajakan

lukisannya. Selain kutipan di atas, latar tempat depan hotel

Grand Golden terlihat ketika banyak orang yang keluar masuk

hotel yang membuat heran tukang cincau yang sedang

berjualan. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Orang kaya, keluar masuk hotel mewah seperti seperti


keluar masuk rumah sendiri. Kapan orang seperti kita bisa
seperti itu ya, Kang?” celoteh tukang cincau sembari
mendongak melihat ke puncak hotel dan menikmati
rokoknya.” (132)

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa seorang penjual cincau

yang heran dengan orang yang keluar masuk hotel mewah. Ia


101

membayangkan kapan bisa sepeti mereka sembari menikmati

rokoknya.

i) Kamar

Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an berlatar

cerita di kamar. Ilyas menjebol jendela kamar Husein dan

menyelamatkan Rhalin yang hendak diperkosa. Hal itu terlihat

dari kutipan di bawah ini.

“Husein dan Rhalin sama-sama terkejut. Begitu Ilyas


melompat msuk dari jendela yang di jebolnya, Rhalin
menarik selimut untuk menutupi auratnya lalu mengguling
diri kesamping sampai jatuh ke lantai.” (257)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Husein hendak

memperkosan Rhalin oleh dikamarnya dan Ilyas menyelamat-

kannya. Rhalin menarik selimut untuk menutupi auratnya.

Selain kutipan di atas, latar tempat di kamar juga terlihat ketika

Rahmat dan Rhalin baru pulang dari sungai yang

menggenggam tangan istrinya dan masuk kekamar. Hal itu

terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Mereka tergelak bersama. Rahmat benar-benar


menggendong istrinya sampai kepondok bahkan masuk ke
kamar. Alhasil, untuk beberapa saat ia mengkurap
dipembaringan dengan napas menguik. Namun begitu
melihat istrinya melepas basahan, mendadak semuanya
seperti segar kembali.” (370)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat menggendong

Rhalin dari sungai tempat mereka berdua mandi. Dengan


102

sedikit lelah Rahmat menggendong Rhalin sampai ke pondok

menuju kekamara tempat mereka tiggal.

j) Taman

Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an berlatar

cerita di taman. Rahmat menjenguk Rhalin yang sedang berada

di taman berdiam diri karena musibah yang menimpanya

hampir diperkosa oleh Husein sebulan yang lalu. Hal itu terlihat

dari kutipan di bawah ini.

“Sejak hmapir diperkosa sama si Husein, sebulan lalu,


Neng Rhalin jadi seperti itu. Lebih banyak diam. Kalau
gak di sini, ya mengurung diri di kamar. Sampai gk pergi
ke-“ Rahmat memberi isyarat agar imas diam. Ia lantas
turun dari teras masuk ke taman berumput Jepang yang
banyak dihiasi aneka tumbuhan dan pohon palm mungil
serta satu kolam renang berbentuk persegi.” (262)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat menemui

Rhalin di taman yang sedang mengurung diri karena musibah

yang hampir di perkosa oleh Husein sebulan lalu. Selain

kutipan di atas, latar tempat taman juga terlihat ketika Rahmat

bertemu dengan Adang sahabatnya yang bekerja di rumah Bu

Ijah. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Dasar! Kurang ajaar! Gilaaa!” tukang sol yang


membantingkan topi dudukuynya ke lantai taman. Orang-
orang yang mendang heran padanya. “Edan! Gelo siah!
Rahmaaatt...!” (145)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Adang dikerjai oleh

Rahmat. Adang penasaran dengan Rahmat lalu mengambil topi

rahmat dan membantingkan kelantai yang membuat orang


103

orang disekitar mereka heran dengan tingkah laku Rahmat dan

Adang.

k) Pondok

Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an berlatar

cerita di pondok. Setelah menikah Rhalin dia ajak ke pondok

Abah Jumadi oleh Rahmat. Hal itu terlihat dari kutipan di

bawah ini.

“Rhalin tidak menjawab. Masih kesal. Rahmat membuka


pintu pondok lantas menyalakan obat nyamuk yang di
bawanya. Semua jendela di buka sehingga udara pengap
berlahan memudar. “percayalah. Aku tidak akan
membuatmu kelaparan di sini.” (358)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat mengajak

Rhalin tinggal di pondok Abah Jumadi yang lama sudah tidak

ditinggali dan dari kota. Rahmat membuka pintu dan

menyalakan obat nyamuk dan membuka jendela supaya

udaranya di dalam ruangan tidak pengap. Selain kutipan di atas,

latar tempat pondok juga terlihat keakraban Rahmat dengan

Rahma tinggal di pondok. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah

ini.

“Rahmat membantu Rahma berdiri. Ia lalu memunguti

potongan tangkai singkong yang bertebaran sambil tertawa-

tawa di halaman pondok.” (241)


104

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat membantu

Rahma berdiri. Mereka memunguti potongan tangkai singkong

yang bertebaran akibat Rahma jatuh di halaman pondok.

l) Rumah Sakit

Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an berlatar

cerita di Rumah sakit. Di rumah sakit Rhalin yang sedang

berjuang untuk melahirkan anaknya, sedangkan Rahmat yang

sedang dirawat karena kecelakaan. Hal itu terlihat dari kutipan

di bawah ini.

“setengah jam, Rhalin berjuang melahirkan anaknya.


Akhirnya tangis pertama bayi laki-laki terdengar
membahana di ruang persalinan itu. Dan ruang yang tak
jauh, Rahmat yang semula tak bergerak mendadak
tersentak. Muntah darah sekali tapi matanya terbuka.”
Hafizh... Ar-Rahman..,” Desisnya jelas terdengar dokter.
Namun setelah itu kepala terkulai dengan embusan napas
terakhir, tepat menghadap ke arah Adang di pembaringan
sebelah kanannya.” (390-391)

Dari kutipan di atas terlihat Rhalin sedang berjuang untuk

melahirkan anaknya sedangkan Rahmat berbaring di ruang rumah

sakit karena kecelakaan. Rahmat mengucapkan sebuah nama

Hafizh Ar-Rahman kepada dokter dan akhirnya menghembuskan

nafas yang terakhir. Selain kutipan di atas, latar tempat rumah

sakit juga terlihat ketika Rahmat dirawat di rumah sakit karena

kakinya tertimpa batu saat bekerja di proyek pembangunan. Hal

itu terlihat dari kutipan di bawah ini.


105

“Jeritan keras keluar dari mulut Rahmat. Kaki kirinya luka


besar. Semua pekerja memburunya hendak memberi
pertolongan. Oleh empat pekerja Rahmat digotong naik. Pak
Rusli yang seselamat berteriak panik. “bawa ke mobil saya
bawa ke mobil saya!”. Rumah sakit di Garut rupanya tidak
bisa menangani kaki Rahmat yang kata dokter, tulang
betisnya patah.” (88)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa kaki Rahmat

menyelamatkan Pak Rusli dari reruntuhan batu. Namun kaki

Rahmat terkena batu yang membuatnya patah tulang. Banyak

bekerja berhamburan untuk menolong Rahmat menggotong

Rahmat ke mobil dan dilarikan ke rumah sakit.

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkanbahwa latar tempat

yang digunakan untuk memperjelas alur cerita dalam novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani adalah

ruang makan, rumah orang tua Sulastri, pemakaman, desa

Cisangkuy, rumah Bu Ijah, masjid, area proyek, depan hotel

Grand Golden, kamar, taman, pondok, dan rumah sakit.

2) Latar Waktu

Latar waktu berhubungan dengan masalah “kapan” terjadinya

peristiwa-peristiwa yang di ceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar

waktu dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya

Wahyu Sujani ditunjukkan secara jelas pagi, siang, sore, dan malam

hari. Berikut ini akan di paparkan latar waktu yang terdapat dalam

novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani.


106

a) Pagi hari

Salah satu latar waktu yang di gunakan dalam novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani

adalah pagi hari. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Pagi jam delapan. Ketika Rahmat baru sampai di tempat


kerjaannya, ia mendengar suara-suara bentakan nyaring
dua orang yang bertengkar hebat di belakang. Di rumah
Bu Ijah. “Teh, ada apa itu? Itu suara Rahma dan
Rahmi,” Tanya Rahmat pada Teh Iin, pegawai senior.
“Iya, mat. Itu si kembar. Dari tadi, lho cepat kamu ke
sana lerai mereka.” (67)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa ketika pagi hari jam

delapan Rahmat tiba di tempat pekerjaannya mendengar dua

orang sedang bertengkar ternyata suara itu berasal dari belakang

rumah. Rahmat penasaran lalu bertanya kepada Teh Iin ternyata

yang bertengkar adalah Rahma dan Rahmi anak kembar Bu Ijah.

Teh Iin menyuruh Rahmat ke sana untuk melerai mereka. Selain

itu, latar waktu pagi hari juga terlihat saat Rhalin mengajak pulang

Rahmat setelah satu minggu tinggal di pondok Abah Jumadi. Hal

itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Pagi yang indah. Cercit burung terdengar saling ber-


sahutan. Dari jauh suara monyet liar. Di beberapa
tangkai besar, tupai berkejaran. Sesekali menoleh ke
bawah lalu lari lagi menyusul temannya. Sesekali pula
kucing hutan berbulu kuning totol hitam mengintip
disemak-semak berharap ada bekas makanan dari
pondok atau mangsa kecil yang bisa ditangkapnya. Itu
hari kesepuluh mereka berada di tempat tersebut. “lama
kelamaan aku mati kelaparan disini. Aku mau pulang!”
Rahmat berusaha tersenyum. “di luar sana, banyak orang
yang lebih menderita dari kita. Tapi mereka nggak
pernah mengeluh, Neng.” (363-364)
107

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rhalin mulai tidak

betah dan ingin pulang. setelah sepuluh hari tinggal di pondok

Abah Jumadi, namun Rahmat menanggapinya dengan

senyuman dan memberi nasihat kepada Rhalin bahwa banyak

orang lebih menderita tapi tidak pernah ngluh. Rahmat sangat

sabar menghadapi istrinya itu.

b) Siang hari

Siang hari, Rahmat ke tempat Riani bekerja untuk

melamar pekerjaan di rumah usaha pembuatan sandal terompah

khas Tasikmalaya milik Bu Ijah. Hal itu terlihat dari kutipan di

bawah ini.

“Jam dua, seperti katanya tadi pagi, Rahmat ke tempat


Riani bekerja. Oleh Riani kemudian di bawa menemui
Bu Ijah pemilik rumah usaha pembuatan sandal
terompah khas Tasikmalaya. Oleh Bu Ijah Rahmat
ditanyai soal pengalaman mengaput sandal. Rahmat
menjawab tidak ada pengalaman untuk itu. Tapi karena
kebetulan Bu Ijah sedang butuh satu pekerja, akhirnya
Adang, salah satu pegawainya dipanggil. “Dang, kamu
pindah ruang ya, ke tempat ngaput sandal. Biar tugas
ngecat kamu diganti sama Rahmat.” “Kapan, Bu?”
“Mulai besok.” (39)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat datang

ketempat Riani bekerja rumah ussaha pembuatan sandal

terompah untuk melamar pekerjaan. Bu Ijah pemilik rumah

usaha tersebut menanyakan pengalaman bekerja mengaput

sandal kepada Rahmat namun Rahmat belum punya pengalaman

mengaput sandal. Karena sedang membutuhkan satu pegawai Bu


108

Ijah menerima Rahmat bekerja sebagai pengecat sandal dan

tugas ngaput sandal di berikan kepada Adang. Selain itu, latar

waktu siang hari terlihat juga saat Adang menghampiri Rahmat

yang baru kembali dari masjid untuk mengantar sandal. Hal itu

terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Jam satu siang. Ketika Rahmat baru kembali dari masjid


selesai Sholat dzuhur, Adang menghampirinya. “Mat,
ada tugas dadakan. Nganter sandal ke beberapa grosir di
Bandung. Sebentar lagi mobilnya datang.” “Ooh. Sama
siapa?” “Akulah. Nanti-nanti mah kamu sendiri sama
Mang Ujang. Tapi kali ini istimewa, Mat. Sopirnya Neng
Rahma.” (44)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Adang menghampiri

Rahmat yang baru kembali dari masjid setelah selesai shalat

zuhur untuk memberi tahu bahwa ada tugas untuk mengantar

sandal ke Bandung bersama Neng Rahma.

c) Sore hari

Latar waktu sore hari terlihat saat Adang muncul

menemui Rahmat yang baru selesai mengerjakan sholat dengan

membawa dus besar. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Dua hari kemudian. Sore setelah ashar, baru Rahmat


selesai mengerjakan sholat sambil duduk di kursi untuk
pertama kalinya, Adang muncul membawa dus besar.
Begitu dibuka, isinya seperangkat alat melukis lengkap:
selipat tebal kain kanfas yang belum di potong, steanding
atau easel yang belum disusun, valet pisau valet, kuas
berbagai ukuran, charcoal pencils, atau pensil lukis dan
cat akrilik aneka warna dalam kemasan pasta dan tabung
bertutup seperti wadah pil. “Dari pada melamun, ada
baiknya kamu sibukkan diri dengan melukis. Biar gk
jenuh,” kata Adang. “Ini siapa yang belikan, Dang?”
“Akulah, Mat. Bgaimana? Oke kan?” (97)
109

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Adang datang

menemui Rahmat dengan membawa dus besar. Setelah dibuka

isinya ternyata perlengkapan melukis lengkap, Adang

menyarankan pada melamun lebih baik Rahmat menyibukkan

diri dengan melukis. Selain itu selain itu latar waktu sore hari

juga terlihat ketika para pekerja proyek pulang atau ada yang

menginap di bedeng yang sudah di sediakan. Rahmat pun

menginap di bedeng. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Sore jam lima, para pekerja pulang atau yang jauh


menginap di bedeng yang sudah di sediakan. Rahmat,
Ihin, Maman serta ketiga pekerja lainnya tinggal di satu
bedeng. Jauh dari rasa nyaman. Bahkan Ihin yang
mengajaknya sempat mengeluh, “Lebih baik jadi kuli
bangunan biasa ketimbang jadi kuli bangunan proyek
besar semacam ini.” (82)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat dan teman

satu kerjanya pulang menuju bedeng. Mereka tinnggal di

bedeng karena rumahnya jauh dan hanya seminggu sekali

mereka pulang kerumah. Salah satu pekerja bernama Ihin

mengeluh karena pekerjaannnya yang berat mereka alami

selama bekerja sebagai kuli proyek.

d) Malam hari

Latar waktu sore hari terlihat saat Rahmat yang sedang

merenung karena harus berhenti kuliah. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini.


110

“Kalau memang keadaanya seperti ini, Rahmat akan


berhenti kuliah, Mang.” “Maafkan Mamang. Mat?”
Rahmat lantas pamit untuk keluar mencari angin segar,
di samping kebun sayuran yang kelam diselimuti malam,
Rahmat menyendiri di sebuah dangau. Ia menangis
tersedu-sedu. Tak menyangka jika dirinya harus
memupus semua mimpinya. Wajah Rhalin, sang kekasih
seketika melintas.” (17)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat menangis

tersedu-sedu karena harus berhenti kuliah. Bayangan wajah

kekasihnya terlintas dan tidak disangka semua impiannya harus

terhenti. Selain itu selain itu latar waktu malam hari juga

terlihat saat Rhalin merasa lapar dan hanya makan singkong

mentah untuk mengganjal perut. Hal itu terlihat dari kutipan di

bawah ini.

“Rhalin mencobanya. Mulanya agak jijik. Tapi karena


perutnya sangat lapar, satu potong kecil singkong mentah
amblas juga. Lalu kemudian di tambah sepotong lagi
yang agak besarsampai sendawa setelah minum air putih,
membuat Rahmat tertawa. “Bagaimana? Masih lapar?”
Rhalin tersenyum malu. “kenyan. Tidur yuk? Peluk
aku.”rahmat membereskan bekas makan singkongnya
lalu masuk ke kamar. Dalam pelukan Rahmat, Rhalin
terlelap nyenyak.” (362-363)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rhalin yang lapar

hanya makan singkong mentah. Awalnya Rhalin jijik tapi karena

lapar akhirnya mau dan setelah kenyang Rhalin mengajak

Rahmat tidur. Selesai dibereskan bekas makannya Rahmat ke

kamar dan dalam pelukan Rahmat, Rhalin tidur nyenyak.

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latar

waktu untuk mempertegas waktu dalam novel Mencintaimu


111

Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani adalah pagi hari,

siang hari, sore hari, dan malam hari.

3) Latar Suasana

Latar suasana merupakan penggambaran suasana yang menjadi

latar belakang terjadinya sebuah peristiwa dalam karya fiksi. Latar

suasana yang terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai

Qur’an karya Wahyu Sujani secara jelas terlihat suasana tegang,

suasana senang, dan suasana sedih. Berikut ini akan di paparkan

latar suasana yang terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani.

a) Tegang

Suasana tegang terlihat saat Dirman memarahi Sulastri

karena semalam tidak tidur di rumah dan pulang pagi. Hal itu

terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Dari mana kamu, baru pulang?” Dirman yang hendak


sarapan menatap tajam Sulastri, istrinya, yang semalaman
tidak di rumah. Riani sang keponakan sudah bisa menduga
kalau pagi itu akan terjadi perang lagi antara paman dan
bibinya. “Nginap di rumah Teh Nyai. Kenapa? Gak boleh?”
santai sekali sahutan Sulastri lantas masuk ke kamar.
Dirman mendengus kesal. “Heh! Aku lagi ngajak kamu
bicara, mana rasa hormatmu sama suamimu sendiri, he?
Semalaman gak pulang. Dasar istri durhaka!” (9)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Dirman marah karena

istrinya semalaman tidak pulang. Dirman pun menganggap

Sulastri durhaka karena tidak menaruh rasa hormat kepada

suaminya. Selain itu, latar suasana tegang juga terlihat saat


112

Husein bertemu dengan Rahmat dan mencoba untuk

menghajarnya. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Heh! Lo belum matii?” Tegur Husein dalam kejutnya.


