Anda di halaman 1dari 88

UNIVERSITAS INDONESIA

APLIKASI TEORI COMFORT KOLCABA PADA PASIEN ANAK


PASCA PEMBEDAHAN YANG BERFOKUS PADA
PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DI RUANG BCh
RSUPN Dr. CIPTOMANGUNKUSUMO

KARYA ILMIAH AKHIR

IDA ARIANI
1006833773

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK
DEPOK
JUNI 2014

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


UNIVERSITAS INDONESIA

APLIKASI TEORI COMFORT KOLCABA PADA PASIEN ANAK


PASCA PEMBEDAHAN YANG BERFOKUS PADA
PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DI RUANG BCh
RSUPN Dr. CIPTOMANGUNKUSUMO

KARYA ILMIAH AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar


Ners Spesialis Keperawatan Anak

IDA ARIANI
1006833773

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS SPESIALIS KEPERAWATAN
KEKHUSUSAN KEPERAWATAN ANAK
DEPOK
JUNI 2014

ii

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir (KIA)
dengan berjudul “Aplikasi Teori Comfort Kolcaba pada Pasien Anak Pasca
Pembedahan yang Berfokus pada Pemenuhan Kebutuhan Keamanan Di Ruang
BCh RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo”. KIA ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Ners Spesialis
Keperawatan Anak di Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

KIA ini tidak akan selesai tanpa kekuatan dan kemampuan dari Allah SWT serta
bimbingan, dukungan dan arahan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setinggi tingginya kepada Yth:

1. Dr. Nani Nurhaeni, S.Kp., MN. selaku supervisor utama yang dengan penuh
kesabaran dan keikhlasan telah banyak meluangkan waktu, pikiran dan
tenaga untuk memberikan motivasi, bimbingan dan arahan sehingga KIA ini
cepat terselesaikan.
2. Siti Chodidjah, S.Kp., MN. selaku supervisor yang juga telah banyak
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga untuk membimbing, memotivasi dan
mengarahkan selama proses penyusunan karya ilmiah.
3. dr. Iskandar, Sp.B., Sp.BA selaku penguji karya ilmiah.
4. Tia Setiawati, M.Kep., Sp.Kep.An., selaku penguji karya ilmiah.
5. Dra. Junaiti Sahar, S.Kp., M.App.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia dan seluruh jajarannya atas ijin dan
motivasinya.
6. Seluruh Dosen Keperawatan Anak yang telah membimbing dan memotivasi
selama praktik Residensi Keperawatan Anak.
7. Direktur RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo beserta jajarannya yang telah
memberikan ijin tempat praktik Residensi Keperawatan Anak.
8. Ketua Yayasan Sosial Al-Irsyad dan Ketua STIKES Al-Irsyad Al-
Islamiyyah Cilacap yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang Program Ners Spesialis Ilmu
Keperawatan Universitas Indonesia.
9. Suami tercinta yang selalu memotivasi, mendoakan, memberikan dukungan
dan pengorbanannya sehingga karya ilmiah ini dapat terselesaikan..
10. Anak-anakku tersayang (Nadia Hemawati, Bagus Arianto dan Bagas Tri
Pamungkas) yang selalu mendoakan dan memberikan semangat bagi penulis
untuk dapat menyelesaikan karya ilmiah.
11. Kedua orangtua dan mertua yang sangat kuhormati atas doa dan dukungan
selama pembuatan karya ilmiah.
12. Rekan-rekan seperjuangan program Ners Spesialis Keperawatan Anak 2013
yang selalu memberikan dukungan, motivasi dan saling mendoakan untuk
bersama-sama dalam mencapai keberhasilan studi.
13. Seluruh pihak yang telah membantu dalam penyusunan karya ilmiah ini
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata saya berharap semoga Allah SWT membalas kebaikan semua pihak
yang telah membantu penyelesaian karya ilmiah ini. Semoga karya ilmiah ini
dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu keperawatan khususnya keperawatan
anak dan bagi masyarakat yang menerima pemberian asuhan keperawatan.

Depok, Juni 2014

Penulis

vi

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
ABSTRAK
Nama : Ida Ariani
Program Studi : Ners Spesialis Keperawatan Anak
Judul : Aplikasi Teori Comfort Kolcaba pada Pasien Anak Pasca
Pembedahan yang Berfokus pada Pemenuhan Kebutuhan
Keamanan Di Ruang BCh RSUPN Dr. Cipto
Mangunkusumo

Pasca pembedahan, anak berisiko mengalami gangguan keamanan yaitu risiko


aspirasi akibat pemberian minum sebelum tingkat kesadarannya pulih. Gangguan
keamanan tersebut akan mengakibatkan ketidaknyamanan pada anak berupa rasa
nyeri dan sesak di daerah dada. Teori Comfort dari Kolcaba memberikan arahan
dalam pemenuhan rasa nyaman pada pasien. Karya ilmiah ini bertujuan
memberikan gambaran asuhan keperawatan pada anak pasca pembedahan dengan
mengaplikasikan teori comfort Kolcaba yang berfokus pada pemenuhan
kebutuhan keamanan. Asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan tahapan
comfort yaitu pengkajian (kenyamanan fisik, psikospiritual, lingkungan dan
sosiokultural), merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan intervensi
(berdasarkan standar comfort, coaching, dan comfort food for the soul),
implementasi dan evaluasi. Pada lima pasien kelolaan yang berisiko mengalami
aspirasi pasca pembedahan, empat pasien tidak mengalami aspirasi dan satu
pasien mengalami aspirasi. Aspirasi terjadi dikarenakan kenyamanan sosiokultural
tidak terpenuhi yaitu dukungan dan keterlibatan dari orangtua dalam perawatan
anaknya. Sehingga terlihat bahwa ke empat aspek kenyamanan harus saling
mendukung untuk pencapaian kenyamanan secara holistik.

Kata kunci: keamanan, teori comfort Kolcaba, anak, pasca pembedahan

viii

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


ABSTRACT

Name : Ida Ariani


Study Program : Pediatric Nurse Specialist Program
Tittle : The Application of Kolcaba’s Comfort Theory in Post Surgical
Children Focused on Meeting The Need of Safety in BCh
RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo

Post surgery children are in risk for safety problem such as aspiration becouse of
fluid intake before they are fully conscious. The aspiration will cause comfort
problem which manifestated as chest pain and chest tightness. Comfort theory
from Kolcaba provides direction on meeting patient need of comfort. This paper
aims to give an overview of post surgical children focused on meeting the need of
safety. Nursing care was provided throught the stages of comfort assessment
(physical comfort, psychospiritual, environtment and sociocultural), nursing
diagnosis formulation, interventions plan (based on standard comfort, coaching,
and comfort food for the soul), implementation and evaluation. Among five post
surgical children which were in risk of aspiration, four children didn’t experience
aspiration and one patient experienced aspiration. The aspiration was happened
becouse of sociocultural comfort was not satisfied, where the support and
involvement from parents in the care of their children was not adequate. So that
the four aspects of comfort should be mutually supportive to the achievement of
holistic comfort.

Keywords: safety, comfort theory Kolcaba, children, post surgery

ix

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... ii


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS .................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iv
KATA PENGANTAR ............................................................................ v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............. vii
ABSTRAK .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI .................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ............................................................ 1
1.2 Tujuan Umum dan Khusus ......................................... 4
1.3 Sistematika Penulisan.................................................. 5

BAB 2 APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA ASUHAN 6


KEPERAWATAN ...................................................................
2.1 Gambaran Kasus ............................................................ 6
2.2 Tinjauan Teoritis ........................................................... 12
2.3 Family Center Care ....................................................... 14
2.4 Integrasi Teori dan Konsep Keperawatan dalam Proses 16
Keperawatan ..................................................................

BAB 3 PENCAPAIAN KOMPETENSI NERS SPESIALIS 34


KEPERAWATAN ANAK ......................................................
3.1 Praktik Profesional, Etis, Legal dan Peka Budaya ....... 35
3.2 Pemberian Asuhan dan Manajemen Asuhan 36
Keperawatan ..................................................................
3.3 Pengembangan Profesional ........................................... 39

BAB 4 PEMBAHASAN ...................................................................... 41


4.1 Aplikasi Teori Comfort Kolcaba dalam Pemenuhan 41
Kebutuhan Keamanan Anak Pasca Pembedahan ...........
4.2 Menganalisa Pelaksanaan Pemenuhan Kebutuhan 46
Keamanan dengan Pendekatan Teori Comfort Kolcaba
4.3 Praktek Spesialis Keperawatan Anak dalam Pencapaian 48
Target Kompetensi ..........................................................

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN..................................................... 51


5.1 Simpulan ........................................................................ 51
5.2 Saran .............................................................................. 52

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Taksonomi Comfort ......................................... 18


Gambar 2.2 Kerangka Kerja Kolcaba pada Pasien Anak ..................... 20

xi

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Taksonomi Comfort ........................................... 26

xii

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam
dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Anak
adalah tunas, potensi, dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan
bangsa, memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus
yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa
depan (Undang Undang Perlindungan Anak, 2002). Dalam Undang
Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 dalam pasal 132 ayat 1
dijelaskan bahwa anak yang dilahirkan wajib dibesarkan dan diasuh secara
bertanggung jawab sehingga memungkinkan anak tumbuh dan
berkembang secara sehat dan optimal.

Berdasarkan Undang Undang Perlindungan Anak No 23 Tahun 2002


menyatakan bahwa yang dimaksud dengan anak adalah individu yang
belum berusia 18 tahun dan termasuk anak yang berada dalam kendungan.
Proporsi jumlah anak di Indonesia masih tinggi. Hasil sensus penduduk
tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah anak dan remaja yang berusia 0-
17 tahun mencapai 81,4 juta jiwa atau kurang lebih 34,26% dari total
penduduk (Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak, 2012). Dengan melihat jumlah yang besar, maka peran anak
menjadi penting dan merupakan kelompok yang rentan terhadap berbagai
masalah kesehatan.

Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan khusus dan tidak
lepas dari proses pertumbuhan dan perkembangan. Proses pertumbuhan
dan perkembangan anak dapat dipengaruhi oleh faktor keturunan,
lingkungan dalam rahim maupun lingkungan ekternal yang menyebabkan
anak dalam kondisi rentang sehat sakit (James & Ashwill, 2007). Faktor
keturunan misalnya jenis kelamin, ras dan kebangsaan. Faktor internal
dalam rahim misalnya status nutrisi ibu selama hamil, gangguan endokrin

1 Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
2

pada ibu misalnya ibu dengan diabetes mellitus, dan penyakit infeksi pada
saat hamil. Faktor lingkungan ekternal misalnya kebersihan dan tingkat
polusi pada daerah tempat tinggal, keyakinan dan budaya yang dianut
masyarakat sekitar (Soetjiningsih, 2001). Faktor tersebut dapat menjadi
penyebab anak sakit.

Kondisi yang dapat menyebabkan anak sakit dapat bervariasi selama masa
pertumbuhan dan perkembangan anak, diantaranya disebabkan karena
suatu infeksi maupun penyakit keturunan dan penyakit karena kelainan
kongenital. Kondisi ini menyebabkan anak harus dirawat di rumah sakit
dan mendapat tindakan medis bahkan tindakan pembedahan.

Selama praktek residensi di ruang BCh, kasus yang banyak dijumpai


adalah atresia ani, hirschprung, labiopalatoscizis, hernia, appendiktomy,
hipospadi dan fraktur. Pada pasien pasca pembedahan terdapat risiko
masalah keamanan, misalnya risiko aspirasi, risiko infeksi, dan risiko
jatuh. Akan tetapi pada kenyataannya, belum semua perawat menuliskan
semua diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan masalah
keamanan pasien. Data yang didapatkan dari pengkajian proyek inovasi
residen bahwa pasien setelah operasi tidak pernah di nilai tingkat
kesadarannya. Perawat ruangan menganggap bahwa pasien yang telah
selesai dari operasi kemudian di ruang alih akan di pindah ke ruang BCh
tentunya sudah dalam kondisi sadar penuh. Juga dari hasil observasi cek
list tentang penilaian tingkat kesadaran pasien post operasi tidak ada di
ruangan.

Meskipun diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan keamanan


masih dalam bentuk risiko, tetapi sangat bermakna dalam tindakan
keperawatan selanjutnya apabila hal itu tidak di tegakkan sebelumnya.
Dari 8 status medical record pada pasien pasca pembedahan, sebanyak
37,5% yang mengangkat diagnosa keperawatan yang berhubungan dengan
keamanan. Alasan perawat tidak menuliskan diagnosa risiko aspirasi pada

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
3

pasien pasca pembedahan karena berkaitan dengan tingkat kesadaran yang


tidak perlu lagi diukur.

Berbagai masalah pasien yang ditimbulkan akibat pasca operasi


menyebabkan gangguan rasa nyaman berupa keamanan yang perlu diatasi.
Rasa nyaman merupakan bagian perawatan yang penting untuk
diperhatikan. Kenyamanan diartikan sebagai kondisi sejahtera dan
merupakan tahap berakhirnya tindakan keperawatan yang dilakukan
kepada klien. Kenyaman merupakan nilai dasar yang menjadikan tujuan
keperawatan pada setiap waktu (Siefert, 2002). Pendekatan teori comfort
yang dikembangkan oleh Kolcaba menawarkan kenyamanan sebagai
bagian terdepan dalam proses keperawatan. Kolcaba memandang bahwa
kenyamanan holistik adalah kenyamanan yang menyeluruh meliputi
kenyamanan fisik, psikospiritual, lingkungan dan psikososial. Tingkat
kenyamanan terbagi menjadi tiga yaitu relief dimana pasien memerlukan
kebutuhan kenyamanan yang spesifik, ease yaitu terbebas dari rasa
ketidaknyamanan atau meningkatkan rasa nyaman, dan transcendence
yaitu mampu mentoleransi atau dapat beradaptasi dengan
ketidaknyamanan (Kolcaba & Dimarco, 2005; Tomey & Alligood, 2006).
Pada studi kasus ini dijelaskan contoh pengkajian kenyamanan
berdasarkan teori comfort, pengelompokkan masalah ke dalam kolom
taksonomi untuk memudahkan intervensi dalam pemenuhan kebutuhan
kenyamanan pada anak.

Untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan yang holistik yaitu kenyamanan


fisik, psikospiritual, lingkungan dan sosiokultural diperlukan kerja sama
antara tenaga perawat dan keluarga pasien. Perawat perlu melibatkan
keluarga baik orang tua pasien maupun keluarga besar. Keterlibatan
keluarga mutlak diperlukan pada perawatan anak karena keluarga adalah
bagian yang tidak dapat dipisahkan dari anak. Anggota keluarga terutama
orang tua mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan
kesehatan atau kesejahteraan pasien. Keluarga menjadi sumber utama

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
4

dalam memberikan kekuatan dan dukungan kepada anak (Neal, Frost,


Kuhn, Green, Cleveland & Kersten, 2007).

Penerapan asuhan keperawatan dengan melibatkan keluarga di ruang BCh


RSUPN Cipto Mangunkusumo sudah dilakukan pada perawatan
kolostomi, pengawasan pemberian cairan dan mencatat pengeluaran urin,
pengawasan pemberian obat dan efek samping obat dan nyeri yang dialami
pasien. Akan tetapi belum dilakukan pada penerapan kebutuhan keamanan
terutama pada pasien pasca pembedahan.

Berdasarkan uraian tersebut di atas diperlukan pendekatan aplikasi teori


Comfort Kolcaba dalam upaya memenuhi kebutuhan rasa nyaman pasien
yang berfokus pada kebutuhan keamanan pasien pasca pembedahan.

1.2 Tujuan Umum dan Khusus


1.2.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari karya ilmiah ini adalah untuk memberikan
gambaran menyeluruh praktik residensi spesialis keperawatan anak
dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien anak dengan
masalah keamanan pasca pembedahan dengan menerapkan teori
keperawatan Comfort Kolcaba

1.2.2. Tujuan Khusus


1) Memberikan gambaran pelaksanaan teori keperawatan comfort
Kolcaba dan pendekatan Family Centered Care dalam
memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah
keamanan pasca pembedahan di ruang bedah anak RSUPN Dr
Cipto Mangunkusumo Jakarta
2) Menganalisis pelaksanaan pemenuhan kebutuhan keamanan
dengan pendekatan teori comfort Kolcaba dan Family centered
care pada anak pasca pembedahan di ruang bedah anak RSUPN
Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
5

3) Memberikan gambaran pencapaian kompetensi dalam praktek


spesialis keperawatan anak

1.3 Sistematika Penulisan


Sistematika dalam penulisan karya ilmiah ini diuraikan dalam 5 bab yaitu
bab 1 Pendahuluan yang meliputi latar belakang, tujuan dan sistematika
penulisan; bab 2 tentang aplikasi teori keperawatan dalam praktik
residensi yang meliputi gambaran 5 kasus terpilih, tinjauan teoritis
mengenai keamanan, integrasi teori dan konsep keperawatan dalam proses
keperawatan, aplikasi teori comfort Kolcaba dalam kasus terpilih; bab 3
menjelaskan pencapaian kompetensi, bab 4 yang menjelaskan pembahasan
penerapan teori comfort Kolcaba dalam asuhan keperawatan kasus terpilih
dan pembahasan praktek spesialis keperawatan anak dalam pencapaian
kompetensi; dan bab 5 mengenai kesimpulan dan saran.

