Anda di halaman 1dari 42

Small Group Discussion Keperawatan Muskuloskeletal 1

Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Osteomielitis

Fasilitator :
Mucharam S.Kep,. Ns.

Oleh Kelompok 3 :
Gita Kurnia Widiastutik (131511133086)
Ainil Fikroh Rahma Dheaning (131511133087)
Ucik Nurmalaningsih (131511133088)
Kusnul Chotimah (131511133089)
Teguh Dwi Saputro (131511133090)

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN NERS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2018
Kata Pengantar

Segala Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan makalah “Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Osteomielitis” sebagai
tugas dalam pembelajaran mata kuliah Keperawatan Muskuloskeletal 1.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami
dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan sebaik mungkin.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna karena pengetahuan dan
pengalaman penulis yang cukup terbatas. Kami berharap makalah ini dapat memberi wawasan
pada pembacanya.

Akhir kata kami mengharapkan kritik dan saran sebagai bahan perbaikan untuk makalah
ini supaya menjadi lebih baik. Kami memohon maaf apabila terdapat kesalahan ejaan pada kata
maupun penyusunan dalam makalah ini yang tidak berkenan bagi para pembaca, selamat
membaca dan semoga bermanfaat.

Surabaya, 19 April 2018

Tim Penulis

ii
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................................................................ii

Daftar Isi.....................................................................................................................................................iii

BAB 1.........................................................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang......................................................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah..................................................................................................................................2

1.3 Tujuan....................................................................................................................................................2

1.4 Manfaat.................................................................................................................................................3

BAB 2.........................................................................................................................................................4

2.1 Definisi..................................................................................................................................................4

2.2 Klasifikasi..............................................................................................................................................4

2.3 Etiologi..................................................................................................................................................5

2.4 Patofisiologi..........................................................................................................................................6

2.5 Web of Causation...................................................................................................................................8

2.6 Manifestasi Klinis................................................................................................................................10

2.7 Pemeriksaan Diagnostik......................................................................................................................11

2.8 Penatalaksanaan...................................................................................................................................12

2.9 Komplikasi..........................................................................................................................................15

BAB 3.......................................................................................................................................................16

3.1 Asuhan Keperawatan Umum...............................................................................................................16

3.2 Asuhan Keperawatan Kasus.................................................................................................................24

BAB 4.......................................................................................................................................................38

4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................................38

4.2 Saran....................................................................................................................................................38

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................39

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Osteomielitis adalah infeksi pada tulang. Berasal dari kata osteon (tulang) dan myelo
(sum-sum tulang) dan dikombinasi dengan itis (inflamasi) untuk menggambarkan kondisi klinis
dimana tulang terinfeksi oleh mikroorganisme (Madder dkk, 1997, Lazzarini dkk, 2004).
Osteomielitis kronis didefinisikan sebagai osteomielitis dengan gejala lebih dari 1 bulan
(Dormans & Drummond, 1994).
Di negara-negara berpenghasilan tinggi, osteomielitis akut terjadi pada sekitar 8 dari
100.000 anak per tahun (Riise et al., 2008), tetapi jauh lebih umum di negara-negara
berpenghasilan rendah. Anak laki-laki 2 kali lebih sering terjakiti daripada anak perempuan
(Riise et al., 2008; Grammatico-Guillon et al., 2013). Jika osteomielitis akut tidak didiagnosis
segera dan diobati dengan tepat bisa menjadi fatal, terutama dinegara dengan sumber daya
rendah, dimana pasien datang dengan penyakit yang semakin memburuk dan korban sering
memiliki komplikasi yang serius dan tidak bertahan lama(Gillespie dan Mayo, 1981).
Staphylococus aureus merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan hematogenous
akut dan kronik osteomielitis pada dewasa dan anak-anak. Group A Streptococcus, Steptococus
pneumonia, dan Kingella kingae adalah bakteri paling umum berikutnya yang bisa menyerang
anak-anak. Infeksi Group B streptococcal terjadi terutama pada newborn. Pada dewasa, S.
aureus merupakan bakteri paling umum pada infeksi tulang dan prosthetic joints. Infeksi jamur
dan mikobakterial juga bisa menyebabkan osteomilitis, akan tetapi jarang terjadi, dan biasanya
bisa ditemukan pada klien dengan gangguan sistem imun.
Masalah infeksi tulang atau osteomielitis ini penting untuk diketahui oleh perawat dalam
melakukan asuhan keperawatan gangguan sistem muskulokeletal karena keadaan tersebut sering
beriringan dan/atau merupakan suatu komplikasi dari gangguan muskulokeletal itu sendiri. Peran
perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan adalah berusaha agar masalah dapat dihindari atau
meminimalkan resiko. Perawat juga berupaya agar masalah infeksi dan inflamasi yang dialami
klien dapat dikurangi dampaknya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap pengetahuan dasar
tentang penyakit osteomielitis, manifestasi klinis, serta ketrampilan asuhan keperawatan yang
komprehensif itu sangat penting.

1
1.2 Rumusan masalah
1. Apa definisi dari osteomielitis?
2. Bagaimana klasifikasi dari osteomielitis?
3. Apa etiologi dari osteomielitis?
4. Bagaimana patofisiologi dari osteomielitis?
5. Bagaimana web of causation dari osteomielitis?
6. Apa manifestasi klinis dari osteomielitis?
7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik dari osteomielitis?
8. Bagaimana penatalaksanaan dari osteomielitis?
9. Apa saja komplikasi dari osteomielitis?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada osteomielitis?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah perkuliahan diharapkan mahasiswa mengetahui asuhan keperawatan pada
klien dengan gangguan osteomielitis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui definisi osteomielitis
2. Untuk mengetahui klasifikasi osteomielitis
3. Untuk mengetahui etiologi osteomielitis
4. Untuk mengetahui patofisiologi osteomielitis
5. Untuk mengetahui web of causation osteomielitis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomielitis
7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik osteomielitis
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan dari osteomielitis
9. Untuk mengetahui komplikasi dari osteomielitis
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada osteomielitis

2
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu mengerti, mengetahui dan memahami konsep teori tentang
osteomielitis
2. Mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan osteomielitis

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang. Berasal dari kata osteon (tulang) dan myelo
(sum-sum tulang) dan dikombinasi dengan itis (inflamasi) untuk menggambarkan kondisi klinis
dimana tulang terinfeksi oleh mikroorganisme (Madder dkk, 1997, Lazzarini dkk, 2004).

Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari
darah (osteomielitis hematogen) atau, yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau
reduksi bedah. Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang yang terjadi akibat gigitan hewan atau
manusia, atau injeksi intramuskular yang salah tempat, dapat menyebakan osteomielitis eksogen.
Bakteri adalah penyebab umum osteomielitis akut, namun virus, jamur dan mikroorganisme lain
dapat berperan (Corwin, 2008).

