Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan sekolah dasar sebagai jenjang paling dasar pada

pendidikan formal mempunyai peran besar bagi keberlangsungan proses

pendidikan selanjutnya. Hal ini sesuai dengan Undang-undang RI Nomor 20

Tahun 2003 pasal 17 ayat 1 yang menyebutkan bahwa “ Pendidikan dasar

merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan

menengah.” Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk Satuan

Pendidikan Dasar (Tahun 2007 Semester I&II) dijelaskan bahwa “Tujuan

Pendidikan Dasar adalah meletakan dasar kecerdasan, pengetahuan,

kepribadian, akhlaq mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan

mengikuti pendidikan lebih lanjut.”

Membekali peserta didik agar cerdas secara intelektual pengetahuan

dan sosial merupakan peran guru di sekolah. Maka guru sebagai pengajar

maupun pendidik memiliki peran besar terhadap siswa dan keberlangsungan

kegiatan belajar mengajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Hamzah B. Uno

(2006: 168) yaitu guru harus menguasai keterampilan dalam mengajar agar

dapat mengelola proses pembelajaran dengan baik yang berimplikasi pada

peningkatan kualitas lulusan sekolah dan diharapkan dapat menyelesaikan

berbagai permasalahan yang timbul dalam proses kegiatan belajar mengajar.

Guru dapat mengoptimalkan perannya di kelas dengan menguasai

keterampilan mengajar. Penguasaan keterampilan mengajar yang baik akan

1
mempengaruhi tingkat keaktifan dan partisipasi siswa sehingga bisa

dikatakan bahwa peran keterampilan memberikan penguatan penting dalam

kegiatan belajar mengajar. Hal ini sesuai dengan teori belajar dari Psikologi

Behaviouristik Skiner (Wasty Soemanto, 1998: 125) yaitu Skiner’s Operant

Conditioning yaitu “Seperti halnya Thorndike, Skiner menganggap “reward”

atau “reinforcement” yaitu penguatan sebagai faktor terpenting dalam proses

belajar”.

Selanjutnya Mulyani dan Johar (1999: 262) menjabarkan keterampilan

mengajar, yaitu keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya,

keterampilan menggunakan variasi, keterampilan memberikan penguatan,

keterampilan membuka dan menutup pelajaran, keterampilan mangajar

kelompok kecil dan perorangan, keterampilan mengelola kelas, serta

keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil. Dari uraian tersebut

sudah sepantasnya guru menguasainya, lebih-lebih dalam menghadapai

perilaku siswa usia sekolah dasar yang memiliki kepribadian unik.

Kemudian D.N. Pah (1984: 6) menyatakan komponen pemberian

penguatan (reinforcement) dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari

penguatan verbal dan penguatan nonverbal. Penguatan verbal adalah

pemberian penguatan yang berupa pujian yang dinyatakan dengan ucapan

kata atau kalimat, sedangkan penguatan nonverbal dinyatakan dengan bahasa

tubuh (body language). Penggunaan kedua bentuk penguatan itu

dimaksudkan untuk mendorong siswa agar mau belajar lebih giat lagi dan

lebih bermakna.

2
Dalam pelaksanaanya penguatan verbal memang terkesan sederhana

dalam pelaksanaanya, yaitu dengan guru mengutarakan kata atau kalimat

penguat seperti: pujian dan persetujuan, akan tetapi guru harus berhati - hati

dalam menyampaikannya agar dapat berfungsi secara tepat. Begitupula

dengan penguatan nonverbal yang diberikan melalui gerak isyarat dan

kegiatan menyenangkan, guru harus tetap selektif dalam menyampaikan

kepada siswa agar siswa dapat menerima dengan baik dan dapat berdampak

positif terhadap kegiatan belajar mengajar. Walaupun pada pelaksanaanya

berbeda antara keduanya, namun antara keduanya dapat saling melengkapi

yaitu dapat dilakukan secara bersama untuk memaksimalkan pencapaian

tujuan.

Pemberian penguatan bersangkutan langsung dengan tujuan yang akan

dicapai, hal ini perlu dipahami guru sebagai antisipasi terhadap masalah yang

akan timbul. Menurut Marno dan Idris (2010: 132) memberikan penguatan

sepertinya sederhana, yaitu dengan guru memberikan tanda persetujuan

terhadap tingkah laku siswa yang dinyatakan dalam bentuk penguatan verbal

dan nonverbal, seperti: pujian, senyuman, anggukan atau memberi hadiah

secara material. Akan tetapi, keterampilan memberi penguatan akan terasa

sulit dilakukan apabila guru sendiri tidak memahami cara dan makna yang

ingin dicapai.