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
6

BAB 2
APLIKASI TEORI KEPERAWATAN PADA
ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Gambaran Kasus


Gambaran kasus yang dibahas dalam karya ilmiah akhir ini merupakan gambaran
kasus di ruang bedah anak (BCh) RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Adapun gambaran kasus yang dibahas sebanyak lima kasus pada anak pasca
pembedahan yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan keamanan. Uraian dari
masing-masing kasus tersebut meliputi riwayat masuk ruang perawatan, hasil
pengkajian dan masalah keperawatan yang muncul, tindakan keperawatan yang
dilakukan dan evaluasi perkembangan perawatan. Adapun gambaran dari kasus-
kasus tersebut adalah sebagai berikut:

2.1.1 Kasus 1
Anak A, perempuan, usia 1 tahun 5 bulan. Keluhan saat masuk rumah sakit
ibu pasien mengeluh stoma anaknya menonjol keluar. Riwayat penyakit saat
ini sejak lahir pasien tidak mempunyai anus. Pada usia 4 hari pasien
dilakukan operasi collostomy di RSUD Bekasi. Setelah beberapa bulan,
pasien berobat ke poli bedah anak RSCM untuk persiapan pembuatan anus
dengan membawa rujukan dari RSUD Bekasi. Kurang lebih 3 hari sebelum
masuk RS, ibu pasien mengeluh stoma anaknya yang sisi bawah menonjol
keluar. Apalagi jika menangis dan batuk. Hasil pengkajian tanggal 30-04-
2014 pasien telah dilakukan tindakan pembedahan PSARP dan didapatkan
data terdapat kantong colostomy dengan stoma yang masih prolaps, terdapat
luka pembedahan di anus yang tertutup kassa. Pasien terpasang kateter
produksi kuning jernih. Pasien terpasang intravena fluid drip (IVFD): N5 +
KCl 10 meq 35,41 ml/jam. Kesadaran somnolen, tanda-tanda vital suhu:
37,3oC, nadi: 120 x/mnt, frekuensi pernapasan: 20 x/mnt.

6 Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


7

Diagnosa keperawatan yang muncul adalah risiko aspirasi, risiko


ketidakseimbangan volume cairan, risiko infeksi, nyeri akut dan penurunan
koping keluarga.

Implementasi yang telah dilaksanakan adalah mengukur tingkat kesadaran,


menganjurkan ibu agar tidak memberikan minum sebelum kesadaran pasien
sadar penuh, mendiskusikan dengan ibu pasien tentang tanda dan gejala
aspirasi dan tindakan pencegahan aspirasi, mengukur turgor kulit, membran
mukosa, mengukur tanda-tanda vital. Residen melakukan monitor rembesan
pada luka operasi, menganjurkan orang tua agar selalu mencuci tangan
sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, melakukan rawat luka,
memberikan antibiotik injeksi sesuai program, memberikan analgetik injeksi
sesuai program, mengidentifikasi struktur dan peran keluarga, menentukan
tingkat keterlibatan yang diinginkan anggota keluarga dengan pasien,
membantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang dapat
menghalangi program terapi.

Evaluasi setelah dilakukan perawatan didapatkan risiko aspirasi tidak terjadi,


kebutuhan cairan terpenuhi dan tanda-tanda infeksi tidak didapatkan.
Kondisi luka membaik, kering, rembesan tidak ada. Pasien dipulangkan
karena kondisi sudah membaik pada tanggal 06-05-2014.

2.1.2 Kasus 2

Anak MA, laki-laki, usia 2 tahun 2 bulan, pasien rujukan dari RS Ambon
untuk direncanakan tutup stoma. Pasien dengan riwayat sulit BAB sejak usia
8 bulan. Pada bulan Januari 2014 dilakukan pembuatan colostomy di RS Dr.
M. Haulussy Ambon dengan diagnosa Hirschprung. Kemudian dirujuk ke
RSCM untuk penanganan lebih lanjut. Telah dilakukan biopsi all layer pada
tanggal 10-04-2014. Pada tanggal 15-04-2014 pasien dilakukan operasi
tutup stoma. Pada saat pengkajian tanggal 15-04-2014 pasien terpasang
infus N5 54,1 ml/jam, kateter terpasang produksi jernih, Nasogastric tube
terpasang produksi tidak ada, pasien dipuasakan. Abdomen terdapat luka

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


8

pembedahan dan tertutup kassa, tidak ada rembesan. Pasien tidak mengeluh
nyeri akan tetapi wajah kadang meringis dan mengerutkan dahi, ekstremitas
tidak tenang, gelisah dan merintih dan merengek. Skala nyeri FLACC 3.
Kesadaran somnolen. Tanda-tanda vital: suhu 37,2OC, nadi 110x/menit,
frekuensi pernafasan 26x/menit. Pasien mendapat terapi antibiotik 2 x 200
mg dan analgesik 3 x 200 mg.

Diagnosa keperawatan yang ditegakkan adalah risiko aspirasi, nyeri akut,


risiko ketidakseimbangan volume cairan, dan risiko infeksi.

Implementasi yang telah dilakukan adalah mengukur tingkat kesadaran,


menganjurkan ibu agar tidak memberikan minum sebelum kesadaran pasien
sadar penuh, mendiskusikan dengan ibu pasien tentang tanda dan gejala
aspirasi dan tindakan pencegahan aspirasi, mengukur turgor kulit, membran
mukosa, mengukur tanda-tanda vital. Monitor produksi NGT dengan
mengkaji jumlah dan warna cairan, monitor masukan dan keluaran cairan,
mengevaluasi dan memberikan cairan intravena sesuai kebutuhan. Monitor
rembesan pada luka operasi, menganjurkan orang tua agar selalu mencuci
tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien, melakukan perawatan
luka, memberikan antibiotik injeksi sesuai program, memberikan analgetik
injeksi sesuai program.

Evalusi setelah dilakukan perawatan didapatkan aspirasi tidak terjadi, nyeri


hilang dengan skala FLACC 0, kebutuhan cairan terpenuhi dan tanda-tanda
infeksi tidak didapatkan. Pasien dipulangkan setelah diobservasi adanya
rembesan minimal pada luka operasi di abdomen pada tanggal 22-04-2014.

2.2.3. Kasus 3

Anak Z jenis kelamin laki-laki, usia 3 tahun 10 bulan. Pasien datang


berobat ke poli bedah anak RSCM dengan keluhan timbul benjolan pada
buah zakar kanan. Konsistensi lunak dan hilang timbul. Nyeri dan demam
saat ini tidak ada. Rencana akan dilakukan tindakan operasi untuk
mengatasi benjolan tersebut. Dari hasil pemeriksaan fisik pada saat
pengkajian tanggal 29-04-2014 didapatkan data bahwa pada skrotum

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


9

didapatkan benjolan dengan ukuran 5 x 4 x 3 cm, konsistensi lunak, mobil,


hilang timbul. Pada tanggal 30-04-2014 dilakukan pembedahan herniotomy
dan sirkumsisi. Pasien tiba di BCH pukul 13.15 WIB. Pasien terpasang
infus N5 + KCl 10 meq 62,5 ml/jam, pasien rewel minta makan yang
banyak karena lapar, skala FLACC 3. Terdapat luka pembedahan di
abdomen tertutup lem bening, tidak ada rembesan. Kesadaran compos
mentis. Tanda-tanda vital suhu 37,5oC, nadi 142 x/mnt, frekuensi
pernafasan 24 x/mnt.

Diagnosa keperawatan yang ditegakkan adalah risiko aspirasi, nyeri akut,


risiko ketidakseimbangan volume cairan, risiko infeksi.

Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah menganjurkan ibu agar


memberikan minum sedikit demi sedikit dan makan biskuit, mendiskusikan
dengan ibu pasien tentang tanda dan gejala aspirasi dan tindakan
pencegahan aspirasi, mengukur turgor kulit, membran mukosa, mengukur
tanda-tanda vital. Mengukur skala nyeri, memberikan injeksi farmadol 3 x
200 mg, mengukur keseimbangan cairan setiap 24 jam, memberikan cairan
infus sesuai kebutuhan pasien, meningkatkan kebersihan diri dengan
melakukan perawatan luka dengan menjaga prinsip kesterilan, memberikan
obat injeksi antibiotik 3 x 250 mg.

Evaluasi setelah dilakukan perawatan didapatkan aspirasi tidak terjadi,


nyeri teratasi dengan obat analgesik dan teknik distraksi dengan
mendengarkan musik, kebutuhan cairan terpenuhi, daerah luka bersih tidak
ada tanda-tanda infeksi. Pasien dipulangkan tanggal 02-05-2014.

2.1.4 Kasus 4

Anak N jenis kelamin perempuan, usia 1 tahun 4 bulan. Pasien datang


dengan keluhan ingin membuat lubang anus. Sejak lahir pasien tidak
mempunyai lubang anus dan pada usia 18 hari pasien di lakukan operasi
pembuatan collostomy transversum. Pada tanggal 21-02-2014 pasien telah
dilakukan PSARVUP. Pada saat pengkajian tanggal 26-02-2014 didapatkan
data pasien pasca pembedahan repair PSA, kesadaran komposmentis,

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


10

ekstremitas tidak tenang dan gelisah, merintih dan dapat ditenangkan


dengan sentuhan dan pelukan, skala nyeri FLACC 3, terdapat luka tertutup
kassa pada anus, terpasang kateter urin dengan produksi kuning jernih.
Abdomen terdapat stoma yang prolaps, iritasi sekitar stoma tidak ada. Infus
terpasang N5 + KCl 5 meq 37,5 ml/jam. Tanda-tanda vital, suhu 37oC, nadi
110 x/mnt, frekuensi pernafasan 28x/mnt.

Diagnosa keperawatan yang ditegakkan adalah risiko aspirasi, nyeri akut,


risiko ketidakseimbangan volume cairan, risiko infeksi, dan risiko jatuh.

Intervensi yang dilakukan adalah menganjurkan ibu agar memberikan


minum air putih sedikit demi sedikit, mendiskusikan dengan ibu pasien
tentang tanda dan gejala aspirasi dan tindakan pencegahan aspirasi,
memberikan injeksi farmadol 3 x 150 mg, melakukan teknik distraksi
dengan mendengarkan musik. Menghitung balance cairan setiap 24 jam,
memberikan masukan cairan melalui infus dan memotivasi pasien untuk
meningkatkan masukan cairan per oral, memonitor tanda-tanda dehidrasi.

Intervensi untuk diagnosa risiko infeksi dengan melakukan perawatan luka


dan mempertahankan teknik kesterilan, memberikan injeksi cefriaxone 2 x
250 mg, memonitor tanda-tanda infeksi daerah pembedahan. Intervensi
untuk risiko jatuh adalah menjelaskan kepada keluarga kemungkinan
pasien mengalami jatuh karena keaktifan dan kondisi pasca pembedahan.

Evaluasi setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan hasil nyeri


akut dengan skala nyeri FLACC 0, pasien mau makan dan minum, tidak
ada mual, muntah dan kembung, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan pasien
tidak mengalami jatuh selama dilakukan perawatan. Pasien pulang pada
tanggal 17-03-2014.

2.1.5. Kasus 5

Anak NP dengan jenis kelamin perempuan, usia 3 tahun 6 bulan, masuk


rumah sakit dan dilakukan perawatan sejak tanggal 24-03-2014. Pasien
tidak mempunyai anus sejak lahir. Bak jernih dan rembesan cairan di

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


11

daerah anus tidak ada. Pada usia 4 hari, pasien dilakukan collostomy di
Pangkal Pinang, kemudian dirujuk ke RSCM untuk pembuatan anus. Pada
bulan September 2012 dilakukan operasi pembuatan anus di RSCM. Pada
tanggal 26-03-2014 dilakukan operasi tutup stoma dan kemudian dilakukan
perawatan pasca pembedahan selama 1 hari di PICU. Pasien datang di
ruang BCh tanggal 27-03-2014 pukul 11.30 WIB, terdapat infus N5 + KCl
10 meq 38 ml/jam dan midazolam 35 mg dalam D5% (50 ml) 1 ml/jam.
Terpasang NGT dialirkan tidak ada produksi, pasien dipuasakan, abdomen
terdapat luka pembedahan, rembesan minimal, kateter urin dialirkan dan
lancar. Wajah mengerutkan dahi, merintih, dapat ditenangkan dengan
sentuhan dan pelukan, skala FLACC 3. Kesadaran compos mentis. Tanda-
tanda vital nadi 136 x/menit, suhu 36,7oC, frekuensi pernafasan 26 x/menit.

Diagnosa keperawatan yang ditegakkan adalah risiko aspirasi, nyeri akut,


risiko ketidakseimbangan volume cairan, risiko infeksi.

Intervensi keperawatan yang dilakukan adalah memantau tingkat


kesadaran, mendiskusikan dengan orangtua tentang tanda dan gejala
aspirasi dan tindakan pencegahan aspirasi, memantau pemberian
midazolam, memberikan terapi injeksi tramadol 3 x 125 mg dan farmadol 4
x 150 mg, melakukan manajemen nyeri yang dibantu keluarga. Intervensi
keperawatan untuk ketidakseimbangan volume cairan antara lain
memonitor masukan dan keluaran cairan, menghitung balance cairan setiap
24 jam, memberikan cairan infus N5 + KCl 10 meq 38 ml/jam. Memonitor
tanda infeksi, memonitor rembesan luka pasca pembedahan di abdomen,
menjaga personal hygiene dan kebersihan daerah luka, merawat luka
dengan prinsip steril, memberikan injeksi antibiotik 2 x 300 mg.

Evalusi setelah perawatan didapatkan aspirasi tidak terjadi, nyeri teratasi,


kebutuhan cairan terpenuhi, luka kering tidak ada rembesan. Pasien
dipulangkan pada tanggal 03-04-2014.

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


12

2.2. Tinjauan Teoritis

Keamanan (safety) pasien adalah pasien bebas dari cedera yang termasuk
didalamnya adalah penyakit, cedera fisik, psikologis, sosial, penderitaan,
cacat, kematian, dan lain-lain yang seharusnya tidak terjadi atau cedera
yang potensial, terkait dengan pelayanan kesehatan (KPP-RS, 2007).

Keamanan dan keselamatan pasien di rumah sakit adalah suatu sistem


dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi penilaian risiko, pelaporan dan anilisis insiden, kemampuan
belajar dari insiden dan tindaklanjutnya serta implementasi dan solusi
untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat
mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat
melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang
seharusnya dilakukan (Depkes RI, 2006).

Sistem Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) terdiri dari sistem


pelaporan insiden, analisis, belajar dari insiden yang timbul,
pengembangan dan penerapan solusi untuk menekan kesalahan, penetapan
berbagai pedoman, standar, indikator keselamatan pasien berdasarkan
pengetahuan dan riset, keterlibatan dan pemberdayaan pasien, dan
sebagainya. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera
yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan sutu tindakan atau
tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan (Depkes RI, 2006).

Pembedahan atau operasi adalah tindakan pengobatan yang menggunakan


cara invasif dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan
ditangani. Pembukaan bagian tubuh ini biasanya dnegan membuat sayatan,
setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindakan
perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka. Perawatan
selanjutnya termasuk perawatan pasca pembedahan (Sjamsuhidajat, 2005).

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


13

Ketika pasien sudah di ruang rawat, perawat perlu melakukan pengkajian


terhadap kondisi pasien. Hal pertama yang harus dilakukan adalah monitor
tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, tube/ selang, dainage, luka
pembedahan.

Pengkajian faktor risiko keamanan (safety) dilakukan untuk memastikan


keamanan klien baik kemanan fisiologi maupun kemanan psikologi.
Semua pasien pasca pembedahan mempunyai masalah risiko yang
mengancam keselamatan dirinya. Adapun masalah risiko keamanan
meliputi keamanan fisiologi dan keamanan psikologi. Keamanan fisiologi
terdiri dari risiko aspirasi, risiko jatuh, risiko infeksi, rsiko cedera, risiko
keracunan, risiko tercekik, dan risiko trauma. Sedangkan keamanan
psikologi terdiri dari risiko kekerasan diarahkan pada orang lain, risiko
kekerasan diarahkan ke diri sendiri, dan risiko bunuh diri (Nurjannah,
2010).

