Anda di halaman 1dari 32

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADI KLIEN DENGAN

INFEKSI SALURAN KEMIH

Dosen pembimbing : Ika Ainur R. M.Kep.,Sp.Kmb

Nama Anggota

1. Rizky Arika Rahmadhani 201701035

2. Selvy Quthrotun Nada 201701036

3 .Suwandanu 201701037

4. Vila Vidia Lestari 201701038

5. Wa Uci Lauda 201701039

6. Dwi Anggraeni 201701040

7. Nur Laily 201701042

8. Yuninda Anggun S. 201701043

9. Ngatianingrum R.S 201701159

10. Marlina Batmomolin 201601197


STIKES BINA SEHAT PPNI MOJOKERTO
S1 KEPERAWATAN
2019/2020

ii
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita haturkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan penyertaan-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul “KONSEP ASKEP INFEKSI SALURAN KEMIH ”

Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, dari semua pihak
demi kesempurnaan penyusunan makalah ini di masa yang akan datang. Akhirnya
semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua
mengenai perilaku manusia.

Mojokerto, 15 Oktober 2019

Penyusun

3
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 6

1.1 Latar belakang ..................................................................................... 6

1.2 Rumusan masalah ................................................................................ 6

1.3 Tujuan .................................................................................................. 7

BAB II LAPORAN PENDAHULUAN ......................................................... 8

2.1 Definisi ................................................................................................ 8

2.2 Etiologi ................................................................................................ 8

2.3 Klasifikasi .......................................................................................... 10

2.4 Manifestasi Klinis.............................................................................. 11

2.5 Patofisiologi....................................................................................... 12

2.6 Pathway ............................................................................................. 13

2.7 Pemeriksaan Diagnostik .................................................................... 15

2.8 Penatalaksanaan ................................................................................. 16

2.9 Komplikasi ........................................................................................ 17

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ISK .... 18

3.1 Triger Case ........................................................................................ 18

3.2 Pengkajian ......................................................................................... 18

4
3.2.1 Biodata......................................................................................... 18

3.2.2 Riwayat Kesehatan ...................................................................... 19

3.2.3 Pemeriksaan Fisik B1 – B6 ......................................................... 20

3.3 Analisa Data ...................................................................................... 23

3.4 Diagnosa Keperawatan ...................................................................... 24

3.5 Intervensi ........................................................................................... 25

BAB IV PENUTUP ....................................................................................... 30

4.1 Kesimpulan ........................................................................................ 30

4.2 Saran .................................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 31

5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi sepanjang saluran kemih,
termasuk ginjal itu sendiri akibat proliferasi suatu mikroorganisme. Untuk
menyatakan adanya infeksi saluran kemih harus ditemukan bakteri di dalam urin.
Suatu infeksi dapat dikaran jika terdapat 100.000 atau lebih bakteri/ml urin. Namun,
jika hanya terdapat 10.000 atay kurang bakteri/ml urin, hal itu menunjukkan bahwa
adanya kontaminasi bakteri.
Prevelensi penyakit saluran kemih (ISK) antara usia 15-60 tahun jauh lebih
banyak. Wanita menderita ISK bagian bawah dengan perbandingan kurang lebih dua
kali sekitar pubertas dan lebih dari 10 kali pada usia 60 tahun.
Faktor protektif yang melawan infeksi saluran kemih pada wanita adalah
bentukan selaput mukus yang dependen estrogen di kandung kemih. Mukus ini
mempunyai fungsi sebagai antimikroba. Pada menopause, kadar estrogen menurun
dan sistem perlindungan ini lenyap sehingga pada wanira yang sudah mengalami
menopause rentan terkena infeksi saluran kemih.
Proteksi terhadap infeksi saluran kemih pada wanita dan pria, terbentuk oleh
sifar alami urin yang asam dan berfungsu sebagai antibakteri. Infeksi saluran kemih
pada pria jarang terjadi, pada pria dengan usia yang sudah lanjut, penyebab yang
paling sering adalah prostitis atau hyperplasia prostat.

1.2 Rumusan masalah


1. Apakah pengertian dari ISK ?

2. Apa etiologi dari ISK ?

3. Apa saja klasifikasi dari ISK ?

4. Apa saja manifestasi klinis dari ISK ?

5. Bagaimana patofisiologis ISK ?

6
6. Apa saja pathwy dari ISK ?