Penguasaan keterampilan memberikan penguatan diharapkan dapat

menjadi modal bagi guru untuk mengatasi permasalahan dalam rangka

menciptakan suasana nyaman dan hubungan timbal balik yang harmonis

3
antara guru dan siswa serta mampu mendorong siswa untuk belajar lebih

baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Conny R. Semiawan (1999: 296) bahwa

hubungan yang harmonis merupakan sumber inspirasi bagi siswa untuk

melakukan peniruan terhadap keteladanan guru sebagai aktivitas akademik

dan suasana yang positif ini akan berpeluang besar dalam mendorong

kegiatan belajar siswa.

Guru selalu menginginkan pola interaksi yang positif di kelas agar

proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Namun tidak semua

siswa di dalam kelas dapat berinteraksi dengan baik, karena masing-masing

siswa mempunyai karakter yang berbeda, sebagian terbuka, sebagian tertutup,

sebagian pemalu, sebagian berani, dan sebagainya (Martinis Yamin, 2007:

161-162). Keragaman tersebut dikarenakan kebutuhan antar siswa berbeda.

Pada diri siswa terdapat kekuatan mental berupa keinginan, perhatian,

kemauwan atau cita-cita yang menjadi penggerak belajar yang disebut

motivasi (Dimyati dan Mujiono, 2006: 80).

Guru memiliki peran terhadap motivasi yang dimiliki siswa, sehingga

sudah semestinya guru mampu menerapkan keterampilan memberikan

penguatan kepada siswa sebagai usaha dalam memotivasi siswa. Motivasi

pada dasarnya dapat membantu siswa dalam menentukan hal-hal yang dapat

dijadikan penguat belajar, memperjelas tujuan yang hendak dicapai,

menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, dan menentukan

ketekunan belajar (Hamzah B. Uno, 2010: 27). Sering terjadi siswa yang

kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, tetapi

4
dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar, sehingga ia tidak berusaha

untuk mengerahkan segala kemampuannya (Wina Sanjaya, 2008: 28).

Mengingat pada besarnya peran motivasi dalam mencapai

keberhasilan suatu pembelajaran, maka guru memiliki tugas untuk

memberikan dorongan atau motivasi kepada siswa. Menurut Dimyati dan

Mudjiono (2006: 80) bahwa siswa melakukan kegiatan belajar karena adanya

dorongan oleh kekuatan mentalnya. Kekuatan mental yang mendorong

terjadinya belajar ini dikatakan sebagai motivasi belajar. Motivasi dipandang

sebagai dorongan mental yang bisa timbul dari diri sendiri/ intrinsik dan dari

luar/ ekstrinsik untuk menggerakan dan mengarahkan perilaku siswa.

Motivasi siswa sebagai dorongan dalam kegiatan belajar tidak timbul

begitu saja, siswa memerlukan peran serta orang lain dalam hal ini guru untuk

memberikan stimulus berupa hal-hal yang menyenangkan bagi siswa.

Tanggapan terhadap stimulan yang diberikan oleh guru inilah yang akan

menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar atau berperilaku lebih baik.

Menyadari pentingnya motivasi dan keterampilan memberikan

penguatan untuk siswa, guru perlu menguasai keterampilan dasar

memberikan penguatan. Tetapi kegiatan memberikan penghargaan atau

penguatan dalam proses belajar mengajar dalam kelas jarang sekali

dilaksanakan oleh guru (Hamzah B. Uno, 2010: 168). Pendapat tersebut

diperkuat lagi oleh D. N. PAH (1984: 3) yang menyatakan bahwa tidak jarang

kita temui guru-guru yang hanya memberikan komentar negatif terhadap

tingkah laku siswa yang salah, dan jarang sekali atau tidak pernah

5
memberikan respons positif terhadap tingkah laku siswa yang baik. Padahal

melalui keterampilan penguatan yang diberikan guru, siswa akan terdorong

untuk membangkitkan dan mempertahankan motivasinya dalam setiap proses

pembelajaran (Hamzah B. Uno, 2010: 168).

Penerapan keterampilan penguatan yang dilakukan secara terus

menerus dan tidak bervariasi akan membawa dapak kejenuhan bagi siswa.