2.2 Klasifikasi
Metode pengklasifikasian osteomielitis dengan model Waldvogel et al. (1970)
didasarkan pada durasi, mekanisme infeksi, dan adanya insufisiensi pembuluh darah,
klasifikasinya sebagai berikut (Waldvogel et al., 1970):
A. Berdasarkan durasi;
a. Osteomielitis akut, ditandai dengan infeksi supuratif yang mengalami edema, dan
trombosis pembuluh darah dalam onset 2 minggu.
b. Osteomielitis subakut dengan onset dalam 1 s/d beberapa bulan
c. Osteomiekitis kronis, hasil dari infeksi yang lama, yang mungkin terjadi berbulan–bulan
atau bertahun-tahun, karena ditahan klien atau diobati sebagian sehingga relatif tidak
aktif dalam waktu yang lama sebelum menujukkan gejala yang jelas. Osteomielitis
kronis ditandai oleh adanya tulang yang nekrotik; pembentukan tulang baru; drainase
atau saluran sinus; dan adanya leukosit, limfosit, dan histiosit.
B. Berdasarkan mekanisme infeksi;
a. Osteomielitis hematogen, jika berasal dari bakterimia
- terjadi ketika jaringan tulang terdapat organisme patogen selama bakterimia
- 20% kasus terjadi pada orang dewasa, yang biasanya diserang adalah tulang
belakang, tapi tulang panjang, pelvis, dan klavikula juga bisa terinfeksi.
b. Osteomielitis sekunder (eksogen), inokulasi langsung dengan jaringan yang terinfeksi

4
- Terjadi setelah trauma tulang atau sebagai hasil dari penyebaran infeksi dari jaringan
luka terdekat
- Biasanya berhubungan dengan riwayat operasi reduksi dan internal fiksasi pada
fraktur tulang, alat prosthetic, fraktur terbuka, dan infeksi kronik jaringan lunak,
decubitus ulcer, luka bakar atau infeksi jaringan lunak lokal.
- Biasanya pada pasien dewasa, yang mengalami infeksi dikuti dengan cellulitis atau
arthroplasties, infeksi pada pasien yang lebih muda biasa terjadi karena trauma atau
operasi.
C. Akibat Insufisiensi pembuluh darah;
- Akibat gangguan suplai darah pada jaringan
- Biasanya terjadi pada pasien dengan diabetes melitus (tulang pada kaki yang sering
terserang, bisa juga mengalami neuropati) atau atherosclerosis yang parah.

2.3 Etiologi
Penyebab utama osteomielitis antara lain:

a. Insufisiensi vascular
b. Hematogenous seeding
c. Trauma atau pembedahan sebelumnya

Insufisiensi vascular biasa terlihat pada klien dengan diabetes mellitus, sedangkan
hematogenous seeding sering terjadi pada anak-anak. Prevalensi post trauma dan post trauma
yang menyebabkan osteomielitis meningkat hingga 80%. Fraktur terbuka bisa menyebabkan
osteomielitis hingga 3-50% lebih besar dibandingkan dengan fraktur tertutup (1-5%).

Bakteri yang menyebabkan osteomielitis tergantung dari usia penderita. Staphylococus


aureus merupakan bakteri yang paling sering menyebabkan hematogenous akut dan kronik
osteomielitis pada dewasa dan anak-anak. Group A Streptococcus, Steptococus pneumonia, dan
Kingella kingae adalah bakteri paling umum berikutnya yang bisa menyerang anak-anak. Infeksi
Group B streptococcal terjadi terutama pada newborn. Pada dewasa, S. aureus merupakan
bakteri paling umum pada infeksi tulang dan prosthetic joints. Infeksi jamur dan mikobakterial
juga bisa menyebabkan osteomilitis, akan tetapi jarang terjadi, dan biasanya bisa ditemukan pada
klien dengan gangguan sistem imun.

5
2.4 Patofisiologi
2.1

2.1

2.1

2.1

2.1

2.1

2.1

2.1

2.2

2.3

2.4

Tulang pada dasarnya resisten terhadap infeksi. Akan tetapi, mikroorganisme masuk ke
tulang secara hematogen (melalui aliran darah) dari struktur yang berada di dekatnya atau dari
penetrasi langsung akibat pembedahan atau trauma. Hal tersebut dapat menyebabkan
osteomielitis. Infeksi tulang dapat terjadi akibat pengobatan pada trauma, yang bisa

6
menyebabkan bakteri pathogen memasuki tulang dan berproliferasi ke jaringan yang mengalami
trauma. Ekstremitas bagian bawah adalah bagian tubuh yang paling sering terkena osteomielitis.
Beberapa faktor penting yang berperan dalam patogenenis osteomielitis antara lain
virulensi organism yang terinfeksi, penyakit penyerta, status imun host, serta tipe, lokasi, dan
vaskularitas dari tulang.
Terdapat tiga mekanisme dasar terjadinya osteomielitis. Osteomielitis hematogen
biasanya terjadi pada tulang panjang anak-anak, jarang pada orang dewasa, kecuali bila
melibatkan tulang belakang. Osteomielitis dari insufisiensi vaskuler sering terjadi pada diabetes
melitus. Contiguous osteomielitis paling sering terjadi setelah terjadi cedera pada ekstremitas.
Berbeda dari osteomielitis hematogen, kedua yang terakhir biasanya dengan infeksi polimikroba,
sering Staphylococcus aureus bercampur dengan patogen lain (Swiontkowski dkk, 1999).
Osteomielitis juga bisa disebabkan karena gangrene akibat diabetes mellitus. Luka pada kaki
tersebut dapat menyebabkan bakteri memasuki tulang. Nyeri bisa tidak dirasakan oleh klien
akibat dari neuropati yang dialami.
Infeksi terjadi ketika mikroorganisme masuk melalui aliran darah, secara langsung dari
benda-benda yang terinfeksi atau luka tembus. Trauma, iskemia, dan benda asing dapat
meningkatkan resiko invasi mikroorganisme ke tulang melalui bagian yang terpapar sehingga
organisme tersebut lebih mudah menempel. Pada daerah infeksi fagosit datang mengatasi infeksi
dari bakteri tersebut, namun dalam waktu yang bersamaan fagosit juga mengeluakan enzim yang
dapat mengakibatkan tulang menjadi lisis. Bakteri dapat lolos dari proses tersebut dan akhirnya
menempel pada bagian tulang yang lisis dengan cara masuk dan menetap pada osteoblas dan
membungkus diri dengan protective polysaccharide-rich biofilm. Apabila tidak dilakukan
perawatan, tekanan intramedular akan meningkat dan eksudat menyebab sepanjang korteks
metafisis yang tipis mengakibatkan timbulnya abses subperosteal. Abses subperiosteal dapat
meningkat dan menyebar pada bagian tulang yang lain.
Pus dapat menyebar melalui pembuluh darah, mengakibatkan peningkatan tekanan
intraosseus dan gangguan aliran darah. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya trombosis.
Nekrosis tulang mengakibatkan hilangnya peredaran darah periosteal. Nekrosis yang meluas
pada tulang mengakibatkan timbulnya sekuesterum. Sekuestra ini membuat bagian infeksius
yang mengelilingi bagian tulang yang sklerotik yang biasanya tidak mengandung pembuluh
darah. Kanal haversian diblok oleh jaringan parut dan tulang dikelilingi oleh bagian periosteum

7
yang menebal dan jaringan patur otot. Skuestera merupakan muara dari mikroorganisme dan
meningkatkan timbulnya gejala infeksi. Abses juga dapat keluar dari kulit membentuk sinus.
Sinus kemungkinan tertutup selama beberapa minggu atau bulan memberikan gambaran
penyembuhan, dapat terbuka (atau muncul di tempat lain) ketika tekanan jaringan meningkat.