“Hohoho. Mati itu urusan Tuhan. Kamu hampir merusak
Rhalin. Kamu juga sudah menghamili perempuan Bernama
Rahma tapi kamu gak tanggung jawab. Dosamu sudah
banyak! Terbuka kedokmu sekarang! Lebih baik celana
panjangmu itu kamu ganti pakai rok mini. Dasar banci!”
tiga lelaki yang sedang buang air kecil dengan tergesa
keluar sambil memiringkan tubuh takut menyenggol tiga
orang itu. “Heh, anjing kampung!jaga mulut lo!” bentak
Husein tidak terima disebut banci. Bersamaan dengan itu ia
memukul ke arah wajah Rahmat.” (236-237)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa sempat tegang dan

terjadi kericuhan antara Rahmat dan Husein. Husein yang tidak

terima dikatakan banci langsung mengarahkan pukulannya ke

arah wajah Rahmat. Perkelahianpun terjadi antara Rahmat dan

Husein.

b) Senang

Suasana senang terlihat saat Riani diperbolehkan mem-

perkenalkan Ilyas kekasihnya. Rahmat juga berpesan agar Riani

harus jaga diri. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Riani tersenyum malu. “Aa gak marah kan?” “Ya, nggak,


Ni. Tapi ingat, kamu harus bisa jaga diri saja. Jangan
karena Pak Ilyas sudah sangat baik kepada kamu, lantas
kamu terpedaya olehnya.” “Iansya Allah, Riani bisa jaga
diri, A. Ng... boleh kan kalau Pak Ilyas, Riani kenalin
sama Aa?” “Ya harus itu. Biar Aa tahu.” Riani tersenyum
senang. “Nuhun ya, A.” (128)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Riani tersenyum

senang saat Rahmat dengan senang hati memperbolehkan untuk


113

mem-perkenalkan kekasihnya Pak Ilyas kepadanya. Rahmat

juga memberi pesan agar tidak terpedaya oleh kekasihnya

karena sudah baik kepada Riani. Selain itu, latar suasana

senang terlihat saat Bi Sulastri menerima Dirman lagi sebagai

suaminya. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Kenapa, Mang?” senang amat.” Heran Rahmat setelah di


hadapan dirman di halaman belakang. “sukses, Mat!”
ucapan senang setengah berbisik. “Sukses?” “Iya. Bibimu
menerima Mamang Lagi.” Rahmat saling pandang dengan
Rhalin. Rahmat jadi bingung sendiri. Sulastri muncul dari
belakang. “Setelah dipikir-pikir semalaman, dan melihat
kesungguhan mamang kamu ini, Bibi jadi berubah pikiran,
Mat.” (315)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat yang sedang

duduk di halaman belakang bersama Rhalin tiba-tiba Dirman

menghampiri dan memberi tahu Rahmat sambil berbisik bahwa

Bi Sulastri menerimanya kembali sebagai suaminya. Rahman

dan Rhalin saling pandang kebingungan, kemudian Bi Sulastri

datang sengan memberi penjelasan bahwa alasan menerimanya

lagi karena kesungguhan Dirman untuk merujuknya kembali.

c) Sedih

Suasana sedih terlihat saat Rhalin menangis memanggil

suaminya yang sedang dibawa keruangan rumah sakit karena

kecelakaan. Di sisi lain, Rhalin sedang merasakan sakit

melahirkan anaknya. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Suamiku-suamiku...!” Rhalin menunjuk-nunjuk dalam


sakitnya. Riani, Ilyas, dan Imas yang menyertainya sama-
sama menoleh. Riani lantas memburu dan menahan
114

Gurney yang membawa Rahmat. “Aaa...!” Jeritnya


terdengar lantas menangis terus sambil ikut kemana
gurney itu membawa kakaknya. Ilya pun menyusul.” (390)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rhalin menangis

menunjuk dan memanggil nama suaminya yang sedang di bawa

menuju ruangan menggunakan gurney dalam keadaan itu juga

Rhalin sedang merasakan kesakitan ingin melahirkan anaknya.

Riani pun menjerit sambil menangis ketika melihat kakaknya

dibawa menggunakan gurney dan Riani pun mengikutinya.

Selain itu, latar suasana sedih juga terlihat saat Rahmat

meninggal dunia. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Aaaa...!” Riani menjerit keras sembari memeluk tubuh


kakaknya, lalu beberapasaat kemudian melosoh pingsan.
Beruntung Ilyas cepat menangkap tubuhnya sebelum jatuh
ke lantai. Adang di pembaringan sampingnya melihat pada
jasad tak bernyawa sahabatnya. Ia menangis dalam
menahan sakit yang di rasakan. “inalillahi wa inna ilahi
raji’uun”, gumam Ilyas dengan mata yang berkaca-kaca.
“Kang... aku akan menjaga adikmu seperti aku menjaga
nyawaku sendiri,” lirihnya.” (391)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat sudah

meninggal dunia. Riani yang melihat jasad kakaknya menjerit

menangis sampai melongsoh pingsan. Adang sahabat dan

sekaligus ikut kecelakaan bersama Rahmat, menangis dalam

kesakitan melihat jasad sahabatnya yang sudah tak bernyawa

lagi. Ilyas yang tak kuasa melihat kakak iparnya juga ikut

menangis dan berjanji kepada Rahmat akan menjaga adiknya

seperti meperti menjaga nyawanya sendiri.


115

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa latar

suasana untuk memperjelas kepribadian para tokoh dalam

novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu

Sujani adalah suasana tegang, suasana senang, dan suasana

sedih.

e. Sudut Pandang

Sudut pandang dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai

Qur’an karya Wahyu Sujani adalah menggunakan sudut pandang

persona ketiga. Pengarang adalah seseorang yang berada di luar cerita

yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau

kata gantinya ia dan dia. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Pernah satu hari ia diajak main kevila milik teman Husein di


Puncak. Hampir saja ia menyerahkan mahkota keprawanannya
pada sang kekasih di tempat yang indah itu. Untung ketika itu ia
masih sandar lantas mengajak Husein pulang.” (205)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa pengarang menyebut nama

ganti tokohnya menggunakan sudut pandang persona ketiga. Selain itu,

juga terdapat kutipan lain yang menyatakan novel Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani menyebut nama ganti tokohnya

menggunakan sudut pandang persona ketiga. Hal itu terlihat dari

kutipan di bawah ini.

“Ilyas mengusap matanya yang basah.” Dia baik-baik saja. Dia


sudah tidak merasakan lagi kesakitan. Dia menyebut satu nama,
Hafizh Ar-Rahman.” (391)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa pengarang menyebut nama

ganti tokohnya menggunakan sudut pandang persona ketiga “dia”.


116

Jadi, dari uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani

menggunakan sudut pandang persona ketiga. Pengarang menggunakan

kata ganti “Ia” dan “Dia” dalam cerita. Pengisahan cerita

menggunakan sudut pandang personal ketiga, “ia-an” dan “dia-an”,

pengarang adalah seseorang yang berada di luar cerita yang

menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut nama atau kata

gantinya, seperti ia, dia, dan mereka. Nama-nama tokoh cerita tersebut

digunakan sebagai variasi kata ganti. Hal ini untuk mempermudah

pembaca dalam mengenali siapa tokoh yang diceritakan atau siapa

yang bertindak.

f. Amanat

Sebuah karya sastra pasti memiliki pesan dan amanat. Pesan-

pesan yang disampaikan oleh penulis dalam novel Mencintaimu

Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani diambil dari perilaku-

perilaku yang dilakukan ataupun dikerjakan oleh tokoh-tokoh yang

berperan dalam cerita novel. Perilaku-perilaku tersebut dapat kita

contoh sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan. Berikut kutipan

yang menggambarkan amanat dalam Mencintaimu Seperti Kucintai

Qur’an karya Wahyu Sujani.

Amanat pantang menyerah, terlihat saat dengan jalan yang

pincang Rahmat menjajakan lukisannya secara berkeliling tidak pernah

menyerah. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.


117

“Berjalan cukup jauh dengan bantuan tongkat membuat Rahmat


cepat lelah apalagi sambil menggantung lukisan di bahunya.
Tanpa ia sadari, mungkin, banyak orang melihatnya iba. Tapi
rahmat tak butuh belas kasihan mereka. Ia masih bisa mengais
rezeki dengan cara halal. Bukan jadi peminta-minta.” (130)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat pantang menyerah.

Rahmat pantang menyerah saat menjajakan lukisannya, dengan

bantuan tongkat rahmat berjalan sambil menggantungkan lukisan

dibahunya. Rahmat tidak membutuhkan belas kasihan orang yang

melihatnya, Rahmat bekerja dan mendapatkan rezeki dengan cara yang

halal. Terdapat kutipan lain yang dapat dijadikan amanat yaitu dari

kutipan di bawah ini.

“Aku disini benar-benar belajar tentang kesabaran. Suamiku


mengajariku tapi bukan menggurui. Di sini aku benar-benar
belajar menjadi satu denganmu. Dan dengan ciptaan Allah yang
ada disekeliling kita. Banyaklah yang aku dapatkan di sini. Bila
kemarin aku senang dengan semua harta aku miliki, sekarang
semakin sadar, apalah artinya semua itu kalau tidak diiringi
dengan kesahajaan jiwa?” (373)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rhalin belajar banyak pada

Rahmat setelah tinggal di Pondok Abah Jumadi yang jauh dari

peradaban. Rhalin belajar tentang kesabaran, Rahmat mengajari Rhalin

bukan menggurui, dan kesadaran tentang harta yang melimpah apalah

artinya jika tidak diiringi dengan kesahajaan jiwa.

Jadi, dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa amanat yang

dapat diambil sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan dalam

novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an adalah pantang menyerah,


118

sabar, dan sadar bahwa harta bukan segalanya tanpa diiringi dengan

kesahajaan jiwa.

2. Nilai Religius dalam Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an

karya Wahyu Sujani

Wujud nilai religius yang terdapat pada novel Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani antara lain: a) aqidah, b) akhlak, dan

c) syariah. Berikut ini akan di paparkan ketiga nilai religius yang terdapat

dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani.

a. Nilai Pendidikan Aqidah

Yang dimaksud dengan Aqidah dalam bahasa arab menurut

etimologi, adalah ikatan, sangkutan. Disebut demikian karena

mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan segala sesuatu.

Dalam pengertian teknis artinya adalah iman atau keyakinan.

Aqidah selalu dikaitkan dengan rukun iman yang meliputi, iman

kepada Allah, iman kepada kitab Allah, iman kepada Nabi dan Rasul

Allah, iman kepada hari akhir, dan iman kepada qadha dan qadar. Iman

kepada Allah merupakan ajaran paling pokok yang melandasi seluruh

ajaran Islam. Adapun nilai pendidikan aqidah (keimanan) yang

terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya

Wahyu Sujani diantaranya sebagai berikut.

1) Iman kepada Allah

Iman kepada Allah merupakan ajaran yang paling pokok yang

mendasari seluruh ajaran islam. Dalam novel ini terlihat ajaran


119

keimanan kepada Allah saat Rahmat yang datang ke desanya melihat

Murni yang stres. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Pamanmu kabur, Mat, sehari sebelum menikahi Murni.


Gak ada yang tau perginya. Begitu tahu pamannya kabur,
Murni stres. Ya, jadi seperti itu.” “Itu bukti nyata azab Allah
bagi para manusia durhaka. Astaghfirullah. Ya sudah, Kang.
Terimakasih saya mau kemakam Bapak dan Ibu.” (24)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat yang datang

kedesanya melihat Murni yang sedang stres seperti orang gila.

Murni gila karena dulu Dirman pernah berselingkuh dengan Murni

sehingga membuatnya hamil di luar nikah. Setelah mengetahui

Dirman kabur Murni stres seperti orang gila. Allah maha

berkehendak itulah azab Allah bagi para manusia yang durhaka.

Selain itu, terdapat juga kutipan yang menjelaskan tentang iman

kepada Allah. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Akang jangan sedih, ya. Seperti kata Rahmi, Allah sedang


sayang sama Akang. Jadinya Allah ngasih cobaan seperti ini.
Biar Akang gk kerja terlalu berat. Coba kalau Akang masih
bekerja di tempat Mamah, pasti tidak terjadi kecelakaan ini.”
“Kalau aku masih kerja di tempat ibumu, yang ada kamu dan
kakakmu bakal bertengkar lagi.” (91)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat sedang mendapat

cobaan, kakinya tertimpa batu saat bekerja di proyek yang

membuat-nya patah tulang. Rahmi meminta kepada Rahmat untuk

tidak sedih karena disetiap cobaan Allah masih sayang kepada

umat-Nya. Allah maha berkehendak dalam memberi cobaan hidup

kepada umat-Nya yang harus diterima dengan ikhlas.


120

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa iman

kepada Allah berarti meyakini dengan sepenuh hati dengan lisan

dan perbuatan bahwa Allah itu ada dengan ke-sempurnaannya.

Menjalankan perintah-Nya dan menjahui segala larangan-Nya.

Menerima dengan tulus ikhlas segala yang Allah berikan kepada

umat-Nya.

2) Iman kepada Kitab Allah

Keyakinan kepada kitab-kitab suci merupakan Rukun iman

ketiga. Kitab-kitab suci itu memuat wahyu Allah. Kitab berasal

dari kata kerja kutaba (artinya ia telah menulis) memuat wahyu

Allah. Kata Wahyu berasal dari bahasa Arab: al-wahy. Kata ini

mengandung kata suara, bisikan, isyarat, tulisan dan kitab. Allah

mempunyai kitab-kitab yang wajib kita imani, salah satunya adalah

al-Qur’an. al-Qur’an diturunkan agar manusia mampu mengambil

pelajaran didalamnya dengan cara membaca, memaknai, dan yang

terpenting adalah mengamalkannya dalam kehidupan. Al-Quran akan

menguatkan manusia dalam menghadapi berbagai permasalahan

hidup. Ajaran iman kepada kitab Allah tertuang dalam novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani terlihat

dari kutipan di bawah ini.

“Musyaf lama yang menjadi satu-satunya kitab penjaga


hafalannya yang kertasnya sudah berwarna kuning diraih lantas
di bacanya. Surat an-Nahl ayat 18 dibaca lalu diresapi artinya.
“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya
kamu tak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah
benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (92)
121

Dari kutipan di atas terlihat bahawa, Rahmat mengambil Al-

Qur’an dan membaca surat an-Nahl ayat 18. Allah selalu

memberikan nikmat yang tidak tidak terhitung jumlahnya. Allah

maha pengampun lagi maha penyayang. Bahkan dibalik musibah

yang menimpa seseorang pasti ada berkah. Selain itu, terdapat juga

kutipan yang menejelaskan tentang iman kepada kitab Allah. Hal itu

terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Ya itu sudah di-nash dalam al-Qur’an. Dalam surat an-Nuur


ayat tiga.”Laki-laki berzina tidak mengawini melainkan
perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan
perempuan yang berzina tidak dikawini melainkan oleh laki-
laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian
itu di haramkan atas orang-orang yang mukmin.” (96)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Allah berfirman dalam

surat an-Nuur ayat tiga laki-laki berzina akan mengawini

perempuan yang berzina, perempuan musyrik dan berzina akan di

kawini dengan laki-laki pezina dan musyrik. Laki-laki dan

perempuan pezina atau musyrik diharamkan bagi orang-orang

mukmin.

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa iman

kepada Kitab Allah adalah percaya dengan sepenuh hati bahwa

Allah telah menurunkan kitab-kitabnya kepada rasul-rasul tertentu,

dimana kitab-kitab itu menjadi pedoman untuk seluruh umat

manusia dibumi ini sebelum menjalani kehidupan yang kekal abadi

yaitu kehidupan di akhirat. Salah satunya kitab al-Qur’an. Sudah

menjadi kewajiban setiap mukmin untuk senantiasa beriman dan


122

menjadikan Al-Qur’an sebagai kitab suci yang paling mulia dan

paling terakhir, sebagai penguji akan kebenaran kitab-kitab

sebelumnya.

3) Iman kepada Nabi dan Rosul Allah

Iman kepada Rosul merupakan rukun iman yang keempat.

Nabi dan rosul mempunyai perbedaan tugas utama. Para Nabi

menerima tuntunan berupa wahyu, akan tetapi tidak mempunyai

kewajiban menyampaikan wahyu itu kepada umat manusia. Rosul

adalah utusan (Tuhan) yang berkewajiban menyampaikan wahyu

itu kepada umat manusia. Ajaran iman kepada nabi dan rasul Allah

terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya

Wahyu Sujani terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Katakanlah, taat kepada Allah dan taatlah kepada Rasul;


dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban
Rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan
kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang
dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya,
niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidaklain kewajiban
Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan
terang.” (27-28)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa yakinlah Allah mengutus

para Rasul-Nya untuk menyampaikan amanat dengan terang.

Sebagai manusia hendaknya kita taat kepada-Nya maka kita akan

mendapatkan petunjuk didalam dunia maupun di akhirat kelak.

Selain itu, terdapat juga kutipan yang menejelaskan tentang iman

kepada Nabi dan Rasul Allah. Hal itu terlihat dari kutipan di bawah

ini.
123

“Dengan sabar Abah Jumadi menasihatiku. Menghiburku,


lalu mengajariku bercocok tanam sembari dia bercerita.
Salah satunya sebuah kisah tentang Nabi Musa alaihis
salam. Saat itu, nabi musa bertanya pada Allah kenapa
menciptakan makhluk lalu mengurusinya dengan segala
nikmat-Nya, tapi pada hari kiamat, makhluk-Nya itu
dimasukkan ke dalam neraka-Nya? Allah menjawab dengan
memerintahkan Nabi Musa untuk bercocok tanam. Nabi
Musa melakukannya. Mengurusinya dengan telaten sampai
akhirnya tumbuh dan menghasilkan buahnya.” (242)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Abah Jumadi selalu

menasehati, menghibur, dan mengajarinnya bercocok tanam. Abah

Jumadi bercerita kepada Rahma tentang kisah Nabi Musa alaihis

salam. Kisah Nabi Musa tersebut dapat di ambil pelajaranya bahwa

manusia diibaratkan seperti tanaman. Allah akan mengambil

kembali ciptaan-Nya, Allah akan mengambil orang-orang yang

baik dan memasukkan kedalam surga dan Allah akan memasukkan

kedalam api neraka bagi orang-orang yang sombong dan tidak

beriman kepada Allah.

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sebagai

umat Islam kita wajib mengimani bahwa nabi dan rasul adalah

utusan Allah yang ditugaskan untuk membimbing umatnya kejalan

yang benar agar selamat dari kehidupan di dunia dan di akhirat

kelak.

b. Nilai Pendidikan Akhlak

Akhlak berasal dari bahasa Arab akhla, bentuk jamknya dari

kata Khuluk yang berarti perangkaian, sikap, perilaku, watak, budi

pekerti. Setelah melakukan penelitian, peneliti menemukan nilai-nilai


124

pendidikan akhlak yang terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani diantaranya sebagai berikut.

1) Tolong-menolong

Nilai ibadah terhadap Allah Swt. terwujud dalam sikap

sesama manusia lainnya yaitu dengan tolong menolong, membantu

bagi yang membutuhkan pertolongan. Manusia harus saling tolong

menolong. Allah berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 177 yang

artinya:

Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat

itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah

beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-

kitab, nabi-nabi, dan memberikan harta yang dicintainya kepada

kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang

memerlukan pertolongan), dan orang-orang yang meminta-minta,

dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan salat, dan

menunaikan zakat, dan orang-orang yang menepati janjinya apabila

ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan,

penderitaan, dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang

yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang

bertakwa (QS. Al-Baqarah ayat 177).

Perintah saling tolong-menolong mengajarkan umat manusia

agar saling membantu antar sesama manusia, karena manusia

merupakan makhluk sosial yang saling membutuhkan. Pendidikan


125

akhlak tolong-menolong terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani terlihat dari kutipan di bawah

ini.