Risiko aspirasi yang merupakan bagian dari masalah risiko keamanan


fisiologi sangat berperan dalam mengatasi masalah keperawatan pada
pasien pasca pembedahan. Adapun pengertian dari risiko aspirasi adalah
berisiko terhadap masuknya sekret gastrointestinal, sekret orofaring, benda
padat atau cairan ke dalam saluran trakeobronkial (Wilkinson & Ahern,
2009).

Peran perawat dalam pemenuhan kebutuhan keamanan pasien pasca


pembedahan sangat penting di sini. Perawat di tuntut mampu melakukan
pengkajian dengan benar, mengkoordinasi, menganalisis secara mandiri
atau kolaborasi dengan profesi lain. Salah satu tindakan keperawatan
untuk pemenuhan keamanan: risiko aspirasi adalah penilaian tingkat
kesadaran.

Penilaian tingkat kesadaran dibedakan menjadi 2 yaitu penilaian secara


kualitatif dan kuantitatif. Penilaian tingkat kesadaran secara kualitatif
menampilkan tingkat kesadaran compos mentis, apatis, delirium,

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


14

somnolen, stupor dan coma. Sedangkan penilaian tingkat kesadaran secara


kuantitatif dengan menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). Penilaian
berdasarkan respon membuka mata, respon verbal dan respon motorik.
Hasil pemeriksaan tingkat kesadaran berdasarkan GCS disajikan dalam
simbol E, M, V.

2.3. Family Centered Care


Family centered care atau asuhan berpusat pada keluarga adalah salah satu
filosofi yang harus diterapkan pada keperawatan anak. Penerapan Family
centered care sebagai standar dalam dunia kesehatan terutama pada anak
yang memerlukan perawatan khusus sudah diterapkan oleh beberapa
negara dan organisasi kesehatan. Adapun organisasi kesehatan maupun
keperawatan yang menekankan pentingnya asuhan berpusat pada keluarga,
antara lain American Hospital Asociation (AHA) dan the Picker Institu,
the Joint Commission on Acreditation of Health Care Research dan
Quality dan the National Institute of Mental Health, American Academy of
Pediatric, semua menyatakan mendukung konsep dan praktek Family
centered care (Titone, Cross, Sileo & Martin, 2004).

Family centered care merupakan komponen yang esensial dalam


keperawatan anak. Anggota keluarga terutama orang tua mempunyai arti
yang sangat penting dalam meningkatkan kesehatan atau kesejahteraan
pasien. Keluarga menjadi sumber utama dalam memberikan kekuatan dan
dukungan kepada anak (Neal, Frost, Kuhn, Green, Cleveland & Kersten,
2007).

Family centered care adalah sebuah pendekatan untuk perencanaan,


pelaksanaan dan evaluasi dari perawatan kesehatan sebagai dasar dari
suatu hubungan kerjasama yang menguntungkan baik penyedia perawatan
kesehatan, pasien dan keluarga (Institute of Family centered care, 2002).
Asuhan berpusat pada keluarga menunjukkan keluarga bersifat konstan

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


15

dalam hidup anak. Sistem pemberian asuhan keperawatan harus


mendukung, menghargai, mendorong dan meningkatkan kekuatan dan
kompetensi keluarga melalui keterlibatan keluarga dan pemberian bantuan
yang efektif. Keluarga didukung dalam pemberian perawatan dan
pengambilan keputusan (Wong, Hockenberry, Wilson, Winkelstein &
Schwartz, 2009). Family centered care juga didefinisikan sebagai sebuah
cara dari perawatan yang ditujukan kepada anak dan keluarga mereka
dengan pelayanan kesehatan yang menjamin bahwa perawatan mencakup
seluruh anggota keluarga bukan hanya anak atau individu yang sakit
(Shields, 2007).

Beberapa prinsip dari Family centered care menurut Neal, Frost, Kuhn,
Green, Cleveland dan Kersten (2007) adalah:
1) Menghargai bahwa keluarga adalah sesuatu yang konstan pada hidup
anak dan merupakan orang yang paling mengetahui tentang anak
2) Terbuka dan membina hubungan kerjasama antara professional dan
keluarga
3) Menghargai perbedaan
4) Pengakuan dan dukungan dari kekuatan keluarga dan mekanisme
koping
5) Keluarga dilibatkan dalam perawatan
6) Dukungan sepenuhnya dari seluruh keluarga

Konsep dasar dalam pemberian asuhan berpusat pada keluarga adalah


meningkatkan kemampuan dan kompetensi keluarga dalam perawatan
(unable) dan memberdayakan (empowering) dengan menggambarkan
interaksi antara perawat dengan keluarga dengan cara tertentu sehingga
keluarga mampu mempertahankan dan mengontrol kehidupan mereka
sendiri dan membuat perubahan positif. Perubahan positif dapat
ditunjukkan dengan perubahan perilaku membantu, mengembangkan
kemampuan dan tindakan dalam perawatan anak (Wong, Hockenberry,
Wilson, Winkelstein & Schwartz, 2009). Menurut Titone, Cross, Sileo and

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


16

Martin (2004), kunci pokok dalam Family centered care adalah


menghargai, memberikan pilihan, informasi, kerjasama, kekuatan,
fleksibel, dukungan dan pemberdayaan.

Hubungan antara keluarga dan tenaga professional atau perawat bersifat


kemitraan. Kemitraan bermakna memberikan kepercayaan bahwa mitra
adalah individu yang mampu dan akan memjadi lebih mampu melalui
pertukaran pengetahuan, ketrampilan dan sumberdaya dengan cara yang
bermanfaat bagi semua orang yang terlibat. Kerjasama antara profesi atau
perawat dengan keluarga menjadi satu rangkaian dalam memberikan
asuhan keperawatan. Perawat dapat membatu permasalahan keluarga
untuk meningkatkan kemampuan dalam melibatkan perawatan. Keluarga
berhak dihargai seperti halnya perawat dan keluarga mempunyai hak
untuk memutuskan mana yang penting bagi mereka. Peran professional
adalah mendukung dan menguatkan kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan perawatan dan meningkatkan perkembangan anggota
keluarga. Perawat juga harus bekerjasama sebagai suatu tim keperawatan
demi perawatan anak dan keluarga (Wong, Hockenberry, Wilson,
Winkelstein & Schwartz, 2009).

2.4. Integrasi Teori dan Konsep Keperawatan dalam Proses Keperawatan


2.4.1. Teori Comfort
Teori comfort merupakan middle range theory yang dikembangkan oleh
Katharine Kolcaba sejak tahun 1990. Teori comfort merupakan middle
range theory karena mempunyai batasan konsep dan proposisi, tingkat
abtraksinya rendah dan mudah untuk diterapkan pada pada pelayanan
keperawatan (Kolcaba, 2003). Teori comfort mengedepankan kenyamanan
sebagai kebutuhan semua manusia. Kenyamanan adalah kebutuhan yang
diperlukan pada rentang sakit sampai sehat dan kenyamanan merupakan
lebel tahap akhir dari tindakan terapeutik perawat terhadap pasien (Siefert,
2002). Menurut Kolcaba, Comfort mempunyai arti yang holistik dan
kompleks. Kolcaba dalam teori comfort yang dikembangkan menyebutkan

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


17

holistic comfort merupakan bentuk keyamanan yang meliputi tiga tipe


Comfort yaitu relief, ease dan transcendence yang digabungkan dalam 4
konteks yaitu physical, psychospiritual, sociocultural dan environmental
(Kolcaba & Dimarco, 2005).
Relief didefinisikan sebagai keadaan dimana rasa tidak nyaman berkurang
atau menemukan kebutuhan yang spesifik. Ease diartikan sebagai keadaan
tenang atau kepuasan. Transcendence merupakan tahapan dimana
seseorang mampu beradaptasi terhadap masalahnya.

Physical comfort atau kenyamanan fisik meliputi kebutuhan pasien akan


status hemodinamik (kebutuhan cairan, elektrolit, pernafasan, suhu tubuh,
eliminasi, sirkulasi, metabolisme, nutrisi dan lain-lain), nyeri dan
kenyamanan manajemen nyeri, ketidaknyamanan fisik lainnya (yang
dirasakan saat ini atau potensial), kurangnya sensori (alat bantu dengar,
kacamata, bicara pelan, proses berfikir lama). Psychospiritual comfort
atau kenyamanan psikospiritual antara lain kebutuhan dihadirkan
rohaniawan, kecemasan, ketakutan, berdoa dengan perawat atau yang
lainnya, persepsi terhadap penyakit, persepsi terhadap hidup dan
pengalaman hidup. Sociocultural comfort atau kenyamanan sosial budaya
meliputi keuangan, perencanaan pulang, rutinitas dirumah sakit, kebutuhan
pendidikan kesehatan atau informasi kesehatan, kunjungan teman atau
kerabat, hubungan dengan orang lain, dukungan atau kekuatan,
ketersediaan tenaga untuk keberlanjutan perawatan di rumah.
Environmental comfort atau kenyamanan lingkungan meliputi privasi, bau,
kebisingan, pencahayaan, tempat tidur yang nyaman, hiasan ruangan dan
lain-lain (Kolcaba, Tilton & Drouin, 2006).

Kolcaba menggambarkan kebutuhan kenyamanan dalam taksonomi


struktur sebagai berikut :

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


18

Gambar 2.1 Struktur Taksonomi Comfort


Relief Ease Transcendence

Physical

Psychospiritual

Environmental

Sociocultural

(Adapted with permission from Kolcaba, K & Fisher, E. A Holistic


perspective on comfort care as an advance directive. Crit Care Nurs
Q.18(4):66-67, (c) 1996. Aspen Publishers.

Kerangka comfort
Asuhan keperawatan pada anak ditujukan untuk meningkatkan
kenyamanan pada anak dan keluarga. Berdasarkan teori comfort, ada
beberapa konsep teori yang harus dipahami oleh perawat dalam
melakukan intervensi pada anak dan keluarga, yaitu: 1) Anak-
anak/keluarga memiliki respon holistik terhadap rangsangan yang
kompleks. 2) Rasa aman merupakan hasil yang bersifat holistik yang
berhubungan erat dengan disiplin ilmu keperawatan, termasuk dalam
keperawatan anak. 3) Rasa nyaman merupakan kebutuhan dasar bagi anak
dan keluarga, dan untuk memenuhinya diperlukan bantuan perawat. 4)
Kebutuhan rasa nyaman bagi anak-anak/keluarga bervariasi. 5)
Pemenuhan kenyamanan pada anak/keluarga baik secara fisiologis dan
psikologis, lebih mudah daripada mengobati ketidaknyamanan. 6) Ketika
ketidaknyamanan seperti kekacauan lingkungan atau sakit tidak dapat di

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


19

cegah, anak-anak/keluarga bisa dibantu untuk mengalami sebagian atau


melengkapi kenyamanan transendensi melalui intervensi yang
menyampaikan harapan, sukses, kepedulian, dan dukungan bagi ketakutan
mereka. 7) Ketika perawat menerapkan teori comfort dalam intervensi
keperawatan maka mereka harus mempertimbangkan keunikan dan
kompleksitas anak dalam konteks sistem keluarga. Dengan demikian teori
comfort menawarkan cara yang efisien dalam perencanaan keperawatan
(Kolcaba & Dimarco, 2005).

Menurut teori, peningkatan kenyamanan dapat memperkuat penerimaan


anak dan keluarga untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang di perlukan
dalam mencapai kesehatan dan memelihara kesehatan. Perawat dapat
memfasilitasi lingkungan yang mendukung pemulihan dan rehabilitasi
dengan meyakinkan anak/keluarga bahwa dia bisa pulih, memberikan rasa
aman, melindungi dari bahaya, dan mampu untuk berpartisipasi dalam
rencana pengobatan yang sesuai dengan tahap perkembangannya.

Gambar 2.1 menggambarkan hubungan antara konsep-konsep penting


dalam teori comfort. Baris 1 menggambarkan konsep teori di generalisasi
dan merupakan middle range theory. Baris ini adalah tingkat tertinggi
yang bersifat abstrak dan setiap baris berikutnya lebih konkret. Baris 2
adalah tingkat praktik comfort pada kasus perawatan anak. Baris 3 adalah
cara dimana masing-masing konsep dilaksanakan. Di baris 4 adalah
operasionalisasi, yang berarti untuk dimasukkan ke dalam praktik (seperti
sebuah panduan) atau untuk mengukur (seperti dengan instrumen
kenyamanan) yang bertujuan untuk menunjukkan bagaimana kerangka ini
membantu perawat menerapkan teori kedalam praktik dan penelitian.

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


20

Gambar 2.2 Kerangka Kerja Kolcaba pada Pasien Anak

Pada kerangka di atas digambarkan aplikasi teori comfort yang dimulai


dari perawat mengidentifikasi kebutuhan kenyamanan pasien dan
keluarga, kemudian perawat membuat atau merencanakan intervensi
berdasarkan identifikasi kebutuhan kenyamanan yang ada dan perawat
juga mempertimbangkan variabel yang mempengaruhi kesuksesan
intervensi seperti usia anak, adanya kehadiran keluarga atau orang
terdekat. Hasil intervensi akan meningkatkan kenyamanan anak baik
kenyaman fisik, psikospiritual, sosialkultural dan lingkungan.
Keberhasilan dalam meningkatan kenyamanan ini akan membuat anak dan
keluarga percaya terhadap tindakan perawatan. Anak dan keluarga mampu
terlibat aktif dalam perawatan dan perilaku mencari kesehatan yang lebih
baik. Perawat, pasien dan keluarga mendapatkan kepuasan dengan
meningkatnya kenyamanan atau status kesehatan. Dampak jangka panjang
dari kepuasan pasien dan keluarga akan berpengaruh terhadap pengakuan
masyarakat terhadap pelayanan keperawatan pada institusi tersebut
sehingga dapat meningkatkan integritas institusi.

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


21

2.4.2. Proses Keperawatan


2.4.2.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan pengumpulan data atau hal-hal yang menunjang
perawat untuk melakukan tindakan. Pengkajian dilakukan melalui
wawancara dan observasi dengan mempertimbangkan aplikasi teori
comfort. Perawat mengobservasi respon organismik pasien, membaca
catatan medis, mengevaluasi hasil pemeriksaan diagnosis, dan
menanyakan pasien akan kebutuhan yang memerlukan bantuan. Perawat
mengkaji lingkungan internal dan eksternal pasien. Pengkajian menurut
teori comfort meliputi 1) Kenyamanan fisik meliputi kebutuhan
hemodinamik dan masalah kenyamanan yang dirasakan berhubungan
dengan kondisi fisik pasien 2) Kenyamanan psikospiritual meliputi
kenyamanan berhubungan dengan kondisi psikologis dan spiritual pasien
misalnya kecemasan, ketakutan, harga diri, identitas diri, 3) Kenyamanan
lingkungan yaitu berhubungan dengan lingkungan fisik pada perawatan di
rumah sakit, termasuk situasi dan kondisi yang mempengaruhi lingkungan
misalnya pencahayaan, kegaduhan dan suhu lingkungan, 4) Kenyamanan
sosial kultural yaitu dukungan sosial kultural seperti adanya kerabat atau
teman, hubungan dengan orang di sekitar, nilai yang dianut dan budaya
yang menjadi keyakinan dalam perawatan.

2.4.2.2 Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan merupakan tahap dimana perawat
menginterpretasikan atau menetapkan masalah dan kebutuhan klien yang
akan diatasi. Interpretasi dan penetapan masalah ini dilakukan berdasarkan
data hasil pengkajian yang dilakukan sebelumnya (Aligood & Thomey,
2006).

2.4.2.3 Intervensi
Tahapan Intervensi yaitu perencanaan asuhan keperawatan yang akan
dilakukan. Pada tahap intervensi perawat menyusun rencana asuhan
keperawatan berdasarkan masalah yang telah ditetapkan. Rencana suhan

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


22

keperawatan yang dibuat perawat mengacu pada tujuan yaitu untuk


membantu mengatasi masalah pasien (Aligood & Thomey, 2006).
intervensi pada teori comfort dikategorikan kedalam tiga tipe intervensi
yaitu: 1) Intervensi untuk kenyamanan standar (standar comfort) adalah
intervensi untuk mempertahankan hemodinamik dan mengontrol nyeri;
2) Intervensi untuk pembinaan (choaching) yaitu intervensi yang
digunakan untuk menurunkan kecemasan, menyediakan informasi
kesehatan, mendengarkan harapan pasien dan membantu pasien untuk
sembuh; 3) Intervensi yang berhubungan dengan memberikan
kenyamanan jiwa (comfort food for the soul) yaitu melakukan sesuatu
yang menyenangkan untuk membuat keluarga dan pasien merasa
diberikan kepedulian dan meningkatkan semangat, contohnya melakukan
massage dan melakukan imajinasi terbimbing (Kolcaba & Dimarco,
2005).