7. Bagaimana pemeriksaan diagnostik pada pasien ISK ?

8. Bagaimana cara penatalaksanaan pada pasien ISK ?

9. Apa saja komplikasi dari ISK ?

10. Bagaimana asuhan keperawatan dari ISK ?

1.3 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian dari ISK

2. Mahasiswa mampu mengetahui etiologi ISK

3. Mahasiswa mampu mengetahui klasifikasi ISK

4. Mahasiswa mampu mengetahui manifestasi klinis ISK

5. Mahasiswa mampu mengetahui patofisiologis ISK

6. Mahasiswa mampu mengetahui pathwwy ISK

7. Mahasiswa bisa melakukan pemeriksaan diagnostik pada pasien ISK

8. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan ISK

9. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi ISK

10. Mahasiswa mampu mengetahui konsep asuhan keperawatan ISK

7
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

2.1 Definisi
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi akibat berkembangbiaknya
mikroorganisme di dalam saluran kemih, yang dalam keadaan normal air kemih tidak
mengandung bakteri, virus atau mikroorganisme lain. Infeksi saluran kemih (ISK)
merupakan salah satu penyakit infeksi yang sering di temukan di praktik umum.
Infeksi saluran kemih dapat terjadi pada pria dan maupun wanita dari semua umur,
dan dari kedua jenis kelamin ternyata wanita lebih sering menderita infeksi saluran
kemih dari pada pria (Sukandar, 2007).

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah ditemukannya bakteri pada urine di


kandung kemih, yang umumnya steril. Istilah ini dipakai secara bergantian dengan
istilah infeksi urin. Termasuk pula berbagai infeksi di saluran kemih yang tidak hanya
mengenai kandung kemih (prostatitis, uretritis) (Arief Mansjoer, 2008).

Infeksi saluran kemih adalah berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam


saluran kemih, yang dalam keadaan normal tidak mengandung bakteri, virus atau
mikroorganisme lain. (Suharyanto Toto, 2009).

Infeksi saluran kemih di diagnosis dengan membiak organisme spesifik.


Bakteri penyebab paling umum adalah Escheria Coli, organisme aerobik yang banyak
terdapat di daerah usus bagian bawah (Tambayong, 2008).

Dari berbagai pengertian disimpulkan bahwa Infeksi Saluran Kemih (ISK)


atau Urinarius Tractus Infection (UTI) adalah suatu keadaan adanya infasi
mikroorganisme pada saluran kemih.

2.2 Etiologi
1. Jenis-jenis mikroorganisme yang menyebabkan Infeksi Saluran Kencing :
a. E. coli 90% menyebabkan ISK Uncomplicated

8
b. Pseudomnas, prosteus, Klebsiella : penyebab ISK Complicated
c. Enterobacter, staphylococus epidemis, enterococus ,dan lain –lain .

2. Prevalensi penyebab ISK pada usia lanjut antara lain :


a. Sisa urin dalam kandung kemih yang meningkat akibat pengososngan
kandung kemih yang kurang efektif.
b. Mobilisasi yang menurun
c. Nutrisi yang kurang baik
d. Sistem imunitas yang menurun, baik selular maupun humoral
e. Adanyahambatan pada aliran urin
f. Hilangnya efek bakterisid dari sekresi prostat

3. Secara khusus, etiologi ISK berdasarkan jenisnya

a. Sistis
1) Disebabkan oleh bakteri dari vagina yang berpindah dari uretra ke
kandung kemih.
2) Wanita yang menderita isk setelah melakukan hubungan intim,
dikarenakan uretra yang cidera.
3) Vistula vesikovaginal (hubungan abnormal antara kandung kemih dan
vagina )
4) Akibat pemasangan kateter atau alat yang digunakan selama penbedahan

b. Urethritis
1) Penyebab bisa berupa bakteri, jamur atau virus yang berasal dari usus besar
sampai ke vagina melalui anus.
2) Nesseria gonorrhoea penyebab gonore, bakteri yang masuk ke vagina atau
penis pada saat melakukan hubungan seksual.
3) Paling sering disebabkan oleh gonococus

9
c. Prostattitis
Disebabkan oleh pertumbuhan bakteri di akibatkan oleh urin yang
tertahan pada kandung kemih sehingga menjalar dan terjadilah radang pada
prostat