“Boro-boro! Dari dua hari kemarin sepi.” Rahmat menarik


pada sepasang boks peralatan sol Adang lantas merogoh
sakum lalu menyodorkan uang lima puluh ribu. “Buat
pegangan dan ongkos pulang.” “Beneran ini, Mat?” “Butuh
nggak?” Adang menyambar uang itu lalu menaruh di
keningnya. “Alhamdulillah, ya Allahini rezeki yang tak
terduga.” (148)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat menolong Adang

dengan memberinya uang limapuluh ribu untuk pegangan Adang

dan ongkos pulang. Selain itu, Pendidikan akhlak tolong-menolong

juga terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Bisa pinjem, dong. Dua ratus saja. Buat beli spon baru sama
benang sol warna coklat. Ya, Mat, ya?” “Kapan gantinya?”
“Bulan ini kamu gak usah bayar kontrakan. Dari aku. Ya?”
Rahmat tertawa lantas memberikan uang dua ratus ribu
kepada Adang. Ia tak berharap Adang akan membayarnya
karena untuk makan sehari-hari saja selalu darinya.”(173)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Adang meminjam uang

kepada Rahmat untuk membeli spon baru dan benang sol. Rahmat

menolong Adang dengan meminjami uang dua ratus ribu tanpa

berharap Adang akan mengembalikannya karena Rahmat tahu

kehidupan Adang sehari-hari.

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

kehidupan manusia tidak dapat terlepas dengan manusia yang lain.

Itu berarti bahwa dalam kehidupan manusia tidak dapat hidup

sendiri tanpa berhubungan dengan orang lain. Manusia diwajibkan


126

oleh Allah untuk saling tolong-menolong, membantu bagi yang

membutuhkan pertolongan.

2) Bersyukur

Syukur adalah merasa senang dan berterima kasih atas

nikmat yang diberikan Allah. Nikmat yang dikaruniakan Allah

kepada manusia sungguh amat banyak dan tidak dapat terhitung

jumlahnya. Bersyukur mengajarkan kepada umat Islam agar

menjadi manusia yang pandai berterima kasih kepada Allah.

Pendidikan akhlak bersyukur terdapat dalam novel Mencintaimu

Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani terlihat dari kutipan

di bawah ini.

“Bu Ijah masuk ke kamarnya sebentar. Begitu kembali satu


tangannya memegang amplop putih lebar. “ini anggaplah
pesangon selama kamu bekerja di sini. Maaf tidak banyak.”
“Alhamdulillah. Jazakalah khairan katsiran. Semoga usaha
Ibu semakin maju dan berkah.” “Amiin, ya Allah.” (78)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Bu Ijah memberikan

pesangon kepada Rahmat selama bekerja di rumah usaha sandal

milik Bu Ijah. Rahmat menerimanya dengan penuh syukur dan

mendoakan supaya usaha Bu Ijah maju dan mendapat berkah dari

Allah. Selain itu, Pendidikan akhlak bersyukur terdapat dalam novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani terlihat

dari kutipan di bawah ini.

“Rahmat tertawa sebentar. “Kakiku memang pincang waktu


itu. Keecelakaan waktu aku kerja di tempat proyek
pembangunan hotel dan tempat wisata pemandian air panas
di Garut saat menyelamatkan pemilik proyek itu. Tapi
127

alhamdulillah Allah menyembuhkan lagi lewat tangan


seseorang di Gunung Cikuray, kampung halamanku.” (268)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa kejadian saat bekerja di

proyek pembangunan membuat kakinya pincang. Rahmat patah

tulang saat menolong pemilik proyek tersebut dari batu besar,

sehingga kaki Rahmat sebagai korbannya. Namun, Rahmat

bersyukur Allah telah menyembuhkan kakinya lewat seseorang di

Gunung Cikuray.

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kasih

sayang menunjukan hubungan manusia dengan manusia sebagai

bentuk ibadah kepada Allah Swt. Bersyukur merupakan perbuatan

yang bertujuan untuk berterima kasih atas segala limpahan nikmat

yang telah Allah Swt berikan. Dengan demikian, bersyukur penting

untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari supaya hidup

manusia menjadi lebih baik.

3) Berbakti kepada orang tua

Berbakti kepada orang tua adalah bagian dalam etika islam

yang menunjukkan kepada tindakan berbakti (berbuat baik).

Berbakti kepada kedua orang tua hukumnya wajib bagi setiap

muslim. Setiap muslim wajib mentaati setiap perintah dari

keduanya selama perintah itu baik. Allah berfirman dalam al-

Qur’an surat an-Nisa’ ayat 36 yang artinya:


128

Sembahlah Allah dan jangan kamu mempersekutukan-Nya

dengan sesuatupun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua

Ibu Bapak (an-Nisa’: 36).

Perintah berbakti kepada kedua orang tua ini mengajarkan

kita untuk berbakti kepada orang tua untuk mendapatkan ridho-

Nya. Pendidikan akhlak berbakti kepada orang tua terdapat dalam

novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani

terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Rahmat tak bisa lagi menahan air mata. Tragedi tanah


longsor yang merenggut nyawa orang tuanya empat belas
tahun silam membayang lagi di pelupuk. Sebentar Rahmat
mengirimkan doa untuk kedua orang tuanya kemudian
meninggalkan area pemakaman umum itu untuk naik lereng
Gunung Cikuray di mana ada pondok milik Abah Jumadi.”
(25)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa tragedi tanah longsor

yang merenggut nyawa kedua orang tuanya teringat kembali.

Rahmat datang ke pemakaman dan mengirimkan doa orang tuanya

sebagai salah satu bukti rasa baktinya kepada kedua orang tuanya

walaupun sudah meninggal dunia. Selain itu, Pendidikan akhlak

berbakti kepada orang tua terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani terlihat dari kutipan di bawah

ini.

“Sudahlah. Kewajiban kita sekarang hanya mendoakan


mereka agar dapat cahaya di alamnya. Hanya itu yang
membuat mereka bahagia. Doa anak shalih dan shalihah.”
“Iya. A. Setiap shalat tak lepas Riani mendoakan orang tua
kita. A, boleh kalau Riani pakai sepatu Ibu ini kalau ada
hajatan?” (106)
129

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat menasehati Riani

agar mendoakan kedua orang tuanya supaya mereka mendapatkan

ampunan didalam kubur. Ternyata Riani juga mendoakan kedua

orang tuanya setiap sholat.

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berbakti

kepada orang tua hukumnya wajib bagi setiap muslim. Berbakti

kepada orang menunjukkan salah satu etika yang baik dalam

menjalani kehidupan didunia. Setiap muslim harus mentaati

perintah dari orang tua selama itu baik, selain itu berbakti kepada

orang tua dapat sebagai salah satu wahana untuk meningkatkan

taqwa kepada Allah Swt.

4) Memberi salam

Salam adalah sunah Nabi Muhammad Saw yang dapat

merekatkan ukhuwah Islamiyah umat Muslim di seluruh dunia.

Mengucapkan salam bagi umat muslim hukumnya sunah

sedangkan bagi yang mendengarnya, wajib untuk menjawabnya.

Pendidikan akhlak memberi salam terdapat dalam novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani terlihat

dari kutipan di bawah ini.

“Rahmat berdiri. Sejenak mengatur napas. Dadanya


mendadak berdebar-debar tak menentu. “Asalamualaikum.”
Bergetar Rahmat mengucapkan salam. “Waalaikum salam,”
sahut Rhalin tanpa menoleh.” Rahmat diam dalam
kebingungan. Karena si pengucap salam tak ada suara lagi,
Rhalin memutar badan menghadapnya.” (263)
130

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat datang menemui

Rhalin yang lama tidak bertemu. Rahmat mengucapkan salam dan

Rhalin pun menjawab salam dari Rahmat. Selain itu, pendidikan

akhlak memberi salam terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani juga terlihat dari kutipan di

bawah ini.

“Di pagi yang indah. Rahmat memetik sisa sayuran yang


dulu ditanam Rahma sembari bersiul kecil. Begitu melihat
istrinya bangun, ia tersenyum dan menyambutnya.
“Asalamualaikum sayang,” Rahma tersenyum, “wa’alaikum
salam sayang.” (366-367)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa pagi hari Rahmat sedang

memetik sisa sayuran yang di tanam oleh Rahma, ketika melihat

Rhalin baru bangun Rahmat langsung mengucapkan salam kepada

istrinya itu, Rhalin pun langsung menjawab salam dari suamiya itu.

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mengucap-

kan salam hukumnya sunah, namun bagi yang mendengarnya

hukumnya wajib untuk menjawabnya, mengucapkan salam sangat

memberi dampak positif untuk merekatkan tali persaudaraan antar

umat muslim diseluruh dunia khususnya disekitar kita.

c. Nilai pendidikan syariah

Makna asal syariah adalah jalan ke sumber (mata) air. Perkataan

syariah dalam bahasa Arab berasal dari kata syar’i, secara harfiah

berarti jalan yang harus dilalui oleh setiap muslim. Dilihat dari segi

hukum syariah adalah norma hukum dasar yang diwahyukan Allah,


131

yang wajib diikuti oleh agama islam, baik dalam berhubungan dengan

Allah maupun dalam hubungan dengan sesama manusia dan benda

dalam masyarakat.

Setelah melakukan penelitian, peneliti menemukan nilai-nilai

pendidikan syariah yang terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani diantaranya sebagai berikut.

1) Perintah Mengerjakan Salat

Sholat adalah doa yang dihadapkan dengan sepenuh hati ke

hadirat Ilahi, salah satu kewajiban agama yang harus dilakukan. Di

dalam al-Qur’an diperintahkan orang mendirikan salat. Allah telah

menentukan aturan-aturan waktu yang bertujuan agar ia mampu

berusaha memanfaatkan dengan baik dan dengan metode dan cara

yang baik pula. Perintah salat ini tertuang dalam surat An-Nisa ayat

103 yang artinya:

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat (Mu), ingatlah

Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring.

Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat

itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban

yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (Qs. An-

Nisa 103).

Salat merupakan rukun iman yang kedua setelah syahadat.

Sebagai seorang mukmin yang baik tentunya kita harus salat tepat

pada waktunya. Perintah melaksanakan salat terdapat dalam novel


132

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani terlihat

dari kutipan di bawah ini.

“Rahmat tertawa sebentar. “aku kemasjid dulu. Ada yang mau


ikut?” “Sok, duluan, Mat,” Seperti biasa, usai sholat Rahmat
menjaga hafalnya. Kali ini ia membaca surat Yusuf yang
terdiri dari 111 ayat. Suara yang ia keluarkan pelan, cukup
terdengar oleh dirinya sendiri dengan mata terpejam. Tanpa
sadari, seorang laki-laki paruh baya namun masih gagah
mengenakan pakaian rapi masuk ke masjid lalu melaksanakan
sholat Zuhur.” (83-84).

Dari kutipan di atas, terlihat bahwa Rahmat mengajak

temannya ke masjid untuk melaksanakan shalat. Setelah shalat

Rahmat menjaga hafalnya al-Qur’annya dengan memejamkan

matanya Rahmat membaca dengan pelan. Tanpa disadari ada

seorang laki-laki yang datang kemasjid lalu melaksanakan shalat

zuhur. Selain itu, Perintah melaksanakan sholat terdapat dalam novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani juga

terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Sebentar ia sambil duduk lalu kembali melanjutkan


lukisannya hingga Riani pulang jam lima sore. “Bagusnya.
Sepatu siapa itu, A?” Riani memperhatikan objek lukisan.
“Mau tahu? Nanti malam Aa ceritain.” “Emangya ada
ceritanya?” “Ya, ada.” “Oke, deh. Aa sudah makan?” “Sudah.
Barusan sejam lalu Bi Lastri ke sini dulu bawa bakso.” “Ya
sudah, Riani mau mandi dulu. Belum ashar juga.”Kebiasaan
kamu shalat dinanti-nanti.” (104)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahmat rajin mengerjakan

sholat disela-sela melukisnya, setelah shalat Rahmat menlukis

kembali sampai Rani pulang jam bekerja jam lima sore. Rani

terpesona dengan lukisan kakaknya yang ada cerita dibalik obyek


133

yang digambarnya. Riani pamit mandi karena belum shalat juga,

lalu Rahmat menyesalkan kebiasaan adiknya yang tidak tepat waktu

melaksanakan sholat.

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa salat

merupakan kewajiban setiap muslim, karena hal ini di syariatkan

oleh Allah Swt. Allah telah menentukan aturan-aturan waktu yang

bertujuan agar setiap muslim mampu memanfaatkan dengan baik.

Sebagai umat muslim melaksanakan salat sebagai salah satu cara

supaya selalu ingat kepada Allah Swt.

2) Perintah Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim. Hal ini

karena ilmu merupakan hal yang paling esensial dalam kehidupan

manusia. Allah akan mengangkat derajat orang yang berilmu. Islam

mengajarkan kepada manusia untuk menuntut ilmu bukan hanya

ilmu agama saja, tetapi semua ilmu yang bermanfaat baik di dunia

maupun di akhirat. Perintah menuntut ilmu terdapat dalam novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani terlihat

dari kutipan di bawah ini.

“Gara-gara Mang dirman semuanya jadi kacau begini!” ketus


Riani. Rahmat mengiyakan dalam hati tapi tak ada komentar
darinya. “besok kamu siapin berkas-berkas buat daftar ke
SMA di sini. Eh ke SMA atau ke SMK lagi?” “SMK,” sahut
Riani pelan. Rahmat paham lantastersenyum. “Mantap!
Masuk sana. Udara mulai dingin.” (32)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa keadaan yang membuat

Rahmat putus kuliah terjadi pada adiknya. Rahmat meminta kepada


134

Riani untuk meneruskan kembali sekolahnya meskipun bukan di

sekolah yang lebih banyak tentang agama, tetapi SMK atau SMA.

Riani memilih untuk meneruskan di SMK. Rahmat tersenyum

senang karena adiknya tidak putus sekolah. Selain itu, Perintah

perintah menuntut ilmu terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani juga terlihat dari kutipan di

bawah ini.

“Kamu tetap sekolah. Apapun yang terjadi kamu harus tetap


sekolah. Besok atau lusa, kita mendaftar ke SMA terdekat di
sini. Tabungan Aa masih ada sisa sedikit. Insya Allah cukup
untuk bayar daftar masuknya.” (31)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Riani harus sekolah. Rahmat

tidak mau Riani putus sekolah seperti yang dialaminya harus putus

kuliah karena keadaanya sekarang. Rahmat menyuruh Riani untuk

mendaftar ke SMA dengan menggunakan uang tabungannya.

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menuntut

ilmu hukumnya wajib bagi setiap muslim. Dengan ilmu manusia

akan mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

Menuntut ilmu merupakan kemuliaan yang diberikan oleh Allah

Swt. kepada setiap muslim.

3) Berdoa kepada Allah

Doa adalah permohonan kepada Allah Swt. yang disertai

kerendahan hati untuk mendapatkan suatu kebaikan dan

kemaslahatan yang berada disisi-Nya. Dengan berdoa manusia di

ajarkan tentang satu hal, bahwa sebagai makhluk Allah kita


135

memiliki banyak kekurangan dan kelemahan, tanpa bantuan Allah

kita tidak akan bisa memahami setiap kejadian di dunia ini. Allah

memerintahkan manusia agar selalu berdoa kepada-Nya. Hal ini

terdapat pada Al-Quran surat Al-Mukmin ayat 60 yang artinya:

Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya

akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang

menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka

jahanam dalam keadaan hina " (Qs. Al-Mukmin 60).

Sebagai manusia kita harus berdoa kepada Allah dan Allah pasti

akan mengabulkan semua doa. Namun jika kita sombong dan tidak

mau berdoa kepada Allah maka akan masuk neraka jahanam. Perintah

berdoa kepada Allah terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani terlihat dari kutipan di bawah

ini.

“Sudahlah. Kewajiban kita sekarang hanya mendoakan


mereka agar dapat cahaya di alamnya. Hanya itu yang bisa
membuat mereka bahagia. Doa anak shalih dan shalihah.”
“Iya, A. Setiap shalat tak lepas Riani mendoakan orang tua
kita.” (106)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa setiap melaksanakan sholat

Riani mendoakan kepada kedua orang tuanya yang sudah meninggal

dunia. Dengan mendoakan orang tua yang sudah meninggal dunia

supaya mendapatkan cahaya di alamnya dan membuat mereka jauh

dari api neraka. Selain itu, Perintah berdoa kepada Allah terdapat
136

dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu

Sujani juga terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Ilyas lalu unjuk wajah serius. “Lin, tahu nggak kamu, apa
yang paling Allah suka dari hamba-Nya?” “Ya hamba yang
rajin ibadah, apa lagi?” “Allah paling suka pada hamba yang
banyak meminta pada-Nya. Apalagi disertai dengan
kepasrahan. Allah sangat suka rintihan seorang hamba yang
memohon pertolongan pada-Nya karena dengan demikian,
kebenaran diri-Nya benar-benar diyakini oleh hamba-Nya
itu.” (204)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa selain suka kepada hamba-

Nya yang rajin beribadah Allah sangat senang kepada hamba yang

meminta pada-Nya disertai dengan rintihan apalagi disertai dengan

kepasrahan. Allah sangat suka dengan rintihan seorang hamba yang

memohon pertolongan pada-Nya. Berdoa kepada Allah adalah salah

satu cara supaya rajin beribadah, meminta pada-Nya, dan merintih

meminta pertolongan pada-Nya.

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berdoa

kepada Allah adalah salpermohonan kepada Allah Swt. dengan

diiringi kerendahan hati. Sebagai manusia kita memiliki banyak

kekurangan dan kelemahan dan tidak bisa lepas dengan Allah Swt.

Dengan berdo’a Allah Swt. akan mengabulkan permintaan kita

karena Allah Swt. Maha pemurah lagi maha penyayang. Untuk itu

Allah Swt. memerintahkan supaya selalu berdo’a.

4) Berzikir kepada Allah

Zikir adalah aktifitas ibadah dalam umat muslim untuk

mengingat Allah. Di antaranya dengan menyebut dan memuji nama


137

Allah, dan zikir adalah salah satu kewajiban yang tercantum dalam

al-Qur’an. Allah berfiman dalam al-Qur’an surat al-Ahzab ayat 41

yang artinya:

Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut

nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya (QS. Al-Ahzab:41).

Terlihat jelas bahwa Allah memperintahkan kepada manusia

untuk berzikir dengan menyebut nama-Nya sebanyak-banyaknya.

Perintah berzikir kepada Allah terdapat dalam novel Mencintaimu

Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani terlihat dari kutipan di

bawah ini.

“Rahma pun sama. Hatinya terus berdzikir. “Wahai Allah,


Kau Maha Mendengar. Dengarlah rintihan hamba-Mu ini.
Izinkan hamba hidup bersama lelaki penghafal kitab-Mu ini
itu agar akhlaku terbawa indah olehnya..., rintih batin
Rahma.” (72)

Dari kutipan di atas terlihat bahwa Rahma berzikir merintih

kepada Allah supaya Rahma bisa hidup bersama laki-laki penghafal

al-Qur’an yaitu Rahmat supaya akhlaknya menjadi lebih baik dan

mendapat berkah dari Allah. Selain itu, berzikir kepada Allah

terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya

Wahyu Sujani juga terlihat dari kutipan di bawah ini.