8
2.5 Web of Causation
Fraktur terbuka Foot ulcer Invasi mikroorganisme
ke tempat lain yang
beredar melaui sirkulasi
Kerusakan Insufisiensi
pembuluh darah vaskular
Masuk ke juksta
epifisis tulang

Bakteri masuk
ke tulang

OSTEOMIELITIS
Penurunan kemampuan
dalam berjalan (jika
Terjadi proses menyerang bagian kaki)
fagositosis
Pengeluaran zat
pirogen endogen Keterbatasan Penyebaran infeksi ke
Respon inflamasi dalam bergerak organ penting

Merangsang sekresi
prostaglandin Trombosis pada MK: Hambatan Septikemia
pembuluh darah Mobilitas Fisik
Kerusakan lempeng
Peningkatan
Peningkatan tekanan epifisis
suhu tubuh
jaringan dan medulla

MK: Hipertemi MK: Gangguan Pertumbuhan


9
Iskemia dengan nekrosis tulang
Infeksi berkembang ke kavitas
medularis dan ke bawah periosteum

Terbentuk involuctum,
MK: Nyeri Terbentuk abses tulang
pengeluaran pus dari luka

Menyebar ke jaringan lunak


atau sendi di sekiratnya Deformitas, bau
dari luka

MK: Gangguan
Citra Tubuh

10
2.6 Manifestasi Klinis
LeMone, et al. (2016) membagi manifestasi klinis osteomielitis menjadi dua berdasarkan
lokasinya yaitu efek lokal dan efek sistemik.

Gambar : Osteomielitis (XpertDox, 2011).

Gambar : Osteomielitis (Geldwert, 2014).

Efek lokal diantaranya ialah (LeMone, et al., 2016):

a. Terdapat drainase dan ulserasi


b. Terjadi pembengkakan, eritema, dan teraba hangat
c. Terdapat nyeri yang terlokalisir

11
d. Terjadi baik nyeri akut maupun kronis yang memberat

Efek sistemik dari osteomielitis diantaranya ialah (LeMone, et al., 2016) :

a. Nodus limfe ikut terlibat, utamanya pada area yang mengalami osteomielitis
b. Peningkatan suhu tubuh sehingga menyebabkan klien menggigil
c. Malaise
d. Takikardi
e. Mual dan muntah
f. Anoreksia

Davey (2005) menjelaskan bahwa pada klien diabetes mellitus dengan osteomielitis tidak
merasakan nyeri. Menurut LeMone, et al. (2016) manifestasi ini dipengaruhi oleh beberapa hal
diantaranya usia, penyebab, lokasi, dan kondisi infeksi baik akut/ subakut/ kronik.

2.7 Pemeriksaan Diagnostik


1. MRI

Berguna dalam mendeteksi penyebaran infeksi ke jaringan lunak dan sumsum tulang
belakang.
2. CT Scan

CT-Scan dapat mengidentifikasi abnormalitas korteks, abses, saluran sinus, dan


sekuestrum.
3. Pemeriksaan darah

Selama infeksi akut, ESR dan WBC meningkat

4. Biopsy
5. Pemindaian tulang dapat dilakukan dengan mengidentifikasi abses,k saluran sinus, dan
perubahan tulang.
6. USG, dapat mendeteksi penumpukan cairan periosteal, abses, dan penebalan periosteal,
serta peningkatan akibat osteomyelitis.
7. Selama infeksi akut, ESR dan WBC meningkat
8. Kultur darah dan jaringan diambil untuk mengidentifikasi organisme yang menginfeksi
dan mengidentifikasi terapi antibiotic yang digunakan.
9. Foto rontgen
Foto sinar X akan mengeliminasi penyebab lain dari gejala yang timbul dan menunjukkan
adanya fraktur patologis.

12
10. Bone scan
Merupakan suatu pemeriksaan yang digunakan untuk mengetahui letak tulang yang
mengalami infeksi yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan sinar X.

2.8 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan oleh Boughman (2000) dalam Nugroho (2007) yang berfokus pada
pengontrolan dan pemusnahan proses infeksi antara lain:
a. Melakukan imobilisasi pada area yang mengalami osteomielitis dapat dilakukan dengan
merendam area tersebut dengan larutan normal salin hangat dalam waktu 20 menit dan
dilakukan beberapa kali dalam sehari.
b. Melakukan kultur darah guna mengetahui organisme apa yang menjadi penyebab infeksi.
Sehingga, dapat diketahui antibiotik yang tepat untuk medikasi.
c. Memberikan antibiotik IV.
d. Memberikan terapi antibiotik peroral apabila infeksi dapat dikontrol, kemudian
dilanjutkan selama 3 bulan.
e. Melakukan bedah debridement tulang apabila tidak ada respon terhadap terapi antibiotik.
Terapi antibiotik tambahan harus tetap diberikan.

Sedangkan, LeMone, et al. (2016) menjelaskan beberapa penatalaksanaan yang dapat diberikan
diantaranya:

a. Penatalaksanaan Medis
 Medikasi

Pemberian terapi antibiotik pada klien dengan osteomieltis bertujuan untuk


mencegah perkembangan penyakit dari akut menjadi kronis. Pemberian antibiotik
dapat dimulai dengan penisilin semisintetis resisten penisilinase sebelum klien
mendapatkan hasil kultur dan sensitivitas. Setelah didapatkan hasil kultur dan
sensivitas, maka antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme penyebab
diberikan kepada klien. Pemberian berlanjut hingga 4-6 minggu.

 Pembedahan

13
Terapi primer yang dapat diberikan kepada klien osteomielitis kronis ialah
debridema pembedahan. Pembebasan dari tekanan oleh akumulasi pus dilakukan
dengan cara mengeksisi periosteum dan mengebor korteks. Irigasi dilakukan pada
lubang yang terbentuk, kemudian lubang tersebut ditutup. Pemasangan slang
drainase dilakukan untuk menjaga agar lubang tetap dalam kondisi bersih. Slang
drainase ini dihubungkan dengan sistem irigasi dan suction. Perawatan yang dapat
dilakukan ialah dengan menyuling dan mengganti larutan antibiotik ke dalam
slang drainase.