Seperti halnya yang ada di kelas V SD Negeri wilayah gugus II kecamatan

Kretek yang terdiri dari 3 sekolah, setelah peneliti melakukan pengamatan

ternyata guru mendominasi kegiatan pembelajaran (teacher center) yaitu

proses pembelajaran yang tidak banyak melibatkan siswa dalam

pembelajaran, ditambah lagi dengan pemberian penguatan yang kurang tepat

atau tidak sesuai dengan perkembangan siswa, sehingga pembelajaran

cenderung lesu, pasif, dan siswa kurang. Untuk itu, perlu adanya peran guru

dalam memberikan penguatan yang tepat dalam pembelajaran, sehingga dapat

memberikan motivasi belajar kepada siswa.

Sehubungan dengan uraian di atas, maka peneliti akan melakukan

penelitian dengan judul: “Hubungan Keterampilan Memberikan Penguatan

Verbal dan Penguatan Nonverbal dengan Motivasi Belajar Siswa Kelas V SD

Negeri Se-Gugus II Kecamatan Kretek Kabupaten Bantul TA 2011/2012”.

Sehingga dari penelitian ini nantinya dapat diketahui apakah keterampilan

memberikan penguatan verbal dan nonverbal memiliki hubungan dengan

motivasi belajar.

6
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka

peneliti dapat mengidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut.

1. Guru mendominasi kegiatan belajar mengajar (teacher center) sehingga

siswa pasif dalam proses pembelajaran.

2. Tidak semua siswa dapat berinteraksi dengan baik di kelas.

3. Pembelajaran cenderung didominasi oleh guru.

4. Motivasi belajar siswa yang masih kurang.

5. Pemberian penguatan yang kurang tepat oleh guru saat proses

pembelajaran berlangsung.

6. Hubungan keterampilan memberikan penguatan verbal dan nonverbal

dengan motivasi belajar siswa yang masih belum dipahami guru.

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah yang bersifat menyederhanakan dan

menyempitkan lingkup permasalahan diperlukan untuk memperdalam

pembahasan tanpa mengurangi sifat ilmiah dalam penelitian ini. Dalam

penelitian ini peneliti membatasi permasalahan pada hubungan keterampilan

memberikan penguatan verbal dan nonverbal dengan motivasi belajar siswa.

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang dapat ditarik dari beberapa hal yang telah

dikemukakan pada latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan

pembatasan masalah adalah sebagai berikut.

7
1. Apakah ada hubungan antara penguatan verbal dengan motivasi belajar

siswa kelas V SD Negeri se-gugus II Kecamatan Kretek, Kabupaten

Bantul?

2. Apakah ada hubungan antara penguatan nonverbal dengan motivasi belajar

siswa kelas V SD Negeri se-gugus II Kecamatan Kretek, Kabupaten

Bantul?

3. Apakah ada hubungan antara penguatan verbal dan penguatan nonverbal

dengan dengan motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri se-gugus II

Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul?

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan salah satu alat kontrol yang dapat

dijadikan petunjuk supaya penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan yang

diinginkan. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut.

1. Membuktikan dan mendeskripsikan hubungan antara keterampilan

memberikan penguatan verbal dengan motivasi belajar siswa kelas V SD

Negeri se-gugus II Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul.

2. Membuktikan dan mendeskripsikan hubungan antara keterampilan

memberikan penguatan nonverbal dengan motivasi belajar siswa kelas V

SD Negeri se-gugus II Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul.

3. Membuktikan dan mendeskripsikan hubungan antara keterampilan

memberikan penguatan verbal dan penguatan nonverbal dengan dengan

8
motivasi belajar siswa kelas V SD Negeri se-gugus II Kecamatan Kretek,

Kabupaten Bantul.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari dua segi, yaitu manfaat secara

teoritis dan manfaat praktis.

1. Manfaat Praktis.

a. Lembaga (sekolah).

Sebagai data informasi bagi sekolah untuk membantu siswa dalam

memberikan motivasi.

b. Guru.

Sebagai data informasi pada guru untuk memberikan pilihan jenis

keterampilan penguatan yang tepat bagai motivasi belajar siswa.

c. Siswa.

Memberikan motivasi belajar sebagai salah satu modal dalam mencapai

keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

2. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini mendukung teori yang sudah ada.

Anda mungkin juga menyukai