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya tak


dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-
benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” Ya. Bahkan
dalam satu musibah pun selalu selalu ada berkah. Rahmat
menitikan air mata secara mengucap istighfar.” (92)
138

Dari kutipan di atas bahwa Rahmat mengucap istighfar karena

cobaan yang sedang dialaminya. Ada satu yang muncul dari benak

Rahmat bahwa Allah sangat sayang kepada umat-Nya. Banyak

nikmat yang di berikan sehingga tidak akan bisa menghitungnya.

Selain itu, Allah juga maha pengampun lagi maha penyayang.

Jadi, dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa berzikir

kepada Allah salah satu ibadah untuk mengingat Allah Swt.

Berzikir merupakan tindakan terpuji dimana kita mengungat Allah

Swt melalui puji-pujian. Berzikir kepada Allah Swt sangat

dianjurkan karena selain mengingat Allah dan mendapat pahala.

Dengan berzikir kepada kita tetap teringat kepada Allah Swt dimana

kita tidak selau memikirkan kehidupan dunia.

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran novel Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani pada Siswa Kelas XII di SMA

Data yang digunakan sebagai acuan pembahasan rencana

pelaksanaan pembelajaran novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an

karya Wahyu Sujani menggunakan acuan Kurikulum 2013 (KURTILAS)

mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran sastra di SMA

yang meliputi:

a) Kompetensi Inti

Kompetensi inti merupakan komponen yang berpedoman pada

silabus kurikulum 2013. Komponen inti merupakan kompetensi yang

akan dicapai dari proses pembelajaran yang tidak hanya pengetahuan,


139

tetapi pendidikan karakter siswa. Kompetensi yang akan dicapai adalah

nilai religius dalam novel. Berikut ini kompetensi inti yang akan dicapai:

K1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.

K2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung

jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, samai), santun,

responsif, dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian

dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara

efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam

mempertimbangkan diri sebagai cermin bangsa dalam pergaulan

dunia.

K3: Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi

pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitig

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

teknologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan

kemanusiaan, kebahasaan, dan peradaban terkait penyebab

fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan

prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat

dan minatnya untuk memecahkan masalah.

K4: Mengolah, menalar, menyaji dan menciptakan dalam ranah

konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari

yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri serta bertindak

secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metode

sesuai kaidah keilmuan.


140

b) Kompetensi Dasar

3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel.

c) Indikator

Indikator adalah penjabaran dari kompetensi dasar secara rinci.

Dalam hal ini, indikator yang ingin dicapai antar lain siswa dapat

mengidentifikasi.

1. Unsur intrinsik (tema, tokoh dan penokohan alur, latar, sudut

pandang, dan amanat) novel Mencintaimu Seperti Kucintai

Qur’an karya Wahyu Sujani.

2. Nilai religius (aqidah, akhlak, dan syariah) Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani.

d) Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran mengacu pada indikator yang memuat

aspek pengetahuan, sikap, dan ketrampilan. Siswa dituntut untuk

mengerti bahwa kualitas dirinya diukur dan menjadi terampil. Siswa

diharapkan mengerti unsur intrinsik sastra pada novel Mencintaimu

Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani. Apabila mengetahui

struktur pembangun karya sastra, diharapan mereka dapat meninjau

nilai-nilai religius pada novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an

karya Wahyu Sujani.

e) Alokasi Waktu

Alokasi waktu adalah banyaknya waktu yang digunakan dalam

pelaksanaan pembelajaran. Alokasi yang digunakan untuk


141

menyampaikan materi sebanyak 4 x 45 menit (dua kali pertemuan)

pelajaran di kelas.

f) Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran merupakan rincian dari materi pokok.

Dalam pemilihan materi mengenai nilai religius pada novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani. Isi dari

pada novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani

mengandung segi psikologis berupa permasalahan hidup. Sehingga

merangsang siswa untuk menyelesaikan masalah-masalah yang

sedang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

g) Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan rincian kegiatan dari proses

pembelajaran. Metode yang digunakan tiap-tiap pendidik berbeda karena

dikembangkan sesuai dengan kerativitas pendidik. Metode pembelajaran

yang digunakan penulis dalam pembelajaran sastra mengenai nilai

religius novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani

adalah quantum learning. Quantum learning menggunakan enam

langkah pokok yang dikenal dengan istilah TANDUR, yaitu: tumbuhkan,

alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan.

1) Tumbuhkan

Tumbuhkan yaitu menumbuhkan pemahaman dan minat

siswa terhadap kegemaran menulis dengan memberi wawasan tentang

wacana yang akan ditulis, menyugesti siswa dengan cara menjelaskan


142

tujuan belajar menulis dan manfaatnya bagi kehidupan mahasiswa.

Guru mampu menumbuhkan pemahaman dan minat siswa dengan

baik.

2) Alami

Alami yaitu siswa mengalami secara langsung sesuai dengan

kegemaran siswa masing-masing seperti menyimak rekaman atau

membaca contoh-contoh teks untuk diidentifikasi unsur-unsur

pembangunannya. Guru menyediakan rekaman atau contoh teks.

3) Namai

Namai yaitu membicarakan hasil identifikasi unsur-unsur

pembangun dalam diskusi kelompok. Guru dan siswa harus saling

berkerjasama dengan baik.

4) Demonstrasi

Demonstrasi yaitu siswa praktik menulis seperti yang

diinginkan dalam kompetensi dasar mulai dari tahap pemunculan ide,

penyusunan ide menjadi kerangka tulisan, dan mengembangkan

kerangka tulisan menjadi tulisan jadi. Hasil draf tersebut kasar itu

didiskusikan dengan teman kelompok untuk mendapatkan masukan.

5) Ulangi

Ulangi yaitu memperbaiki kembali tulisannya berdasarkan

saran dari teman dan guru sehingga hasil karyanya menjadi

semakin sempurna. Siswa akan mengetahui setiap kesalahan yang

dilakukan.
143

6) Rayakan

Rayakan yaitu aktivitas siswa dan guru untuk menilai atau

memberi pengakuan hasil kerja siswa melalui lomba atau publikasi

hasil karyanya. Contoh cara merayakan yaitu guru memberikan

hadiah untuk mengapresiasikan hasil karya.

h) Sumber Belajar

Sumber belajar merupakan sumber materi yang akan di

sampaikan kepada siswa. Sumber belajar yang digunakan antara lain:

Dalam proses pembelajaran, sumber belajar yang digunakan

adalah buku pelajaran Bahasa Indonesia kelas XII semester dua yang

disusun oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2017 dan

novel pada novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu

Sujani

i) Langkah Pembelajaran

Langkah pembelajaran adalah cara tenaga pendidik

melaksanakan proses pembelajaran.

Pertemuan Pertama

1. Kegiatan Awal

a) Guru membuka pelajaran dengan salam

b) Guru mengecek kehadiran siswa (absensi)

c) Guru memotivasi siswa tentang pentingnya materi yang akan

dibahas
144

d) Guru menyampaikan kompetensi dasar dan indikator

pencapaian yang harus dikuasai

e) Guru bertanya kepada siswa mengetahui gambaran umum isi

novel yang telah dibaca siswa dirumah (tugas rumah

pertemuan sebelumnya)

2. Kegiatan Inti

Fase “Tumbuhkan”

a) Guru menampilkan profil Wahyu Sujani dan karya-karyanya

dengan menggunakan audio-visual.

b) Guru mempresentasikan materi dengan media powerpoint

mengenai unsur intrinsik novel dan macam-macam yang

termasuk kedalam nilai religius.

c) Siswa mengamati contoh penggalan novel yang mengandung

nilai religius.

d) Siswa mencoba menentukan macam-macam nilai religius

berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki sehingga timbul

komunikasi antara guru dan siswa.

Fase “Alami”

a) Siswa dibagi dalam tiga kelompok

b) Siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar

khusus, tugas dan tujuan berdasarkan topik, yaitu menentukan

unsur intrinsik yang terdapat dalam novel, dengan memberikan

kutipan yang menunjukan unsur intrinsik.


145

c) Siswa merencanakan penyajian yang menarik di depan kelas.

d) Setiap kelompok menyajiakan presentasi yang menarik

sehingga, semua kelompok mengetahui macam-macam unsur

intrinsik yang terdapat dalam novel yang telah dianalisis.

Fase “Namai”

Setiap siswa membuat simpulan hasil diskusi antar kelompok

dengan bahasanya sendiri mengenai unsur intrinsik yang

terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an

karya Wahyu Sujani.

3. Kegiatan akhir

a) Siswa dan guru menyimpulkan hasil pembelajaran yang telah

berlangsung.

b) Semua kelompok mengumpulkan hasil investigasi

kelompoknya.

c) Guru memberikan pesan kepada siswa agar meleladani setiap

tokoh yang memiliki sikap yang baik dan memberikan arahan

kepada siswa supaya tidak meniru sikap tokoh yang tidak baik

dan menyampaikan amanat yang dapat dipetik dalam novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani.

d) Guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk

menganalisis nilai religius di rumah.

e) Guru mengucapkan salam penutup.


146

Pertemuan Kedua

1. Kegiatan Awal

a) Guru membuka pelajaran dengan salam

b) Guru mengecek kehadiran siswa (absensi)

c) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai materi

yang telah dibahas pada pertemuan sebelumnya.

d) Guru menyampaikan refleksi mengenai kekurangan yang

masih ditemukan di dalam hasil pembelajaran sebelumnya.

2. Kegiatan Inti

Fase “Demonstrasi”

Pada fase ini, kegiatan yang dilakukan adalah setiap siswa

menukar hasil pekerjaan rumahnya berupa nilai religius

novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu

Sujani kepada temannya secara acak untuk diidentifikasi.

Fase “Ulangi”

Fase kelima adalah “ulangi”. Pada fase ini, kegiatan yang

dilakukan adalah siswa memperbaiki analisisnya sesuai

dengan saran teman.

Fase “Rayakan”

Pada fase ini, siswa yang memperoleh nilai tertinggi

memiliki kesempatan untuk membacakan hasil analisisnya

di depan kelas.
147

3. Kegiatan Akhir

a) Guru menyampaikan simpulan pembelajaran.

b) Guru memberikan pesan kepada siswa agar meleladani setiap

tokoh yang memiliki sikap yang baik dan memberikan arahan

kepada siswa supaya tidak meniru sikap tokoh yang tidak baik

dan menyampaikan amanat yang dapat di petik dalam novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani

c) Guru mengucapkan salam penutup.

j) Media Pembelajaran

1) Media Elektronik (LCD dan Leptop).

2) Buku-buku yang relevan dengan materi pembelajaran.

3) Kamus Bahasa Indonesia.

4) Program Powerpoint

k) Evaluasi/Penelitian

Evaluasi adalah penilaian yang bertujuan untuk mengukur

keberhasilan guru dan siswa dalam melakukan kegiatan proses

pembelajaran.

Alat evaluasi yang digunakan peneliti yaitu menggunakan

tes esai dan lisan. Hal itu karena tes esai tepat digunakan untuk

menilai proses berpikir sehingga tidak sembarangan dalam

menjawab pertanyaan dan lebih mengembangkan tingkat kreatifitas

siswa mengolah kata-kata. Selain tes esai, dilakukan pengamatan

oleh guru kepada peserta didik dalam memahami materi yang


148

dipelajari. Tes lisan dilakukan pada saat kegiatan diskusi dan

anggota kelompok menyampaikan hasil diskusi sementara

kelompok lain menunggu.

Contoh tes esai yang digunakan dalam analisis nilai religius

dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu

Sujani sebagai berikut.

No Aspek yang dinilai Skor


1. Jelaskan pengertian novel! 20
2. Sebutkan unsur intrinsik yang terdapat pada novel 40
Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya
Wahyu Sujani
3. Sebutkan nilai religius yang terdapat pada novel 40
Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya
Wahyu Sujani
BAB V
PENUTUP

Dalam bab ini dibahas simpulan dan saran. Simpulan berisi jawaban

singkat atas masalah yang diteliti. Sedangkan saran berisi masukan penulis yang

berkaitan dengan hasil penelitian.

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan hasil pembahasan terhadap novel

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani sebagaimana telah

disajikan pada bab IV, dapat disimpulkan sesuai dengan rumusan masalah dan

tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai

Qur’an karya Wahyu Sujani meliputi lima unsur, yaitu (a) tema:

perjuangan hidup seorang hafizh al-Qur’an, (b) tokoh dalam novel ini

dibagi menjadi dua, yaitu tokoh utama: Rahmat, tokoh tambahannya:

Riani, Dirman, Sulastri, Rhalin, Kiyai Ra’uf, Bu Ijah, Rahma, Rahmi,

Imas, Ilyas, Adang, Pak Rusli, Abah Jumadi, dan Husein, (c) alur: alur

maju, (d) latar dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an terdiri

dari latar tempat: ruang makan, Rumah orang tua Sulastri, Pemakaman,

Desa Cisangkuy, rumah Bu Ijah, Masjid, area proyek, depan hotel Grand

Golden, kamar, taman, pondok, dan rumah sakit. Latar waktu: pagi hari,

siang hari, sore hari, dan malam hari, dan latar suasana: tegang, senang,

dan sedih, (e) sudut pandang: sudut pandang persona ketiga “Ia dan Dia”

mahatahu, (f) amanat yang dapat diambil dalam novel Mencintaimu

149
150

Seperti Kucintai Qur’an adalah Pantang menyerah, sabar, dan kesadaran

bahwa harta bukan segalanya tanpa diiringi dengan kesahajaan jiwa.

Unsur-unsur intrinsik yang terdapat dalam novel Mencintaimu Seperti

Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani tersebut saling berhubungan satu

sama lain sehingga dapat membangun cerita yang padu dan menarik untuk

dibaca.

2. Nilai-nilai religiusitas meliputi tiga aspek, yaitu: (1) nilai pendidikan

aqidah meliputi: iman kepada Allah, iman kepada kitab Allah, dan iman

kepada nabi dan rosul Allah; (2) nilai pendidikan akhlak meliputi: sikap

tolong menolong, bersyukur, berbakti kepada orang tua, dan memberi

salam; (3) nilai pendidikan syariah meliputi: perintah mengerjakan sholat,

perintah menuntut ilmu, berdoa kepada Allah, dan berzikir kepada Allah.

3. Rencana pelaksanaan pembelajaran novel Mencintaimu Seperti Kucintai

Qur’an karya Wahyu Sujani pada siswa kelas XII di SMA dilaksanakan

dengan menggunakan kompetensi dasar dan indikator belajar sebagai

tujuan pembelajaran. Berdasarkan kompetensi dasar dari pembelajaran

sastra pada siswa kelas XII di SMA terdapat pada poin (3.9) Menganalisis

isi dan kebahasaan novel. Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an

karya Wahyu Sujani dapat dimanfaatkan sebagai bahan apresiasi sastra

pada siswa kelas XII di SMA, yakni dalam pembelajaran Kompetensi

Dasar menganalisis unsur intrinsik novel Mencintaimu Seperti Kucintai

Qur’an karya Wahyu Sujani, dengan menganalisis nilai religius dan siswa

mampu mengungkapkan hal-hal yang menarik yang terdapat dalam novel


151

Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani. Metode yang

digunakan dalam pembelajaran Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an

karya Wahyu Sujani adalah quantum learning dengan menggunakan enam

langkah pokok yang dikenal dengan istilah TANDUR, yaitu: tumbuhkan,

alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan.

B. Saran

Berdasarkan hasil simpulan tersebut, penulis dapat memberikan saran

sebagai berikut.

1. Bagi Guru

Melalui pembelajaran sastra di SMA, sebaiknya guru tidak hanya

memberikan pengetahuan tentang sastra, tetapi juga harus memasukan

nilai-nilai religius yang ada kaitannya dengan sastra tersebut. Guru juga

harus menyediakan fasilitas berupa novel yang berisi sastra atau lainnya di

perpustakaan sekolah sehingga siswa dapat dengan mudah membacanya.

2. Bagi Siswa

Dengan penelitian ini, siswa diharap mampu mengapresiasikan sehingga

menambah pengetahuan dan wawasan siswa.

3. Bagi Pembaca

Dengan penelitian ini diharapkan pembaca dapat lebih mudah dalam

memahami novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu

Sujani. Selain itu, pembaca dapat menggunakan penelitian ini sebagai

acuan dalam mempelajari karya sastra.


152

4. Bagi peneliti lain

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inspirasi penelitian lain untuk

melakukan penelitian yang lebih mendalam.


DAFTAR PUSTAKA

Aminuddin. 2013. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru


Agensindo.

Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Daud Ali, Mohammad. 2015. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers.

Ilyas, Yanuar. 2011. Kuliah Akhlak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

________. 2011. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Jayanti, Anggoro Dwi. 2015. “Nilai Religius Novel Badai Matahari Andalusi
Karya Hary El Parsia dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA”.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Kustanti, Dwi Esti. 2015. “Nilai Religius Novel Sujudku Yang Tersembunyi
Karya Garina Adelia dan Skenario Pembelajarannya di Kelas XI SMA”.
Skripsi. Universitas Muhammadiyah Purworejo.

Mangunwijaya, Y.B. 1988. Sastra dan Religiositas. Jakarta: Sinar Harapan

Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press

________. 2014. Penilaian Pemblajaran Bahasa Berbasis Komperensi.


Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta.

Nurhayati. 2013. Apresiasi Prosa Fiksi Indonesia. Surakarta: Yuma Pressindo.

________. 2012. Teori Sastra. Yogyakarta: Yuma Pressindo.

Rahmawati, Merina. 2014. “Nilai Religius dalam Novel Hidayah Dalam Cinta
Karya Rohmat Nurhadi Alkastani: Tinjauan Semiotik dan
Implementasinya sebagai Bahan Ajar Sastra di SMA”. Skripsi.
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
https://www.distrodoc.com/248397-nilai-religius-dalam-novel-hidayah-
dalam-cinta-karya-rohmat//. Diakses pada 25 Maret Pukul 22.00 WIB.
Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung:
C.V. Diponegoro.
Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata
Dharma University Press.

153
154

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,


Kualitatif dan R&D). Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.
Sugono dkk. 2013. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Edisi
Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Sujani, Wahyu. 2016. Mencintaimu seperti Kucintai Qur’an. Jakarta: Senja.

Sukirno. 2010. Belajar Cepat Menulis Kreatif Berbasis Kuantum. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Stanton, Robert. 2012. Teori Fiksi (Terjemahan: Sugihastuti dan Rossi Abi Al
Irsyad). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
LAMPIRAN
Lampiran1

SAMPUL NOVEL MENCINTAIMU SEPERTI KUCINTAI


QUR’AN KARYA WAHYU SUJANI
Lampiran 2

BIOGRAFI PENGARANG

Wahyu Sujani, lahir di Bandung, 2 Januari 1982. Akrab dipanggil Kang

Waway oleh semua sahabanya. Pernah mengenyam pendidikan di kampus

Universitas Pasundan Bandung, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program

Studi Pendidikan dan Sastra Indonesia, yang diluluskan pada tahun 2006 oleh

dosennya yang baik hati.

