Oleh :
Vania Patrisia Wauran (19101105002)
Amanda Grace Sarapun (19101105006)
Chelinda Sarah Tumundo (19101105009)
Jeclin Inebel Dolongtelide (19101105011)
Miracle Sintha Gonie (19101105013)
Viocindy Riska Nusaly (19101105016)
Titah Amelia Ratte (19101105033)
i
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Saya Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sam
Ratulangi yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Viocindy Riska Nusaly
NIM : 19101105016
Kelompok : VI (Enam)
Program Studi : Farmasi A
Judul Laporan : ”PEMBUATAN LARUTAN”
Menyetujui, Mengetahui,
Asisten Dosen Dosen Penanggung Jawab
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan
laporan praktikum kimia, dengan judul “REAKSI REDUKSI – OKSIDASI”.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, hal ini karena
kemampuan dan pengalaman penulis yang masih ada dalam keterbatasan. Untuk itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun, demi perbaikan
laporan praktikum penulis yang akan datang. Semoga laporan praktikum ini bermanfaat,
demi menambah pengetahuan terutama bagi pembaca umumnya dan bagi penulis
khususnya.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Benny Pinontoan, M.Sc., Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Sam Ratulangi Manado.
2. Paulina V. Y. Yamlean.,S.Si.,M.Kes.Apt, Koordinator Program Studi Farmasi
3. Prof. Dr.Drs. Johnly A. Rorong, M.Si., selaku pengajar Mata Kuliah Kimia
Umum, dan Irma Antasionasti S.Pd.,M.S., selaku penanggung jawab Praktikum
Kimia Umum yang telah bersedia menyediakan waktu, tenaga dan pikiran bahkan
dengan sabar membimbing penulis dalam penyusunan laporan ini.
4. Ellen Hotmian, selaku asisten dosen yang telah bersedia menyediakan waktu,
tenaga dan pikiran bahkan dengan sabar membimbing penulis dalam penyusunan
laporan ini.
5. Laboran yang telah membantu menyediakan alat-alat praktikum.
6. Teman-teman kelompok yang sudah banyak membantu dengan memberikan
dukungan serta semangat dalam pembuatan laporan ini.
7. Orang Tua dan Keluarga yang telah banyak membantu dalam hal materi dan
semangat serta doa-doa yang mendukung penulis.
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR ISTILAH (GLOSSARY)
Ekuivalen : adalah memiliki nilai(ukuran, arti, atau efek) yang sama seharga, sebanding,
dan sepadan.
Hidrolisis : adalah reaksi kimia yang memecah molekul air menjadi kation hidrogen dan
anion hidroksida.
Homogen : istilah yang digunakan untuk menunjukan bahwa suatu hal tersebut adalh
sama baik itu sifatnya, tingkah lakunya, dan karakteristiknya.
Misibel : istilah yang digunakan untuk menyatakan suatu cairan yang mempunyai
kemampuan untuk bercampur dan membentuk masa homogen
Polar : adalah senyawa yang terbentuk akibat adanya ikatan antar elektron pada
unsur-unsurnya.
vi
REAKSI – REAKSI KIMIA
Abstrak
vii
BAB I.
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
2
BAB II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Larutan
Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang
terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi.
Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang
mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan
pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut,
sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut. Faktor yang
mempengruhi kelarutan suatu zat antara lain adalah tekanan, sifat zat, suhu, dan luas
permukaan . Larutan dapat terjadikarena komponen larutan terdispersi menjadi atom
atau molekul-molekul atau lain-lain yang bercampur baur. Larutan dapat berupa padat ,
cair atau gas. Namun lazimnya yang disebut larutan adalah zat cair (Harjadi, 2000).
Semua gas pada umumnya dapat bercampur dengan sesamanya (misibel). Karena
itu semua campuran gas adalah larutan. Meskipun demikian campuran fase gas jarak
pisah antaranya molekul relative jauh, sehingga tidak dapat saling tarik-menarik secara
efektif. Larutan dapat berfase padat, dalam larutan pada pelarutnya adalah zat padat.
Kemampuan membentuk larutan padat sering terdapat pada logam dan larutan tertentu
dimana atom terlarut mengerahkan beberapa atom pelarut dalam larutan padat lain.