2.4.2.4 Implementasi
Tahap Implementasi adalah menguji hipotesis. Perawat menggunakan
hipotesis dalam memberikan perawatan langsung sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah disusun berdasarkan masalah dan tujuan
keperawatan (Aligood & Thomey, 2006). Perawat menggunakan
pendekatan intervensi berdasarkan prinsip comfort Kolcaba yaitu
intervensi dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman pasien baik dari segi
fisik, psikospiritual, sosial budaya dan lingkungan.

2.4.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahapan dalam mengobservasi respon pasien terhadap
intervensi keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi didasarkan pada
tujuan dan kriteria hasil pada perencanaan keperawatan. Evaluasi
dilakukan dengan mengkaji tingkat kenyamanan fisik, psikospiritual,
social kultural dan lingkungan (Aligood & Thomey, 2006).

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


23

2.4.3 Aplikasi Teori Keperawatan pada Kasus


1) Pengkajian
Anak A jenis kelamin perempuan, usia 1 tahun 5 bulan. Pasien sejak lahir
tidak mempunyai anus. Pada usia 4 hari pasien dilakukan operasi
colostomy di RSUD Bekasi. Setelah beberapa bulan, pasien berobat ke
poli bedah anak RSCM untuk persiapan pembuatan anus dengan
membawa rujukan dari RSUD Bekasi. Kurang lebih 3 hari sebelum masuk
rumah sakit, ibu pasien mengeluh stoma anaknya yang sisi bawah
menonjol keluar. Apalagi jika menangis dan batuk. Pasien dilakukan
pembedahan PSARP dan dilakukan perawatan di ruang BCh RSUPN Dr
Cipto Mangunkusumo Jakarta. Pengkajian keperawatan dilakukan pada
tanggal 30-04-2014 dengan pendekatan pengkajian teori comfort
didapatkan data sebagai berikut:

a. Kenyamanan fisik
Keadaan umun pada saat pengkajian didapatkan anak A dengan pasca
pembedahan PSARP hari ke 0, kesadaran somnolen, anak terbaring
miring di tempat tidur.

Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan suhu 37,3oC, nadi


136x/mnt, frekuensi pernafasan 28x/mnt, tekanan darah 95/70 mmHg.
Skala nyeri menggunakan FLACC 3, berat badan 12 kg, tinggi badan
79 cm.

Pada pemeriksaan sistem respirasi didapatkan bentuk dada normal,


gerakan nafas teratur dan simetris, hidung simetris, napas spontan
tanpa bantuan oksigen, tidak terdapat retraksi dinding dada, tidak ada
batuk, tidak terdapat suara ronhki atau wheezing di kedua lapang paru,
pola nafas normal, frekuensi nafas 28x/mnt.

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


24

Pada pemeriksaan kardiovaskuler didapatkan suara jantung normal,


irama jantung teratur, tidak ada murmur dan galop, waktu pengisian
kapiler kurang dari 3 detik, kualitas nadi kuat, akral teraba hangat.

Pada status nutisi didapatkan pasien masih dipuasakan sampai


kesadaran compos mentis. Ayah pasien memberikan susu sehingga
membuat pasien muntah. Permukaan abdomen rata, abdomen supel,
terdapat stoma yang prolaps, terdapat bising usus normal, dan tidak
ada kembung.

Pada pemeriksaan sistem eliminasi didapatkan pasien BAB melalui


stoma, BAK terpasang kateter, produksi ada berwarna kuning jernih.

Kebutuhan cairan elektolit didapatkan masukan belum ada menunggu


tingkat kesadarannya sadar penuh, muntah tidak ada, edema ektremitas
tidak ada, tidak terdapat gangguan elektrolit, hasil lab natrium 142
meq/L, kalium 4,3 meq/L, dan klorida 104 meq/L.

Pemeriksaan fungsi neurologis didapatkan pemeriksaan kepala dan


leher: bentuk kepala normal, fontanela telah menutup, tidak ada kaku
kuduk, dan tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe. Distribusi rambut
merata dan warna hitam.

Pemeriksaan genetalia tidak ada kelainan, terdapat selang kateter pada


meatus uretra dan adanya luka operasi di anus yang tertutup kassa dan
tidak rembesan.

b. Kenyamanan psikospiritual
Orang tua bergantian dalam menemani pasien. Orang tua terlihat ingin
selalu memberikan perawatan yang terbaik buat anaknya.

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


25

c. Kenyamanan Sosiokultural
Pasien hanya ditunggui ibu dan ayah pasien. Pasien dihibur dan
ditenangkan oleh orang tuanya. Tidak ada keyakinan khusus yang
berhubungan dengan kesehatan. Tidak ada budaya yang dianut yang
bertentangan dengan kesehatan. Tidak ada hambatan dalam
berkomunikasi. Pasien dan orangtua menggunakan bahasa yang sama
dengan bahasa perawat. Ayah pasien sangat khawatir dengan kondisi
anaknya yang belum diberikan minum sejak keluar dari kamar operasi.
Sedangkan ibu pasien sudah di beri tahu residen agar tidak
memberikan minum sebelum kesadaran anaknya sadar penuh. Akan
tetapi, ayah pasien tetap memberikan susu satu botol sampai anaknya
muntah. Terlihat hubungan antara kedua orangtua pasien tidak
harmonis dan tidak ada keterbukaan satu sama lain dalam melakukan
perawatan terhadap anaknya.

d. Kenyamanan Lingkungan
Pasien dilakukan perawatan di ruang alih kelas 3 dan tempat tidur di
sebelahnya ada pasien dengan kondisi yang sama setelah dilakukan
pembedahan. Meskipun ruangan kelas 3 tetapi tidak begitu terdengar
gaduh dan berisik karena posisi tempat tidur pasien berada di ujung
dan pojok ruangan.
Adapun klasifikasi Taksonomi Comfort dapat di lihat dalam tabel 2.2

2) Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan pada kenyaman fisik adalah :
a. Risiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
sekunder akibat pembedahan
b. Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan
pembatasan intake restriktif
c. Risiko infeksi berhubungan dengan perlukaan jaringan pada
pembedahan
d. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


26

Masalah keperawatan pada kenyamanan psikospiritual dan lingkungan


tidak ada. Masalah kenyamanan pada sosiokultural adalah penurunan
koping keluarga berhubungan dengan ketidaktepatan atau
ketidakadekuatan informasi atau pemahaman orang terdekat utama.

Tabel 2.1 Klasifikasi Taksonomi Comfort


Relief Ease Transcendence
Physical Mendapat
terapi farmadol
Kesadaran somnolen
3 x 120 mg,
Skala nyeri FLACC Diperlukan
cefotaxim 3 x
3 peningkatan
200 mg
Pasien puasa kebersihan diri
Luka operasi
Suhu: 37,30C bersih, tidak
ada rembesan
Psychosp Ibu dan ayah
bergantian
iritual
menemani pasien
Environm Ruangan ber-AC,
tidak berbau,
ental
bersih, tidak
berisik.
Sociocult Ayah pasien memberi Bahasa yang
minum susu satu botol digunakan sama
ural
setelah operasi sampai dengan bahasa
pasien muntah perawat

3) Intervensi Keperawatan
1. Risiko aspirasi berhubungan dengan penurunan tingkat kesadaran
sekunder akibat pembedahan
Tujuan setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam diharapkan pasien
tidak mengalami aspirasi yang dibuktikan oleh Pencegahan Aspirasi
dengan kriteria pasien mampu menoleransi asupan oral tanpa aspirasi.

Intervensi yang dilakukan untuk mencapai tujuan adalah sebagai berikut:


Standard Comfort :
a. Pantau tingkat kesadaran, refleks batuk, muntah dan kemampuan
menelan

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


27

b. Pantau tanda-tanda aspirasi selama proses pemberian makan (batuk,


tersedak, meneteskan air liur/ salivasi, sianosis, mengi/ demam)
Coaching :
a. Anjurkan kepada orang tua untuk mengikuti aturan tentang teknik
pemberian makan dan menelan
b. Tinjau bersama pasien dan orang tua tentang tanda dan gejala
aspirasi dan tindakan pencegahannya
Comfort food for the soul :
Bantu orang tua untuk membuat rencana kedaruratan bila pasien
mengalami aspirasi

2. Risiko ketidakseimbangan volume cairan berhubungan dengan


pembatasan restriktif
Tujuan setelah dilakukan intervensi selama 3x24 jam diharapkan
ketidakseimbangan volume cairan tidak terjadi dengan kriteria turgor kulit
baik, membran mukosa bibir lembab, urin tidak pekat.

Intervensi yang dilakukan untuk mencapai tujuan adalah sebagai berikut:


Standard comfort :
a. Monitor masukan dan keluaran cairan
b. Hitung balance cairan dalam 24 jam
Coaching :
a. Kolaborasi pemenuhan kebutuhan cairan tambahan jika diperlukan
b. Berikan pengertian pentingnya masukan cairan pada pasien

Comfort food for the soul :


a. Berikan cairan melalui infus sesuai dengan kebutuhan pasien
b. Monitor kelancaran dan faktor tetesan

3. Risiko infeksi berhubungan dengan perlukaan jaringan pada pembedahan


Tujuan setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam
diharapkan infeksi tidak terjadi dengan kriteria tidak ada tanda-tanda

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


28

infeksi, balutan luka kering dan bersih, suhu tubuh dalam batas normal
(36,5 – 37,5)oC.
Intervensi yang dilakukan untuk mencapai tujuan adalah sebagai berikut:
Standard comfort :
a. Monitor tanda-tanda vital
b. Monitor tanda-tanda infeksi dan kondisi luka apakah ada rembesan
pada kassa
c. Lakukan perawatan luka dengan memperhatikan sterilitas
Coaching :
a. Jelaskan kepada orang tua pentingnya kebersihan diri
b. Anjurkan orang tua untuk menjaga kebersihan diri untuk melindungi
tubuh dari infeksi misalnya dengan mencuci tangan
c. Ajarkan kepada keluarga cara mencuci tangan yang benar untuk
menghindari penyebaran infeksi.
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik
Comfort food for the soul :
a. Anjurkan kepada orang tua untuk menjaga agar luka operasi tetap
kering dan bersih
b. Batasi jumlah pengunjung, bila diperlukan

4. Nyeri akut berhubungan dengan insisi pembedahan


Tujuan setelah dilakukan intervensi selama 2x24 jam diharapkan nyeri
pasien berkurang atau hilang dengan kriteria menunjukkan tingkat nyeri,
yang dibuktikan oleh indikator pasien tidak memperlihatkan ekspresi nyeri
pada wajah, merintih dan menangis, gelisah.
Intervensi yang dilakukan untuk mencapai tujuan adalah sebagai berikut:
Standard comfort :
a. Ukur tanda-tanda vital
b. Monitor skala nyeri
c. Observasi isyarat non verbal ketidaknyamanan
d. Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih
berat

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


29

Coaching :
a. Berikan penjelasan pada pasien dan keluarga bahwa pasien pasca
pembedahan secara umum mengalami nyeri
b. Infomasikan kepada orangtua tentang prosedur yang dapat
meningkatkan nyeri dan tawarkan strategi koping yang disarankan
c. Berikan penjelasan bahwa perawat dan tim kesehatan akan
membantu mengatasi nyeri dengan melanjutkan pemberian obat anti
nyeri dan tindakan keperawatan untuk menurunkan nyeri
Comfort food for the soul :
a. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis, misalnya teknik
distraksi dengan memberikan sentuhan, pelukan, terapi musik
b. Berikan pengertian pentingnya keterlibatan keluarga dan kesiapan
pasien bersama-sama mengatasi nyeri
c. Monitor skala nyeri sebelum dan setelah dilakukan tindakan
keperawatan dengan melibatkan keluarga
d. Tunjukkan dan beri penghargaan positif pencapaian intervensi yang
telah dilakukan bersama

5. Penurunan koping keluarga berhubungan dengan ketidaktepatan atau


ketidakadekuatan informasi atau pemahaman orang terdekat utama.
Tujuan setelah dilakukan intervensi selama 1x24 jam diharapkan keluarga
tidak akan mengalami penurunan kopingyang dibuktikan oleh hubungan
pasien-pemberi asuhan, performa pemberi asuhan: perawatan langsung
dan tidak langsung, koping keluarga dan normalisasi keluarga yang
memuaskan.

Intervensi yang dilakukan untuk mencapai tujuan adalah sebagai berikut:


Standard comfort :
a. Identifikasi struktur dan peran keluarga
b. Tingkatkan hubungan saling percaya dan keterbukaan dalam
keluarga
c. Berikan informasi tentang perubahan kesehatan spesifik dan
ketrampilan koping yang dibutuhkan

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


30

Coaching :
a. Ajarkan keluarga tentang ketrampilan yang dibutuhkan untuk
merawat pasien
b. Ajarkan perencanaan medis dan perawatan dalam perawatan
keluarga
Comfort food for the soul :
a. Tentukan tingkat keterlibatan yang diinginkan anggota keluarga
dengan pasien
b. Bantu keluarga dalam mengidentifikasi kebutuhan pasien dan
keluarga secara realistis
c. Dengarkan kekhawatiran dan perasaan keluarga
d. Bantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang dapat
menghalangi program terapi

4) Implementasi
Tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada An A sesuai dengan
rencana asuhan keperawatan yang telah dibuat adalah:
1. Kenyamanan fisik
a. Mamantau tingkat kesadaran
b. Memantau tanda-tanda aspirasi selama proses pemberian makan
c. Membantu orang tua untuk membuat rencana kedaruratan bila pasien
mengalami aspirasi
d. Mengukur tanda-tanda vital
e. Memonitor tanda-tanda infeksi seperti peningkatan suhu tubuh dan
kemungkinan adanya rembesan pada balutan luka
f. Memonitor skala nyeri dengan skala FLACC
g. Melakukan manajemen nyeri non farmakologis dengan
mendengarkan musik, menggendong, memeluk
h. Memberikan analgesik farmadol 3 x 120 mg
i. Mengkaji masukan dan keluaran serta menghitung balance cairan,
memberikan caran infus N5 + KCl 10 meq 850 ml dalam 24 jam
(35,41 ml/jam), memonitor tanda-tanda dehidrasi

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


31

j. Melakukan perawatan luka dengan set rawat luka steril dan NaCl
0,9%, memakai alat pelindung diri dalam prosedur rawat luka seperti
handscoon non steril dan handscoon steril, masker dan celemek.
Menganjurkan pada keluarga untuk memandikan anak dengan sabun
2x/ hari, memberikan injeksi cefotaxim 3 x 200 mg.

2. Kenyamanan sosiokultural
a. Mengidentifikasi struktur dan peran keluarga
b. Meningkatkan hubungan saling percaya dan keterbukaan dalam
keluarga
c. Mengajarkan keluarga tentang ketrampilan yang dibutuhkan untuk
merawat pasien
d. Mengajarkan perencanaan medis dan perawatan dalam perawatan
keluarga
e. Menentukan tingkat keterlibatan yang diinginkan anggota keluarga
dengan pasien
f. Membantu keluarga dalam mengidentifikasi perilaku yang dapat
menghalangi program terapi

5) Evaluasi
1. Evaluasi hari perawatan ke-3 tanggal 02-05-2014, antara lain sebagai
berikut:
a. Kesadaran compos mentis. Pasien sudah bisa menoleransi asupan
oral tanpa aspirasi. Skala nyeri FLACC 3, pasien berbaring miring di
tempat tidur, gerakan terbatas, bila dilakukan injeksi pasien masih
menangis. Obat injeksi antibiotik cefotaxim 3 x 200 mg dan
analgesik injeksi farmadol 3 x 120 mg telah diberikan. Telah
dilakukan perawatan luka, balutan tidak ada rembesan. Infus masih
terpasang N5 + KCl 10 meq 35,41 ml/jam. Hasil pemeriksaan
laboratorium didapatkan Hb 10,4 g/dl, hematokrit 31,8 %, leukosit
9.430/µl.

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


32

b. Ibu pasien mengatakan sudah ada keterbukaan dengan suaminya,


sudah memahami kondisi anaknya, sudah mengetahui perilaku yang
dapat menghalangi program terapi dan mengetahui ketrampilan yang
dibutuhkan untuk merawat pasien.