Selama kuliah aktif di organisasi kemahasiswaan, HMBSI, dan BEM

FKIP UNPAS. Dari 2002-2005 selalu dipercaya untuk menjadi Kepala

Departemen Minat dan Bakat khususnya Kesenian. Prestasi yang penah diraih

diantaranya, penulis terbaik memparafrasekan puisi (2002), penulis skenario

terbaik drama dua babak dan sutradara terbaik kabaret (2002), juara satu lomba

kaligrafi (2003), dan juara satu menulis puisi (2003). Pada tahun 2002 ia

dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Muhammad Habibi Ziyad

(Abaiby).

Novel-novel yang sudah ia buat antara lain: Atas Nama Cinta (2008),

Ketika Tuhan Jatuh Cinta the series, Ajari Aku Menuju Arsy (2010), Pena Jingga

(2013), dan Mengapa Aku Cantik? (2013), semuanya diterbitkan oleh DIVA Press

Yogyakarta. Novel Ketika Tuhan Jatuh Cinta 1 pernah dilayarlebarkan pada Juni

2014.

Alamat media sosial, facebook: Wahyu Sujani, twitter: @wahyu_sujani,

LINE: wahyusujani, email ke: arsyallah@gmail.com


Lampiran 3

Judul : Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an

Penulis : Wahyu Sujani

Tahun : 2016

Tebal Halaman : 396

SINOPSIS

Berkisah tentang seorang pemuda bernama Rahmat, dan adiknya Riani yang

sudah tidak memiliki orang tua. Mereka tinggal bersama Bibi dan Pamannya di

sebuah Desa Cisangkuy di kaki Gunung Cikuray, Pamannya yang membiayai

Rahmat selama kuliah di Bandung. Hingga suatu masalah terjadi, akhirnya

membuat Rahmat putus kuliahnya, Rahmat pergi tanpa pamit pada kekasihnya

Rhalin. Rahmat berjuang untuk menghidupi dirinya dan adiknya. Berbekal

kemampuannya dalam melukis, dan yang paling berharga dan sangat ia selalu jaga

adalah surat cinta Allah tersimpan baik di hatinya. Ayat-ayat Illahi menjadi

penguat kala ujian hidup menerpanya berulang-ulang. Cedera kaki yang

membuatnya cacat, kekurangan materi Rahmat alami namun tetap berjuang demi

adiknya. Di sisi lain, Rahmat juga masih mengharapkan wanita pujaannya.

Hingga pada akhirnya, takdir mempertemukan mereka kembali saat Rahmat

tengah berkeliling menjual lukisannya. Kisah lama hadir kembali, janji suci pun

terucap. Namun, tidak seorang pun tahu seperti apa kehidupan menanti. Takdir

Allah tetaplah rahasia yang hanya diketahui-Nya.


Lampiran 4

KARTU PENCATAT DATA

Unsur-unsur intrinsik dalam novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an


karya Wahyu Sujani

No Unsur Intrinsik Uraian Kutipan Halaman


1. Tema Mayor: 27, 83

Masalah tugas wajib sebagai hafizh:


“Ya, sudah, tidak apa-apa. Soal ucapan
Abah tadi, pikirkanlah. Kapan pun, pintu
pesantren selalu terbuka untukmu dan
adikmu. Oh ya, bagaiman hafalan Qur’anmu
sekarang?” “Alhamdulillah masih terjaga
baik, Bah.”

“Rahmat keluar dari area proyek. Masjid


kecil tapi bagus bentuknya dengan hiasan
dua dua menara kembar dan kubah hijau dan
tempatnya shalat dimasuki lagi. Seperti
biasa, usai sholat Rahmat menjaga
hafalannya. Kali ini membaca surat Yusuf
yang terdiri dari 111 ayat.”
Minor: 9-10, 14,
34, 39,
Masalah keretakan rumah tangga: 39, 73,
“Dasar istri durhaka!” Sulastri tersenyum 87-88,
sinis. “Heh kalau kamu bisa jadi imam yang 88, 125,
baik buatku, pantas kamu menyebutku istri 132-133,
durhaka. Ngaca, dong! Lihat kelakuanmu 349, 357-
sendiri. Tiap hari kerjaan judi dan mabok. 358, 369,
Pulang hampir pagi minta dilayani. Memang 374, 389,
aku binatang apa?! Mikir! Punya otak dan 391.
nggak!”
“Ka! Apa maksudnya ini? Jadi selama ini
diam-diam Aka punya utang sama bank
sampai menggadaikan rumah dan warung
sembako kita? Duitnya dipakai apa, he?
Duitnya dipakai apa?”

Masalah kehidupan:
“A, kebetulan nih, di tempat Riani kerja lagi
butuh satu pegawai. Buat ngaput sandal.
Lumayan gajinya. Sebulan tujuh ratus.
Kalau Aa mau, Riani nanti bilang sama Bu
Ijah, bos Riani.”
“Oleh Bu Ijah Rahmat ditanyai soal
pengalaman mengaput sandal. Rahmat
menjawab tidak punya pengalaman untuk
itu. Tapi karena kebetulan Bu Ijah sedang
butuh satu pekerja, akhirnya Adang salah
satu pegawainya dipanggil. “Dang, kamu
pindah ruang ya, ketempat ngaput sandal.
Biar tugas mengecatmu diganti sama
Rahmat.”

Masalah kegagalan cinta:


“Bismilah...,” Rahmat bicara dengan suara
berat. Sebentar ia melirik pada Rahma dan
Rahmi. “Jika saya memilih salah satu di
antara dua anak Ibu ini, salah satu akan
terluka. Saya tidak mau itu terjadi. Maka,
saya tegaskan, saya tidak bisa memilih yang
mana antara Neng Rahma atau Neng Rahmi
untuk saya jadikan pendamping hidup.”
“Aa serius mau mengundurkan diri?” tanya
Riani dirumah Sulastri. “Ya’ gimana lagi’
Ni? Dari pada Aa disebut biang kerok atas
keributan ini?”

Masalah pekerjaan:
“Maaat!! Awaaass!!” seorang pekerja teman
satu bendengnya berteriak memperingatkan.
Pak Rusli dalam kagetnya dibuat tergagap
melihat dua batu menggelinding cepat ke
arahnya. Rahmat yang berada di dekatnya
lantas mendorongnya dengan keras hingga
Pak Rusli terpelanting jauh dan selamat dari
hantaman batu yang menggelinding lebih
depan. Sementara batu kedua menghantam
kaki Rahmat sebelah kiri.”

“Rumah sakit di Garut rupanya tidak bisa


menangani kaki Rahmat yang kata dokter,
tulang betisnya patah. Tidak perlu di
amputasi, cukup dipasang implant atau
akrap dengan sebutan pen untuk
mempertahankan kedudukan tulang yang
patah sampai terjadi proses penulangan.
Tapi Rahmat harus dirujuk ke rumah sakit
besar di Bandung yang peralatan dokternya
lebih modern.”

“Ide cemerlang dari Riani Rahmat lakukan.


Dalam dua minggu ia bisa membuat tujuh
lukisan yang bagus. Lalu dengan terpincang-
pincang sembari menggantung empat
lukisan ukuran kecil yang sudah diberi flame
sederhana di bahu kanannya, ia berkeliling
dari Rancaekek sampai Ujung Barung.”

“Di depan sebuah hotel megah bertuliskan


Grand Golden Priangan Rahmat
mengibaskan topi dudukuynya. Rahmat
melihat keseberang pada dua eksekutif muda
itu. “Rhalin,” desisnya. Cepat-cepat Rahmat
membalikkan badan dan memasang kain
lomar batik menutupi sebagian wajahnya
lalu mengenakan topi dudukuy. “Ini...Akang
yang punya?” Rhalin menunjuk lukisan
indah itu. “Iya, Bu,” Rahmat membuat
suaranya disengaukan seperti yang
sumbing.”

Masalah pernikahan:
“Pantas kamu gak bisa melupakannya, Lin.
Ternyata lelaki ini... hahaha... dan sungguh,
ini merupakan wujud doa saya. Saya selalu
berdoa anak saya bisa berjodoh dengan si
penghafal al-Qur’an yang pernah
menyelamatkan saya.” “Tapi kamu yang
saya temui lebih dulu. Jadi kapan nih, mau
menikahi anak saya? Jangan dilama-lama.”

“Ya. Kita tinggal disini.”Rahmat menaruh


ransel besarnya di teras pondok. “Hah?
Tinggal disini? Jauh dari peradaban gini?”
Rhalin terhenyak Penuh kesal. “Kalau kamu
mau pulang lagi, silahkan. Tapi aku tidak
akan mengantarmu ke bawah apalagi
menyebrangi jembatan maut itu.”

“Sepuluh hari pertama aku gak betah. Tapi


begitu sering melihatmu nanam dan
memetik sayuran, nyari kayu bakar, nyari
ikan ke sungai, masakin makanan buatku,
sampai mencucikan semua pakaianku,
bahkan tak pernah marah jika aku marah,
aku jadi betah.”

“Rahmat tersenyum.”perutmu semakin


besar. Berapa bulan?” “Empat, A. Masa
lupa?” “Ini malam terakhir kita disini. Besok
kita pulang ke Bandung.”

Masalah perpisahan:
“Maaaaat!” jerit Adang. Benturan keras
antara kendaraan besar dan kecil itu terjadi,
besar dan kecil itu terjadi, mengeluarkan
bunyi yang sangat nyaring bahkan sampai
mempercikkan api. BMW putih yang di
bawa Rahmat melintir, lalu naik ke trotoar
dan terguling keras. Pintu bagian sopir
melesak kedalam kap depannya ringsek tak
terbentuk lagi.”

“Ketika ia sedang berjuang mengeluarkan


bayi dalam rahimnya, di sudut yang tak
jauh, Riani terus menangis. Sementara
didalam sebuah ruangan, sesekali darah
keluar dari mulut, hidung, dan telinga
Rahmat. “Hafizh... Ar-Rahman...” desisnya
dengan jelas terdengar dokter. “Inalillahi wa
inna ilahi raji’uun”, gumam Ilyas dengan
mata yang berkaca-kaca. “Kang... aku akan
menjaga adikmu seperti aku menjaga
nyawaku sendiri,” lirihnya.”

2. Tokoh dan Tokoh utama: 25, 107,


Penokohan dan 33
Rahmat:
“Allah Maha Besar. Mat, Abah selalu
menunggumu. Kalau saja tahu alamat rumah
bibimu di Tasik, Abah bakal nyusul kesana,”
kata Kiai Ra’uf setelah Rahmat menyalami
dan mencium tangannya.”

“Ya. Makanya Aa sangat sayang sama


kamu. Kamu harta Aa yang paling
berharga,” Riani tersenyum memeluk
kakanya dengan air mata terurai.”
“Dari kuli bangunan, kemudian jadi kusir
andong, dan tukang parkir rahmat lakoni.
Jika ada tawaran jadi kernet ELF jurusan
Tasik-Ciamis, Rahmat terima.”
Tokoh tambahan: 33, 127,
9-10,
Riani: 316, 22,
“Melihat kakaknya banting tulang seperti itu, 33, 12,
Riani pun tak mau kalah. Pulang sekolah, ia 55, 383,
bekerja dirumah usaha pembuatan sandal 26, 334-
terompah khas Tasikmalaya atas info dari 335, 71,
Sulastri. ” 77, 45,
“Eh, A. Besok minggu jalan-jalan, yuk?” 231, 68,
“Ayolah, A. Mau, ya? Ada surprise deh, 91, 56,
nanti buat Aa,”. Perhatian Riani pada 376, 156,
Rahmat benar-benar berlebihan. Rahmat 257, 98,
ditarik masuk ke sebuah toko pakaian dan 146, 84,
sepatu. Dipilihkannya satu setel pakaian 348, 232,
santai yang bagus lalu masuk ke toko jam 236,
tangan, dan membeli yang harganya tiga 190-191,
ratus ribu. “Jangan protes! Riani sedang ada dan 293
rezeki.”

Dirman:
“Dasar istri durhaka!”Sulastri tersenyum
sinis. “Heh, kalau kamu bisa jadi imam yang
baik buatku, pantas kamu menyebutku istri
durhaka. Nagaca dong! Lihat kelakuanmu
sendiri. Tiap malam kerjaannya hanya judi
dan mabok. pulang hampir pagi minta
dilayani memang aku binatang apa?! Mikir!
Punya otak nggak?!”
“Sebenarnya apa yang membuat Aka masih
mengharap Lastri yang gak bisa ngasih Aka
keturunan?”. “Aka mau menembus semua
kesalahan Aka di masa lalu sama Lastri.”

Sulastri:
“Sulastri menangis sembari mendekap Riani.
“Bibi pulang ke rumah nenekmu. Kamu ikut
Bibi, ya? Riani menoleh pada Rahmat.
“Rahmat juga. Cepat sekarang juga kita
pergi.”
“Hasilnya, untuk makan mereka tak
bergantung lagi dari penghasilan Sulastri
yang pas-pasan karena pekerjaannya hanya
si warung bakso di Rest Area bus yang
hendak ke Pangandaran.”
“Ini kali terakhir Lastri memberi kesempatan
sama Aka. Kalau ingkar janji lagi, besok-
besok mabuk dan judi lagi di warung kopi
itu, Lastri tidak akan pulang lagi kesini.
Anak-anak ikut Lastri selamanya.”

Rhalin:
“Iya. Akang teh kumaha, dulu neng Rhalin
cinta mati sama Akang. Nih, Kang. Diawal-
awal Akang ngrim SMS itu, Neng Rhalin
seperti orang stres. Hampir setiap hari
kekampus Akang buat nyari tahu tentang
akang. Malamnya, nangis lagi. Terus seperti
itu. Sampai akhirnya pernah Imas antar ke
Garut ke kampung halaman Akang di
Cikuray, tapi nihil.”
“Wa’alaikum salam, sayang. Maaf, aku
tidur lagi setelah shalat subuh. Gak kuat
ngantuk. Aku bikin oseng buncis sekarang,
ya?”

Kiai Ra’uf:
“Itulah maksud Abah ingin bertemu kamu.
Abah sangat ingin setelah kamu lulus kuliah
nanti kamu tinggal si pesantren ini. Tentu
dengan adikmu. Bagaimana? Mau kan?”
“Kedatangan Rahmat disambut hangat oleh
kiai Ra’uf dan Istrinya. Rahmat yang
membawa serta Adang dikenalkan padanya.
“Namanya juga manusia hidup, Dang. Jadi
kapan kalian mau narik?” kata kiai Ra,uf.
“Besok juga insya Allah siap, Bah. Iya kan,
Dang?”. “Oh, ya, Juragan. Sekarang juga
siap.” Kiai Ra’uf tersenyum melihat
keakraban Rahmat dan Adang. Ia lalu
menanyai asal-usul adang.”

Bu Ijah:
“Kedua anak saya ini sama-sama jatuh cinta
sama nak Rahmat. Sama-sama ingin punya
suami seorang hafizh Qur’an seperti nak
Rahmat. Sekarang, Nak Rahmat pilih yang
mana di antara mereka untuk jadi calon istri
Nak Rahmat? Ibu tidak butuh waktu lama
nunggu jawaban nak Rahmat.”
“Terus, nanti Nak Rahmat kerja dimana?”
“Insya Allah ada, Bu. Walau kerja kasar.
Jadi kuli di proyek pembangunan hotel baru
di Tarogong.” “Ooh... alhamdulillah. Yang
penting halal ya, kerja apa juga? Ya, Ibu gak
bisa nahan kamu, Nak. Ibu minta maaf
karena kelakuan anak Ibu, kamu akhirnya
mengambil keputusan ini. Sebenarnya berat
Ibu melepas kamu.” Bu Ijah tersenyum tipis.
Tatapannya penuh sayang pada Rahmat.”

Rahma:
“Kang Adang di belakang, ya?” kata Rahma.
Perjalanan menuju Bandung. “Saya banyak
mendengar tenyang pegawai baru di tempat
usaha kami itu ternyata mahasiswa seni,”
kata Rahma di sela mengemudinya.
“Mahasiswa tak lulus, Teh.” “Panggil saya
Rahma. Mungkin usia saya lebih muda dari
Akang. Saya baru lulus kuliah juga di
Kampus Islam Bandung. Jurusan apa Kang
Rahmat dulu kuliah?”
“Eh, kenapa si Akang melihatnya seperti itu
sama Rahma? Hayu, Akang sarapan. Ini.”
Rahma siap menyuapi Rahmat. “Kamu
begitu perhatian sama aku. Tapi aku dulu
menolak cintamu.”

Rahmi:
“Terdengar suara Lantang Rahmi yang
marah. “Harusnya kamu nyadar. Kepala saja
di tutupi kerudung, tapi hati culas. Bukannya
sudah aku bilang, kalau aku suka cinta sama
Kang Rahmat. Apapun caranya aku harus
bisa mendapatkan dia. Kamu sebagai kakak,
mikir! Jangan main rebut begitu.”
“Kalau boleh, Rahmi ingin ikut merawat
Akang juga,”Lnjut Rahmi membuat Rahmat
berpaling padanya. “Ah, maaf, Kang. Gak
ada maksud apa-apa.” Rahmi malu sendiri.
“Terimakasih Rahmi.” “Ini, A. Riani bawa
bakso yang Aa pesen. Riani gk bisa lama-
lama. Nanti siang Riani menemani si Adang
ngnter barang ke Bandung.” “Rahmi
melayani Rahmat. Bahkan setelah kembali
dengan membawa mangkok, ia
membantunya menyuapi bakso.”

Imas:
“Rahmat diam enggan menjawab. Akhirnya
Imas menyerah. “ Ya sudah. Imas minta
nomor HP Akang saja sini. Nanti Imas
kasihin ke Neng Rhalin.”
“Ya Allah, sampai lupa. Tolong ambilin
HPku di kamar.” Imas bergegas naik ke
atas.”

Ilyas:
“Alhamdulillah, akhirnya saya bisa bertemu
dengan Kang Rahmat. Sebenarnya ingin dari
kemarin-kemarin ke sini. Tapi masih ada
kerjaan.” Rahmat terus memperhatikan Ilyas.
Boleh dibilang lelaki itu tipikal ramah
bahkan cara duduknya sangat sopan seperti
calon menantu berhadapan dengan calon
mertua.”
“Husein dan Rhalin sama-sama terkejut.
Begitu Ilyas melompat msuk dari jendela
yang di jebolnya, Rhalin menarik selimut
untuk menutupi auratnya lalu mengguling
diri kesamping sampai jatuh ke lantai.
“Bajingan! Mampus kamu!” bentak Ilyas.
Ilyas langsung menerjang Husein dengan
segala kemampuan.”