Penatalaksanaan lain yang dapat diberikan ialah flap muskulokutaneus atau


mikokutaneus. Mikokutaneus ini dilakukan dengan merotasi otot dan bagian kulit
disekitarnya untuk dimasukkan ke dalam rongga yang telah dibuat saat pembedahan.

b. Penatalaksanaan Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan kepada klien osteomielitis dengan tindakan
pembedahan menurut LeMone, et al. (2016) ialah:
Asuhan Preoperasi
 Melakukan diskusi terbuka dan mendengarkan klien secara aktif untuk
menurunkan kekhawatiran klien terhadap tindakan operasi yang akan diterima.
 Menjelaskan kepada klien mengenai tirah baring dan lama terapi di rumah sakit
pasca operasi.

Asuhan Pascaoperasi
 Memberikan perawatan luka postoperasi seperti perawatan terhadap balutan dan
irigasi.
 Mengkaji adanya peningkatan suhu secara tiba-tiba, nyeri, dan indikasi
superinfeksi lainnya.

Health Education

 Menganjurkan kepada klien dan keluarga untuk senantiasa memastikan bahwa


klien mendapatkan asupan cairan dan diet tinggi kalori yang adekuat.

14
Tindakan keperawatan spesifik berdasarkan masalah keperawatan yang muncul dapat
dilakukan dengan (LeMone, et al, 2016):

Risiko Infeksi
 Senantiasa melakukan hygiene tangan.
 Memberikan terapi antimikroba.
 Mempertahankan asupan diet yang adekuat.

Hipertermia
 Memonitor suhu tubuh klien setiap 4 jam sekali dan ketika klien melapor bahwa
ada peningkatan suhu (demam) maupun menggigil.
 Memberikan pakaian yang tipis, selimut, serta lingkungan dengan suhu yang
dingin.
 Memberikan cairan 2.000-3.000 ml per hari.

Hambatan Mobilitas Fisik


 Mempertahankan imobilitas pada area yang mengalami osteomielitis dengan
posisi fungsional.
 Mempertahankan istirahat dan menghindarkan ektremitas klien yang terkena dari
kegiatan menyangga beban.
 Membantu klien latihan ROM aktif dan pasif setiap 4 jam sekali.

Nyeri akut akibat pembengkakan


 Mempertahankan ekstremitas klien imobilisasi.
 Berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan analgesik narkotik dan non-
narkotik yang pemberiannya terjadwal.
 Melatih klien untuk menggunakan metode non-farmakologis seperti napas dalam,
teknik relaksasi, dan lain sebagainya.
 Menghindari manipulasi yang berlebihan pada area yang mengalami
osteomielitis.

Perawatan di rumah yang dapat dilakukan diantaranya ialah (LeMone, et al, 2016):

 Menjaga hygiene tangan.


 Memberikan terapi antibiotik sesuai program dari dokter.
 Memberikan terapi medikasi nyeri sesuai anjuran dokter.

15
 Edukasi klien dan keluarga agar senantiasa memberikan asupan cairan dan diet
berserat yang adekuat untuk menghindari konstipasi akibat efek samping medikasi
nyeri.
 Melakukan perawatan luka.
 Membatasi gerak ekstremitas yang terkena.
 Mengajarkan kepada klien dan keluarga untuk senantiasa melatih ROM klien agar
terhindar dari efek samping imobilisasi.
 Memberikan asupan nutrisi yang adekuat.
 Anjurkan kepada klien dan keluarga untuk memberikan asupan nutrisi secara
sering dengan porsi sedikit.

2.9 Komplikasi
Nadhirah (2016) menyebutkan beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada klien dengan
osteomielitis diantaranya:

a. Abses jaringan lunak


b. Fistula
c. Penyatuan epifisis prematur
d. Deformitas
e. Ankilosis tulang akibat artritis piogenik

16
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan Umum


1. Pengkajian Keperawatan
a. Anamnesis
1) Identifikasi klien

Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan alamat.

2) Keluhan utama

Kaji pada pasien osteomielitis adanya infeksi bakterial pada kulit dan saluran
napas atas. Gejala lain dapat berupa nyeri yang konstan pada daerah infeksi,
nyeri tekan dan terdapat gangguan fungsi anggota gerak yang bersangkutan.
Gejala – gejala umum timbul akibat bakterimia dan septikemia berupa panas
tinggi, malaise serta nafsu makan yang berkurang. Selain itu ditemukan
adanya nyeri tekan, gangguan pergerakan sendi oleh karena pembengkakan
sendi.

3) Riwayat penyakit saat ini

Kaji pada pasien apakah klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan


demam.

4) Riwayat penyakit dahulu

Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri


pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi gigi dan infeksi saluran kemih) pada
masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat pembedahan tulang.

5) Riwayat kesehatan keluarga

Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.

6) Riwayat psikososial

17
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.

b. Kebiasaan sehari – hari


1) Pola nutrisi : anoreksia, mual, mutah
2) Pola eliminasi : adakah retensi urin dan konstipasi.
3) Pola aktivitas : pola kebiasaan
c. Pemeriksaan Fisik
1) Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.

2) Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid jangka
panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
3) Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada
osteomielitis akut)
4) Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan
purulen.
5) Identisikasi peningkatan suhu tubuh.
6) Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi.
7)
2. Diagnosa Keperawatan
1) Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi
2) Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan
3) Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan
keterbatasan menahan beban berat badan.
4) Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan
pengobatan.
5) Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri dan gangguan rasa nyaman.
6) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan nyeri dan ketakuatn dalam bergerak.
7) Infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang.
8) Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi.
9) Resiko terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang,
kerusakan kulit.
10) Kurang pengetahuan tentang program pengobatan.

3. Intervensi Keperawatan

18
Diagnosa Keperawatan:

Hipertermi berhubungan dengan proses inflamasi

NOC NIC RASIONAL

Setelah dilakukan 1. Pantau Suhu tubuh 1. Mengetahu status TTV


tindakan asuhan setiap 2 jam, Warna pasien
keperawatan selama ... kulit, TD, nadi dan 2. Pakaian yang tidak
X 24 jam diharapkan pernapasan, berlebihan dapat
klien tidak terjadi Hidrasi (turgor dan mengurahi peningkatan
khipertermi dengan kelembapan kulit. suhu tubuh dan dapat
kriteria hasil: 2. Lepaskan pakaian memberikan rasa
yang berlebihan. nyaman pada pasien
1. Mendemonstrasikan
3. Lakukan kompres 3. Menurunkan panas
bebas dari hipertermia
2. Pasien tidak mengalami dingin atau melalui proses konduksi
dehidrasi lebih lanjut kantong es untuk serta evaporasi, dan
3. Suhu tubuh normal menurunkan meningkatkankenyaman
4. Tidak mual.
kenaikan suhu pasien.
tubuh. 4. Memperbaiki
4. Motivasi asupan kehilangan cairan akibat
cairan. perspirasi serta febris
5. Kolaborasi Beriakn dan meningkatkan
obat antipiretik tingkat kenyamanan
sesuai dengan pasien.
anjuran 5. Antipiretik membantu
mengontrol peningkatan
suhu tubuh

