PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut United Nations Development and Social Affairs
(UNDESA, 2010) Indonesia termasuk Negara ke -37 dengan persentase
pernikahan usia muda yang tinggi dan merupakan tertinggi kedua di
ASEAN setelah Kamboja. Pada tahun 2010 terdapat 158 negara dengan
usia legal minimal perempuan nikah adalah 18 tahun ke atas. Namun di
Indonesia batas menikah adalah 16 tahun. (infodatin, 2015)
Dalam melakukan peran sebagai pasangan yang menikah, seorang
suami dan istri haruslah memiliki kesehatan lahir dan batin yang baik.
Salah satu indikasi bahwa calon pengantin yang sehat adalah bahwa
kesehatan reproduksinya berada pada kondisi yang baik.
Kedua calon pengantin mempunyai kebebasan dan hak yang sama
dan secara bertanggungjawab dalam memutuskan untuk berapa jumlah
anak mereka, jarak kelahiran antara anak satu dengan yang kedua dan
seterusnya serta menentukan waktu kelahiran dan dimana anak tersebut
dilahirkan.
Kesehatan reproduksi adalah keadaan yang menunjukkan kondisi
kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang dihubungkan dengan fungsi
dan proses reproduksinya termasuk di dalamnya tidak memiliki penyakit
atau kelainan yang mempengaruhi kegiatan reproduksi tersebut. Dalam
kesehatan reproduksi pembagian peran sosial perempuan dan laki-laki
mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan perempuan dan laki-laki.
Hak rerpoduksi dan seksual menjamin keselamatan dan keamanan
calon pengantin, termasuk didalamnya mereka harus mendapatkan
informasi yang lengkap tentang kesehatan reproduksi dan seksual, serta
efek samping obat-obatan, alat dan tindakan medis yang digunakan untuk
mengatasi masalah kesehatan reproduksi.
1
Bidan sebagai salah satu pemberi asuhan dalam kesehatan
reproduksi, harus mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai
standar agar dapat memberikan asuhan yang bermutu. Dengan demikian,
mahasiswa pendidikan profesi bidan wajib mempelajari dan mendalami
topik asuhan kebidanan pada pra nikah. Dalam memberikan asuhan
tersebut bidan berkolaborasi dengan tim untuk melakukan tes atau
pemeriksaan pra nikah.
Tes pranikah merupakan serangkaian tes yang harus dilakukan
pasangan sebelum menikah. Di negara-negara lain, Tes pranikah sudah
menjadi persyaratan wajib bagi pasangan yang akan menikah. Hal tersebut
dikarenakan tidak semua orang mempunyai riwayat kesehatan yang baik.
Seseorang yang tampak sehat dapat dimungkinkan memiliki sifat
pembawa (carrier) penyakit.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan kebidanan pada pra nikah
dengan menerapkan pola pikir melalui pendekatan manajemen
2
kebidanan sesuai kompetensi bidan di Indonesia dan
pendokumentasian menggunakan SOAP.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada pra nikah
b. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa aktual pada pra nikah
c. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa potensial pada pra
nikah
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
pada pra nikah
e. Mahasiswa mampu melakukan perencanaan pada pra nikah
f. Mahasiswa mampu melakukan pelaksanaan pada pra nikah
g. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada ibu pra nikah
h. Mampu membuat dokumentasi asuhan kebidanan SOAP pada
pra nikah
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam penyusunan laporan komprehensif ini adalah asuhan
kebidanan pada pra nikah.
D. Manfaat
Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan kebidanan serta dapat membuat
dokumentasi asuhan kebidanan pada ibu pra nikah.
3
BAB II
KAJIAN KASUS DAN KAJIAN TEORI
4
8. Riwayat Kesehatan Keluarga
Keluarga tidak ada riwayat hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung,
hati, asma, TBC, epilepsi, diare.
9. Riwayat Fungsional Kesehatan
a. Pola Nutrisi
Makan 3 kali/hari dengan nasi, sayur dan lauk. Minum air 7 gelas/hari.
b. Pola Istrirahat
Istirahat siang tidak pernah, malam ±8 jam.
c. Pola Aktivitas
Bekerja di toko, dan pekerjaan rumah tangga.
d. Pola Personal Hygiene
Mandi 2 kali/hari dengan menggunakan air sumur, cebok setiap kali
BAB/BAK.