Adang:
“Rahmi pernah bilang, kaknya itu jarang
pulang ke rumah. Lebih sering menginap di
butiknya. Tapi... ah, itu urusannya. Buat apa
juga kita mikirin dia?” “Ya memang bukan,
Mat. Sebagai seorang yang kita kenal,
anggaplah sahabat, wajib buat kita ngingetin.
Tapi aku takut kena damprat. Cuma kamu
yang bisa.”
“Nasibku lebih jelek dari kamu, Mat. Dulu
waktu aku bilang mau ikut kerja itu, ternyata
bohong. Malah aku kena tipu, amblas duitku
satu juta yang katanya buat pelicin biar
langsung diterima. Sekarang, aku jadi seperti
yang kau lihat. Jadi tukang sol keliling,”
Pak Rusli:
“Begitu indah lantunan ayat yang Akang
bacakan itu. Itu surat Yusuf ya, kalau tidak
salah?” “Iya Pak” “Akang ini sepertinya
sangat hafal dengan surat itu. Ataukah
seorang hafizh Qur’an?” Rahmat tersenyum.
“Masih belajar, Pak.” Lelaki itu balas
senyum kagum.” Kemunculan Rahmat
bersama Pak Rusli menjadi pusat perhatian
para pekerja. Apalagi mereka tampak akrab.”
“Kang... Kang Rahmat, kan?” Rahmat sadar
lantas meraih tangan ayahnya Rhalin dan
hendak menciumnya, namun lelaki itu
menariknya cepat kemudian memeluknya.
“Allahu Akbar... Allahu Akbar... tanganku
tidak pantas dicium seorang penjaga kalam
Allah di dunia. Seharusnya aku cium
tanganmu, Nak, agar dapat berkah.”

Abah Jumadi:
“Tanpa tujuan aku jadi gelandangan sampai
lima hari selama lima hari sampai akhirnya
langkahku membawaku ke Desa Cikuray itu.
Begitu ketemu sungai, aku memutuskan
untuk bunuh diri kesungai itu. Untunglah
bertemu dengan Abah Jumadi. Beliau
mencegahku lalu membawaku kesini.”
“pondok Abah Jumadi sekarang terasa
hangat dan benderang dengan banyaknya
lilin yang dinyalakan. Banyak makanan pula.
Seminggu kemudian, Rahmat mulai terbiasa
menggerakkan tangan dan belajar jalan lagi.
Rahma atau Abah Jumadi selalu
membantunya. Sedikit-sedikit Rahmat mulai
bisa berjalan menopang tongkatnya tanpa
dipapah lagi.”

Husein:
“Jalan pintas yang cukup sepi Rahmat
lewati. Ketika sampai di pertigaan jalan kecil
untuk memilih ke sebelah kiri, sebuah Pajero
hitam tiba-tiba menghadang. Empat laki-
laki turun lalu tanpa basa-basi menyerang
Rahmat. “Heh pincang! Ingat! Ini pelajaran
pertama kalau kamu masih menggangu calon
istriku lagi!’ kata salah seorang dari
mereka.”
“Saya.. saya minta maaf sebelumnya. Semua
kekacauan dari keluarga ini karena... saya.
Saya yang dulu... menghamili Rahma tapi
kemudian meninggalkannya. Sekarang...
tanpa ada malu dan keraguan lagi, saya
mau... saya mau mempertanggungjawabkan
perbuatan saya dulu sama Rahma.”
3. Alur Tahap Penyesuaian (Situasion): 16 dan
16-17
“Mat, kamu tahu, dari sejak kamu berumur
sepuluh tahun dan si Rani berumur dua
tahun, setelah orang tua kalian jadi korban
tanah longsor itu, kalian kami asuh. Kami
memperlakukan kalian seperti anak kami
sendiri karena kalian masih punya pertalian
darah yang kuat dengan Mamang.”
“Mamang mau minta maaf... minta maaf
tidak akan bisa membayar tunggakan
kuliahmu seperti yang pernah Mamang
janjikan dulu. Jadi... dengan sangat terpaksa,
kamu harus berhenti kuliah. Mungkin, si
Riani pun harus berhenti sekolah. Mamang
minta maaf, Mat.” Mata Dirman berkaca-
kaca.” “kalau memang keadaannya seperti
ini, Rahmat akan berhenti kuliah, Mang.
“Maafkan Mamang Mat.”
Tahap Pemunculan Konflik (Generaing 33-34
Circumstances): dan 55-
56
“Dari kuli bangunan, kemudian jadi kuli
andong dan tukang parkir, Rahmat lakoni.
Jika ada tawaran jadi kernet elf jurusan
Tasik-Ciamis, Rahmat terima. Demi melihat
kakaknya banting tulang seperti itu, Riani
pun tak mau kalah. Pulang sekolah, ia
bekerja di sebuah rumah usaha pembuatan
sandal terompah khas Tasikmalaya atas info
sulastri.” “A, kebetulan nih, di tempat Riani
bekerja butuh satu pegawai. Buat ngapu
sandal. Lumayan gajinya. Sebulan tujuh
ratus ribu. Kalau Aa mau, Riani nanti bilang
sama Bu Ijah, bos Riani.” “Sebulan tujuh
ratus ribu?” Wah, tuh. Tapi Aa gak punya
pengalaman mengaput sandal. Kalau ngaput
baju buntut, bisa. Haha”
“Iya. Akang teh kumaha, dulu Neng Rhalin
cinta mati sama Akang. Nih, Kang. Di awal-
awal akang ngirim sms itu, Neng Rhalin
seperti orang setres. Hampir tiap hari ke
kampus Akang buat nyari tahu tentang,
Akang. Malamnya, nangis lagi. Terus seperti
itu. Sampai akhirnya pernah Imas anter ke
Garut ke kampung halaman Akang di
Cikuray, tapi nihil. Katanya Akang pindah
ke Tasikmalaya. Kenapa atuh, akang teh
meni tega sekali ninggalin Neng Rhalin?
Akang sudah punya cewek lain ya, waktu
itu?” “Ih, sungguh enggak, mas. Cuma
karena satu hal, akhirnya Akang harus
ninggalkan Rhalin. Gak ada orang ketiga di
antara kita.”
Tahap peningkatan konflik (Rising Action): 132-133
dan 136-
“Rahmat melihat ke seberang pada dua 137
eksekutif muda itu. Seketika hatinya
berdegup kencang. “Rhalin,” desisnya.
Cepat-cepat Rahmat membalikkan badan
dan memasang kain lomar batik menutupi
sebagian wajahnya lalu mengenakan topi
dudukuy. “Ini...Akang yang punya?” Rhalin
menunjuk lukisan indah itu. “Iya, Bu,”
Rahmat membuat suaranya disengaukan
seperti yang sumbing.” “Ini saya beli.
Sebuah karya seni yang indah dan artistik
layak dihargai mahal.”
“Gelang itu... tasbih biji anjeli...” Rhalin
bangun dari tidurnya lantas membuka kunci
lemari. Seuntai tasbih biji anjeli yang
dikeringkan dan dibericat coklat natural
ditariknya. “Sama persis. Ya Allah... apakah
dia... Rahmat?” Imas pembantu setianya
menghampiri” “Mas... kamu benar. Rahmat
ada di Bandung. Dia ada di Bandung. Tadi
siang aku ketemu dia. Tapi dia... dia
menutupi wajahnya dengan tangan batik dan
suaranya sengaja di sengukan. Ini... ini
lukisan yang aku beli... buatan dia, Mas...”
“Pantas belakangan aku selalu ingat dia,
Mas. Kamu bukannya punya nomor HP
temannya Rahmat?”” oh, iya ,Neng.
Sebentar.”
Tahapan Klimaks (climakx): 190-191
dan 257
“Jalan pintas yang cukup sepi Rahmat
lewati. Ketika sampai di pertigaan jalan kecil
untuk memilih ke sebelah kiri, sebuah Pajero
hitam tiba-tiba menghadang. Emapat laki-
laki turun lalu tanpa basa-basi menyerang
Rahmat. “Heh pincang! Ingat! Ini pelajaran
pertama kalau kamu masih menggangu calon
istriku lagi!’ kata salah seorang dari
mereka.”
“Bunuh saja aku, Sein, dari pada kau nodai
aku... demi Allah... lebih baik aku mati...”.
Terdengar Suara memaki-maki kasar. Begitu
Ilyas mengintip, ia terkejut melihat Rhalin
sudah di atas pembaringan dalam keadaan
tidak berdaya setengah meringkuksambil
menangis. Hampir seluruh bagian pakaianya
bagian atas lepas dan robek besar hingga
nyaris setengah telanjang ketika Husein
mulai berusaha melepas celana Rhalin, Ilyas
meraih kursi Rotan di dekat lalu
menghantamkannya pada kaca besar itu
hingga mengeluarkan suara nyaring sebelum
pecahannya lantak ke lantai.”
Tahap Penyelesaian (Denouement): 263, 349-
350 dan
“Rahmat berdiri. Sejenak mengatur napas. 390-391
Dadanya mendadak berdebar-debar tak
menentu. “Assalamu’alaikum.” Bergetar
Rahmat mengucap salam. “Wa’alaikum
salam,” Sahut Rhalin tanpa menoleh.
Rahmat diam dalam kebingungan. Karena si
pengucap salam tak ada suaranya lagi,
Rhalin memutar badan menghadapnya.
“Rahmat....” Rahmat tersenyum. “apa salah
aku datang mengganggumu yang sedang asik
yang memberi makan ikan itu?” Rhalin
berusaha membuat senyuman. Matanya yang
berbinar sejenak mendadak redup lagi.
“Tidak ada yang salah. Yang salah
adalah,kenapa dulu kamu pergi begitu saja
tanpa ada alasan di saat kita baru mengucap
janji? Pengecut!”
“Tapi kamu yang saya temui lebih dulu. Jadi
kapan nih, mau menikahi anak saya? Jangan
dilama-lama.” Rahmat menoleh pada Rhalin
yang tertunduk namun ada senyum yang
disembunyikan. Masih dalam bingung dan
belum bisa memberi jawaban, tiba-tiba
Rhalin bicara. “Dua minggu lagi katanya,
Pi.” Rahmat menoleh lagi dengan kaget.
“Iya, Pi dua minggu lagi.”
“Ketika ia sedang berjuang mengeluarkan
bayi dalam rahimnya, di sudut yang tak jauh,
Riani terus menangis. Sementara didalam
sebuah ruangan, sesekali darah keluar dari
mulut, hidung, dan telinga Rahmat.
“Suamiku...?” lemah Rhalin bertanya. Ilyas
mengusap matanya yang basah. “Dia baik-
baik saja. Dia sudah tidak merasakan lagi
kesakitan. Dia menyebut satu nama, Hafizh
Ar-Rahman.” “Aku ingin melihatnya!”
Rhalin berusaha turun dari pembaringan.”
4. Latar Latar tempat: 9, 34-35,
22-23,
Ruang makan: 28, 24-
“Dari mana kamu, Baru pulang?” Dirman 25, 357,
yang hendak sarapan menatap tajam Sulastri, 25, 24,
istrinya, yang semalam tidak di rumah. 67, 71,
Riani, sang keponakan sudah menduga kalau 83, 319,
pagi itu akan terjadi perang lagi antara 82, 85,
paman dan bibinya.” 130, 132,
257, 370,
“Serius, A. Dari pada A Rahmat markiran 262, 145,
yang kudu setor sama preman di situ, 358, 241,
mending kerja di tempat Riani. Kalau mau 390-391,
Riani anter menemui Bu Ijah. jam dua, ya?” 88
“Hm...Bolehlah, Aa coba. Siapa tahu Bu Ijah
punya anak gadis cantik yang jatuh cinta
sama Aa, kaya di film-film TV gitu, si kaya
dan si miskin menjalin cinta.” “Mimpi
kamu.” Sulastri mempurukkan kepala
Rahmat sambil tertawa. “Sudah sarapan
dulu.”

Rumah orang tua Sulastri:


“Sulastri menangis sembari mendekap Riani.
“Bibi pulang ke-rumah nenekmu. Kamu ikut
Bibi, ya?” Riani menoleh pada Rahmat.
“Rahmat juga. Cepat sekarang juga kita
pergi.” Tiga minggu sudah Rahmat dan
Riani tinggal di rumah orang tua Sulastri di
Rajapolah kota kecil persinggahan di jalur
selatan Jawa Barat dan sentra kerajinan
tangan Tasikmalaya.”

“Rahmat menitikan air mata lantas


beristighfar. Satu pemikiran baru muncul
dalam benaknya. Begitu kuat menghujam
dadanya. Hujan sudah berhenti. Udara
semakin mencucuk ketulangnya. Dari
samping kanannya terdengar pintu dibuka.
Riani melongok. “A, kenapa belum tidur?
Istrahat atuh. Ini sudah jam sebelas,” “Kamu,
Ni. Aa belum ngantuk Filmnya udahan?”
“Udahan.” “Sok kamu istrahat duluan Aa
masih ingin di sini pengangguran kan kayak
gini kerjaannya? Nangkring. Hehehe.”

Pemakaman:
“Itu bukti nyata azab Allah bagi manusia
durhaka. Astaghfirulloh. Ya sudah, Kang.
Terima kasih. Saya mau ke desa sebelah ke
makam Bapak dan Ibu.” Rahmat tak bisa
lagi menahan air mata. Tragedi tanah longsor
yang merenggut orang tuanya empat belas
tahun silam membayang lagi di pelupuk
mata. Sebentar Rahmat mengirimkan doa
untuk kedua orang tuanya.”

“Dua hari setelah pernikahan adiknya,


Rahmat membawa Rhalin ke kampung
halamannya dengan naik angkutan umum.
Ziarah dulu kemakam orang tuanya lalu
membawanya naik ke lereng cikuray.
Menuju pondok Abah Jumadi yang kini
tidak ditempatinya lagi.” “Bukannya Abah
Jumadi sudah tidak di sini lagi, A?” “Ya.
Kita tinggal di sini.” Rahmat menaruh ransel
besarnya di teras pondok.”

Desa Cisangkuy:
“Rahmat memutuskan kembali ke desa
Cisangkuy untuk silaturahmi pada Ki’ai
Ra’uf di Pesantren Nurul Jannah. “Allah
Maha Besar. Mat, Abah selalu menunggu
kamu kalau saja tahu alamat rumah bibimu
di Tasik, Abah bakal nyusul kamu ke sana,”
kata Ki’ai Ra’uf setelah Rahmat menyalami
dan mencium tangannya.”

“Esok paginya Rahmat langsung berangkat


ke kampung halamannya. Tapi begitu
sampai di Desa Cisangkuy, ia dibuat kaget
begitu melihat murni sedang bersenandung
di bekas rumah pamannya yang sudah
disegel oleh Bank. “Pamanmu kabur, Mat,
sehari sebelum menikahi si Murni. Gak ada
yang tahu ke mana perginya. Begitu tahu
pamanmu kabur, murni stres. Ya, jadi seperti
itu. Selalu memanggil-manggil: “Kang
Dirman sayang, Akang dimana? hayu kita
nikah.”

Rumah Bu Ijah:
“Pagi, jam delapan, ketika Rahmat baru
sampai di tempat kerjanya. Ia mendengar
suara-suara bentakan nyaring dua orang yang
bertengkar hebat di belakang. Di Rumah Bu
Ijah. “Teh, ada apa itu? Itu seperti suara
Rahma dan Rahmi,” Tanya Rahmat pada
Teh Iin, pegawai senior. “Iya, Mat. Itu si
kembar. Dari tadi, lho. Cepat kamu ke sana
lerai mereka.”

“Siang menjelang istrahat, Rahmat dipanggil


oleh Bu Ijah kerumahnya. Ditanyai banyak
hal perihal kedekatannya dengan Rahma dan
Rahmi. Rahmat menjawab apa adanya.
Rahma dan Rahmi duduk patuh di hadapan
ibunya. Tak ada yang bicara karena takut
dibentak oleh sang ibu.”

Masjid:
“Rahmat tertawa sebentar. “aku ke masjid
dulu. Ada yang ikut?” “Sok, duluan, Mat,”
Rahmat keluar dari area proyek. Masjid kecil
tapi bagus bentuknya dengan hiasan dua
menara kembar dan kubah hijau tempat
sholat dimasuki lagi.”

“Untuk pertama kalinya Rahmat menjadi


imam shalat Jum’at di masjid kecamatan.
Langgam yang di lantunkan Rahmat dalam
membaca surat al-Balad dan al-Jumu’ah
membuat kagum semua makmum. Usai
jumatan setelah para jamaah sebagian
sebagian banyak pulang, Uatadz Imran
memeluknya, sebuah amplop kemudian
disisipkan ketangan Rahmat.”

Area proyek:
“Dua hari kemarin, pemilik proyek nengok,
Mat. Mang Ajum dimarahi karena melihat
banyak pekerja yang tidak memakai helm di
proyek. Selama empat hari ke depan bakal
terus mengontrol,”

“Jalan yang baru dibentuk dan cukup


menurun mereka lewati sambil terus
berbincang. Rupanya Pak Rusli senang
mengobrol dan cepat akrab. “Yang
mengurus ini nantinya anak saya, bukan
saya. Saya mah sudah ingin istrahat, Mat.
Ingin belajar menghafal al-Qur’an lagi. Ya,
siapa tahu nanti bisa belajar sama kamu. Kan
enak belajar sama orang yang kenal. Iya
kan?”

Depan hotel Grand Golden:


“Didepan hotel megah bertuliskan Grand
Golden Priangan, Rahmat istrahat sembari
mengibas-ngibaskan topi dudukuynya.
Siang yang terik cukup membuatnya
kelaparan dan kehausan. “Mang, Mang...!
Cincau,” panggilnya.”
“Orang kaya, keluar masuk hotel mewah
seperti seperti keluar masuk rumah sendiri.
Kapan orang seperti kita bisa seperti itu ya,
Kang?” celoteh tukang cincau sembari
mendongak melihat ke puncak hotel dan
menikmati rokoknya.”

Kamar:
“Husein dan Rhalin sama-sama terkejut.
Begitu Ilyas melompat msuk dari jendela
yang di jebolnya, Rhalin menarik selimut
untuk menutupi auratnya lalu mengguling
diri kesamping sampai jatuh ke lantai.”
“Mereka tergelak bersama. Rahmat benar-
benar menggendong istrinya sampai
kepondok bahkan masuk ke kamar. Alhasil,
untuk beberapa saat ia mengkurap
dipembaringan dengan napas menguik.
Namun begitu melihat istrinya melepas
basahan, mendadak semuanya seperti segar
kembali.”

Taman:
“Sejak hampir diperkosa sama si Husein,
sebulan lalu, Neng Rhalin jadi seperti itu.
Lebih banyak diam. Kalau gak di sini, ya
mengurung diri di kamar. Sampai gak pergi
ke-“ Rahmat memberi isyarat agar imas
diam. Ia lantas turun dari teras masuk ke
taman berumput Jepang yang banyak dihiasi
aneka tumbuhan dan pohon palm mungil
serta satu kolam renang berbentuk persegi.”

“Dasar! Kurang ajaar! Gilaaa!” tukang sol


yang membantingkan topi dudukuynya ke
lantai taman. Orang-orang yang mendang
heran padanya. “Edan! Gelo siah!
Rahmaaatt...!”

Pondok:
“Rhalin tidak menjawab. Masih kesal.
Rahmat membuka pintu pondok lantas
menyalakan obat nyamuk yang di bawanya.
Semua jendela di buka sehingga udara
pengap berlahan memudar. “percayalah. Aku
tidak akan membuatmu kelaparan di sini.”

“Rahmat membantu Rahma berdiri. Ia lalu


memunguti potongan tangkai singkong yang
bertebaran sambil tertawa-tawa di halaman
pondok.”