2.3 Klasifikasi
Jenis infeksi saluran kemih, antara lain :
1. Kandung kemih (sistisis)
2. Urethra ( Uretritis)
3. Prostat (Prostatitis)
4. Ginjal ( Pielonefritis)

Selain itu, ISK pada mereka yang usia lanjut dibedakan menjadi :
1. ISK Uncomplicated(Simple)
ISK yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing baik
anatomik maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut terutama
mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa
superficial kandung kemih.
2. ISK Complicated
Sering menimbulkan banyak masalah karena seringkali kuman
penyebab sulit untuk diberantas. Kuman penyebab seringkali resisten
terhadap beberapa jenis antibiotik, sering menyebabkan bakterimia,
sepsis, hingga shok. Infeksi saluran kencing ini terjadi bila terdapat
keadaan sebagai berikut :
a. Kelainan abnormal saluran kencing, misalnya batu, refreks vesiko urethral
obstruksi, atoni kandung kemih,paraplegia, kateter kandung kemih menetap dan
prostatitis.
b. Kelainan faal ginjal: GGA maupun GGK
c. Gangguan imunitas

10
d. Infeksi yang disebabkan oleh organisme virulen seperti prosteus yang
memproduksi urease.

2.4 Manifestasi klinis


1. Anyang-anyangatan atau rasa ingin buang air kecil lagi, meski sudah dicoba
untuk berkemih, namun tidak ada air kencing yang keluar
2. Sering kencing, atau sering kesakitan ketika kencing, air kencing bisa
berwarna putih, coklat atau kemerahan, dan baunya sangat menyengat
3. Warna air kencing kental/pekat seperti air teh, kadang kemerahan bila ada
darah
4. Nyeri pada pinggang
5. Demam atau menggigil, yang dapat menandakan bahwa infeksi sudah
mencapai ginjal (diiringi rasa nyeri disis bawah belakang rusuk, mual dan
muntah)
6. Peradangan kronis pada kandung kemih yang berlanjut dan tidak sembuh,
dapat memicu terjadinya kanker pada kandung kemih.
7. Pada bayi gejalanya berupa demam, berat badan sukar naik atau anoreksia
8. Uretritis biasanya memperlihatkan gejala :
a. Mukosa memerah dan edema.
b. Terdapat cairan eksudat yang purulent.
c. Ada ulserasi pada urethra.
d. Adanya rasa gatal yang menggelitik.
e. Adanya nanah awal miksi.
f. Nyeri pada saat miksi.
g. Kesulitan untuk memulai miksi.
h. Nyeri pada abdomen bagian bawah.

9. Sistitis biasanya memperlihatkan gejala :

a. Disuria (nyeri waktu berkemih).

11
b. Peningkatan frekuensi berkemih.

c. Perasaan ingin berkemih.

d. Adanya sel-sel darah putih dalam urin.

e. Nyeri punggung bawah atau suprapubik.

f. Demam yang disertai adanya darah dalam urine pada kasus yang parah.

10. Pielonefritis akut biasanya memperihatkan gejala :

a. Demam.

b. Menggigil.

c. Nyeri pinggang.

d. Disuria Pielonefritis kronik mungkin memperlihatkan gambaran mirip


dengan pielonefritis akut, tetapi dapat juga menimbulkan hipertensi dan
akhirnya dapat menyebabkan gagal ginjal.

2.5 Patofisiologi
Menurut Nurharis Huda Amin, yang dikutip dari Masjoer Arif, (2003) Infeksi
Saluran kencing (ISK) terjadi akibat infeksi pada traktus urinarus yang disebabkan
oleh masuknya mikroorganisme patogenik dengan atau tanpa disertainya tanda dan
juga gejala. Mikroorganisme ini dapat masuk bisa dikarenakan penggunaan steroid
jangka panjang, makanan yang terkontaminasi bakteri, proses perkembangan usia
lanjut, anomali saluran kemih, higine yang tidak bersih, dan hubungan seksual yang
tidak sehat, serta akibat dari cidera uretra. Infeksi saluran kencing ini dapat mengenai
kandung kemih, prostat, uretra, dan juga ginjal

Pada pasien dengan Infeksi saluran kencing, umunya retensi urin teradi akibat
dari obstruksi dan menyebabkan peningkatan tekanan di vesika urinaria serta
penebalan diding vesika, ketika hal ini terjadi maka menyebabkan penurunan

12
kontraksi vesika sehingga menimbullkan tahanan pada kandung kemih, urin yang
tertahan pada kandung kamih dalam jangka waktu yang lama (lebih dari 12 jam )
merupakan media yang baik untuk perkembangan mikroorganisme patogen seperti E.
coli, Klabsiella, prosteus, psudomonas, dan enterobacter.