2. Evaluasi hari perawatan ke 4 dan 5 tanggal 03-05-2014 dan 04-05-2014,


antara lain sebagai berikut:
a. Tanggal 03-05-2014 direncanakan untuk repair stoma besok hari.
Persiapan operasi PRC 160 cc dan tranfusi albumin 50 cc
(berdasarkan hasil lab tanggal 02-05-2014 : Hb 10,4 g/dl dan
albumin 2,9 g/dl)
b. Tanggal 04-05-2014 dilakukan operasi repair stoma di OK IGD
pukul 06.00 WIB. Lama bedah 1 jam 15 menit. Tiba di BCh pukul
11.00 WIB

3. Evaluasi hari perawatan ke-6 tanggal 05-05-2014, antara lain sebagai


berikut:
Kesadaran compos mentis, skala FLACC 2, stoma non vital sudah di
eksisi, suhu 36,8oC, nadi 120x/ mnt, frekuensi nafas 24x/mnt. Pasien
dilakukan perawatan luka, luka terlihat kering, tidak ada nanah, tidak ada
rembesan.Orang tua selalu mendampingi pasien dan terlibat dalam
pemberian asuhan keperawatan. Orang tua di berikan pendidikan
kesehatan untuk pencegahan infeksi antara lain mencuci tangan sebelum
dan sesudah kontak dengan anaknya, mempertahankan personal hygiene
anak, menjaga agar luka tetap kering, anjuran memberikan dukungan
nutrisi yang tinggi protein dan mengingatkan waktu kontrol. Pasien
dipulangkan pada tanggal 06-05-2014 dengan semua masalah
keperawatan teratasi.

Universitas Indonesia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


34

BAB 3
PENCAPAIAN KOMPETENSI
NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK

Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional, sebagai bagian integral


dari pelayanan kesehatan yang mempunyai daya ungkit besar terhadap
pembangunan bidang kesehatan. Kualitas pelayanan kesehatan ditentukan salah
satunya dari kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan oleh perawat yang
berkualitas. Hal ini sejalan dengan Undang-Undang RI No 36 Tahun 2003 tentang
Kesehatan pada pasal 63 ayat (4) yang menyatakan pelaksanaan pengobatan dan/
atau perawatan berdasarkan ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat
dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan
untuk itu (PPNI, 2013).

Perawat memiliki tanggung jawab untuk berperan serta mewujudkan peningkatan


derajat kesehatan yang optimal dan berkualitas. Perawat dituntut untuk
meningkatkan kompetensi secara terus-menerus baik dalam bidang akademik
maupun klinik untuk dapat memberikan pelayanan keperawatan yang professional
dan berkualitas. Sejak tahun 2008 PPNI, AIPNI dan dukungan serta bekerjasama
dengan Kemendiknas melalui proyek Health Profession Educational Quality
(HPEQ), menperbaharui dan menyusun kembali Standar Perawat Indonesia, salah
satunya adalah standar pendidikan keperawatan (PPNI, 2013).

Pendidikan spesialis keperawatan anak merupakan salah satu bentuk dari upaya
meningkatkan kompetensi perawat tingkat lanjut yang disiapkan dalam
kespesifikan bidang perawatan anak. Calon ners spesialis keperawatan anak harus
menyelesaikan pendidikan praktik profesi yaitu praktik ners spesialis keperawatan
anak. Pada praktik ners spesialis keperawatan anak, perawat memiliki tiga ranah
kompetensi utama yaitu: 1) melaksanakan praktik professional, etis, legal dan
peka budaya; 2) melaksanakan pemberian asuhan dan manajemen asuhan
keperawatan; 3) melaksanakan pengembangan professional (PPNI, 2005).

34 Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
35

Pencapaian kompetensi pada praktik ners spesialis keperawatan anak dilakukan


dalam waktu 2 semester meliputi Praktik Klinik Keperawatan Anak Lanjut I,
Keperawatan Anak Lanjut II, dan Keperawatan Anak Lanjut III pada semester 1
dan Praktik Klinik Khusus Dalam Keperawatan Anak sesuai dengan peminatan
pada semester 2. Pencapaian kompentensi praktik residensi keperawatan anak
secara keseluruhan digambarkan berdasarkan tiga ranah kompetensi utama
sebagai berikut :

3.1 Praktik Professional, Etis, Legal dan Peka Budaya


Kompetensi praktik professional, etis, legal dan peka budaya meliputi: 1)
Bertanggung gugat terhadap praktik professional, 2) Melaksanakan praktik
keperawatan secara etis dan peka budaya, 3) Melaksanakan praktik secara legal
(PPNI, 2005).

Penerapan praktek professional dilaksanakan berdasarkan standar profesi


bertangung gugat terhadap pelaksanaan praktek. Tanggung gugat (accountable)
mengandung arti bertanggung jawab terhadap pelayanan yang diberikan. Bentuk
tanggung gugat berhubungan dengan aspek legal perawat dengan teman sejawat,
atasan dan pasien (Kusnanto, 2004). Dalam memenuhi kompetensi ini residen
memperhatikan tanggung gugat terhadap teman sejawat antara lain dengan
melakukan pencatatan dokumentasi tindakan keperawatan dengan jelas dan
membubuhkan tanda-tangan dalam setiap pendokumentasian tindakan. Residen
melakukan klarifikasi terhadap hal yang kurang jelas pada pencatatan yang
dilakukan oleh perawat lain agar kesinambungan perawatan tercapai dan tidak ada
kesalahan maupun persepsi yang salah dalam melakukan tidakan. Residen
mempelajari prosedur tindakan pemberian nutrisi parenteral dan saling
mengingatkan apabila tidak sesuai dengan standar. Residen mengingatkan kepada
teman sejawat agar memakai sarung tangan dan menggunakan masker dalam
melakukan perawatan luka pada pasien, melakukan monitor cairan pada pasien
dengan gangguan cairan elektrolit dan melengkapi dokumen pemantauan cairan
elektrolit, saling mengingatkan untuk mengisi kolom observasi harian mulai

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
36

tanda-tanda vital, berat-badan, skala nyeri, risiko jatuh, risiko dekubitus dan
lainya secara lengkap dan membubuhkan tanda tangan pemeriksa.

Tanggung gugat terhadap atasan dilakukan dengan berperan serta dalam


meningkatkan kelengkapan dokumentasi secara keseluruhan dengan melengkapi
barkot identitas pasien pada setiap lembar dokumentasi, melakukan klarifikasi dan
mengingatkan dokter untuk mencatat dan mengisi lembar intruksi pemberian obat
maupun cairan secara lengkap. Residen melakukan klarifikasi kepada perawat
primer dan mengajukan pertanyaan terhadap tindakan kolaboratif apabila kurang
jelas misalnya dalam hal dosis obat dan cara pemberian. Pelaksanaan tanggung
gugat terhadap pasien dilakukan dengan memeriksa identitas pasien setiap akan
dilakukan tindakan keperawatan, melakukan double cek dalam melakukan
tindakan pemberian obat dan memeriksa kelengkapan prosedur sebelum pasien
dilakukan tindakan pembedahan dengan melengkapi standar operasional prosedur
sebelum pembedahan.

3.2 Pemberian Asuhan dan Manajemen Asuhan Keperawatan


Pemberian asuhan keperawatan merupakan tugas utama seorang perawat.
Pemberian asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai evaluasi pada
pasien yang mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan dasar. Selain
memberikan asuhan keperawatan, seorang perawat juga berkompetensi dalam
manajemen asuhan keperawatan (PPNI, 2005).

Pemberian asuhan keperawatan dilaksanakan selama periode praktik ners spesialis


di berbagai ruang perawatan. Pada praktek residensi semester 1, dilakukan praktik
di ruang PICU, perinatologi, dan ruang bedah anak RSUPN dr Cipto
Mangunkusumo. Praktik ners spesialis di ruang PICU dilaksanakan selama 6
minggu dimulai tanggal 16 September sampai dengan 26 Oktober 2013. Pada
praktik di ruang PICU kompetensi yang telah dicapai adalah mengelola asuhan
keperawatan pada bayi dan anak dengan atresia esophagus, gastroscisis,
hiperleukositosis, syock sepsis, ensefalopati sepsis, dan hidrochepalus. Asuhan
keperawatan pada pasien di ruang PICU memperhatikan aspek kedaruratan

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
37

dengan melakukan observasi ketat pada perubahan haemodinamik dan memonitor


tingkat kesadaran. Kompetensi ketrampilan klinik yang didapatkan dan hal yang
dipelajari selama praktek di ruang PICU antara lain melakukan pengkajian tingkat
kesadaran dengan Glasgow Coma Scale (GCS), melakukan nebulasi dan suction
pada anak dengan gangguan bersihan jalan nafas, mempelajari intubasi pada bayi
dan anak, melakukan persiapan ekstubasi dan pemantauan pasca ekstubasi,
mempelajari penggunaan ventilator, mempelajari monitor hemodinamik,
mempelajari cara menggunakan infus pump dan teknik peralatan lainnya.

Praktek residensi selanjutnya dilakukan di ruang perinatologi RSUPN Dr Cipto


Mangunkusumo. Pada praktik ners spesialis di ruang perawatan Perinatologi
dilakukan selama 4 minggu mulai tanggal 28 Oktober 2012 sampai dengan 22
November 2013. Selama praktik ners spesialis di ruang perawatan perinatologi,
kompetensi pengelolaan kasus yang didapat adalah asuhan keperawatan dilakukan
pada bayi baru lahir yang mengalami berbagai masalah kesehatan seperti
prematuritas dan berat lahir rendah, hyaline membrane disease grade I dan II,
perdarahan saluran cerna, kelainan kongenital morbus hirschprung,
hiperbilirubinemia, sepsis awitan dini dan sepsis awitan lanjut, hipoglikemia,
hipotermia, apnea karena prematuritas, distress pernafasan, necrotizing
enterocolitis (NEC), dan tetralogy of fallot.

Pada praktik pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan di ruang perinatologi


memperhatikan dan menerapkan prinsip asuhan perkembangan, dan melibatkan
orang tua untuk melakukan perawatan metode kangguru serta pemberian minum
pada bayi. Kompetensi ketrampilan klinik yang dicapai meliputi penilaian usia
gestasi, penilaian Balard score, memberikan minum, memposisikan bayi,
resusitasi bayi dengan ventilasi tekanan positif, memantau status kardio-respirasi,
penggunaan alat monitoring kardio-respirasi seperti pulse, oxymetri, ventilator,
pemberian terapi sinar, memasang orogastric tube, mempelajari interpretasi hasil
pemeriksaan diagnostik seperti analisa gas darah (AGD) dan kadar bilirubin,
mempelajari penggunaan continuous positive airway pressure (CPAP) dan
mempelajari penggunaan high flow nasal (HFN).

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
38

Selain praktik di ruang perinatologi, praktik ners spesialis keperawatan anak juga
dilakukan diruang perawatan Bedah Anak RSUPN dr Cipto Mangunkusomo yang
dilaksanakan selama 6 minggu pada semester 1 mulai tanggal 09 Desember 2013
sampai dengan 17 Januari 2014. Praktek dilanjutkan dengan 12 minggu pada
semester 2 mulai tanggal 17 Februari sampai dengan 09 Mei 2014. Selama
menjalani praktik di ruang perawatan bedah anak, kompetensi pengelolaan kasus
dan pemberian asuhan keperawatan dilakukan pada anak dengan morbus
hirschprung sebelum dan setelah dilakukan operasi, malformasi anorektal dengan
fistel rectovestibuler, hipospadia penoscrotal, hernia scrotalis, hernia diafragma,
tutup stoma, pasien atresia ani setelah dilakukan operasi posterior sagitalis
anorectoplasty (PSARP), gastroscisis, invaginasi dan apendiksitis pasca
appendictomy.

Kompetensi ketrampilan klinik yang dicapai di ruang bedah anak meliputi


perawatan luka pasca operasi PSARP, perawatan colostomy, perawatan luka pada
pasien post operasi hernia, apendiksitis, hipospadi, mempersiapkan pasien
sebelum operasi, mempersiapkan pasien sebelum pemeriksaan diagnostik,
memasang infus, memasang nasogastrik tube, melepas cateter, pengambilan darah
untuk pemeriksaan laboratorium, mengukur tingkat kesadaran, melakukan
prosedur pencegahan risiko jatuh, mempelajari prinsip perawatan luka,
mempelajari cara pengkajian respon nyeri dan pengukuran skala nyeri
menggunakan skala FLACC dan visual analogue scale.

Pemberian asuhan keperawatan pada pasien di ruang bedah anak dilakukan


dengan mengaplikasikan prinsip filosofi keperawatan dengan pendekatan Family
centered care yaitu asuhan berpusat pada keluarga. Praktek memberikan asuhan
dilakukan dengan pendekatan kepada keluarga dan membina hubungan yang baik
antar perawat dan anggota keluarga. Keluarga juga dilibatkan dalam tindakan
keperawatan seperti pada perawatan colostomy, perawatan personal hygiene,
penatalaksanaan pencegahan pasien jatuh dan pengawasan pemberian obat.
Keluarga diberikan kesempatan untuk menunggu pasien selama 24 jam untuk
memfasilitasi kedekatan hubungan antara pasien dan keluarga khususnya orang

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
39

tua dan memberikan dukungan kepada anak. Keluarga diberikan pendidikan


kesehatan mengenai penatalaksanaan pencegahan jatuh, cara mencuci tangan dan
dan menjaga kebersihan dan perawatan kolostomi. Pendidikan kesehatan ini
dilakukan sesuai dengan salah satu tujuan Family centered care yaitu
meningkatkan kemampuan orangtua atau keluarga dalam perawatan anak (Kilmer,
Cook & Munsell, 2010).

3.3 Pengembangan Professional.


Pengembangan professional meliputi pelaksanaan peningkatan professionalisme
dalam praktik keperawatan, melaksanakan peningkatan mutu pelayanan
keperawatan dan asuhan keperawatan dan mengikuti pendidikan berkelanjutan
sebagai wujud tanggung jawab profesi (PPNI, 2005). Praktek ners spesialis
keperawatan anak ini merupakan salah satu bagian dari pengembangan profesi
yaitu mengikuti pendidikan berkelanjutan. Pada program penyelenggaraan selama
praktik ners spesialis keperawatan juga berkonstribusi dalam melaksanakan
peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan pemberian asuhan keperawatan.

Konstribusi praktik ners spesialis keperawatan anak dalam menunjang


peningkatan mutu pelayanan keperawatan sebagai pemberi asuhan keperawatan
dilakukan dengan menerapkan filosofi keperawatan anak antara lain Family
centered care, atraumatic care serta manajemen kasus (Kyle, 2008). Residen
melakukan proyek inovasi dalam memberikan asuhan keperawatan untuk
meningkatkan mutu pelayanan dan kepuasan pasien sesuai dengan masalah yang
menjadi prioritas dan nyata dirasakan oleh ruangan serta pasien. Proyek inovasi
yang dilakukan secara kelompok di ruang Perinatologi menerapkan EBP dengan
membuat media yang berhubungan dengan perawatan neonatus. Media tersebut
diharapkan dapat menjadi salah satu acuan dalam menerapkan asuhan
keperawatan.

Proyek inovasi individu dilaksanakan di ruang bedah anak RSUPN dr Cipto


Mangunkusumo berdasarkan pengkajian masalah yang disepakati bersama
perawat di ruang BCh. Proyek inovasi ini mengangkat masalah keamanan pasien

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
40

pasca pembedahan. Salah satu masalah keamanan pasien pasca pembedahan


adalah penilaian tingkat kesadaran dengan menggunakan GCS pada anak. Hal ini
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya risiko aspirasi pasca pembedahan.
Pasien yang baru tiba di ruang bedah dari ruang operasi segera diukur tanda-tanda
vital dan tingkat kesadarannya. Setelah diketahui skor dan tingkat kesadaran
pasien, perawat dapat membuat suatu keputusan terhadap tindakan keperawatan
selanjutnya kepada pasien.

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
41

BAB 4
PEMBAHASAN

4.1. Aplikasi Teori Comfort Kolcaba dalam Pemenuhan Kebutuhan


Keamanan Anak Pasca Pembedahan
Lima kasus dalam penerapan aplikasi teori comfort adalah anak A dengan
pasca PSARP, anak MA dengan pasca pembedahan tutup kolostomi karena
hirschprung, anak Z dengan pasca herniotomy dan sirkumsisi karena hernia
scrotalis dekstra reponible, anak N dengan pasca repair PSARVUP, anak
NP dengan pasca pembedahan tutup kolostomi karena atresia ani pasca
PSARP.

4.1.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan dilakukan dengan pendekatan teori comfort yaitu
memperhatikan aspek kenyamanan fisik, psikospiritual, sosiokultural dan
lingkungan. Pengkajian yang dilakukan berdasarkan keempat konteks
kenyamanan selanjutnya dimasukkan ke dalam taksonomi comfort untuk
memudahkan perawat dalam melakukan intervensi. Hasil pengkajian
dengan memperhatikan aspek kenyamanan fisik pada kelima kasus terpilih
menunjukkan semua pasien (100%) berada pada kondisi yang berisiko
terjadinya aspirasi berhubungan dengan pasca pembedahan. Residen
melakukan pemeriksaan tingkat kesadaran untuk mendapatkan data yang
akurat untuk mendukung adanya risiko aspirasi pada pasien. Dalam
melakukan pengkajian tingkat kesadaran, residen menggunakan format
Glasgow Coma Scale (GCS).