Rumah Sakit:
“setengah jam, Rhalin berjuang melahirkan
anaknya. Akhirnya tangis pertama bayi laki-
laki terdengar membahana di ruang
persalinan itu. Dan ruang yang tak jauh,
Rahmat yang semula tak bergerak mendadak
tersentak. Muntah darah sekali tapi matanya
terbuka.” Hafizh... Ar-Rahman..,” Desisnya
jelas terdengar dokter. Namun setelah itu
kepala terkulai dengan embusan napas
terakhir, tepat menghadap ke arah Adang di
pembaringan sebelah kanannya.”

“Jeritan keras keluar dari mulut Rahmat.


Kaki kirinya luka besar. Semua pekerja
memburunya hendak memberi pertolongan.
Oleh empat pekerja Rahmat digotong naik.
Pak Rusli yang seselamat berteriak panik.
“bawa ke mobil saya bawa ke mobil saya!”.
Rumah sakit di Garut rupanya tidak bisa
menangani kaki Rahmat yang kata dokter,
tulang betisnya patah
Latar Waktu: 67, 363-
364, 39,
Pagi hari: 44, 97,
“Pagi jam delapan. Ketika Rahmat baru 82, 17,
sampai di tempat kerjaannya, ia mendengar 362-363
suara-suara bentakan nyaring dua orang yang
bertengkar hebat di belakang. Di rumah Bu
Ijah. “Teh, ada apa itu? Itu suara Rahma dan
Rahmi,” Tanya Rahmat pada Teh Iin,
pegawai senior. “Iya, mat. Itu si kembar.
Dari tadi, lho cepat kamu ke sana lerai
mereka.”

“Pagi yang indah. Cercit burung terdengar


saling ber-sahutan. Dari jauh suara monyet
liar. Di beberapa tangkai besar, tupai
berkejaran. Sesekali menoleh ke bawah lalu
lari lagi menyusul temannya. Sesekali pula
kucing hutan berbulu kuning totol hitam
mengintip disemak-semak berharap ada
bekas makanan dari pondok atau mangsa
kecil yang bisa ditangkapnya. Itu hari
kesepuluh mereka berada di tempat tersebut.
“lama-kelamaan aku mati kelaparan disini.
Aku mau pulang!” Rahmat berusaha
tersenyum. “di luar sana, banyak orang yang
lebih menderita dari kita. Tapi mereka nggak
pernah mengeluh, Neng.”

Siang hari:
“Jam dua, seperti katanya tadi pagi, Rahmat
ke tempat Riani bekerja. Oleh Riani
kemudian di bawa menemui Bu Ijah pemilik
rumah usaha pembuatan sandal terompah
khas Tasikmalaya. Oleh Bu Ijah Rahmat
ditanyai soal pengalaman mengaput sandal.
Rahmat menjawab tidak ada pengalaman
untuk itu. Tapi karena kebetulan Bu Ijah
sedang butuh satu pekerja, akhirnya Adang,
salah satu pegawainya dipanggil. “Dang,
kamu pindah ruang ya, ke tempat ngaput
sandal. Biar tugas ngecat kamu diganti sama
Rahmat.” “Kapan, Bu?” “Mulai besok.”

“Jam satu siang. Ketika Rahmat baru


kembali dari masjid selesai Sholat dzuhur,
Adang menghampirinya. “Mat, ada tugas
dadakan. Nganter sandal ke beberapa grosir
di Bandung. Sebentar lagi mobilnya datang.”
“Ooh. Sama siapa?” “Akulah. Nanti-nanti
mah kamu sendiri sama Mang Ujang. Tapi
kali ini istimewa, Mat. Sopirnya Neng
Rahma.”

Sore hari:
“Dua hari kemudian. Sore setelah ashar, baru
Rahmat selesai mengerjakan sholat sambil
duduk di kursi untuk pertama kalinya, Adang
muncul membawa dus besar. Begitu dibuka,
isinya seperangkat alat melukis lengkap:
selipat tebal kain kanfas yang belum di
potong, steanding atau easel yang belum
disusun, valet pisau valet, kuas berbagai
ukuran, charcoal pencils, atau pensil lukis
dan cat akrilik aneka warna dalam kemasan
pasta dan tabung bertutup seperti wadah pil.
“Dari pada melamun, ada baiknya kamu
sibukkan diri dengan melukis. Biar gk
jenuh,” kata Adang. “Ini siapa yang belikan,
Dang?” “Akulah, Mat. Bgaimana? Oke
kan?”

“Sore jam lima, para pekerja pulang atau


yang jauh menginap di bedeng yang sudah di
sediakan. Rahmat, Ihin, Maman serta ketiga
pekerja lainnya tinggal di satu bedeng. Jauh
dari rasa nyaman. Bahkan Ihin yang
mengajaknya sempat mengeluh, “Lebih baik
jadi kuli bangunan biasa ketimbang jadi kuli
bangunan proyek besar semacam ini.”

Malam hari:
“Kalau memang keadaanya seperti ini,
Rahmat akan berhenti kuliah, Mang.”
“Maafkan Mamang. Mat?” Rahmat lantas
pamit untuk keluar mencari angin segar, di
samping kebun sayuran yang kelam
diselimuti malam, Rahmat menyendiri di
sebuah dangau. Ia menangis tersedu-sedu.
Tak menyangka jika dirinya harus memupus
semua mimpinya. Wajah Rhalin, sang
kekasih seketika melintas.”

“Rhalin mencobanya. Mulanya agak jijik.


Tapi karena perutnya sangat lapar, satu
potong kecil singkong mentah amblas juga.
Lalu kemudian di tambah sepotong lagi yang
agak besar sampai sendawa setelah minum
air putih, membuat Rahmat tertawa.
“Bagaimana? Masih lapar?” Rhalin
tersenyum malu. “kenyan. Tidur yuk? Peluk
aku.”rahmat membereskan bekas makan
singkongnya lalu masuk ke kamar. Dalam
pelukan Rahmat, Rhalin terlelap nyenyak.”
Latar Suasana: 9, 236-
237, 128,
Tegang: 315, 390,
“Dari mana kamu, baru pulang?” Dirman 391
yang hendak sarapan menatap tajam Sulastri,
istrinya, yang semalaman tidak di rumah.
Riani sang keponakan sudah bisa menduga
kalau pagi itu akan terjadi perang lagi antara
paman dan bibinya. “Nginap di rumah Teh
Nyai. Kenapa? Gak boleh?” santai sekali
sahutan Sulastri lantas masuk ke kamar.
Dirman mendengus kesal. “Heh! Aku lagi
ngajak kamu bicara, mana rasa hormatmu
sama suamimu sendiri, he? Semalaman gak
pulang. Dasar istri durhaka!”

“Heh! Lo belum matii?” Tegur Husein dalam


kejutnya. “Hohoho. Mati itu urusan Tuhan.
Kamu hampir merusak Rhalin. Kamu juga
sudah menghamili perempuan Bernama
Rahma tapi kamu gak tanggung jawab.
Dosamu sudah banyak! Terbuka kedokmu
sekarang! Lebih baik celana panjangmu itu
kamu ganti pakai rok mini. Dasar banci!” tiga
lelaki yang sedang buang air kecil dengan
tergesa keluar sambil memiringkan tubuh
takut menyenggol tiga orang itu. “Heh, anjing
kampung!jaga mulut lo!” bentak Husein tidak
terima disebut banci. Bersamaan dengan itu ia
memukul ke arah wajah Rahmat.”

Senang:
“Riani tersenyum malu. “Aa gak marah kan?”
“Ya, nggak, Ni. Tapi ingat, kamu harus bisa
jaga diri saja. Jangan karena Pak Ilyas sudah
sangat baik kepada kamu, lantas kamu
terpedaya olehnya.” “Iansya Allah, Riani bisa
jaga diri, A. Ng... boleh kan kalau Pak Ilyas,
Riani kenalin sama Aa?” “Ya harus itu. Biar
Aa tahu.” Riani tersenyum senang. “Nuhun
ya, A.”

“Kenapa, Mang?” senang amat.” Heran


Rahmat setelah di hadapan dirman di halaman
belakang. “sukses, Mat!” ucapan senang
setengah berbisik. “Sukses?” “Iya. Bibimu
menerima Mamang Lagi.” Rahmat saling
pandang dengan Rhalin. Rahmat jadi bingung
sendiri. Sulastri muncul dari belakang.
“Setelah dipikir-pikir semalaman, dan melihat
kesungguhan mamang kamu ini, Bibi jadi
berubah pikiran, Mat.”

Sedih:
“Suamiku-suamiku...!” Rhalin menunjuk-
nunjuk dalam sakitnya. Riani, Ilyas, dan Imas
yang menyertainya sama-sama menoleh.
Riani lantas memburu dan menahan gurney
yang membawa Rahmat. “Aaa...!” Jeritnya
terdengar lantas menangis terus sambil ikut
kemana gurney itu membawa kakaknya. Ilya
pun menyusul.”

“Aaaa...!” Riani menjerit keras sembari


memeluk tubuh kakaknya, lalu beberapa saat
kemudian melosoh pingsan. Beruntung Ilyas
cepat menangkap tubuhnya sebelum jatuh ke
lantai. Adang di pembaringan sampingnya
melihat pada jasad tak bernyawa sahabatnya.
Ia menangis dalam menahan sakit yang di
rasakan. “inalillahi wa inna ilahi raji’uun”,
gumam Ilyas dengan mata yang berkaca-kaca.
“Kang... aku akan menjaga adikmu seperti
aku menjaga nyawaku sendiri,” lirihnya.”
5. Sudut Pandang Sudut pandang orang ketiga: 205, 391
“Pernah satu hari ia diajak main ke vila
milik teman Husein di Puncak. Hampir saja
ia menyerahkan mahkota keprawanannya
pada sang kekasih di tempat yang indah itu.
Untung ketika itu ia masih sandar lantas
mengajak Husein pulang.”
“Ilyas mengusap matanya yang basah.” dia
baik-baik saja. dia sudah tidak merasakan
lagi kesakitan. dia menyebut satu nama,
Hafizh Ar-Rahman.”
6. Amanat “Berjalan cukup jauh dengan bantuan 130, 373
tongkat membuat Rahmat cepat lelah apalagi
sambil menggantung lukisan di bahunya.
Tanpa ia sadari, mungkin, banyak orang
melihatnya iba. Tapi rahmat tak butuh belas
kasihan mereka. Ia masih bisa mengais
rezeki dengan cara halal. Bukan jadi
peminta-minta.”
“Aku disini benar-benar belajar tentang
kesabaran. Suamiku mengajariku tapi bukan
menggurui. Di sini aku benar-benar belajar
menjadi satu denganmu. Dan dengan ciptaan
Allah yang ada disekeliling kita. Banyaklah
yang aku dapatkan di sini. Bila kemarin aku
senang dengan semua harta aku miliki,
sekarang semakin sadar, apalah artinya
semua itu kalau tidak diiringi dengan
kesahajaan jiwa?”
Nilai religius novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an
karya Wahyu Sujani

No Nilai Religius Uraian kutipan Halaman


1. Nilai pendidikan Iman kepada Allah: 24, 91
aqidah “Pamanmu kabur, Mat, sehari sebelum
menikahi Murni. Gak ada yang tau perginya.
Begitu tahu pamannya kabur, Murni stres.
Ya, jadi seperti itu.” “Itu bukti nyata azab
Allah bagi para manusia durhaka.
Astaghfirullah. Ya sudah, Kang.
Terimakasih saya mau kemakam Bapak dan
Ibu.”
“Akang jangan sedih, ya. Seperti kata
Rahmi, Allah sedang sayang sama Akang.
Jadinya Allah ngasih cobaan seperti ini. Biar
Akang gk kerja terlalu berat. Coba kalau
Akang masih bekerja di tempat Mamah,
pasti tidak terjadi kecelakaan ini.” “Kalau
aku masih kerja di tempat ibumu, yang ada
kamu dan kakakmu bakal bertengkar lagi.”
Iman kepada kitab Allah: 92, 96

“Musyaf lama yang menjadi satu-satunya


kitab penjaga hafalannya yang kertasnya
sudah berwarna kuning diraih lantas di
bacanya. Surat an-Nahl ayat 18 dibaca lalu
diresapi artinya. “Dan jika kamu
menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya
kamu tak dapat menentukan jumlahnya.
Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.”
“Ya itu sudah dinash dalam al-Qur’an.
Dalam surat an-Nuur ayat tiga.”Laki-laki
berzina tidak mengawini melainkan
perempuan yang berzina, atau perempuan
yang musyrik; dan perempuan yang berzina
tidak dikawini melainkan oleh laki-laki yang
berzina atau laki-laki musyrik, dan yang
demikian itu di haramkan atas orang-orang
yang mukmin.”
Iman kepada Nabi dan Rosul Allah: 27-28,
242
“Katakanlah, taat kepada Allah dan taatlah
kepada Rasul; dan jika kamu berpaling maka
sesungguhnya kewajiban Rasul itu adalah
apa yang dibebankan kepadanya, dan
kewajiban kamu sekalian adalah semata-
mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan
jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu
mendapat petunjuk. Dan tidaklain kewajiban
Rasul itu melainkan menyampaikan (amanat
Allah) dengan terang.”
“Dengan sabar Abah Jumadi menasihatiku.
Menghiburku, lalu mengajariku bercocok
tanam sembari dia bercerita. Salah satunya
sebuah kisah tentang Nabi Musa alaihis
salam. Saat itu, Nabi Musa bertanya pada
Allah kenapa menciptakan makhluk lalu
mengurusinya dengan segala nikmat-Nya,
tapi pada hari kiamat, makhluk-Nya itu
dimasukkan ke dalam neraka-Nya? Allah
menjawab dengan memerintahkan Nabi
Musa untuk bercocok tanam. Nabi Musa
melakukannya. Mengurusinya dengan
telaten sampai akhirnya tumbuh dan
menghasilkan buahnya.”
2. Nilai Pendidikan Tolong-menolong: 148, 173
Akhlak
“Boro-boro! Dari dua hari kemarin sepi.”
Rahmat menarik pada sepasang boks
peralatan sol Adang lantas merogoh saku
lalu menyodorkan uang lima puluh ribu.
“Buat pegangan dan ongkos pulang.”
“Beneran ini, Mat?” “Butuh nggak?” Adang
menyambar uang itu lalu menaruh di
keningnya. “Alhamdulillah, ya Allah ini
rezeki yang tak terduga.”
“Bisa pinjem, dong. Dua ratus saja. Buat beli
spon baru sama benang sol warna coklat. Ya,
Mat, ya?” “Kapan gantinya?” “Bulan ini
kamu gak usah bayar kontrakan. Dari aku.
Ya?” Rahmat tertawa lantas memberikan
uang dua ratus ribu kepada Adang. Ia tak
berharap Adang akan membayarnya karena
untuk makan sehari-hari saja selalu darinya.”
Bersyukur: 78, 268

“Bu Ijah masuk ke kamarnya sebentar.


Begitu kembali satu tangannya memegang
amplop putih lebar. “ini anggaplah pesangon
selama kamu bekerja di sini. Maaf tidak
banyak.” “Alhamdulillah. Jazakalah khairan
katsiran. Semoga usaha Ibu semakin maju
dan berkah.” “Amiin, ya Allah.”
“Rahmat tertawa sebentar. “Kakiku memang
pincang waktu itu. Keecelakaan waktu aku
kerja di tempat proyek pembangunan hotel
dan tempat wisata pemandian air panas di
Garut saat menyelamatkan pemilik proyek
itu. Tapi alhamdulillah Allah
menyembuhkan lagi lewat tangan seseorang
di Gunung Cikuray, kampung halamanku.”
Berbakti kepada orang tua: 25, 106

“Rahmat tak bisa lagi menahan air mata.


Tragedi tanah longsor yang merenggut
nyawa orang tuanya empat belas tahun silam
membayang lagi di pelupuk. Sebentar
Rahmat mengirimkan doa untuk kedua orang
tuanya kemudian meninggalkan area
pemakaman umum itu untuk naik lereng
Gunung Cikuray di mana ada pondok milik
Abah Jumadi.”

“Sudahlah. Kewajiban kita sekarang hanya


mendoakan mereka agar dapat cahaya di
alamnya. Hanya itu yang membuat mereka
bahagia. Doa anak shalih dan shalihah.”
“Iya. A. Setiap shalat tak lepas Riani
mendoakan orang tua kita. A, boleh kalau
Riani pakai sepatu Ibu ini kalau ada
hajatan?”
Memberi salam: 263,
366-367
“Rahmat berdiri. Sejenak mengatur napas.
Dadanya mendadak berdebar-debar tak
menentu. “Asalamualaikum.” Bergetar
Rahmat mengucapkan salam. “Waalaikum
salam,” sahut Rhalin tanpa menoleh.”
Rahmat diam dalam kebingungan. Karena si
pengucap salam tak ada suara lagi, Rhalin
memutar badan menghadapnya.”

“Di pagi yang indah. Rahmat memetik sisa


sayuran yang dulu ditanam Rahma sembari
bersiul kecil. Begitu melihat istrinya bangun,
ia tersenyum dan menyambutnya.
“Asalamualaikum sayang,” Rahma
tersenyum, “wa’alaikum salam sayang.”
3. Nilai pendidikan Perintah Mengerjakan Salat: 83-84,
syariah 104
“Rahmat tertawa sebentar. “aku kemasjid
dulu. Ada yang mau ikut?” “Sok, duluan,
Mat,” Seperti biasa, usai sholat Rahmat
menjaga hafalnya. Kali ini ia membaca surat
Yusuf yang terdiri dari 111 ayat. Suara yang
ia keluarkan pelan, cukup terdengar oleh
dirinya sendiri dengan mata terpejam. Tanpa
sadari, seorang laki-laki paruh baya namun
masih gagah mengenakan pakaian rapi
masuk ke masjid lalu melaksanakan sholat
Zuhur.”

“Sebentar ia sambil duduk lalu kembali


melanjutkan lukisannya hingga Riani pulang
jam lima sore. “Bagusnya. Sepatu siapa itu,
A?” Riani memperhatikan objek lukisan.
“Mau tahu? Nanti malam Aa ceritain.”
“Emangya ada ceritanya?” “Ya, ada.” “Oke,
deh. Aa sudah makan?” “Sudah. Barusan
sejam lalu Bi Lastri ke sini dulu bawa
bakso.” “Ya sudah, Riani mau mandi dulu.
Belum ashar juga.”Kebiasaan kamu shalat
dinanti-nanti.”
Perintah Menuntut Ilmu: 32, 31
“Gara-gara Mang dirman semuanya jadi
kacau begini!” ketus Riani. Rahmat
mengiyakan dalam hati tapi tak ada
komentar darinya. “besok kamu siapin
berkas-berkas buat daftar ke SMA di sini. Eh
ke SMA atau ke SMK lagi?” “SMK,” sahut
Riani pelan. Rahmat paham lantastersenyum.
“Mantap! Masuk sana. Udara mulai dingin.”