Ketika bakteri telah berhasil berkembang, maka tubuh akan melakukan respon
pertahanan dengan merangsang hipotalamus untuk menstimulus sistem pertahanan
tubuh untuk memfagosit antigen tersebut sehingga akan menyebabkan peningkatan
metabolisme dan muncul gejala demam,ketika antigen tidak mampu di fagosit oleh
sistem imun kita maka akan menyebabkan munculnya bakteremia skunder yang
menjalar ke ureter sehingga menyebabkan iritasi dan peradangan pada ureter,
umumnya ketika hal ini terjadi maka akan menyebabkan pasien mengalami oliguria.
Selain itu ketika proses peradangan terjadi akan meningkatkan frekuensi dorongan
kontraksi uretra dan memunculkan persepsi nyeri akibat proses depresi syaraf perifer.

Selain itu, respon pertahanan tubuh kita juga akan merangsang hipotalamus
sehingga muncul lah gejala seperti demam serta nyeri di bagian yang terinfeksi.

2.6 Pathway

Akumulasi etiologi dan faktor resiko Makanan jaringan parut -> total

infeksi mikroorganisme, penggunaan terkontaminasi, tersembat

steroid jangka panjang, usia lanjut, mikroorganisme

anomali saluran kemih, cideraurethra, masuk lewat mulut

HCL (Lambung )

Tidak hidup
Hidup

Resiko infeksi Peningkatan tekanan


di vesika urinaria
13
Berkembang di
usus terutama
pleg
Penebalan dinding vesika
urinaria
Kuman mengeluarkan
endotksin
Penurunan Kontraksi otot vesika

Bacteria primer urinaria

Tidak difagosit Difagosit


Sulit berkemih

RETENSI URIN

Bacterimia
sekunder

Ureter Hipotalamus Reinteraksi abdominoal

s
Iritasi ureteral Menekan
termoregulator

Oligoria
HIPERTERMIA

Cepat lelah
GG ELIMINASI
URIN
INTOLERANSI
Peradangan AKTIFITAS

Peningkatan frekuensi/ Depresi syaraf


dorongan kontraksi periferr
uretral

14
NYERI AKUT

(Nurharis Huda Amin, 2013)

2.7 Pemeriksaan diagnostic


Urinalisis :

1. Leukosuria atau piuria : merupakan salah satu petunjuk penting adanya ISK
(Infeksi Saluran Kemih). Leukosuria positif bila terdapat lebih dari 5
leukosit/lapang pandang besar (LPB) sediment air kemih.

2. Hematuria : hematuria positif bila terdapat 5-10 eritrosit/LPB sediment air


kemih. Hematuria disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun urolitiasis.

3. Bakteriologis : a. Mikroskopis.

b. Biakan bakteri.

4. Kultur urine untuk mengidentifikasi adanya organisme spesifik.

5. Hitung koloni: hitung koloni sekitar 100.000 koloni per milliliter urin dari
urin tampung aliran tengah atau dari specimen dalam kateter dianggap sebagai
criteria utama adanya infeksi.

6. Metode tes

a. Tes dipstick multistrip untuk WBC (tes esterase lekosit) dan nitrit (tes
Griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase lekosit positif: maka psien

15
mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, Griess positif jika terdapat
bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit.

b. Tes Penyakit Menular Seksual (PMS) : Uretritia akut akibat organisme


menular secara seksual (misal, klamidia trakomatis, neisseria
gonorrhoeae, herpes simplek).

c. Tes-tes tambahan : Urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP),


msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan
apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu,
massa renal atau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram
IV atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat
dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang
resisten.

2.8 Penatalaksanaan
1. Pemberian agens antibakterial yang secara efektif menghilangkan bakteri dari
traktus urinarius dengan efek minima terhadap flora fekal dan vagina dengan
demikian memperkecil infeksi ragi vagina.
2. Variasi program pengobatan telah mengobat infeksi saluran kemih ini, misalnya
dosis tunggal program medikasi short cause (3-4 hari) atau long course (7-10
hari).
3. Penggunaan medikasi mencakup sulfisoxasol, sulfamethoxazole.
4. Pemakaian antimikrobial jangka panjang menurunkan resiko kekambuhan
infeksi
5. jika kekambuhan terjadi setelah agens mikrobial selesai diberikan, maka
program short medikasi (3-4 hari) dari terapi antimikrobial dosis penuh
diberikan
6. jika kekambuhan tidak terjadi, maka medikasi diberikan setiap malam
berikutnya selama 6-7 bulan.