9. Riwayat Kebiasaan
Merokok : tidak pernah, calon suami tidak merokok.
Narkoba : tidak
Minuman Keras : tidak
Hewan Peliharaan : tidak
10. Riwayat Psikososial, Budaya dan Spiritual
Pasien rencana menikah tanggal 17 November 2019. Pasien dan calon
suami tampak sangat siap dengan pernikahan ini.
Objektif
1. Pemeriksaan Umum
TB : 158 cm, BB : 56,5 kg, Lila : 26 cm, IMT = 22,63 kg/m²
TD : 110/70 mmHg
2. Pemeriksaan Fisik
a. Muka: Tidak pucat, konjungtiva merah muda, sclera putih.
b. Leher : tidak ada bendungan vena jugularis, tidak ada pembengkakan
kelenjar tiroid.
5
3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Lab Tanggal 21-08-2019
Golongan darah :A
Hb : 12,2 gr/dL
PP Test : (-)
Analisis
Nn. S umur 24 tahun Wanita Usia Subur Pra Nikah
Penatalaksanaan
1. Melakukan pengkajian dan pemeriksaan fisik
2. Kolaborasi dengan Tenaga kesehatan lain di Puskesmas untuk :
a. Pemeriksaan laborat untuk pemeriksaan darah dan pp test
b. Konsultasi Gizi untuk pemeriksaan status gizi
c. Psikolog untuk persiapan psikologis pra nikah
3. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien, berdasarkan hasil
pemeriksaan :
a. Kadar Hb 12,2 gr/dl dalam batas normal
b. Golongan Darah A
c. Pemeriksaan PP Test (-) sehingga pasien dinyatakan tidak hamil
4. Memberikan KIE kepada ibu tentang :
a. Persiapan Pra Nikah
b. Manfaat imunisasi TT 5 untuk caten.
5. Memberikan imunisasi TT 5 (untuk caten) pada lengan kanan ibu secara
subcutan dengan dosis 0,5 cc.
B. Kajian Teori
1. Definisi
Pemeriksaan kesehatan pra nikah merupakan sebuah tindakan
pencegahan yang wajib dilakukan untuk mencegah terjadinya
permasalahan kesehatan pada diri sendiri, pasangan, maupun keturunan ke
6
depannya. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan genetik,
penyakit menular dan infeksi melalui darah. Pemeriksaan bertujuan untuk
mencegah agar penyakit tersebut tidak menurun pada keturunannya di
kemudian hari sehingga hidup sehat bersama keluarga bisa tercapai.
Waktu pelaksanaan tes pra nikah disarankan adalah 6 bulan sebelum
calon mempelai menikah.
7
b. Pemeriksaan penyakit herediter, biasanya diturunkan dari kedua
orang tua, misalnya gangguan kelainan darah yang membuat
penderitanya tidak bisa memproduksi hemoglobin (sel darah
merah) secara normal.
3) Thalasemia
8
4. Persiapan pra nikah
a. Persiapan gizi
b. Status imunisasi
Pencegahan dan perlindungan diri yang aman terhadap penyakit
tetanus dilakukan dengan pemberian 5 dosis imunisasi TT untuk
mencapai kekebalan penuh.
c. Menjaga kebersihan organ reproduksi, :
9
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengkajian
Hasil pengkajian yang dilakukan oleh mahasiswa belum lengkap
seperti dalam teori, penulis mengkaji berdasarkan standar pemeriksaan pra
nikah di Puskesmas Minggir Sleman. Pengkajian yang belum penulis lakukan
sesuai dengan buku saku kesehatan reproduksi dan seksual bagi calon
pengantin dari Kemenkes RI (2015), antara lain : riwayat penyakit herediter
atau penyakit menular dalam keluarga calon suami. Penulis hanya fokus pada
riwayat kesehatan pasien dan keluarganya.
B. Analisis
Pasien Nn. S WUS usia 24 tahun dan calon suami yang berumur 30
tahun tampak telah siap baik fisik maupun mental dalam persiapan menikah.
Secara teori pemeriksaan kesehatan pra nikah idealnya dilakukan 6 bulan
sebelum menikah. Namun pada kasus ini pemeriksaan dilakukan 3 bulan
sebelum menikah. Hasil pengkajian dan pemeriksaan yang dilakukan di
Puskesmas Minggir tidak ada riwayat penyakit, atau gangguan dalam
reproduksi. Sehingga setelah menikah Nn. S dapat diharapkan dapat
merencanakan kehamilan yang sehat dan hasil konsepsi yang baik.