“Kamu tetap sekolah. Apapun yang terjadi


kamu harus tetap sekolah. Besok atau lusa,
kita mendaftar ke SMA terdekat di sini.
Tabungan Aa masih ada sisa sedikit. Insya
Allah cukup untuk bayar daftar masuknya.”
Berdoa kepada Allah: 106, 204
“Sudahlah. Kewajiban kita sekarang hanya
mendoakan mereka agar dapat cahaya di
alamnya. Hanya itu yang bisa membuat
mereka bahagia. Doa anak shalih dan
shalihah.” “Iya, A. Setiap shalat tak lepas
Riani mendoakan orang tua kita.”

“Ilyas lalu unjuk wajah serius. “Lin, tahu


nggak kamu, apa yang paling Allah suka dari
hamba-Nya?” “Ya hamba yang rajin ibadah,
apa lagi?” “Allah paling suka pada hamba
yang banyak meminta pada-Nya. Apalagi
disertai dengan kepasrahan. Allah sangat
suka rintihan seorang hamba yang memohon
pertolongan pada-Nya karena dengan
demikian, kebenaran diri-Nya benar-benar
diyakini oleh hamba-Nya itu.”
Berzikir kepada Allah: 72, 92

“Rahma pun sama. Hatinya terus berdzikir.


“Wahai Allah, Kau Maha Mendengar.
Dengarlah rintihan hamba-Mu ini. Izinkan
hamba hidup bersama lelaki penghafal kitab-
Mu ini itu agar akhlaku terbawa indah
olehnya..., rintih batin Rahma.”

“Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat


Allah, niscaya tak dapat menentukan
jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,”
Ya. Bahkan dalam satu musibah pun selalu
selalu ada berkah. Rahmat menitikan air
mata secara mengucap istighfar.”
Lampiran 5

SILABUS MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA


SMA DAN MA (WAJIB)

Kelas : XII
Alokasi Waktu : 4 jam pelajaran/minggu

Kompetensi Sikap Spiritual dan Kompetensi Sikap Sosial dicapai melalui


pembelajaran tidak langsung (indirect teaching) pada pembelajaran Kompetensi
Pengetahuan dan Kompetensi Keterampilan melalui keteladanan, pembiasaan, dan
budaya sekolah dengan memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta
kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang
proses pembelajaran berlangsung dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru
dalam mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.
Pembelajaran untuk Kompetensi Pengetahuan dan Kompetensi
Keterampilan sebagai berikut ini.

Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran


3.1 Mengidentifikasi Surat Lamaran Mendata sistematika dan
isi dan sistematika Pekerjaan: isi surat lamaran pekerjaan
surat lamaran identifikasi surat Menyimpulkan sistematika
pekerjaan yang Isi dan unsur-unsur isi surat
dibaca. Sistematika lamaran pekerjaan
4.1 Menyajikan Bahasa mempresentasikan,
simpulan Lampiran menanggapi, dan merevisi
sistematika dan Kalimat efektif. sistematika dan unsur-
unsur-unsur isi unsur isi surat lamaran
surat lamaran pekerjaan.
pekerjaan dalam
bentuk visual
3.2 Memformulasikan Surat Lamaran Mendata ciri kebahasaan
unsur kebahasaan Pekerjaan: surat lamaran pekerjaan
surat lamaran unsur kebahasaan; Menyusun surat lamaran
pekerjaan
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
4.2 Menyusun surat penulisan EYD; dan pekerjaan dengan
lamaran pekerjaan daftar riwayat hidup. memerhatikan isi,
dengan sistematika, dan
memerhatikan isi, kebahasaan.
sistematika dan Mempresentasikan,
kebahasaan. menanggapi, dan merevisi
surat lamaran pekerjaan
yang telah disusun

3.3 Teks cerita (novel) M


engidentifikasi sejarah Mendata struktur
informasi, yang struktur teks cerita (orientasi, rangkaian
mencakup sejarah; kejadian yang saling
orientasi, isi teks cerita sejarah; berkaitan, komplikasi dan
rangkaian kejadian nilai-nilai cerita resolusi), nilai-nilai, hal-
yang saling (novel) sejarah; dan hal yang menarikdalam
berkaitan, kebahasaan teks cerita cerita (novel) sejarah.
komplikasi dan sejarah. Menyusun kembali nilai-
resolusi, dalam nilai dari cerita (novel)
cerita sejarah lisan sejarah ke dalam teks
atau tulis eksplanasi
4.3 Mempresentasikan, M
engonstruksi nilai- menanggapi, merevisi teks
nilai dari informasi eksplanasi yang disusun
cerita sejarah
dalam sebuah teks
eksplanasi
3.4 Menganalisis Teks cerita (novel) Mendata kebahasaan dan
kebahasaan cerita sejarah unsur-unsur cerita sejarah
atau novel sejarah kebahasaan cerita yang tersaji
4.4 Menulis cerita (novel) sejarah; Menyusun teks cerita
sejarah pribadi unsur-unsur cerita; (novel) sejarah pribadi
dengan topik; dan Mempresentasikan,
memerhatikan kerangka karangan. mengomentari, dan
kebahasaan merevisi teks cerita (novel)
sejarah yang telah ditulis
3.5 Mengidentifikasi Teks Editorial: Menemukan pendapat,
informasi isi teks editorial; alternatif solusi, dan
(pendapat, pendapat; simpulan, informasi-
alternatif solusi ragam informasi; dan informasi penting, dan
dan simpulan simpulan. ragam informasi sebagai
terhadap suatu isu) bahan teks editorial
dalam teks Mempresentasikan,
editorial menanggapi, dan merevisi
4.5 Menyeleksi ragam informasi berupa pendapat,
informasi sebagai alternatif solusi, dan
bahan teks simpulan, informasi-
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
editorial informasi penting, dan
ragam informasi sebagai
bahan teks editorial.
3.6 Menganalisis Teks Editorial: Menentukan struktur dan
struktur dan struktur; unsur kebahasaan dalam
kebahasaan teks unsur kebahasaan; teks editorial
editorial topik; dan Menyusun teks editorial
4.6 Merancang teks kerangka karangan. yang sesuai topik, struktur,
editorial dengan dan kebahasaan
memerhatikan Mempresentasikan,
struktur dan menanggapi, dan merevisi
kebahasaan . topik, kerangka, stuktur,
unsur kebahasaan, dan teks
editorial yang telah disusun
3.7 Menilai isi dua Buku Pengayaan: Laporan Hasil Membaca
buku fiksi nilai-nilai dalam Buku
(kumpulan cerita novel (agama, sosial, Menyusun Laporan buku
pendek atau budya, moral, dll); fiksi yang dibaca.
kumpulan puisi) kaitan nilai dalam Mempresentasikanlaporan
dan satu buku novel dengan yang ditulisnya di depan
pengayaan kehidupan; kelas.
(nonfiksi) yang amanat dalam novel; Menanggapi laporan yang
dibaca. dan dipresentasikan
4.7 Menyusun laporan laporan hasil
hasil diskusi buku membaca buku.
tentang satu topik
3.8 Menafsir pandangan Pandangan pengarang Menentukan pandangan
pengarang terhadap pengarang terhadap
kehidupan dalam kehidupan nyata dalam
novel yang dibaca novel yang dibaca
Mempresentasikan dan
4.8 Menyajikan hasil menanggapi pandangan
interpretasi terhadap pengarang.
pandangan
pengarang
4.9 Menganalisis isi dan Unsur intrinsik dan Menemukan isi (unsur
kebahasaan novel ekstrinsik intrinsik dan ekstrinsik) dan
4.10 Merancang novel Unsur kebahasaan kebahasaan (ungkapan,
atau novelet dengan Ungkapan majas, peribahasa) novel
memerhatikan isi Majas Menyusun novel
dan kebahasaan. Peribahasa berdasarkan rancangan
Mempresentasikan,
mengomentari, dan
merevisi unsur-unsur
intrinsik dan kebahasaan
novel, dan hasil
penyusunan novel
3.9 Mengevaluasi Artikel. Mengkritisimasalah, fakta,
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
informasi, baik masalah opini, dan aspek
fakta maupun fakta dan opini kebahasaan dalam artikel.
opini, dalam penyusunan opini Menulis opini dalam
sebuah artikel yang topik bentuk artikel dengan
dibaca masalah memerhatikan unsur-unsur
4.11 Menyusun opini kerangka artikel.
dalam bentuk Mempresentasikan,
artikel menanggapi, dan merevisi
fakta dan opini, unsur
kebahasaan, pengungkapan
opini dan hasil
menyusunan opini dalam
bentuk artikel.

3.10 Menganalisis Artikel: Menemukan unsur


kebahasaan artikel Masalah; kebahasaan artikel dan/atau
dan/atau buku fakta dan opini; buku ilmiah
ilmiah penyusunan opini Menyusun artikel dan/atau
topik buku ilmiah sesuai dengan
4.12 Mengonstruksi masalah fakta
sebuah artikel kerangka Mempresentasikan,
dengan Persamaan dan menanggapi, dan merevisi
memerhatikan perbedaan unsur kebahasaan artikel
fakta dan penggunaan bahasa. yang telah disusun,
kebahasaan
3.11 Membandingkan Kritik dan Esai: Menentukan unsur-unsur
kritik sastra dan pengertian kritik; kritik dan esai, persamaan
esai dari aspek jenis-jenis esai; dan perbedaan kritik dan
pengetahuan dan bagian-bagian esai esai, dari aspek
pandangan penulis (pembukaan, isi, pengetahuan dan
4.13 Menyusun kritik penutup); pandangan
dan esai dengan perbedaan kritik dan Menulis kritik dan esai
memerhatikan esai; dan dengan memerhatikan
aspek pengetahuan penyusunan kritik aspek pengetahuan dan
dan pandangan dan esai. pandangan tertulis
penulis Mempresentasikan,
menanggapi, merevisi kritik
dan esai yang telah ditulis
3.12 Menganalisis Kritik dan Esai Menemukan isi dan
sistematika dan pengertian kritik sistematika, kebahasaan
kebahasaan kritik dan esai; kritik dan esai
dan esai jenis-jenis kritik dan Menyusun kritik dan esai
4.14 Mengonstruksi esai; berdasarkan konstruksi
sebuah kritik atau bagian-bagian kritik dengan memerhatikan
esai dengan dan esai sistematika dan kebahasaan
memerhatikan (pembukaan, isi, Mempresentasikan,
sistematika dan penutup); Memberikan penilaian
kebahasaan perbedaan kritik dan terhadap kritik dan esai
Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran
esai; dan berdasarkan sistematika dan
penyusunan kritik kebahasaan
dan esai
3.13 Mengidentifikasi Laporan hasil Laporan Hasil Membaca
nilai-nilai yang pembacaan buku Buku
terdapat dalam dan drama fiksi Menyusun laporan yang
sebuah buku berisi refleksi nilai-nilai
pengayaan dalam kehidupan nyata dari
(nonfiksi) dan satu buku fiksi/nonfiksi yang
buku drama (fiksi) dibaca.
Mempresentasikanlaporan
4.15 Menulis refleksi buku yang ditulisnya
tentang nilai-nilai
yang terkandung
dalam sebuah buku
pengayaan
(nonfiksi) dan satu
buku drama (fiksi)
Lampiran 6

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMA Negeri 1 Sapuran


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : XII/2
Materi Pokok : Novel
Tema/topik : Menganalisis isi dan kebahasaan novel
Alokasi Waktu : 4X 45 menit

A. Kompetensi Inti
K1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
K2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab,
peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, samai), santun, responsif,
dan pro-aktif dan menunjukan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan
lingkungan sosial dan alam serta dalam mempertimbangkan diri sebagai
cermin bangsa dalam pergaulan dunia.
K3 : Memahami, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi pengetahuan
faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitig berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan
humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebahasaan, dan peradaban
terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan
bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
K4 : Mengolah, menalar, menyaji dan menciptakan dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di
sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan
mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.
B. Kompetensi Dasar
3.9 Menganalisis isi dan kebahasaan novel.

C. Indikator
1.1 Mensyukuri anugrah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan
menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks untuk
mempersatukan bangsa.
2.1 Menunjukan perilaku tanggung jawab, responsive dan imajinatif dalam
menggunakan bahasa Indonesia untuk mengekspresikan impian, misteri,
imajinasi, serta permasalahan remaja sosial

D. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah membaca novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya
Wahyu Sujani, peserta didik dapat menemukan unsur intrinsik.
2. Setelah membaca sinopsis novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an
karya Wahyu Sujani, peserta didik dapat menguraikan bentuk nilai-nilai
religius.
E. Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan rincian dari materi pokok. Dalam pemilihan
materi mengenai nilai religius pada novel Mencintaimu Seperti Kucintai
Qur’an karya Wahyu Sujani. Isi dari pada novel Mencintaimu Seperti
Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani mengandung segi psikologis berupa
permasalahan hidup. Sehingga merangsang siswa untuk menyelesaikan
masalah-masalah yang sedang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

F. Metode Pembelajaran
Quantum learning menggunakan enam langkah pokok TANDUR, yaitu:
tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan.

G. Media Pembelajaran
1. Novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani.
2. Beragam contoh analisis nilai religius.

H. Alat Pembelajaran
1. Laptop
2. LCD
3. Catatan Kecil dan Alat Tulis.

I. Sumber Belajar
1. Buku Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik kelas XII, KBBI, dan
internet.
2. Buku pelengkap materi pembelajaran.

J. Langkah Pembelajaran
Pertemuan ke-1:
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Pendahuluan f) Guru membuka pelajaran dengan salam. 15 menit
g) Guru mengecek kehadiran siswa
(absensi).
h) Guru memotivasi siswa tentang
pentingnya materi yang akan dibahas.
i) Guru menyampaikan kompetensi dasar
dan indikator pencapaian yang harus
dikuasai.
j) Guru bertanya kepada siswa mengetahui
gambaran umum isi novel yang telah
dibaca siswa dirumah (tugas rumah
pertemuan sebelumnya)
Inti Fase “Tumbuhkan” 60 menit
e) Guru menampilkan profil Wahyu Sujani
dan karya-karyanya dengan menggunakan
audio-visual.
f) Guru mempresentasikan materi dengan
media powerpoint mengenai unsur
intrinsik novel dan macam-macam yang
termasuk kedalam nilai religius.
g) Siswa mengamati contoh penggalan novel
yang mengandung nilai religius.
Siswa mencoba menentukan macam-
macam nilai religius berdasarkan
pengetahuan yang mereka miliki sehingga
timbul komunikasi antara guru dan siswa
Fase “Alami”
e) Siswa dibagi dalam tiga kelompok
f) Siswa beserta guru merencanakan
berbagai prosedur belajar khusus, tugas
dan tujuan berdasarkan topik, yaitu
menentukan unsur intrinsik yang terdapat
dalam novel, dengan memberikan kutipan
yang menunjukan unsur intrinsik.
g) Siswa merencanakan penyajian yang
menarik di depan kelas.
h) Setiap kelompok menyajiakn presentasi
yang menarik sehingga, semua kelompok
mengetahui macam-macam unsur
intrinsik yang terdapat dalam kumpulan
novel yang telah dianalisis.
Fase “Namai”
Setiap siswa membuat simpulan hasil diskusi
antar kelompok dengan bahasanya sendiri
mengenai unsur intrinsik yang terdapat dalam
novel Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an
karya Wahyu Sujani.
Penutup f) Siswa dan guru menyimpulkan hasil 15 menit
pembelajaran yang telah berlangsung.
g) Semua kelompok mengumpulkan hasil
investigasi kelompoknya.
h) Guru memberikan pesan kepada siswa
agar meleladani setiap tokoh yang
memiliki sikap yang baik dan
memberikan arahan kepada siswa supaya
tidak meniru sikap tokoh yang tidak baik
dan menyampaikan amanat yang dapat
dipetik dalam novel Mencintaimu Seperti
Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani.
i) Guru memberikan tugas rumah kepada
siswa untuk menganalisis nilai religius di
rumah.
j) Guru mengucapkan salam penutup.

Pertemuan ke-2:
Kegiatan Deskripsi Kegiatan Alokasi
Waktu

Pendahuluan a) Guru membuka pelajaran dengan salam. 15 menit


b) Guru mengecek kehadiran siswa (absensi).
c) Guru melakukan tanya jawab dengan
siswa mengenai materi yang telah dibahas
pada pertemuan sebelumnya.
d) Guru menyampaikan refleksi mengenai
kekurangan yang masih ditemukan di
dalam hasil pembelajaran sebelumnya.
Inti Fase “Demonstrasi” 60 menit
Pada fase ini, kegiatan yang dilakukan adalah
setiap siswa menukar hasil pekerjaan
rumahnya berupa nilai religius novel
Mencintaimu Seperti Kucintai Qur’an karya
Wahyu Sujani kepada temannya secara acak
untuk diidentifikasi.
Fase “Ulangi”
Pada fase ini, kegiatan yang dilakukan adalah
siswa memperbaiki analisisnya sesuai dengan
saran teman.
Fase “Rayakan”
Pada fase ini, siswa yang memperoleh nilai
tertinggi memiliki kesempatan untuk
membacakan hasil analisisnya di depan kelas.
Penutup d) Guru menyampaikan simpulan 15 menit
pembelajaran.
e) Guru memberikan pesan kepada siswa
agar meleladani setiap tokoh yang
memiliki sikap yang baik dan memberikan
arahan kepada siswa supaya tidak meniru
sikap tokoh yang tidak baik dan
menyampaikan amanat yang dapat dipetik
dalam novel Mencintaimu Seperti
Kucintai Qur’an karya Wahyu Sujani.
f) Guru mengucapkan salam penutup.

K. Penilaian Hasil Pembelajaran


Jenis / Teknik Penilaian
Jenis/ Teknik Bentuk Instrumen
Observsi Lembar pengamatan sikap dan rubik
Tes Tulis Tes uraian menemukan unsur intrinsik dan aspek
sosiologi sastra dalam novel
Tes Praktik Menulis teks laporan hasil penelitiannya.

L. Lembar Pengamatan Sikap (Observasi)


Mata Pelajaran :………………………………….
Kelas/ Semester :………………………………….
Tahun Pelajaran :………………………………….
Waktu Pengamatan :…………………………………..
Indikator pengembangan sikap religius, tanggung jawab, peduli, responsive,
dan santun.
1. BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukan usaha sungguh-
sungguh dalam menyelesaikan tugas.
2. MT (mulai tampak) jika menunjukan sudah ada usaha sungguh-sungguh
dalam menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum konsisten.
3. MB (mulai berkembang) jika menunjukan ada usaha sungguh-sungguh
dalam menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai konsisten
4. MK (membudaya) jika menunjukan adanya usaha sungguh-sungguh dalam
menyelesaikan tugas secara terus menerus dan konsisten.

Tanggug
Religius Peduli Responsife Santun
No Nama siswa jawab

BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK BT MT MB MK
1
2
3
4
5
Keterangan:
1 = kurang
2 = sedang
3 = baik
4 = sangat baik
Lembar Penilaian Antar Peserta Didik

Nama peserta didik yang dinilai :…………………………….


Kelompok :…………………………….
Kelas :…………………………….

No Skala Penilaian
Aspek yang dinilai
1 2 3 4 5
1 Kerja sama
2 Inisiatif
3 Kedisiplinan
4 Tanggung jawab

Keterangan
1 : sangat kurang
2 : kurang
Nilai
3 : cukup
4 : baik
Lampiran 7

Anda mungkin juga menyukai