16
2.9 Komplikasi
1. Gagal ginjal akut
Edema yang terjadi akibat inflamasi akut pada ginjal akan mendesak
sistem pelvikalises, sehingga menimbulkan gangguan aliran urin.
2. Urosepsis
3. Nekrosis papilla ginjal
Infeksi ginjal pada pasien DM sering menimbulkan pengelupasan papilla
ginjal.
4. Terbentuknya batu ginjal
Adanya papilla yang terkelupas akibat ISK serta dedris dari bakteri
merupakan nidus pembentukan batu saluran kemih.
5. Sapurasi atau pembentukan abses
ISK yang mengenai ginjal dapat menimbulkan abses pada ginjal yang
meluas ke rongga perirenal dan bahkan ke pararenal.
6. Granuloma

17
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN ISK

3.1 TRIGER CASE

Seorang pasien datang ke IGD RSUD sumberglagah diantarkan oleh keluarga


dengan keluhan nyeri ketika berkemih. Nyeri ketika berkemih dirasakan kira kira 3
hari sebelum dibawa kerumah sakit. Keluhan nyeri saat berkemih disertai dengan
peningkatan frekuensi berkemih dengan skala nyeri 6, perasaan panas ketika diakhir
berkemih, nyeri pada daerah suprapubic dan punggung bawah, sehingga pasien takut
untuk berkemih dan takut untuk minum, intake cairan perhari 5 gelas. pasien juga
mengeluhkan demam, dan nafsu makan pasien menurun. Sering terbangun saat
malam hari untuk berkemih BAB dalam batas normal. Tn.A mengatakan mengalami
nyeri saat BAK dan adanya darah dalam urine ( hematuria), selain itu diawal
berkemih ada cairan eksudat yang purulen dan terasa gatal.

Pada pemeriksaan fisik, keadaan pasien cukup, kesadaran composmenthis TD


110/80 mmHg, nadi 100x/menit RR 20x/ menit, Suhu 39°C, BB 60 kg, TB 165 cm.

3.2 PENGKAJIAN

3.2.1 Biodata :
Nama : Tn. A

TTL : Mojokerto, 07 November 1986

Usia/jenis kelamin : 32 tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Status Pernikahan : Menikah

18
Alamat :Jl.Solo 13 Maguwoharjo,
mojokerto

Jam/Tanggal Masuk RS : 09.00 / 4 Mei 2019

No RM : 081916

Tanggal pengkajian : tanggal 4 mei 2019

3.2.2 Riwayat Kesehatan


a. Keluhan utama

nyeri saat buang air kecil

b. Riwayat penyakit sekarang

Tn.A mengatakan bahwa sudah merasakan sakit bagian perut bawah


sejak 3 hari yang lalu. Pada pagi hari saat setelah beraktifitas, pasien
merasa nyeri ketika hendak berkemih, tetapi pasien tidak memeriksakan
ke dokter, kemudian hari kedua pasien merasa tidak enak badan, demam
dan berkemih semakin sering dan sedikit- sedikit. Kemudian pasien pada
hari ketiga, pasien merasa nyeri dan panas ketika berkemih semakin
memberat, frekuensi berkemih semakin sering dan juga disertai demam.

c. Riwayat Penyakit Dahulu

Tn.A mengatakan bahwa tidak mempunyai riwayat penyakit ataupun


diopname di RS sebelumnya. Tn.A belum pernah mengalami sakit seperti
yang sekarang ini.

d. Riwayat Penyakit Keluarga

Tn. A mengatakan ibunya pernah mengalami ISK pada umur 20 tahun.