Atom terlarut dapat mengisi kisi atau lubang dalam kisi pelarut. Pembentukan larutan
padat ini terjadi apabila atom terlarut cukup kecil utnuk memasuki lubang-lubang dan
diantara atom pelarut. Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering
dihasilkankonsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui konsentrasi yang
sebenarnya perlu dilakukan standarisasi. Standarisasi sering dilakukan dengan titrasi.
Zat-zat yang didalam jumlah yang relative besar disebut pelarut (Khopkar, 2003).
Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu
disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh larutan tidak jenuh. Kadang-kadang
dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut dalam larutan lebih
3
banyak daripada zat terlarut yang seharusnya dapat melarut pada temperature
tersebut.Larutan yang demikian disebut larutan lewat jenuh. Banyaknya zat terlarut
yangdapat menghasilkan larutan jenuh, dalam jumlah tertentu pelarut pada temperature
konstan disebut kelarutan. Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu,molekul
pelarut, temperature dan tekanan. Meskipun larutan dapat mengandung banyak
komponen, tetapi pada tinjauan ini hanya dibahas larutan yang mengandung dua
komponen. Yaitu larutan biner. Komponen dari larutan bineryaitu pelarut dan zat
terlarut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek
ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleksdan lain-lain
(Khopkar, 2003).
Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air yang
berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam
asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan pelarutmya
(Wahyudi, 2000).
Suatu larutan dengan jumlah maksimum zat terlarut pada temperatur tertentu
disebut larutan jenuh. Sebelum mencapai titik jenuh larutan tidak jenuh. Kadang-kadang
dijumpai suatu keadaan dengan zat terlarut dalam larutan lebih banyak daripada zat
terlarut yang seharusnya dapat melarut pada temperature tersebut.Larutan yang
demikian disebut larutan lewat jenuh. Banyaknya zat terlarut yang dapat menghasilkan
larutan jenuh, dalam jumlah tertentu pelarut pada temperature konstan disebut kelarutan.
Kelarutan suatu zat bergantung pada sifat zat itu,molekul pelarut, temperature dan
tekanan. Meskipun larutan dapat mengandung banyak komponen, tetapi pada tinjauan
ini hanya dibahas larutan yang mengandung dua komponen. Yaitu larutan biner.
Komponen dari larutan bineryaitu pelarut dan zat terlarut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion
berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain (Hermawan, 2009).
4
volume (Brady, 2000).
Rumus Molaritas
𝑛 Ket :
𝑀=
𝑉
M = Molaritas ( M)
Atau
n = umlah mo ( mol)
V = Volume ( mL)
Molaritas ialah cara yang paling lazim untuk menyatakan komposisi larutan encer.
Untuk pengukur yang cermat cara ini kurang menguntungkan karena sedikit
ketergantungan pada suhu. Jika larutan dipanaskan atau didinginkan, volume berubah
sedangkam mol akan tetap sehingga molaritas akan berubah.
1. Molalitas
Molalitas ialah jumlah zat terlarut pada tiap kilogram pelarut, dalam molalitas
tidak ada volume, namun massa yang tidak berepengaruh pada suhu.
5
Rumus molalitas
𝑔𝑟 1000
𝑚= 𝑥
𝑀𝑟 𝑝
Ket:
m = Molalitas ( m)
V = Volume ( mL)
gr = massa zat terlarut (g)
Mr = massa realtif zat terlarut
2. Persen Massa
Persen massa atau sering disebut persen bobot per bobot (% b/b), menyatakan
jumlah massa zat terlarut dalam 100 bagian massa larutan Rumus persen massa :
3. Persen Volume
Persen volume atau persen volum per volum (% V/V) menyatakan jumlah zat
terlarut dalam 100 bagian volume larutan.
Rumus persen volume
Volume zat
% volume = terlarut x 100 %
Volume larutan
4. ppm
ppm (part per million) menyatakan jumlah bagian komponen dalam sejuta bagian
campuran.
Rumus ppm :
𝑛𝐴
𝑋𝐴 =
𝑛𝐴 + 𝑛𝐵
Ket :
XA = fraksi mol pelarut
nA = mol zat terlarut
nB = mol zat pelarut
7
BAB III.
METODE PENELITIAN
8
D. Titrasi HCl oleh NaOH
1. Larutan HCl dari bagian C dipipet sebanyak 25 mL dan dimasukkan ke dalam
Erlenmeyer 250 mL. indikator ditambahkan 2-3 tetes.