Diagnosa Keperawatan:

Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan

NOC NIC RASIONAL

19
Setelah dilakukan tindakan 1. Mengkaji karakteris- 1. Untuk mengetahui
asuhan keperawatan tik nyeri : lokasi, tingkat rasa nyeri
selama ... x 24 jam durasi, intensitas nyeri sehingga dapat me-
diharapkan klien tidak terjadi dengan meng- gunakan nentukan jenis
nyeri dengan kriteria hasil: skala nyeri (0-10) tindakannya.
2. Mempertahankan im- 2. Mencegah
1. Mendemonstrasikan
mobilisasi (back slab). pergeseran tulang
bebas dari nyeri
2. Peningkatan rasa 3. Berikan sokongan dan penekanan pada
kenyamanan (support) pada jaring- an yang
3. Tidak terjadi nyeri. ektremitas yang luka. luka.
4. Ekspresi wajah rileks
4. Amati perubahan suhu 3. Peningkatan vena
dan suhu tubuh normal.
setiap 4 jam. return, menurunkan
5. Kompres air hangat. edem, dan me-
6. Kolaborasi pemberian ngurangi nyeri.
obat-obatan analgesik. 4. Untuk mengetahui
penyimpangan –
penyimpangan yang
terjadi.
5. Mengurangi rasa
nyeri dan
memberikan rasa
nyaman
6. Mengurangi rasa
nyeri

Diagnosa Keperawatan:

Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan nyeri, alat imobilisasi dan


keterbatasan menahan beban berat badan

NOC NIC RASIONAL

Setelah dilakukan 1. Pertahankan tirah 1. Agar gangguan

20
tindakan asuhan baring dalam posisi mobilitas fisik dapat
keperawatan yang di berkurang
selama ... x 24 jam programkan. 2. Dapat meringankan
diharapkan klien 2. Tinggikan masalah gangguan
tidk terjadi ekstremitas yang mobilitas fisik yang
gangguan mobilisasi sakit, instruksikan dialami klien
dengan kriteria klien / bantu dalam 3. Dapat meringankan
hasil: latihan rentang masalah gangguan
gerak pada mobilitas yang dialami
1. Gangguan mobilitas
ekstremitas yang klien
fisik dapat berkurang
sakit dan tak sakit 4. Agar klien tidak banyak
setelah dilakukan
3. Beri penyanggah melakukan gerakan
tindakan keperawatan.
2. Meningkatkan pada ekstremitas yang dapat
mobilitas pada tingkat yang sakit pada saat membahayakan
paling tinggi bergerak 5. Mengurangi terjadinya
3. Mempertahankan posisi 4. Jelaskan pandangan penyimpangan –
fungsional dan keterbatasan penyimpangan yang
4. Meningkatkan / fungsi
dalam aktivitas. dapat terjadi
yang sakit
5. Menunjukkna teknik 5. Berikan dorongan 6. Mengurangi gangguan
mampu melakukan pada klien untuk mobilitas fisik
aktivitas melakukan AKS 7. Mengurangi gangguan
dalam lingkup mobilitas fisik
keterbatasan dan
beri bantuan sesuai
kebutuhan.
6. Ubah posisi secara
periodik
7. Kolabortasi dengan
fisioterapi /
aoakulasi terapi.

21
Diagnosa Keperawatan:

Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang kondisi penyakit dan


pengobatan.

NOC NIC RASIONAL

Setelah dilakukan 1. Jelaskan tujuan 1. Mengorientasi


tindakan asuhan pengobatan pada program
keperawatan pasien. pengobatan.
selama ... x 24 jam 2. Kaji patologi masalah Membantu
diharapkan klien individu. menyadarkan klien
tidak terjadi ansietas 3. Kaji ulang tanda / untuk memperoleh
dengan kriteria hasil: gejala yang kontrol
memerlukan evaluasi 2. Informasi
1. Mendemonstrasikan
medik cepat,contoh menurunkan takut
hilangnya ansietas
2. Ekspresi wajah nyeri dada tiba-tiba, karena
relaks dispnea, distres ketidaktahuan.
3. Cemas dan rasa takut pernapasan lanjut. Memberika
hilang atau 4. Kaji ulang praktik pengetahuan dasar
berkurang kesehatan yang baik, untuk pemahaman
istirahat. kondisi dinamik
5. Kolaborasi dengan 3. Berulangnya
menggunakan obat pneumotorak/hemot
sedatif sesuai dengan orak memerlukan
anjuran. intervensi medik
untuk mencegah /
menurunkan
potensial
komplikasi.
4. Mempertahanan
kesehatan umum
meningkatkan

22
penyembuhan dan
dapat mencegah
kekambuhan.rapeut
ik.
5. Banyak pasien yang
membutuhkan obat
penenang untuk
mengontrol
ansietasnya

Diagnosa Keperawatan:

Resiko Penyebarluasan Infeksi berhubungan dengan abses tulang

NOC NIC RASIONAL

Setelah dilakukan 1. Pantau respon 1. Untuk mengetahui


tindakan asuhan klien terhadap efektifitas antibiotik yang
keperawatan terapi antibiotik. diberikan.
selama ... x 24 jam 2. Lakukan inspeksi 2. Mencatat tanda-tanda
diharapkan klien terhadap luka/ sisi inflamasi/ infeksi lokal,
tidak terjadi infeksi alat invasif setiap perubahan pada karakter
dengan kriteria hari. drainase luka atau sputum
hasil: 3. Jaga klien tetap dan urin.
pada kontrol 3. Tetapkan mekanisme
1. Tidak terdapat
infeksi, sterilisasi, yang dirancang untuk
tanda-tanda
dan prosedur mencegah infeksi.
penyebarluasan
aseptik. 4. Protein dan vitamin
infeksi, seperti
4. Berikan klien diet diperlukan dalam proses
dolor, kalor,
protein seimbang penyembuhan luka
fungsiolesa.
2. Proses vitamin C dan
penyembuhan luka vitamin D.
mengalami

23
kemajuan

Evaluasi Keperawatan

a. Klien tidak mengalami hipertermi


b. Klien tidak mengeluh nyeri
c. Klien tidak mengalami gangguan mobilitas fisik
d. Klien tidak mengalami ansietas
e. Klien tidak mengalami intoleransi aktivitas
f. Klien tidak mengalami resiko penyebarluasan infeksi