Dari pemeriksaan status gizi, pasien tidak termasuk Kekurangan
Energi Kronis (KEK) karena LILA 26 cm. Hasil pengkajian yang dilakukan di
Poli psikologi tidak ada masalah, karena pasien tampak siap mental dalam
menghadapi pernikahan.
C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang diberikan pada Nn. S sudah sesuai dengan
standar pemeriksaan yang ada di Puskesmas Minggir, Sleman. antara lain :
1. Melakukan pengkajian riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik secara
umum
10
2. Kolaborasi dengan Tenaga kesehatan lain di Puskesmas untuk :
d. Pemeriksaan laborat ( hanya PP Test dan Golongan Darah)
e. Konsultasi Gizi
f. Psikolog untuk persiapan psikologis pra nikah
3. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien, berdasarkan hasil
pemeriksaan Hb normal, Golongan Darah A, dan pemeriksaan PP Test (-)
(pasien dinyatakan tidak hamil).
4. Memberikan KIE kepada ibu tentang :
c. Persiapan Pra Nikah
d. Manfaat imunisasi TT 5 untuk caten.
5. Memberikan imunisasi TT 5 (untuk caten) pada lengan kanan ibu secara
subcutan dengan dosis 0,5 cc.
1. Pemeriksaan darah :
11
kehamilan sehat dapat diprogram untuk menyiapkan hasil konsepsi
yang baik.
3. Pemeriksaan alergi sangatlah penting karena alergi yang tidak disadari dari
awal dan tidak ditangani dengan tepat dapat berakibat fatal. Namun
pemeriksaan alergi sangat jarang dilakukan dan dilakukan di laboratoeium
khusus.
12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penatalaksanaan kesehatan pra nikah pada Nn. S di Puskesmas
Minggir Sleman telah dilaksanakan sesuai standar yang ada di Puskesmas.
Namun berdasarkan standar pemeriksaan kesehatan reproduksi dan
seksual untuk calon pengantin dari Kemenkes RI ada beberapa
pemeriksaan yang perlu dilakukan seperti pemeriksaan Lab Darah rutin,
GDS, Rhesus, tes penyakit menular dan tes alergi.
B. Saran
Hasil analisis dan pembahasan berdasarkan tinjauan teori dan kasus
tersebut di atas, penulis membuat saran sebagai berikut :
1. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat melakukan pengkajian yang lebih lengkap tidak
hanya riwayat kesehatan keluarga pasien namun juga riwayat
kesehatan calon suami. Rencana setelah menikah akan tinggal di
rumah suami, adakah anggota keluarga yang merokok ataupun riwayat
memelihara hewan yang bias mengganggu kesehatan reproduksi.
2. Bagi Puskesmas
Puskesmas dapat menawarkan pemeriksaan laborat yang lebih lengkap
kepada calon penganten seperti pemeriksaan Gula Darah sewaktu
(GDS), Rhesus, Urine rutin, tes IMS, Voluntery Counseling Test
(VCT) untuk pemeriksaan HIV.
3. Bagi Pemerintah
Saran dari penulis kepada pemerintah agar ada kebijakan bahwa setiap
calon penganten yang memeriksakan tes pra nikah tidak dipungut
biaya dan dapat dijamin dalam sistim BPJS untuk menyiapkan
generasi yang sehat dengan kesehatan reproduksi pra konsepsi dan
perencanaan kehamilan sehat sehingga dapat menurunkan angka
13
kematian ibu dan bayi karena kehamilan risiko tinggi. Dengan
menurunnya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi
(AKB) maka akan meningkatkan derajat kesehatan bangsa Indonesia.
Karena AKI dan AKB menjadi indicator derajat kesehatan suatu
bangsa.
14
DAFTAR PUSTAKA
Kemenkes RI, 2015. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Pusat Data dan
Informasi. Jakarta
Kemenkes RI, 2015. Kesehatan Reproduksi dan Seksual Bagi Calon Pengantin.
Jakarta.
Kemenkes RI, Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja.. Pusat data dan Informasi
file:///C:/Users/acer/Downloads/infodatin%20reproduksi%20remaja-ed(1).pdf.
internet, diakses tanggal 25/08/2019
15