19
3.2.3 pemeriksaan fisik B1 – B6
1. B1 ( breathing )

Inspeksi :bentuk dada simetris

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

Perkusi : sonor (paru-paru kanan dan kiri normal)

Auskultasi :suara nafas normal (vesikuler), tidak ada suara nafas


tambahan

RR : 20x/ menit

2. B2 (blood)
Inspeksi : bentuk dada simetris
Palpasi : nyeri tekan epigastrium,
Nadi 80x/menit,
Auskultasi : tidak ada bunyi nafas tambahan,
Tekanan Darah 110/80 mmHg, S1 S2 tunggal

Hasil Lab

Hb = (14,0 g/dL)

Leukosit = 10,5 x 103

Trombosit = 325 x 103 g/dL

eritrosit = 10 juta / LPB

GDS = positif 1

20
3. B3 ( Brain)

Inspeksi : kesadaran 4 5 6, composmentis

Wajah meringis

Keadaan umum lemah

Palpasi : tidak ada nyeri tekan

4. B4 (Bladder)

Inspeksi : terjadi oliguria( sedikit saat berkemih < 400cc) dan terjadi
disuria(nyeri saat berkemih)

Auskultasi : bising usus 10 – 15 x / menit

Palpasi :

Kuadran 1 :tidak ada nyeri tekan

Kuadran 2 : tidak ada nyeri tekan

Kuadran 3 : tidak ada nyeri tekan

Kuadran 4 : tidak ada nyeri tekan

Kuadran 5 : tidak ada nyeri tekan

Kuadran 6 : tidak ada nyeri tekan

Kuadran 7 : tidak ada nyeri tekan

21
Kuadrab 8 : terdapat nyeri tekan pada suprapubic

Kuadran 9 : tidak ada nyeri tekan

Perkusi: tympani

Urin berwarna kekuningan keruh

5. B5 (bowel )

Pasien hanya menghabiskan 5 sendok makan x 3 / hari

Intake cairan : 800ml/hari

Output cairan : 400 ml/ hari

6. B6 (bone )

Inspeksi : tidak ada oedema,

terpasang infus tangan sebelah kanan

sering terbangun saat malam hari untuk berkemih.

Tonus otot :

555 555

555 555

22
3.3 ANALISA DATA

Tgl / Data Etiologi Masalah


Jam
1 DS : Infeksi mikroorganisme Nyeri
- Tn.A mengeluh nyeri pada Akut
bagian bawah perut.
- P : Nyeri saat buang air Kuman mengeluarkan
kecil endotoksin

Q : nyeri hilang timbul


Bakteremia sekunder
R : perut bagian suprapubic
S :6
Peradangan
T : 5- 15menit nyeri hilang
timbul
Nyeri
DO :
- Tn.A Tampak menahan nyeri
(meringis)
- Palpasi : nyeri abdomen
kuadran 8 (suprapubik)
N = 100x/mnt
2
DS : Bakteremia sekunder Gangguan
- Tn. A mengatakan sudah 5 eliminasi
hari merasakan sakit perut urine
bagian perut bawah Ureter
(suprapubic), sejak sebelum
masuk RS
- Tn.A mengatakan nyeri saat Iritasi uretral
BAK seperti ditusuk tusuk,
perih & takut BAK.
- Tn.A mengatakan bila buang Oliguria
air kecil warna urinya keruh,
dan ada darah.
Gangguan eliminasi

23
DO : urine
- Tn.A Tampak menahan nyeri
- Urine berwarna keruh dan
adanya hematuria.
- Urine 400cc

3 DS : Bakteremia sekunder Hipertermi


- Tn. A mengatakan badan
panas.
- Tn.A mengatakan takut untuk Hipotalamus
banyak minum.

DO : Menekan thermoregular
- TTV :
RR = 25x/menit
N = 100x/menit Hipertermi
S = 39 ℃
- Tn.A tampak pucat.
- Kulitnya teraba hangat.

3.4 Diagnosa keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi

(inflamasi) ditandai dengan klien tampak meringis

2. Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan iritasi

kandung kemih ditandai dengan sering buang air kecil

3. Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (infeksi)

ditandai dengan suhu tubuh diatas nilai normal

24
3.5 Intervensi

No Diagnosa NOC NIC

keperawatan

Nyeri akut
1 Noc NIC
berhubungan
1. Pain level Pain management
dengan agen
Mampu mengenali  Ajarkan teknik
pencedera
nyeri (skala, nonfarmakologi
fisiologi(inflamasi)
intensitas,  Lakukan pengkajian
ditandai dengan
frekuensi dan tanda nyeri secara
klien tampak
nyeri ) komprehensif termasuk
meringis
2. Pain control lokasi, karakteristik,

a. Mampu durasi,frekuensi,

mengontrol nyeri kualitas dan faktor

(tahu penyebab precipitasi.