3.2 Asuhan Keperawatan Kasus


Kasus Semu:
Tn.A (35 tahun) MRS 14 Februari 2017 di ruang bedah ortopedi dengan keluhan nyeri di
daerah sekitar luka, Klien mengeluh tungkai dan kaki kirinya membengkak. 7 bln MRS klien
mengeluh tungkai dan kaki kiri membengkak disertai rasa nyeri dan panas. Kaki kiri Tn.A mulai
sukar digerakkan dan pada paha kiri keluar cairan di bagian 1/3 distal lateral tungkai kiri.
Pemeriksaan fisik: BB: 47 kg, T:36.8°C, Skala nyeri: 5 (0-10) klien mengeluh nyeri dan wajah
terlihat menahan nyeri, TB: 160cm, nadi: 98x/menit, TD: 100/60mmHg, RR: 20x/menit.ADL
Tn.A dibantu . Pada luka paha kiri bengkak (+), kemerahan (+), pus (+), terdapat 2 lubang pada
luka berdiameter masing-masing 0.5cm. tampak konjungtiva anemis, kulit pucat, sclera tidak
ikterik. Pemeriksaan penunjang: Hb: 8,6mg/dl, Leukosit: 16.400, LED: 96mm/jam, Albumin:
3.2gr/dl. ADL dibantu sebagaian dan ditambah penggunaan kruk

A. PENGKAJIAN
1. Anamnesa
a. Identitas klien

24
Nama : Tn.A
Umur : 35 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Perak
Pekerjaan : Wiraswasta
Tanggal MRS : 14 Februari 2017
b. Keluhan utama
Nyeri di daerah sekitar luka yang ada di tungkai dan kaki kiri
c. Riwayat penyakit saat ini
Sejak MRS 14 Februari 2017 hingga sekarang ,klien mengeluh nyeri dan panas
tungkai dan kaki kirinya membengkak. . Kaki kiri mulai sukar digerakkan dan pada
paha kiri keluar cairan di bagian 1/3 distal lateral tungkai kiri. Dan sekarang yang
dirasakan rasa nyeri pada daerah sekitar luka.
d. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat klien karena insiden kecelakaan yang dialami pada tahun lalu.
e. Riwayat kesehatan keluarga
Tidak ada riwayat keluarga yan berhubungan dengan penyakit klien.

2. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum:
BB : 47 kg
TB : 160 cm
T : 36.7°C
Nadi : 98x/menit
TD : 100/60mmHg
RR : 20x/menit

a. B1 (Breathing): normal
RR : 20x/menit

b. B2 (Blood):

25
TD : 100/60mmHg
T :36.7°C
Nadi : 98x/menit
Hb : 8,6mg/dl
Konjungtiva anemis
Terlihat pucat
Sklera tidak ikterik

c. B3 (Brain): skala nyeri pada tungkai kiri 5 (0-10)

d. B4 (Bladder): normal

e. B5 (Bowel):
BB : 47kg
Tidak ada gangguan pencernaan
Tidak ada mual muntah

f. B6 (Bone)
Pada luka paha kiri bengkak (+), kemerahan (+), pus (+), terdapat dua lubang pada luka
berdiameter masing-masing 0.5cm
Pengkajian ekstermitas
1) Look: Pada luka paha kiri bengkak (+), kemerahan (+), pus (+), terdapat dualubang
pada luka berdiameter masing-masing 0.5cm.
2) Feel: nyeri dan panas pada sekitar luka daerah paha kiri
P : infeksi pada luka
Q : nyeri panas terus menerus
R : paha kiri dan tungkai bawah
S: 5 (0-10)
T : terus menerus, dan bertambah ketika melakukan gerakan
3) Move: gerakan aktif terbatas, ADL dibantu dan

26
3. Pemeriksaan Diagnostik
Hb: 8,6mg/dl
Leukosit: 16.400

B. ANALISIS DATA
No. Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS: Bakteri Nyeri akut
Pasien mengeluh nyeri dan (Staphylococcus
panas pada area luka yaitu Aureus, Prosteus,
di tungkai dan paha kiri. Pseudomonas,
DO: Escberichia
P: infeksi pada luka ↓
Q: nyeri panas terus Adanya komplikasi
menerus dari luka klien
R: paha kiri dan tungkai ↓
bawah
S: 5 (0-10) Osteomielitis
T: terus menerus, dan ↓
bertambah ketika Inflamasi
melakukan gerakan ↓
TTV: Pembekakan dan
T :36.7°C penekanan jaringan
Nadi : 98x/menit lain
TD : 100/60mmHg ↓
RR : 20x/menit Nyeri akut
2. DS: Osteomielitis Resiko Cidera
Pasien mengeluh nyeri dan ↓
kaki sulit untuk digerakkan Infeksi / Respon
inflamasi
DO: ↓
- Pada luka paha kiri Pembentukan
bengkak (+), pus/abses

27
kemerahan (+), pus ↓
(+), terdapat dua Terhambatnya
lubang pada luka jaringan tulang
berdiameter masing- berekspansi dan
masing 0.5cm. terjadi penekanan
- Aktivitas sehari-hari

dibantu, berdiri dan
Terganggunya
berjalan
sirkulasi berakibat
menggunakan kruk.
iskemia jaringan

Nekrosis

Penurunan kekuatan
tulang

Tulang rapuh

Resiko Cidera
3. DS: Osteomielitis Gangguan Integritas
Pasienmengeluh tungkai ↓ kulit
dan kaki kiri membengkak Infeksi / Respon
disertai rasa nyeri dan panas inflamasi

Pembentukan
DO: pus/abses
- Pada luka paha kiri ↓
bengkak (+), Terhambatnya
kemerahan (+), pus jaringan tulang
(+), terdapat dua berekspansi dan
lubang pada luka terjadi penekanan
berdiameter masing- ↓

28
masing 0.5cm. Terganggunya
sirkulasi berakibat
iskemia jaringan

Nekrosis

Gangguan integritas
kulit

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkan dan inflamasi
2. Resiko Cidera berhubungan dengan Hipoksia jaringan
3. Gangguan Integritas berhubungan dengan neuropati perifer
D. INTERVENSI
Diagnosa:

Nyeri Akut (D.0077)

Kategori: Psikologis

Subkategori: Nyeri dan kenyamanan

NOC NIC

Dalamwaktu 1x24 jam, didapatkan outcome Pengurangan Kecemasan ( 5820)


dengan kriteria hasil sebagai berikut:
1. Jelaskan proses fisiologis akan
KontrolNyeri (1605) akibat dari penyakit dan akibatnya
2. Dorong keluarga dan jelaskan untuk
1. Klien mampu mengenali kapan nyeri selalu mendampingi klien selama
terjadi masa perawatan
2. Klien mampu mengetahui penyebab 3. Dukung penggunaan mekanisme
nyeri koping yang sesuai
3. Klien mampu melakukan tindakan 4. Instruksikan klien untuk
pencegahan atau tindakan yang menggunakan tekhnik relaksasi
dapat menghilangkan nyeri untuk mengatasi ataupun meredakan

29
Tingkat Nyeri (2102) nyeri
Manajemen Nyeri (1400)
1. Panjang episode dan skala nyeri
klien berkurang dan berangsur 1. Lakukan pengkajian nyeri
hilang ( dari skala 5 mampu menjadi komprehensif yang meliputi lokasi,
4 hingga akhirnya skala nyeri 0) karakteristik, onset / durasi ,
2. Ekspresi wajah klien tidak merintih
frekuensi , kualitas, intensitas atau
ataupun menahan nyeri
beratnya nyeri dan faktor pencetus
2. Gali pengetahuan dan kepercayan
pasien mengenai nyeri
3. Gali bersama pasien faktor-faktor
yang mampu mengurangi tingkat
nyeri pasien
4. Berikan informasi mengenai nyeri :
penyebab nyeri, dan akibat dari
prosedur yang dilakukan juga
mampu memberikan efek nyeri.