2. Larutan HaOH dimasukkan ke dalam buret sebanyak 0,5 mL.
3. Larutan HCl dan HaOH dititrasi hingga tepat terjadi perubahan warna.
4. Titrasi diulangi sebanyak tiga kali dan konsentrasi HCl dalam molaritas
dihitung.
9
BAB IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
𝑥
% m / m H2SO4 : × Fraksi mol H2SO4:
𝑥+100,9 𝑛𝑖
𝑋𝑖 =
100% 𝑛𝑖 + 𝑛𝑖 + 𝑛𝑗 + ⋯ + 𝑛𝑧
0,4 0,004
= × 100% 𝑋𝑖 =
0,4 + 100,9 0,004 + 5,602
0,004
= 0,0039 × 100% 𝑋𝑖 =
5,606
= 0,39 % 𝑋𝑖 = 0,00071
10
b.Pembuatan Larutan NaCl
Massa NaCl 3,1 mg
Mr NaCl 58,5
Volume larutan 100 mL
Hitungan
Jumlah mol NaCl
3,1
= 58,5
= 0,0529 mmol
= 5,3 𝑥 10−2 mmol
Konsentrasi massa
3,1
= 100 𝑥 100 %
= 3,1 %
Molaritas
5,3 𝑥 10−2
= 100
= 5,3 𝑋 10−4 mM
= 5,3 𝑋 10−7 M
( V x M ) Titrat = ( V x M ) Titran
Ulangan Volume ( mL)
1
2
3
Ulanagn 1
( V x M ) Titrat = ( V x M ) Titran
Ulangan 2
( V x M ) Titrat = ( V x M ) Titran
Ulangan 3
( V x M ) Titrat = ( V x M ) Titran\
4.2. Pembahasan
Pada praktikum tentang Pembuatan Larutan, prosedur yang dilakukan ada
empat kali percobaan yang berbeda-beda. Pada percobaan pertama dilakukan pembuatan
larutan H2SO4 , dimana dari data yang diperoleh dapat dilakukan pencarian persenvolume
dengan cara VA dibagi dengan Vlarutan , lalu dikali 100 % . Dari percobaan , larutan H2SO4
yang dicampur dengan akuades akan mengalami perubahan volume , dikarenakan afinitas
H2SO4 terhadap air cukup kuat yang menyebabkan terpisahnya atom Hidrogen dan atom
Oksigen.
Percobaan kedua dilakukan pembuatan larutan NaCl . Dari percobaan , diperoleh data
yang digunakan untuk menghitung konsentrasi larutan dan molaritas larutan NaCl . Pada saat
larutan NaCl dibuat ,terjadi perubahan warna NaCl menjadi merah muda dan terlihat adanya
12
gelembung yang disebabkan karena potensial reduksi standar yang dimiliki oleh air lebih
besar dari ion Cl- dari NaCl , sehingga yang tereduksi adalah molekul-molekul air.
Percobaan ketiga yaitu pengenceran larutan HCl . Data-data yang diperoleh dari
prosedur ini digunakan untuk menghitung molaritas HCl akhir. Molaritas dihitung dengan
membagi dengan molaritas HCl akhir ,hasil perkalian antara volume awal larutan HCl dengan
molaritas awal.
Percobaan terakhir yaitu titrasi HCl dengan NaOH ,yang dilakukan sebanyak tiga kali
. Dari percobaan yang dilakukan diperoleh data-data yang digunakan dalam menghitung nilai
molaritas HCl rata-rata . Pada saat HCl dititrasi dengan NaOH terjadi perubahan warna .Hal
ini disebabkan karena adanya kenaikan nilai pH . Mula-mula pH naik sedikit demi sedikit ,
kemudian terjadi perubahan drastis di titik ekivalen dengan nilai pH 7 .
Pembuatan larutan HCl bersifat eksoterm , karena terjadi pelepasan kalor dari larutan
HCl ke lingkungan. Pada pembuatan larutan NaCl juga bersifat eksoterm karena suhu pelarut
yaitu akuades lebih rendah sehingga terjadi pelepasan kalor dari NaCl ke lngkungan. Pada
pengenceran larutan HCl dapat dilihat perubahan warna bening dan pertambahan volume .
Hal ini disebabkan karena perubahan konsentrasi yang memengaruhi perubahan dari volume.