nyeri, mampu  Monitor penerimaan

menggunakan pasien tentang

teknik non manajemen nyeri.

farmakologi untuk  Observasi reaksi non

mengurangi nyeri) verbal dari

b. Melaporkan bahwa ketidaknyamanan

25
nyeri berkurang  Kurangi faktor

dengan precipitasi nyeri

menggunakan  Pilih dan lakukan

manajemen Nyeri penanganan nyeri

3. Confort level (farmakologi, non

Menyatakan rasa farmakologi dan

nyaman setelah interpersonal)

nyeri berkurang  Berikan analgetik

untukmengurangi nyeri

26
Gangguan
2 Noc Nic
eliminasi urin
1. Eliminasi urin Urinary retension care
berhubungan
 Tidak ada 1. Memantau asupan
dengan iritasi
residu urin > 100 – dan keluaran
kandung kemih
200 cc 2. Memantau tingkat
ditandai dengan
2. Urinary contiunence distensi kandung
sering buang air
 Kandung kemih kemih dengan
kecil
kosong secara palpasi dan perkusi

penuh 3. Memantau

 Intake cairan penggunaan obat

dalam rentang dengan sifat anti

normal kolinergic

 Bebas dari ISK 4. Memonitor obat

 Tidak ada obat yang

spasme bladder diresepkan

 Balance cairan

seimbang

Hipertermia
3 Noc Nic
berhubungan
Termoregulasi Fever treatments
dengan
1. Suhu tubuh 1. Berikan selimut

27
prosespenyakit dalam rentang pasien

(infeksi) ditandai normal 2. Kompes air hangat

dengan suhu tubuh 2. Nadi dan RR di lipatan paha dan

diatas nilai normal dalam rentang axila

normal 3. Tingkatkan

3. Tidak ada sirkulasi udara

perubahan 4. Monitor suhu

warna kulit dan sesering mungkin

tidak ada 5. Monitor IWL

pusing 6. Monitor warna dan

suhu kulit

7. Monitor tekanan

darah, nadi dan RR

8. monitor intae dan

output

9. berikan antipiretik

temperature regulation

1. monitor suhu setiap

2 jam

2. monitor TD, nadi

dan RR

28
3. monitor tanda tanda

hipertermi

4. tingkatkan intake

cairan dan nutrisi

29
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Infeksi saluran kemih adalah masalah kesehatan yang serius mengenai jutaan
populasi manusia setiap tahunnya. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah jenis infeksi
yang kedua paling banyak ditemukan setelah infeksi saluran pernafasan.

Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter,
buli-buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang
menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin (Sukandar, E., 2004).

4.2 Saran

Kami sebagai mahasiswa mahasiswi keperawatan sangat sangat berharap


dengan adanya makalah ini dapat memberi manfaat dan memeberi pengetahuan lebih
tantang pentingnya menjaga kebersihan tubuh terlebih lagi pada organ vital kita,
terutama pada wanita, karna ISK ini sering sekali terjadi pada wanita dari pada laki
laki, tpi bukan berarti yang laki laki tenang tenang saja, tetap jaga kebersihan itu
sangat penting untuk kesehatan tubuh. Semoga bermanfaat.

30
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Penerbit Media

Aesculapius FKUI.

Brunner dan Suddarth. 1997. “ Keperawatan Medikal Bedah” Edisi 8. Jakarta:

EGC

dkk, G. M. (2013). NURSING INTERVENTIONS CLASIFICATION (NIC) edisi 6 .

Jakarta : EGC .

dkk, G. M. (2013). NURSING OUTCOMES CLASIFICATION (NOC) edisi 5 . jakarta

: Mokomedia .

31
Kusuma, A. H. (2016). ASUHAN KEPERAWATAN PRAKTIS jilid 2 . Jogjakarta :

Mediaction .

Marylin E. Doengoes. 2000. “Rencana Asuhan Keperawatan” Jakarta: EGC.

Nurs.Nursalam. 2006.Asuhan keperawatan pada pasien gangguan sistem

perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

PPNI, T. P. (2016). STANDART DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA ed. 1 .

Jakarta : Dewan pengurus pusat .

Suharyanto,Toto. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan

Sistem Perkemihan. Jakarta: Trans info Media.

Tambayong dr.Jan. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan. Jakarta: EGC.

32

Anda mungkin juga menyukai