4.1.2 Diagnosis Keperawatan


Diagnosis keperawatan yang berhubungan dengan masalah kenyamanan
fisik pada pasien antara lain risiko aspirasi, risiko ketidakseimbangan
volume cairan, nyeri akut, risiko infeksi dan risiko jatuh.
Diagnosa keperawatan yang utama pada kelima pasien tersebut adalah risiko
aspirasi. Masalah keperawatan ini dialami oleh semua pasien pasca

41 Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
42

pembedahan karena adanya efek anestesi yang menimbulkan penurunan


kesadaran. Penurunan kesadaran dapat meningkatkan insiden risiko aspirasi
(Eizadi, Saghaei, Alfred, Zargarzadeh, Huynh, Gheshlaghi & Yaraghi,
2009).

Diagnosis keperawatan yang kedua adalah masalah risiko


ketidakseimbangan volume cairan. Masalah keperawatan ini dialami oleh
semua pasien pasca pembedahan karena dalam 48 jam pertama setelah
pembedahan diperlukan peningkatan vaskularisasi jaringan pada daerah
sekitar pembedahan (Brunner & Suddarth, 2001; Hockenberry & Wilson,
2009). Pada lima kasus pasien pasca pembedahan, diagnosa keperawatan ini
ditegakkan karena semua pengkajian dilakukan mulai hari ke 0-1 pasca
pembedahan sehingga berisiko mengalami ketidakseimbangan volume
cairan.

Diagnosis keperawatan nyeri akut merupakan diagnosa yang perlu


ditegakkan pada pasien anak pasca operasi. Meskipun kita ketahui bahwa
pasien pasca operasi selalu diberikan obat analgesik, akan tetapi nyeri masih
menjadi masalah kenyamanan fisik anak. Nyeri akut dapat terjadi karena
efek bius pada anak setelah sadar penuh menjadi berkurang. Nyeri juga
dapat dipengaruhi karena perasaan cemas akibat perawatan di rumah sakit
dengan menghadapi lingkungan yang asing dan pengalaman nyeri
sebelumnya. Pengalaman nyeri sebelumnya dialami oleh anak MA, anak N
dan anak NP yang pernah mengalami tindakan operasi sebelum sakit
sekarang. Hal ini kemungkinan dapat mempengaruhi persepsi anak terhadap
nyeri karena pengalaman dan persepsi yang salah dapat berkontribusi
terhadap keparahan nyeri (Wiroonpanich & Strickland, 2004).

Masalah risiko infeksi merupakan salah satu masalah yang perlu


diperhatikan pada pasien pasca pembedahan. Infeksi bisa menjadi aktual
bila perawatan luka tidak mempertimbangkan tehnik kesterilan. Pasien
pasca bedah rentan terhadap risiko infeksi berhubungan dengan risiko

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
43

kontak jaringan pembedahan dengan agen penyebab infeksi pada


lingkungan. Perawatan yang bisa dilakukan agar pasien terhindar dari
infeksi adalah dengan melakukan monitor tanda-tanda infeksi,
meningkatkan kebersihan diri dan daerah sekitar luka, melakukan perawatan
dengan menjaga kesterilan, mengajarkan keluarga cara mencuci tangan
terutama sebelum dan sesudah bersentuhan dengan pasien, meningkatkan
masukan nutrisi yang tinggi kalori dan protein.

Masalah risiko jatuh dapat terjadi pada semua pasien terutama pasien anak
yang mobilisasinya aktif, anak dengan mobilisasi terbatas dan pasca
pembedahan. Pasien dengan pasca pembedahan masih berfokus pada rasa
nyeri sehingga orientasi terhadap lingkungan kurang waspada. Pengaruh
anastesi yang diberikan pada saat pembedahan juga menjadi pertimbangan
sehingga perlu diwaspadai terjadinya cidera karena jatuh. Ruang BCh
RSUPN dr Cipto Mangunkusumo sudah melaksanakan panduan pencegahan
risiko jatuh yang rutin dilaksanakan pada semua pasien untuk mengatasi
risiko jatuh pada pasien. Keluarga dilibatkan dalam pengawasan risiko
jatuh. Perawat mempunyai kewajiban dalam melakukan pengawasan
terhadap pelaksanaan panduan risiko jatuh. Perawat tetap mengevaluasi dan
mengingatkan keluarga apabila keluarga lupa melakukan salah satu poin
pada panduan pencegahan risiko jatuh.

Diagnosis keperawatan berhubungan dengan sosiokultural adalah penurunan


koping keluarga yang dialami oleh orang tua anak A. Orang tua anak A
terutama ayahnya merasa kasihan melihat anaknya belum diberi minum
sejak keluar dari kamar operasi. Sehingga pada wakktu malam hari pasien
muntah karena di beri minum susu satu botol oleh ayahnya. Ibu pasien
sudah diberi tahu oleh perawat dan juga mengingatkan suaminya bahwa
kondisi kesadaran anaknya belum memungkinkan untuk diberikan minum
yang banyak. Anak A merasa kehausan dan menurut persepsi orang tua
dalam hal ini ayah pasien harus diberikan minum yang banyak daripada
berkali-kali anak meminta minum. Hal ini merupakan salah satu reaksi

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
44

hospitalisasi bagi orang tua yang anaknya di rawat di rumah sakit. Orang tua
dihadapkan pada lingkungan baru yang asing dan pengalaman yang tidak
menyenangkan terhadap perawatan sebelumnya seperti trauma, sehingga
menjadi stess, takut dan cemas menghadapi situasi hospitalisasi (Hatfield,
2008; Salmela, Aronen & Salantera, 2010).

4.1.3 Intervensi dan Implementasi Keperawatan


Intervensi keperawatan pada teori comfort dikategorikan dalam tiga tipe
intervensi yaitu intervensi untuk kenyamanan standar (standar comfort),
intervensi untuk pembinaan (coaching), dan intervensi yang berhubungan
dengan memberikan kenyamanan jiwa (comfort food for the soul).
Intervensi untuk kenyamanan standar adalah intervensi untuk
mempertahankan hemodinamik dan mengontrol nyeri. Intervensi untuk
pembinaan yaitu intervensi yang digunakan untuk menurunkan kecemasan,
menyediakan informasi kesehatan, mendengarkan harapan pasien dan
membantu pasien untuk sembuh. Sedangkan intervensi yang berhubungan
dengan memberikan kenyamanan jiwa yaitu melakukan sesuatu yang
menyenangkan untuk membuat keluarga dan pasien merasa diberikan
kepedulian dan meningkatkan semangat, contohnya melakukan massage
dan melakukan imjinasi terbimbing (Kolcaba & Dimarco, 2005).

Residen membuat intervensi untuk mengatasi risiko aspirasi pada pasien


pasca pembedahan didasarkan pada data yang ditemukan pada masing-
masing kasus. Adapun intervensi berdasarkan standar comfort adalah
memantau tingkat kesadaran, refleks batuk, muntah dan kemampuan
menelan, memantau tanda-tanda aspirasi selama proses pemberian makan.
Intervensi berdasarkan coaching adalah dengan menganjurkan kepada orang
tua tentang teknik pemberian makan dan menelan, dan memonitor bersama
pasien dan orang tua tentang tanda dan gejala aspirasi dan tindakan
pencegahannya. Sedangkan intervensi comfort food for the soul adalah
dengan membantu orang tua untuk membuat rencana kedaruratan bila
pasien mengalami aspirasi.

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
45

Intervensi keperawatan berdasarkan standar comfort pada masalah risiko


ketidakseimbangan volume cairan pada pasien pasca pembedahan adalah
memonitor masukan dan keluaran cairan, melakukan penghitungan balance
cairan. Intervensi berdasarkan coaching adalah melakukan kolaborasi
pemenuhan kebutuhan cairan tambahan jika diperlukan dan memberikan
pengertian pentingnya masukan cairan pada pasien. Sedangkan intervensi
berdasarkan comfort food for the soul adalah dengan memberikan cairan
melalui intravena sesuai kebutuhan pasien, dan memonitor kelancaran dan
faktor tetesan, meningkatkan masukan cairan oral, pengawasan tanda-tanda
dehidrasi meliputi kelembaban membran mukosa, keadekuatan nadi.

Intervensi keperawatan berdasarkan standar comfort pada masalah nyeri


akut pada pasien pasca pembedahan adalah mengukur tanda-tanda vital,
memonitor skala nyeri, melakukan observasi isyarat non verbal
ketidaknyamanan. Sedangkan intervensi berdasarkan coaching adalah
dengan memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga bahwa pasien
pasca pembedahan secara umum mengalami nyeri, menginformasikan
kepada orang tua tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping yang disarankan. Sedangkan intervensi
berdasarkan comfort food for the soul adalah mengajarkan manajemen nyeri
non farmakologis yang melibatkan orang tua dalam pelaksanaannya. Dalam
implementasinya, meskipun untuk tindakan penurunan nyeri tetap
berkolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgesik. Keluarga
melakukan tindakan distraksi yang mudah dilakukan tetapi berefek pada
penurunan nyeri antara lain dengan memberikan sentuhan, menggendong
anak dan mendengarkan musik.

Intervensi keperawatan berdasarkan standar comfort pada masalah risiko


infeksi pada pasien pasca pembedahan adalah memonitor tanda-tanda vital,
memonitor tanda-tanda infeksi dan kondisi luka apakah ada rembesan atau
tidak pada kassa, melakukan perawatan luka dengan memperhatikan
sterilitas. Intervensi berdasarkan coaching adalah menjelaskan kepada orang

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
46

tua untuk menjaga kebersihan diri dan mencuci tangan sebelum dan sesudah
kontak dengan anaknya, kolaborasi dengan dokter pemberian antibiotik.
Intervensi berdasarkan comfort food for the soul adalah menganjurkan
kepada orang tua agar menjaga luka operasi tetap bersih dan kering.

Implementasi merupakan tahap hipotesis dimana perawat dalam


memberikan perawatan langsung sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah disusun berdasarkan masalah dan tujuan keperawatan (Aligod &
Tomey, 2006). Perawat menggunakan pendekatan intervensi berdasarkan
prinsip comfort Kolcaba yaitu intervensi dalam pemenuhan kebutuhan rasa
nyaman baik dari segi fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan.

4.1.4 Evaluasi
Evaluasi keperawatan dilakukan berdasarkan kebutuhan kenyamanan fisik,
psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan. Evaluasi untuk masalah risiko
aspirasi kelima pasien dapat teratasi. Semua pasien tidak mengalami aspirasi
dengan kriteria mampu mentolelir asupan oral tanpa aspirasi. Masalah risiko
ketidakseimbangan cairan juga teratasi dengan kriteria turgor kulit baik,
membran mukosa bibir lembab. Masalah nyeri juga teratasi dengan kriteria
skala FLACC 0. Masalah risiko infeksi teratasi dengan kriteria tidak ada
tanda-tanda infeksi, balutan luka kering dan bersih, suhu tubuh dalam batas
normal.

4.2. Menganalisa Pelaksanaan Pemenuhan Kebutuhan Keamanan dengan


Pendekatan Teori Comfort Kolcaba
Teori Comfort Kolcaba secara umum dapat diaplikasikan pada anak dengan
masalah pemenuhan kebutuhan keamanan pasca pembedahan. Pendekatan
teori Comfort dilakukan dalam proses keperawatan mulai dari pengkajian,
pembuatan diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
Penerapan teori Comfort pada pengkajian keperawatan dapat dilakukan
berdasarkan taksonomi kebutuhan kenyamanan pada tingkat kenyamanan
relief, ease dan transcendence digabungkan dengan tiga pengalaman

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
47

kenyamanan fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan. Pada


aplikasi penerapan pengkajian anak yang mengalami risiko aspirasi pasca
pembedahan, tidak mendapat kesulitan dalam pengkajian kenyamanan
berdasarkan taksonomi comfort. Akan tetapi masih diperlukan kejelian dan
pengalaman untuk mengkategorikan kebutuhan kenyamanan pada masing-
masing sel. Kesulitan saat pengkajian justru ditemui pada proses pengkajian
penilaian tingkat kesadaran. Adapun format untuk penilaian tingkat
kesadaran dengan GCS. Kondisi anak yang kadang masih dalam efek
anestesi menampilkan ekspresi yang menimbulkan keraguan bagi residen
dalam menetapkan tingkat kesadaran. Dalam hal ini diperlukan kemampuan
residen untuk melakukan pengkajian yang lebih obyektif dengan
menanyakan yang lebih spesifik terhadap kondisi anak.
Penerapan penegakan diagnosa keperawatan juga dapat diaplikasikan
berdasarkan teori comfort. Pengelompokan diagnosa keperawatan
berdasarkan kenyamanan fisik, psikospiritual, sosiokultural dan lingkungan.

Intervensi dan implementasi keperawatan dibuat sesuai dengan masalah


keperawatan. Intervensi dan implementasi memperhatikan masalah yang
berhubungan dengan diagnosa kenyamanan fisik, psikospiritual,
sosiokultural dan lingkungan. Dalam melakukan intervensi dan
implementasi juga memperhatikan prinsip intervensi pada teori comfort
yaitu intervensi untuk kenyamanan standar (standar comfort), intervensi
untuk pembinaan (choaching), dan intervensi yang berhubungan dengan
memberikan kenyamanan jiwa (comfort food for the soul). Meskipun
intervensi keperawatan sudah di klasifikasikan berdasarkan prinsip
intervensi pada teori comfort, tetapi residen mempunyai kendala untuk
mengklasifikasikan dengan tepat intervensi dan implementasi berdasarkan
ketiga kategori tersebut. Sedangkan pada evaluasi, residen berusaha
menampilkan evaluasi sesuai dengan empat pengalaman kenyamanan
dengan harapan lebih mampu menggambarkan hasil akhir dari pencapaian
kenyamanan holistik yang meliputi aspek kenyamanan fisik, psikospiritual,
sosiokultural dan lingkungan.

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
48

Pada lima kasus yang telah diangkat didapatkan implementasi pendekatan


teori comfort yang paling efektif adalah pada anak MA. Hal ini
dimungkinkan karena meskipun kondisi tingkat kesadarannya somnolen,
akan tetapi mudah diatasi karena kebutuhan kenyamanan sosiokultural
terpenuhi. Kedua orang tua selalu memberi dukungan dengan terlibat secara
langsung menemani pasien dan menuruti anjuran yang diberikan oleh
petugas kesehatan. Keluarga menjadi sumber utama dalam memberikan
dukungan dan kekuatan kepada anak (Neal, Frost, Kuhn, Green, Cleveland
& Kersten, 2007).

4.3. Praktik Spesialis Keperawatan Anak dalam Pencapaian Target


Kompetensi
Selama menjalani praktik ners spesialis keperawatan anak selama 2
semester, residen memperoleh dukungan dan hambatan dalam pelaksanaan
target kompetensi yang harus dipenuhi.

Pelaksanakan praktik professional, etis, legal dan peka budaya secara umum
tidak ada hambatan. Pelaksanaan praktik keperawatan sudah sesuai dengan
standar keperawatan dan ruang lingkup praktek keperawatan dengan
melakukan asuhan keperawatan secara mandiri maupun kolaboratif dan
pendelegasian (PPNI, 2005). Pelaksanaan berhubungan dengan aspek
legalitas juga sangat didukung oleh sistem pelayanan keperawatan yang ada
dimana dokumentasi keperawatan sangat diperhatikan. Apalagi RSUPN dr
Cipto Mangunkusumo telah melaksanakan Joint Comitte Nasional (JCI).

Pelaksanaan penerapan asuhan keperawatan berdasarkan etik dan peka


budaya juga sudah dilakukan namun perlu ditingkatkan. Dalam melakukan
asuhan keperawatan residen memperhatikan aspek prinsip etik yaitu
otonomy, beneficence dan maleficence serta justice (Fry, Veatch, & Taylor,
2011). Prinsip otonomy dimana pasien berhak menentukan tindakan
dilaksanakan atau tidak setelah mendapatkan penjelasan yang optimal.
Prinsip beneficence dan otonomy sering pada beberapa kasus yang

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
49

mengalami dilema etik dimana pasien membutuhkan suatu tindakan yang


diperlukan untuk menunjang kesembuhan pasien tetapi keluarga menolak
meskipun diberikan penjelasan karena keluarga merasa kasihan dengan
kondisi anaknya yang tidak berdaya dan sering dilakukan tindakan yang
membuat anaknya kesakitan. Contoh lain adanya pengunjung yang disatu
sisi merupakan dukungan psikospiritual bagi pasien dan keluarga yang
merupakan prinsip beneficence, akan tetapi terbentur dengan aturan untuk
melakukan kunjungan sesuai jam kunjung dan anak-anak sebagai anggota
keluarga pasien tidak boleh masuk. Hal ini berhubungan dengan manajemen
pengendalian infeksi nosokomial.