Diagnosa:

Resiko Cedera b.d Hipoksia Jaringan (D.0136)

Kategori: Lingkungan

Subkategori: Keamanan dan Proteksi

NOC NIC

Dalamwaktu 1x24 jam, didapatkanoutcome Peningkatan Latihan (0200)


dengankriteriahasilsebagaiberikut: 1. Kaji Hambatan klien untuk latihan
dalam memenuhi ADL
Cara Berjalan ( 0222) 2. Dampingi klien pada saat melakukan
kegiatan pemenuhan ADL, dan
1. Klien mampu berjalan dengan baik,
latihan
walaupun dibantu dengan keluarga
Perawatan Luka Tekan (3520)
dan alat bantu dengan kriteria langkah

30
baik 1. Kaji dan catat karakteristik luka setiap
2. Keseimbangan tubuh klien terjaga
hari, meliputi : ukuran, tingkatan luka,
ketika hendak berjalan dan mampu
lokasi, eksudat, granulasi atau adaya
menyesuaikan kondisi dengan alat
jaringn nekrotik terhadap luka
bantu 2. Fasilitasi pasien dan keluarga agar
dapat berkonsultasi mengenai
perawtaan luka
Perfusi jaringan (0422) Perlindungan infeksi (6550)
1. Monitor adanya tanda dan gejala
1. Aliran darah menuju daerah luka
infeksi sistemik dan lokal
mampu terpenuhi, sehingga nekrosis 2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
berkurang 3. Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup
4. Ajarkan pasien dan keluarga
mengenai perbedaan antara infeksi
virus dan bakteri
5. Ajarkan pasien dan keluarga
mengenai tanda dan gejala infeksi dan
kapan harus melaporkannya kepada
pemberi layanan kesehatan.

Diagnosa:

Gangguan integritas kulit b.d penurunan mobilitas (D.0139)

Kategori: Lingkungan

Subkategori: Keamanan dan Proteksi

NOC NIC

Dalam waktu 1x24 jam, didapatkan outcome Pengecekan Kulit (3590)


dengan kriteria hasil sebagai berikut:
1. Periksa kulit dan selaput lendir terkait
Integritas Jaringan: Kulit & dengan adanya kemerahan dan tanda-
MembranMukosa (1101) tanda lain yang dapat mengarah ke
keadaan infeksi.

31
1. Klien tidak mengalami lesi pada kulit. 2. Monitor warna dan suhu kulit.
2. Klien tidak mengalami nekrosis pada 3. Monitor kulit untuk adanya
kulitnya. kekeringan yang berlebihan dan
Konsekuensi Imobilitas: Fisiologi (0204) kelembaban.
4. Periksa kondisi luka operasi dengan
1. Klien tidak mengalami penurunan tepat.
tonus otot. Perawatan Tirah Baring (0740)
Posisi Tubuh: Berinisiatif Sendiri (0203)
1. Jelaskan alasan diperlukan tirah
2. Klien mampu berpindah dari satu sisi baring.
ke sisi yang lain sambil berbaring. 2. Letakkan lampu panggilan berada
dalam jangkauan pasien.
3. Ajarkan latihan di tempat tidur
dengan cara yang tepat, seperti
gerakan berubah posisi tiap 2 jam.
TerapiLatihan: MobilitasSendi (0224)

1. Kolaborasikan dengan ahli terapi fisik


dalam mengembangkan dan
menerapkan sebuah program latihan.
2. Jelaskan pada pasien atau keluarga
manfaat dan tujuan melakukan latihan
sendi.
3. Instruksikan pasien/keluarga cara
melakukan latihan ROM pemenuhan
ADL klien
4. Dukung latihan ROM aktif sesuai
jadwal untuk meningkatkan
kebutuhan ADL

E. IMPLEMENTASI

Hari/Tanggal No. DK Jam Implementasi

Selasa, 17 April D.0077 08.30 1. Menemui klien dan menanyakan terkait


2018 kondisi nyeri yang meliputi : intensitas

32
nyeri, lokasi, kualitas nyeri
Respon : Klien mengaku nyeri skala 5
dari 10 di area sekitar operasi
08.32 3. Menanyakan terhadap klien terkait hal
apa yang biasa dilakukan untuk
mengatasi nyeri
Respon : Klien mengaku klien tidur
untuk mengatasi nyeri yang dirasakan,
walaupun terkadang nyeri juga
mengganggu tidurnya
4. Menanyakan klien terhadap kecemasan
ataupun respon klien terhadap nyeri
Respon : Klien mengaku ketakutan
terhadap nyeri yang dirasakan
08.40
5. Menjelaskan terhadap klien terkait nyeri
dan akibat dari tindakan perawatan yang
diberikan
Respon: Klien dan keluarga mulai
paham dan tidak merasa ketakutan

08.45 terhadap nyeri


6. Menjelaskan terhadap klien dan keluarga
terkait tekhnik relaksasi napas dalam
untuk mengurangi nyeri
Respon : Klien dan keluarga mengamati
08.48 dan mempraktikkan tehnik, tujuannya
keluarga juga mampu menjadi pengawas
klien saat mendampingi jika nyeri
berulang

08.52 7. Memberikan HE terhadap klien untuk


selalu mendampingi klien
Respon : Keluarga menjelaskan selalu

33
berusaha mendampingi klien

Hari/Tanggal No. DK Jam Implementasi

Selasa, 17 April D.0139 09.00 1. Memeriksa kulit dan selaput lendir


2018 terkait dengan adanya kemerahan dan
tanda-tanda lain yang dapat mengarah
ke keadaan infeksi.
Respon: pasien mengeluhkan kulitnya
cenderung kering dan jarang
berkeringat.
2. Memonitor warna dan suhu kulit.
09.15
Respon: pasien tidak memberikan
respon.
3. Memonitor kulit untuk adanya
09.17
kekeringan yang berlebihan dan
kelembaban.
Respon: pasien jarang mandi dan
kulitnya kering.
4. Memeriksa kondisi luka operasi dengan
tepat.
09.20
Respon: pasien mengeluh nyeri pada
lukanya.
5. Menjelaskan alasan diperlukan tirah
baring.
Respon: pasien tahu tujuan dari tirah

09.23 baring yaitu untuk mempercepat


penyembuhan dan pemulihan.
6. Meletakkan lampu panggilan berada
dalam jangkauan pasien.
Respon: pasien berterima kasih karena
sangat berguna apabila nyeri terasa

34
kembali.
7. Mengajarkan latihan di tempat tidur
09.25
dengan cara yang tepat, seperti gerakan
berubah posisi tiap 2 jam.
Respon: pasien belum mengetahui
gerakan mobilisasi di tempat tidur.
8. Berkolaborasi dengan ahli terapi fisik
dalam mengembangkan dan menerapkan
sebuah program latihan.
09.30 Respon: pasien sangat antusias terhadap
latihan yang diajarkan.
9. Menjelaskan pada pasien atau keluarga
09.32 manfaat dan tujuan melakukan latihan
sendi.
Respon: pasien sebelumnya tidak
paham menjadi paham dan bersemangat
untuk melakukannya.
10. Menginstruksikan pasien/keluarga cara
09.33 melakukan latihan ROM.
Respon: pasien dan keluarga menjadi
tahu mengenai latihan ROM dan
fungsinya.

