Anda di halaman 1dari 6



Perang Khandak berkecamuk. Beredar kabar, siapa saja lelaki berusia 15 tahun ke atas
berhak ikut berjihad. Mendengar itu seorang pemuda berseri-seri. Usianya saat itu
masuk 15 tahun. Ia segera mendaftarkan diri. Itulah idamannya selama ini: berjihad
bersama Rasulullah. Keikutsertaannya dalam berbagai medan jihad tak pernah lepas
dalam sejarah hidup pemuda itu. Saat perang membuka kota Mekah (Futuh Makkah), ia
berusia 20 tahun dan termasuk pemuda yang menonjol di medan perang. Dialah,
Abdullah ibnu Umar, atau Ibnu Umar.1

 
 Nasabnya
Al Imam Al Qudwah Syaikhul Islam, Abu Abdurrahman Al Qursyi Al ‘Adawiy Al
Makkiy kemudian Al Madaniy.2
 Kelahirannya
Namanya tak kalah terkenal dibanding ayahandanya, Umar ibn Khattab. Ia lahir di
Makkah, 10 tahun sebelum Hijrah atau 612 Masehi.3 Masuk Islam ketika masih kecil,
kemudian hijarah bersama ayahnya sebelum masuk usia baligh, dan beliau masih kecil ketika
terjadi perang uhud4.
 Keluarganya
Ayah beliau adalah Abu Hafsah Al Faruq Umar bin Khaththab bin Nufail bin Abdul
'Uzza bin Rabah bin Qirath bin Razah bin Adi bin Ka'ab bin Lu'ay Al Qursyi Al 'Adawiy Al
Makkiy kemudian Al Madaniy.5
Istri-istri dan anak-anak beliau:
Shafiyyah binti Abu ‘Ubaid bin Mas’ud Ats Tsaqafi, melahirkan Abu Bakar, Waqid,
Abdullah, Abu ‘Ubaidah, Umar, Hafshah dan Saudah.
Ummu Alqamah Al Muharibiyah, melahirkan Abdurrahman, dan dengannya ia
dijuluki.
Dari budaknya, melahirkan Salim, ‘Ubaidullah dan Hamzah.
Dari budaknya yang lain, melahirkan Zaid dan ‘Aisyah.
Dari budaknya yang lain, melahirkan Abu Salamah dan Qilabah.
Dan dari budaknya yang lain, melahirkan Bilal. Maka jumlah seluruh putra beliau
adalah enam belas putra.6
 Kehidupan beliau
Ia termasuk salah seorang dari empat Ibadillah; tiga yang lainnya ialah Abdullah
bin 'Abbas, Abdullah bin Amru bin 'Ash, dan Abdullah bin Zubair.
Beliau berperang ke Syam, Iraq, Bashrah dan Persia.
Diriwayatkan dari Hajjaj bin Arthah, dari Nafi’, bahwasannya Ibnu Umar perang
tanding dengan seorang laki-laki ketika memerangi penduduk Iraq, maka beliau dapat
membunuhnya dan mengambil sulbinya.7

1
www.freewebs.com/perantauan/articlescollection.htm#37046739
2
Siyaru A'lam An Nubala, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Utsman Az Zuhri, jilid IV, hlm. 346
3
Ibid.
4
Ibid, hlm. 346., yang dinukil dari Tahdzibu At Tahdzib 5/287.
5
Ilmu dan Ulama, Abu Bakar Jabir Al Jazairi, Pustaka Azzam: Jakarta, cet. I, 2001, hlm. 175
6
Siyaru A'lam An Nubala, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Utsman Az Zuhri, jilid IV, hlm. 372-373.