Pelaksanakan pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan


selama praktik ners spesialis keperawatan anak selalu mendapat dukungan
dari lahan praktik. Perawat ruangan memberikan dukungan dan
memfasilitasi secara bersama-sama melakukan pembaharuan demi
meningkatnya mutu pelayanan keperawatan. Residen memberikan masukan
sesuai dengan pengetahuan yang dipelajari selama ini dan bersama-sama
dengan perawat melakukan telaah untuk meningkatkan mutu pelayanan
keperawatan dari segi pelaksanaan pendokumentasian maupun aplikasi
diagnosa keperawatan yang dianggap efektif pada ruangan tersebut. Residen
juga diberikan kesempatan sebagai role model dalam menerapkan asuhan
keperawatan berdasarkan pendekatan teori yang diaplikasikan.

Kompetensi pelaksanakan pengembangan professional selama praktik


residensi keperawatan anak dilakukan dengan mengembangkan sharing
jurnal mengenai pemantauan tingkat kesadaran pada pasien pasca
pembedahan terhadap perawat dan mengaplikasikannya sebagai proyek
inovasi dengan melibatkan perawat dan keluarga. Residen juga melakukan
sharing dan memberi masukan terhadap tindakan keperawatan dan masalah
yang dihadapi pada saat operan dan bersama-sama dengan ruangan
menyepakati pelaksanaan komitmen yang telah dibuat. Sharing juga
dilakukan dalam hal kelanjutan pendidikan dalam keperawatan untuk

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
50

memotivasi perawat tetap melaksanakan pendidikan yang berkelanjutan


sebagai salah satu tanggung jawab pengembangan profesi (Ellis & Hartley,
2004).

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
51

BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan
5.1.1. Pasien pasca pembedahan mempunyai masalah yang sama pada
kelima kasus pasien kelolaan yaitu risiko aspirasi, risiko
ketidakseimbangan volume cairan dan risiko infeksi. Adapun
masalah risiko aspirasi dan risiko infeksi merupakan diagnosa
keperawatan yang berhubungan dengan keamanan pasien. Pasien
anak yang mengalami pasca pembedahan seringkali dalam kondisi
belum sadar penuh sampai di ruang rawat. Pengkajian yang
dilakukan berkaitan dengan tingkat kesadaran penting dilakukan
agar intervensi keperawatan yang akan dilakukan selanjutnya
menjadi tepat. Pasien anak yang kadang masih dalam pengaruh
sedasi menjadikan pengkajian terhadap tingkat kesadaran yang
dilakukan perawat menjadi kurang obyektif. Hal ini pentingnya
ketrampilan dan ketelitian perawat untuk melakukan pengkajian
tingkat kesadaran secara tepat. Pelaksanaan intervensi untuk
memenuhi kebutuhan keamanan pasien pasca pembedahan tidak
terlepas dari keterlibatan orangtua. Perhatian terhadap masukan
cairan diperlukan terutama selama 48 jam pasca pembedahan
dengan memonitor keluaran dan masukan cairan. Masukan cairan
dilakukan dengan tindakan kolaborasi melalui intravena dan
tindakan mandiri dengan peningkatan cairan melalui oral. Risiko
infeksi pada pasien pasca pembedahan dapat dicegah dengan
peningkatan personal hygiene pasien dan hand hygiene orang tua,
perawatan luka dengan prinsip steril dan kolaborasi pemberian
nutrisi sesuai kebutuhan pasien pasca pembedahan.

5.1.2. Pendekatan teori comfort Kolcaba dalam melakukan asuhan


keperawatan pada pasien pasca pembedahan secara umum dapat
diterapkan. Teori comfort dapat diterapkan dalam mengatasi risiko

51
Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
52

aspirasi yang dipengaruhi oleh faktor sosiokultural akibat


dukungan keluarga. Kepuasan keluarga menjadi meningkat dengan
keterlibatan keluarga dalam perawatan pencegahan aspirasi pada
anak pasca pembedahan.

5.1.3. Selama menjalani praktek residensi, residen telah mencapai target


kompetensi sebagai ners spesialis keperawatan anak. Dalam
pencapaian kompetensi residen mendapat dukungan penuh dari
lahan praktek dan pihak rumah sakit sehingga pencapaian
kompetensi dalam melaksanakan praktik professional, etis, legal
dan peka budaya; melaksanakan pemberian asuhan dan manajemen
asuhan keperawatan; dan melaksanakan pengembangan
professional, dapat dijalankan.

5.2. Saran
5.2.1. Bagi Pelayanan Keperawatan
Penerapan teori comfort Kolcaba dapat dijadikan acuan dalam
melakukan asuhan keperawatan pada pasien di ruang bedah anak,
terutama pasien pasca pembedahan yang mengalami pada masalah
keamanan. Teori ini dapat diaplikasikan dan berfokus pada tingkat
kenyamanan pasien secara fisik, psikospiritual, lingkungan dan
sosiokultural sehingga mampu memenuhi kebutuhan kenyamanan
secara menyeluruh.

Dalam melakukan intervensi keperawatan berhubungan dengan


kebutuhan keamanan pasien pasca pembedahan sangat disarankan
untuk melibatkan keluarga. Hal ini karena kehadiran dan
keterlibatan keluarga terbukti efektif dalam membantu
mengantisipasi kejadian yang tidak diinginkan pasca pembedahan.

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
53

5.2.2. Bagi Peneliti Keperawatan


Peneliti keperawatan diharapkan mampu mengembangkan
pendekatan teori comfort Kolcaba mulai dari pengkajian, intervensi
dan evaluasi menggunakan skala kenyamanan yang telah
dikembangkan.

5.2.3. Bagi Institusi Pendidikan


Institusi pendidikan diharapkan terus mampu memfasilitasi lahan
praktik yang kondusif terhadap perkembangan pencapaian
kompetensi ners spesialis keperawatan anak dalam melaksanakan
praktik professional, etis, legal dan peka budaya, melaksanakan
pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan dan
melaksanakan pengembangan professional.

Universitas Indonesia
Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8,
volume 2. Jakarta: EGC.

Departemen Kesehatan RI (2002). Undang-undang RI nomor 23 tahun 2002


tentang perlindungan anak, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI (2006). Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah


Sakit (Patient safety). Jakarta.

Departemen Kesehatan RI (2009). Undang-undang RI nomor 36 tahun 2009


tentang kesehatan. Jakarta.

Ellis, J. R., & Hartley, C. L. (2004). Nursing in today’s world: Trends, issues &
management. (8 th ed). Philadelphia: Lippincott.

Eizadi, N., Saghaei, M., Alfred Sam, Zargarzadah, A.H., Huynh, C., Gheshlaghi,
F. & Yaraghi,A. (2009). Comparative evaluation of glasgow coma score
and gag reflex in predicting aspiration pneumonitis in acut poisoning.
Journal of Clinical Care. 24, 470.e9-470.e15.

Fry, S.R., Veatch M.N., & Taylor C. (2011). Case studies in principles nursing
ethics. Canada: LLC.

Hockenberry, M. J., & Wilson, D. (2009). Wongs’s essentials of pediatric


nursing. (8 th ed). St. Louis: Mosby Elsevier.

Institute of Family-Centered Care. (2002). Hospitals moving forward with family-


centered care seminar 2002, Chincinati. Ohio.

James, S.R. & Ashwill, J.W. (2007). Nursing care of children: Principles &
practice. (3th ed). St Louis: Saunders Elsevier Inc.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KKP & PAI).


(2012). Profil anak Indonesia 2012, CV. Miftahur Rizky, Jakarta. ISSN:
2089-3523.

Kolcaba, K. (2003). Comfort Theory and Practice. New York: Spinger Publiser

Kolcaba, K., & DiMarco, M. A. (2005). Comfort theory and its application to
pediatric nursing. Pediatric Nursing, 31(3), 187-194

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


Kolcaba, K., Tilton, C., & Drouin, C.(2006). Comfort theory a unifying
framework to enhance the practice environment. The Journal of Nursing
Administration, 36 (11), 538-544.

Komite Keselamatan Rumah Sakit (KKP-RS). (2007). Pedoman pelaporan


insiden keselamatan pasien. Jakarta.

Kusnanto (2004). Pengantar profesi dan praktik keperawatan professional.


Jakarta: EGC.

Kyle, T. (2008). Essentials of pediatric nursing. Philadelphia: Lippincott.

Neal, A., Frost, M., Kuhn J., Green A., Cleveland B.G., & Kersten, R. ( 2007).
Family centered care whitin a infant-toddler unit. Pediatric Nursing, 33
(6), 481-485.

Nurjannah, Intansari (2010). Proses Keperawatan: NANDA, NOC & NIC. Jakarta:
PT Buku Kita.

PPNI (2013). Pendidikan Keperawatan. Kutipan dari Naskah Akademik


Pendidikan keperawatan Indonesia oleh PPNI, AIPNI, AIPDIKI dan
dukungan dari Kemendiknas (Project HPEQ 2009-2015). http://www.inna-
ppni.or.id/index.php/keperawatan-di-indonesia/pendidikan-keperawatan.
diakses 10 Juni 2013.

PPNI (2005). Standar Kompetensi Perawat Indonesia. http//:www.inna-ppni.or.id.


diakses 10 Juni 2013.

Salmela, M., Aronen, E.T., & Salantera, S. (2010). The experience of hospital-
related fears of 4-to6-year-old children. Child: care, health and
development, 37 (5), 719-726.

Shields, L. (2007). Family centered care in the operatif area: An international


perspective. AORN Journal. 85 (5), 893-902.

Sjamsuhidayat, R. & Jong W.D. (2005). Buku ajar ilmu bedah. Jakarta : EGC.

Siefert, M.L. (2002). Concept analysis of comfort. Nursing Forum, 37, (4), 16-23.

Soetjiningsih (2001). Tumbuh kembang anak. Jakarta: EGC.

Titone, J., Cross R., Sileo M. & Martin G. (2004). Taking family centered care to
higher level on the heart and kidney unit. Pediatric Nursing, 30 (6), 495-
497.

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


Tomey, A.M., & Alligood, M.R. (2006). Nursing theorist and their work. (6thed).
St. Louis, Missouri: Mosby Elsevier.

Universitas Indonesia. (2008). Pedoman teknis penulisan tugas akhir mahasiswa


Universitas Indonesia.

Wilkinson, Judith M. & Ahern, Nancy R. (2009). Buku saku diagnosis


keperawatan edisi 9. Jakarta : EGC

Wiroonpanich, W., & Strickland, J.C. (2004). Normalizing Postoperative acute


abdominal surgical pain in Thai children. Journal of Pediatric Nursing,
19(2), 104-112.

Wong, D. L., Eaton, M.H., Wilson, D., Winkelstein, M. L., & Schwartz, P.
(2008).Wong’s essentials of pediatic nursing. (6thed). St Louis: Mosby Co.

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


LAMPIRAN

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


KONTRAK BELAJAR
RESIDENSI PERAWAT SPESIALIS ANAK
SEMESTER I TAHUN AKADEMIK 2013/2014

Oleh :
Ida Ariani
NPM 1006833773

PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2013

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


KONTRAK BELAJAR
Residensi Perawat Spesialis Anak Semester I Tahun Akademik 2013 / 2014

Nama Residen : Ida Ariani


NPM : 1006833773
Tempat Praktik : RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
Mata Ajar : Praktik Keperawatan Klinik I

No Tujuan Kompetensi Metode Waktu Keterangan


1 Mahasiswa mampu 16 September – Ruang Rawat
memberikan asuhan 25 Oktober 2013 Intensif Anak
keperawatan pada (PICU) RSUPN
pasien anak berbagai Cipto
usia dengan masalah Mangunkusumo
kegawatan Jakarta
a. Melaksanakan Mahasiswa mampu melakukan :
asuhan 1. Pengkajian
keperawatan pada a. Anamnesa meliputi riwayat kehamilan,
anak dengan kelahiran dan penyakit
apnea secara b. Pemeriksaan fisik pada anak dengan
komprehensif mendetail terhadap dada dan paru-paru
c. Pemeriksaan penunjang : AGD,
rontgen dada
2. Menetapkan diagnosa keperawatan
berdasarkan masalah, etiologi, tanda dan
gejala

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


3. Perencanaan keperawatan
a. Gunakan komunikasi terapeutik dan
hubungan interpersonal dalam
pemberian pelayanan keperawatan
b. Ciptakan dan pertahankan lingkungan
yang aman
c. Bantuan hemodinamik tingkat dasar
d. Tatalaksana anak dengna apnea:
rangsangan taktil, pemberian terapi
obat-obatan sesuai advis dokter, dan
continuous positive airway pressure
pada apnea.
e. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
f. Berikan dukungan pada keluarga dan
informasi mengenai anak
4. Implementasi perencanaan keperawatan
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan
6. Pendokumentasian asuhan keperawatan

b. Melaksanakan Mahasiswa mampu melakukan :


asuhan 1. Pengkajian:
keperawatan pada a. Anamnesa
anak dengan b. Pemeriksaan fisik dan neurologis
kejang secara c. Pemeriksaan penunjang meliputi :
komprehensif EKG, elektrolit serum
2. Menetapkan diagnosa keperawatan
3. Prencanaan keperawatan:
a. Gunakan komunikasi terapeutik dan
hubungan interpersonal dalam
pemberian pelayanan keperawatan

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


b. Ciptakan dan pertahankan lingkungan
yang aman
c. Bantuan hemodinamik tingkat dasar
d. Tatalaksana anak dengan kejang,
meliputi: pemberian obat-obat
konvulsan, cegah injuri dan aspirasi,
monitoring kondisi anak
e. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain
f. Berikan dukungan pada keluarga dan
informasi mengenai anak
4. Implementasi perencanaan keperawatan
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan
6. Pendokumentasian asuhan keperawatan

2 Mahasiswa mampu 1. Persiapan Presentasi, 16 September – Ruang Rawat


membuat proyek a. Melakukan pengkajian (pengumpulan diskusi, dan 25 Oktober 2013 Intensif Anak
inovasi di ruang data) dengan kuesioner, wawancara praktik secara (PICU) RSUPN
anak atau observasi berkelompok Cipto
b. Menyusun proposal Mangunkusumo
2. Pelaksanaan Jakarta
a. Mempresentasikan rencana proyek
b. Melaksanakan kegiatan proyek
3. Melakukan evaluasi proyek dan
membuat laporan

3 Mahasiswa mampu Praktik 28 Oktober – 22 Ruang Rawat


memberikan asuhan November 2013 Perina RSUPN
keperawatan pada Cipto
pasien neonatus Mangunkusumo
dengan penyakit Jakarta

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


akut
a. Melaksanakan Mahasiswa mampu melakukan :
asuhan 1. Pengkajian
keperawatan a. Anamnesa meliputi riwayat alergi
pada neonatus dalam keluarga, gangguan genetik,
dengan masalah riwayat kehamilan dan kelahiran
respirasi secara b. Pemeriksaan fisik meliputi
komprehensif pemeriksaan fisik bayi baru lahir
terutama pemeriksaan fisik dada dan
paru
c. Pemeriksaan penunjang meliputi
rontgen dada, nilai AGD
2. Menetapkan diagnosa keperawatan
berdasarkan masalah, etiologi, tanda dan
gejala
3. Perencanaan keperawatan:
a. Gunakan komunikasi terapeutik dan
hubungan interpersonal dalam
pemberian pelayanan keperawatan
b. Ciptakan dan pertahankan lingkungan
yang nyaman (hangat)
c. Manajemen pelayanan keperawatan
intensif
d. Tatalaksana neonatus dengan masalah
respirasi, meliputi : mempertahankan
kepatenan jalan nafas,
mempertahankan fungsi pernafasan
normal dan pemenuhan kebutuhan
oksigen yang optimal, mencegah
terjadinya asfiksia