09.40 11. Mendukung latihan ROM aktif sesuai


jadwal.
Respon: pasien sangat bersemangat
karena tahu bahwa manfaatnya untuk
menjaga kondisi tubuhnya agar tetap
baik.

Hari/Tanggal No. DK Jam Implementasi

Selasa, 17 00136 D 13.00 1. Tanyakan terhadap klien mengenai

35
April 2018 perkembangan pemenuhan klien
Respon : Klien masih dibantu dengan
anggota keluarga sebagaian saat
memenuhi kebutuhan ADL
13.05 2.Kaji Hambatan klien untuk latihan dalam
memenuhi ADL
Respon : Kaki masih terasa sangat nyeri
dan sulit untuk digerakkan
13.12 3. Dampingi klien pada saat melakukan
kegiatan pemenuhan ADL, dan latihan
Respon : Klien terlihat antusias
13.15 4. Kaji dan catat karakteristik luka setiap
hari, meliputi : ukuran, tingkatan luka,
lokasi, eksudat, granulasi atau adaya
jaringn nekrotik terhadap luka
Respon : Kondisi luka masih belum
baik, masih terdapat jaringan nekrotik
13.17 5. Fasilitasi pasien dan keluarga agar dapat
berkonsultasi mengenai perawtaan luka
Respon : Klien dan keluarga sangat
senang, dan begitu antusias untuk
fasilitas yang ditawarkan
13.30 6. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
perbedaan antara infeksi virus dan
bakteri
Respon : Antusias

F. EVALUASI

36
1. S: Pasien mengatakan bahwa kondisinya di sekitar luka masih terasa nyeri
O: RR normal, wajah masih terlihat terkadang menahan nyeri
A: Laporan subyektif dan obyektif belum baik, kriteria hasil belum tercapai, masalah belum
teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

2. S: Pasien mengatakan bahwa kondisi kaki bengkak dan sulit untuk digerakkan dalam memenuhi
ADL secara mandiri
O: luka paha kiri bengkak (+), kemerahan (+), pus (+), terdapat 2 lubang pada luka berdiameter
masing-masing 0.5cm. ADL masih dibanu dengan penggunaan kruk
A: Laporan subyektif dan obyektif belum baik, kriteria hasil belum tercapai, masalah belum
teratasi keseluruhan.
P: Intervensi dilanjutkan

3. S: Pasien mengeluh nyeri pada luka


O: Pada luka paha kiri bengkak (+), kemerahan (+), pus (+), terdapat 2 lubang pada luka
berdiameter masing-masing 0.5cm.
A: Laporan subyektif dan obyektif belum memuaskan, kriteria hasil belum tercapai, masalah
belum teratasi
P: Intervensi dilanjutkan

37
BAB 4

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi pada tulang yang dapat terjadi karena penyebaran
infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau, yang lebih sering, setelah kontaminasi
fraktur terbuka atau reduksi bedah.
Beberapa faktor penting yang berperan dalam patogenenis osteomielitis antara
lain virulensi organism yang terinfeksi, penyakit penyerta, status imun host, serta tipe,
lokasi, dan vaskularitas dari tulang.
Keterlambatan dalam mengidentifikasi infeksi, organisme penyebab,dan memulai
pengobatan dapat menambah periode perawatan di rumah sakit. Infeksi dan perubahan
skeletal dapat mengakibatkan implikasi yang serius dan merugikan bagi pasien dan layanan
kesehatan. Pencegahan masih menjadi proteksi terbaik terhadap infeksi dan semua tim
layanan kesehatan bertanggung jawab untuk meminimalkan risiko infeksi
selamaperawatan pasien.

4.2 Saran
Dengan adanya makalah ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan bagi
mahasiswa keperawatan, sehingga nantinya dalam memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien dengan Osteomielitis dapat dilakukan secara maksimal sesuai dengan hal yang
dibutuhkan pasien.

38
DAFTAR PUSTAKA
Bauldoff, Gerene., Lemone, Priscilla., M. Burke, Karen. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta : Buku Kedokteran EGC

Corwin, Elisabeth J. (2008). Patofisiologi : Buku Saku. Ed. 3. Jakarta: EGC


Davey, Patrick.2005.At a Glance Medicine.Jakarta: Erlangga.

Gillespie, W.J. (1990). Infection in Total Joint Replacement. Infect Dis Clin North Am; 4(3):465-
84.
Hatzenbuehler, John, dkk. 2011. Diagnosis and Management of Osteomyelitis. American
Academy of Family Physicians
LeMone, at al.2016.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 5.Jakarta: EGC.

Waldvogel, F.A., Medoff, G., dan Swartz, M.N. (1970). Osteomyelitis: A Review of Clinical
Features, Therapeutic Considerations and Unusual Aspects (First of Three Parts). N Engl
J Med; 282(4):198-206.
Geldwert.2014.Osteomyelitis: The Danger of Letting & Ankle Pain Continue Untreated.
https://healingfeet.com/foot-pain/osteomyelitis-danger-letting-foot-ankle-pain-go diakses
tanggal 15 April 2018.

Nadhirah, A.2016.Bab II Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran.


http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/4792/06bab2_nadhirah_10100
111083_skr_2015.pdf?sequence=6&isAllowed=y diakses tanggal 14 April 2018.

Nugroho, S.W.2007.Bab I Konsep Dasar. http://eprints.ums.ac.id/16799/2/BAB_I.pdf diakses


tanggal 14 April 2018.

XpertDox.2011.Osteomyelitis.https://www.xpertdox.com/disease-description/Osteomyelitis
diakses tanggal 15 April 2018.

http://erepo.unud.ac.id/11244/3/59f540f9b28d117aa59033b5a2cc6f28.pdf

http://repository.unisba.ac.id/bitstream/handle/123456789/4792/06bab2_nadhirah_10100111083
_skr_2015.pdf?sequence=6&isAllowed=y

39

Anda mungkin juga menyukai