13
TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM
m=
3=
3 x 58 x 80 = gr x 1000
1000 gr = 13920
gr =
gr = 13.92 gr
Mr NaOH = 40
Mr air = 18
14
gr 25
mol NaOH = Mr = 40 = 0,625 mol
gr 75
mol air = Mr = 18 = 4.167 mol
𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 0,625
𝑋𝑡 = = = 0,3
𝑚𝑜𝑙 𝑁𝑎𝑂𝐻 + 𝑚𝑜𝑙 𝑎𝑖𝑟 0,625 + 4.167
15
BAB V.
KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dapat disimpulkan :
1. Konsentrasi larutan dapat dinyatakan dalam beberapa cara :
% massa
% volume
Konsentrasi massa
Molaritas
Fraksi mol
2. Membuat larutan dengan konsentrasi tertentu sangat penting,untuk itu perlu diperhatikan
hal – hal berikut.
Satuan yang digunakan dalam menyatakan hasil dan perbandingan
Satuan yang digunakan untuk menyatakan zat terlarut , pelarut , dan terlarut.
3. Menentukan konsentrasi suatu larutan contoh atau larutan yang belum diketahui
konsentrasinya dapat ditentukan dengan cara :
Rumus titran : ( V x M ) Titrat = ( V x M ) Titran
5.2.Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas,hasil praktikum ini mempunyai implikasi yaitu:
1. Mahasiswa akan mengetahui pencampuran larutan yang benar.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan konsentrasi larutan.
3. Mahasiswa mampu melakukan pengenceran dan titrasi pada larutan.
5.3.Keterbatasan
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Kurangnya alat-alat praktikum yang ada dilaboraturium yang menghambat kelancaran
praktikum.
2. Alat-alat laboratorium yang kurang memadai.
3. Ketersediaan bahan penelitian yang ada di laboratorium kurang,bahkan ada yang tidak ada.
4. Keadaan ruangan laboatorium yang belum terlalu kondusif.
5. Ketelitian praktikan dalam kegiatan praktikum masih kurang.
5.4.Saran
Berdasarkan analisis praktikum ini,maka peneliti memberikan saran, yaitu:
Diharapkan praktikan lebih cekatan dalam mempersiapkan alat untuk percobaan dan
dapat menguasai prosedur kerja dari percobaan dengan baik agar percobaan lancar dan selesai
tepat waktu .
16
DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, Adi dan Roewati. 2004. Konsep Dasr Kimia Analitik. Jakarta Universitas
Indonesia
Hermawan; Paris Sutarjayawinata; Heru Pratomo Al.2009. Aktif Belajar Kimia. Jakarta:
Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
17
LAMPIRAN
x
DIAGRAM ALIR PERCOBAAN
LARUTAN
Pipet sejumlah H2SO4 dan masukkan ke dalam labu takar tersebut kemudian ditimbang.
Tambahkan aquades ke dalam labu takar hingga 100 mL ( hingga tanda tera ), kocok,
kemudian timbang.
Hitung konsentrasi larutan H2SO4 yang dibuat. Nyatakan dalam %w/w dan fraksi mol H2SO4
xi
Pembuatan Larutan NaCl
Timbang 2-3 sudip kristas NaCl dan larutan dalam gelas piala dengan sedikit aquades.
Bilas gelas piala tadi dengan sedikit aquades dan masukkan juga hasil bilasan tersebut ke dalam
labu takar.
Tambahkan aquades ke dalam labu takar hingga 100 mL (tanda tera) lalu kocok.
Hitung konsentrasi larutan NaCl yang dibuat. Nyatakan dalam konsentrasi massa dan
konsentrasi molaritas.
xii
Pengenceran Larutan HCl
Pipet sejumlah HCl 1 M dan temparkan dalam labu takar 100 mL. Hitunglah terlebih
dahulu volume HCl yang akan diambil sehingga konsentrasi yang akan dibuat dalam
melebihi setengah dari konsentrasi awal.
Hitung konsentrasi larutan HCl yang baru dibuat, nyatakan dalam molaritas (gunakan
rumus pengenceran)
Pipet 25 mL larutan HCl dari bagian c dan masukkan ke dalam erlenmeyer 250 mL. Tambahkan 2-
3 tetes indikator.
Titrasi larutan HCl dengan NaOH hingga tepat terjadi perubahan warna.
Ulangi tritasi sebanyak tiga kalidan hitung konsentrasi HCl dalam molaritas.
xiii