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


e. Monitoring dan kolaborasi
f. Bantuan hemodinamik tingkat dasar
g. Teknik resusitasi neonatus dan
stabilisasi
h. Pencegahan dan pengendalian infeksi
i. Membuat perencanaan pendidikan
kesehatan, meliputi : bimbingan
pemberian ASI, makanan pendamping
ASI, dan makan/ minum tanpa
masalah serta manajemen BBLR
(Metode PMK)
4. Implementasi perencanaan keperawatan
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan
dengan melihat perkembangan anak
6. Pendokumentasian asuhan keperawatan
meliputi :
a. Proses keperawatan pada anak
b. Identifikasi masalah yang timbul
terkait dengan pemberian asuhan
keperawatan
c. Identifikasi praktik berdasarkan
pembuktian ilmiah (evidence-based
practice)
d. Identifikasi praktik keperawatan anak
yang etis dan legal dalam pelayanan
keperawatan

b. Melaksanakan Mahasiswa mampu melakukan :


asuhan 1. Pengkajian
keperawatan a. Anamnesa meliputi riwayat kehamilan

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


pada neonatus dan kelahiran
dengan b. Pemeriksaan fisik meliputi manifestasi
hipoglikemi tanda-tanda hypoglikemi
secara c. Pemeriksaan penunjang berupa
komprehensif pemeriksaan kadar gula darah < 50
mg/dl
2. Menetapkan diagnosa keperawatan
berdasarkan masalah, etiologi, tanda dan
gejala
3. Perencanaan keperawatan:
a. Gunakan komunikasi terapeutik dan
hubungan interpersonal dalam
pemberian asuhan keperawatan
b. Ciptakan dan pertahankan lingkungan
yang nyaman (hangat)
c. Manajemen pelayanan keperawatan
intensif
d. Tatalaksana neonatus dengan
hpoglikemia meliputi pemantauan
glukosa darah, pemberian makanan per
oral/ pipa lambung segera setelah usia
2-3 jam, pemberian glukosa bolus/
cairan infus dekstrose sesuai advis
dokter
e. Monitoring dan kolaborasi
f. Bantuan hemodinamik tingkat dasar
g. Teknik resusitasi neonatus dan
stabilisasi
h. Pencegahan dan pengendalian infeksi
i. Membuat perencanaan pendidikan

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


kesehatan yang meliputi bimbingan
pemberian ASI, makanan pengganti
ASI dan makan/ minum tanpa
masalah, serta manajemen BBLR
(Metode PMK)
4. Implementasi keperawatan
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan
6. Pendokumentasian asuhan keperawatan
meliputi :
a. Proses keperawata pada anak
b. Identifikasi masalah yang timbul
terkait dengan pemberian asuhan
keperawatan
c. Identifikasi praktik berdasarkan
evidence based practice
d. Identifikasi praktik keperawatan anak
yang etis dan legal dalam pelayanan
keperawatan

c. Melaksanakan Mahasiswa mampu melakukan :


asuhan 1. Pengkajian
keperawatan a. Anamnesa meliputi riwayat kehamilan
pada neonatus dan kelahiran
dengan b. Pemeriksaan fisik meliputi manifestasi
hyperglikemi tanda-tanda hyperglikemi
secara c. Pemeriksaan penunjang berupa kadar
komprehensif gula darah > 125 mg/dl pada bayi
cukup bulan dan >150 mg/dl pada bayi
kurang bulan
2. Menetapkan diagnosa keperawatan

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


berdasarkan masalah, etiologi, tanda dan
gejala
3. Perencanaan keperawatan:
a. Gunakan komunikasi terapeutik dan
hubungan interpersonal dalam
pemberian pelayanan keperawatan
b. Ciptakan dan pertahankan lingkungan
yang nyaman (hangat)
c. Manajemen pelayanan keperwatan
intensif
d. Tatalaksana neonatus dengan
hyperglikemi meliputi pemantauan
glukosa darah dan haluaran urin,
pengurangan intake glukosa,
pemberian insulin sesuai dengan advis
dokter
e. Monitoring dan kolaborasi
f. Bantuan hemodinamik tingkat dasar
g. Teknik resusitasi neonatus dan
stabilisasi
h. Pencegahan dan pengendalian infeksi
i. Membuat perencanaan pendidikan
kesehatan yang meliputi bimbingan
pemberian ASI, makanan pengganti
ASI, dan makan/ minum tanpa
masalah, serta manajemen BBLR
(Metode PMK) dan dukungan terhadap
keluarga
4. Implementasi perencanaan keperawatan
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


dengan melihat perkembangan anak
6. Pendokumentasian asuhan keperawatan
meliputi :
a. Proses keperawatan pada anak
b. Identifikasi masalah yang timbul
terkait dengan pemberian asuhan
keperawatan
c. Identifikasi praktik berdasarkan
pembuktian ilmiah
d. Identifikasi praktik keperawatan anak
yang etis dan legal dalam pelayanan
keperawatan

d. Melaksanakan Mahasiswa mampu melakukan :


asuhan 1. Pengkajian
keperawatan a. Anamnesa meliputi: riwayat penyakit
pada neonatus saat ini, riwayat kehamilan, riwayat
dengan kelahiran dan riwayat keluarga
hyperbilirubine b. Pemeriksaan fisik meliputi temuan
mia secara ikterik pada kulit, konjungtiva, sklera
komprehensif dan mukosa
c. Pemeriksaan penunjang (kadar
bilirubin serum, tes Coom)
2. Menetapkan diagnosa keperawatan
berdasarkan masalah, etiologi, tanda dan
gejala
3. Perencanaan keperawatan :
a. Gunakan komunikasi terapeutik dan
hubungan interpersonal dalam
pemberian pelayanan keperawatan

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


b. Ciptakan dan pertahankan lingkungan
yang nyaman (hangat)
c. Manajemen pelayanan keperawatan
intensif
d. Tatalaksana neonatus dengan
hyperbilirubinemia meliputi
pemantauan kadar bilirubin serum,
fototerapi sesuai dengan program,
antisipasi kebutuhan tranfusi tukar,
pertahankan intake cairan dan berikan
terapi infus bila ada indikasi
e. Monitoring dan kolaborasi
f. Bantuan hemodinamik tingkat dasar
g. Teknik resusitasi neonatus dan
stabilisasi
h. Pencegahan dan pengendalian infeksi
i. Membuat perencanaan pendidikan
kesehatan yang meliputi bimbingan
pemberian ASI, makanan pengganti
ASI, dan makan/ minum tanpa
masalah, serta manajemen BBLR
(Metode PMK), dan dukungan
keluarga.
4. Implementasi perencanaan keperawatan
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan
dengan melihat perkembangan anak
(bilirubin serum normal dan tanda-tanda
klinis hilang)
6. Pendokumentasian asuhan keperawatan
meliputi :

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


a. Proses keperawatan pada anak
b. Identifikasi masalah yang timbul
terkait dengan pemberian asuhan
keperawatan
c. Identifikasi praktik berdasarkan
pembuktian ilmiah
d. Identifikasi praktik keperawatan anak
yang etis dan legal dalam pelayanan
keperawatan

e. Melaksanakan Mahasiswa mampu melakukan :


asuhan 1. Pengkajian
keperawatan a. Anamnesa meliputi riwayat kehamilan,
pada neonatus kelahiran dan status imunisasi ibu
dengan sepsis b. Pemeriksaan fisik meliputi: tanda-
secara tanda umum, sistem sirkulasi, sistem
komprehensif pernafasan, sistem syaraf pusat, sistem
gastrointestinal, dan sistem
hepatopoietik
c. Pemeriksaan penunjang meliputi :
pemeriksaan laboratorium darah
lengkap, kultur kuman (darah, urin,
CSS), serologi ibu atau neonatus,
AGD, BUN, kreatinin, bilirubin,
SGOT/ SGPT, ammonia, PT, PTT, dan
pungsi sumsum tulang
2. Menetapkan diagnosa keperawatan
berdasarkan masalah, etiologi, tanda dan
gejala
3. Perencanaan keperawatan :

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


a. Gunakan komunikasi terapeutik dan
hubungan interpersonal dalam
pemberian pelayanan keperawatan
b. Ciptakan dan pertahankan lingkungan
yang nyaman (hangat)
c. Manajemen pelayanan keperawatan
intensif
d. Tatalaksana neonatus dengan sepsis
meliputi: pemberian antibiotik dan
imunoterapi, tranfusi dengan
leukositpolimorfonuklear (bila
diindikasikan), terapi oksigen,
penatalaksanaan cairan, elektrolit dan
asam basa, tranfusi darah bila
diindikasikan, pemantauan tanda-tanda
vital, isolasi
e. Monitoring dan klaborasi
f. Bantuan hemodinamik tingkat dasar
g. Teknik resusitasi neonatus dan
stabilisasi
h. Pencegahan dan pengendalian infeksi
i. Membuat perencanaan pendidikan
kesehatan yang meliputi : bimbingan
pemberian ASI, makanan pengganti
ASI, dan makan/ minum tanpa
masalah, serta manajemen BBLR
(Metode PMK), dan dukungan
terhadap keluarga
4. Implementasi keperawatan
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


dengan melihat perkembangan anak
6. Pendokumentasian asuhan keperawatan
meliputi :
a. Proses keperawatan pada anak
b. Identifikasi masalah yang timbul
terkait dengan pemberian asuhan
keperawatan
c. Identifikasi praktik berdasarkan
pembuktian ilmiah
d. Identifikasi praktik keperawatan anak
yang etis dan legal dalam pelayanan
keperawatan
4 Mahasiswa mampu Praktik 9 Desember 2013 Ruang Rawat
memberikan asuhan – 17 Januari 2014 Bedah RSUPN
keperawatan pada Cipto
pasien anak dengan Mangunkusumo
kasus bedah Jakarta
a. Melaksanakan Mahasiswa mampu melaksanakan :
asuhan 1. Pengkajian
keperawatan pada a. Riwayat penyakit: riwayat
anak dengan keterlambatan pengeluaran mekonium,
masalah riwayat obstruksi berulang, BB tidak
Hirschprung sesuai umur
b. Pemeriksaan fisik: adanya distensi
abdomen, gambaran kontur usus,
gerakan peristaltik. Pemeriksaan colok
dubur ditemukan tinja menyemprot
saat jari pemeriksa di tarik keluar
c. Pemeriksaan penunjang meliputi foto
polos abdomen, pemeriksaan dengan

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


barium enema.
2. Menetapkan diagnosa keperawatan
berdasarkan masalah, etiologi, tanda dan
gejala
3. Perencanaan keperawatan :
a. Membuat prencanaan pendidikan
kesehatan
b. Bimbingan pemberian ASI, MP-ASI,
makanan dan minuman bayi/ anak
c. Pemberian obat-obatan
d. Monitoring dan kolaborasi
e. Melakukan tindakan pencegahan
cedera
f. Mobilisasi bayi/ anak
g. Pencegahan dan pengendalian infeksi
h. Melakukan persiapan pre operasi pada
anak dan keluarga
i. Merawat anak pasca pembedahan
4. Implementasi perencanaan keperawatan
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan
6. Pendokumentasian asuhan keperawatan

b. Melaksanakan Mahasiswa mampu melakukan :


asuhan 1. Pengkajian
keperawatan pada a. Tampak adanya benjolan di inguinal
anak dengan b. Benjolan dapat keluar/ masuk dengan
masalah Hernia sendirinya atau menetap
Inguinalis c. Muntah dan kembung
2. Menetapkan diagnosa keperawatan
3. Perencanaan keperawatan

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


a. Bimbingan pemberian ASI, MP-ASI,
makanan dan minuman bayi/ anak
b. Membuat perencanaan pendidikan
kesehatan
c. Pemberian obat-obatan
d. Monitoring dan kolaborasi
e. Melakukan tindakan pencegahan
cedera
f. Mobilisasi bayi/ anak
g. Pencegahan dan pengendalian infeksi
h. Melakukan persiapan pre operasi pada
anak dan keluarga
i. Merawat anak pasca pembedahan
j. Monitoring dan stabilisasi kondisi
pasca bedah
k. Memberikan discharge planning
4. Implementasi perencanaan keperawatan
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan
6. Pendokumentasian asuhan keperawatan

Praktikan

( Ida Ariani )
Supervisor Utama Supervisor

( Nani Nurhaeni, S.Kp., MN ) ( Siti Chodidjah, S.Kp., MN )

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


KONTRAK BELAJAR
RESIDENSI PERAWAT SPESIALIS ANAK
SEMESTER II TAHUN AKADEMIK 2013/2014

Oleh :
Ida Ariani
NPM 1006833773

PROGRAM NERS SPESIALIS KEPERAWATAN ANAK


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
TAHUN 2014

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


1

KONTRAK BELAJAR
Residensi Perawat Spesialis Anak Semester II Tahun Akademik 2013 / 2014

Nama Residen : Ida Ariani


NPM : 1006833773
Tempat Praktik : RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta
Mata Ajar : Praktik Residensi II
No Tujuan Kompetensi Metode Waktu Keterangan
1. Mahasiswa mampu 1. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada pasien Diskusi, 17 Pebruari BCH RSUPN
memberikan asuhan anak dengan masalah bedah: Wawancara 2014 – 9 Cipto
keperawatan pada a. Melakukan wawancara dengan teknik anamnese pada Mei 2014 Mangunkusu
pasien anak pada anak.
mo Jakarta
berbagai usia dengan b. Melakukan pemeriksaan fisik pada anak yang Pemeriksaan
masalah bedah: menderita Hirschprung, Atresia Ani, Omphalocel, fisik
Hirschprung, Atresia Hipospadia, Fraktur, Appendictomi, Extropia Bulli,
Ani, Omphalocel, Hernia.
Hipospadia, Fraktur,
Appendictomi, 2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada anak Diskusi,
Extropia Bulli, yang menderita Hirschprung, Atresia Ani, Omphalocel, dokumentasi
Hernia. Hipospadia, Fraktur, Appendictomi, Extropia Bulli,
Hernia.

3. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada klien Diskusi,


anak yang menderita Hirschprung, Atresia Ani, dokumentasi
Omphalocel, Hipospadia, Fraktur, Appendictomi, Extropia
Bulli, Hernia.

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


2

4. Mampu melakukan tindakan keperawatan pada pasien Diskusi,


anak yang menderita Hirschprung, Atresia Ani, dokumentasi
Omphalocel, Hipospadia, Fraktur, Appendictomi, Extropia
Bulli, Hernia:

a. Mempersiapkan anak sebelum pembedahan


b. Merawat anak pasca pembedahan
c. Melakukan stabilisasi kondisi anak pasca pembedahan
d. Melakukan beberapa tindakan khusus keperawatan
seperti kolostomi dan perawatan luka.
e. Memberikan cairan dan bantuan hemodinamik dasar.
f. Memasang infus dan melakukan perawatan infus pada
klien anak yang menderita Hirschprung, Atresia Ani,
Omphalocel, Hipospadia, Fraktur, Appendictomi,
Extropia Bulli, Hernia.
g. Melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga yang
memiliki anak yang menderita Hirschprung, Atresia
Ani, Omphalocel, Hipospadia, Fraktur, Appendictomi,
Extropia Bulli, Hernia.
h. Memberikan obat-obatan pada anak yang menderita
Hirschprung, Atresia Ani, Omphalocel, Hipospadia,
Fraktur, Appendictomi, Extropia Bulli, Hernia.
i. Monitoring dan kolaborasi dengan tim kesehatan lain:
hasil laboratorium, CT scan, ultra sound, radiologi.

5. Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada anak yang


menderita Hirschprung, Atresia Ani, Omphalocel,
Hipospadia, Fraktur, Appendictomi, Kontraktur, Extropia
Bulli.

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014


3

6. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien anak Pendidikan


yang menderita Hirschprung, Atresia Ani, Omphalocel, kesehatan
Hipospadia, Fraktur, Appendictomi, Kontraktur, Extropia
Bulli.

2. Mahasiswa mampu 1. Melakukan pengumpulan data ruangan Diskusi, 17 Pebruari BCH RSUPN
membuat proyek 2. Studi literatur Pengkajian, 2014 – 9 Cipto
inovasi untuk 3. Menyusun proposal proyek inovasi wawancara Mei 2014 Mangunkusu
mengatasi masalah 4. Mempresentasikan usulan proyek inovasi dengan ruangan mo Jakarta
yang ditemukan di 5. Melakukan implementasi
ruang rawat bedah 6. Mengevaluasi hasil implementasi proyek inovasi.
anak

3. Mahasiswa mampu 1. Mengidentifikasi satu teori dan konsep keperawatan, Diskusi 17 Pebruari BCH RSUPN
menerapkan teori temuan riset yang sesuai dengan keperawatan anak 2014 – 9 Cipto
dan konsep Mei 2014 Mangunkusu
keperawatan, 2. Menerapkan satu teori dan konsep keperawatan, temuan mo Jakarta
temuan riset. riset yang sesuai dengan keperawatan anak

Praktikan

( Ida Ariani )
Supervisor Utama Supervisor

( Dr. Nani Nurhaeni, S.Kp., MN.) ( Siti Chodidjah, S.Kp., MN. )

Aplikasi teori…., Ida Ariani, FIK UI, 2014

Anda mungkin juga menyukai