1
Ubaidullah bin Umar meriwayatkan dari Nafi’, bahwasannya Ibnu Umar menyemir
jenggotnya dengan warna kuning.8
Mujahid berkata, “Ibnu Umar menyaksikan Fathu Makkah dan baliau ketika itu
berumur dua puluh tahun.”
 Keutamaan beliau
Keistimewaan- keistimewaan yang memikat perhatian kita terhadap Abdullah bin
Umar a saya ini tidak sedikit. Ilmunya, kerendahan hatinya, kebulatan tekad dan keteguhan
pendiriannya, kedermawanan, keshalihan dan ketekunannya dalam beribadah serta berpegang
teguhnya terhadap contoh yang diberikan oleh Rasulullah n Semua sifat dan keutamaan itu
telah berjasa dalam menempa kepribadiannya yang luar biasa dan kehidupannya yang suci
lagi benar…
Diperhatikannya apa kiranya yang dilakukan Rasulullah n mengenai suatu urusan,
mak ditirunya secara cermat dan teliti, misalnya Rasulullah pernah melakukan shalat di suatu
tempat, maka Ibnu Umar melakukannya pula di tempat itu. Di tempat lain umpamanya
Rasulullah n pernah berdo`a sambil berdiri, maka Ibnu Umar berdo`a di tempat itu sambil
berdiri pula. Bahkan ia tak lupa bahwa unta tunggangan Rasulullah n berputar dua kali di
suatu tempat di kota Makkah sebelum Rasulullah turun dari atasnya untuk melakukan shalat
dua raka’at, walaupun barangkali unuta itu berkeliling dengan suatu maksud untuk mencari
tempat baginya yang cocok untuk bersimpuh nanti. Tapi Abdullah Ibnu Umar baru saja
sampai di tempat itu, ia segera membawa untanya berputar dua kali kemudian baru
bersimpuh, setelah itu ia shalat dua raka’at, sehingga persis sesuai dengan perbuatan yang
Rasulullah n yang telah disaksikannya.
Dan karena kegemarannya yang kuat tak pernah luntur dalam mengkuti sunnah dan
jejak Rasulullah, maka Ibnu Umar bersikap hati-hati dalam penyampaian hadits dari
Rasulullah n. Ia tak hendak menyampaikan sesutau hadits dari padanya, kecuali ia ingat
seluruh kata-kata Rasulullah n.
Orang-orang semasa dengannya mengatakan: “Tak seorangpun diantara para sahabat-
sahabat Rasulullah n yang lebih berhati-hati agar tidak terselip atau terkurangi sehurufpun
dalam menyampaikan hadits dari Rasulullah n sebagai halnya Ibnu Umar.”
Demikian pula dalam berfatwa, ia amat berhati-hati dan lebih suka menjaga diri. Pada
suatu hari seoarang penanya datang kepadanya untuk meminta fatwa. Dan setelah orang itu
menyampaikan pertanyaan, Ibnu Umar menjawab, “Saya tidak tahu tentang masalah yang
anda tanyakan ….” Orang itu pun pergi, dan baru beberapa langkah ia meninggalkannya.
Ia tidak hendak berijtihad untuk memberikan fatwa, karena takut akan berbuat
kesalahan. Dan walau pun pola hidupnya mengikuti ajaran dari suatu agama yang agung, yang
menyediakan satu pahala bagi orang-orang yang bersalah dan dua bagi orang-orang yang
benar ijtihadnya, tetapi demi menghindari berbuat dosa menyebabkannya tidak berani untuk
berfatwa.
Juga ia menghindari dari jabatan qadhi atau kehakiman, padahal jabatan ini
merupakan jabatan tertinggi diantar kenegaraan dan kemasyarakatan, disamping menjamin
pemasukan keuangan, diperolehnya pengaruh dan kemuliaan. Apa perlunya kekayaan,
pengaruh dan kemuliaan itu bagi Ibnu Umar.
Pada suatu hari Khalifah Utsman RA memanggilnya dan meminta kesediannya untuk
memegang jabatan kehakiman itu, tetapi ditolaknya. Utsman mendesaknya juga, tetapi Ibnu
Umar bersikeras pula atas penolakannya. “Apakah anda hendak mentaati perintahku?”Tanya
Utsman. Jawab Ibnu Umar, “Sama sekali tidak, hanya saya dengar para hakim ada tiga
macam: pertama hakim yang mengadili tanpa ilmu, maka ia dalam neraka; kedua yang
7
Siyaru A'lam An Nubala, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Utsman Az Zuhri, jilid IV, hlm. 351, yang
dinukil dari Thabaqat Ibnu Sa’d 4/170 dari riwayat Ahmad bin Abdullah bin Yunus.
8
Ibid 4/179 dari riwayat Ubaidullah bin Musa.

2
mengadili berdasarkan nafsu, maka ia juga dalam neraka; dan ketiga yang berijtihad sedang
hasil ijtihadnya betul, mak ia dalam keadaan berimbang, tidak berdosa tetapi tidak pula
memperoleh pahala. Dan saya memohon atas nama Allah memohon kepada anda agar
dibebasakan dari jabatan itu.”
Khalifah Utsman menerima keberatan itu setelah mendapat haminan bahwa ia tidak
akan menyampaikan hal itu kepada siapapun juga. Sebabnya ialah karena Utsman menyadari
sepenuhnya kedudukan Ibnu Umar dalam hati masyarakat, karena jika orang-orang yang
taqwa lagi shalih mengetahui keberatan Ibnu Umar menerima jabatan tersebut pastilah mereka
akan mengikuti langkahnya, sehingga khalifah takkan menemukan seorang taqwa yang
bersedia menjadi qadhi atau hakim.
Boleh dikata bahwa Ibnu Umar adalah “Penyerta Malam” yang biasa diisinya dengan
melakukan shalat, atau “Kawan Dinihari” yang dipakainya untuk menangis dan memohon
diampuni. Di waktu remajanya ia pernah bermimpi yang oleh Rasulullah dita’birkan bahwa
qiyamul lail itu nantinya akan manjadi campuran tumpuan cita Ibnu Umar, tempat
tersangkutnya kesenangan dan kebahagiaannya. Nah, marilah kita dengar ceritanya itu:
“Dimasa Rasulullah saya bermimpi seolah-olah ditanganku ada selembar kain perma- dani.
Tempat mana saja di surga, maka permadani itu akan menerbangkanku kesana. Lalu tampak
pula dua orang yang mendatangiku dan ingin membawaku ke neraka. Tetapi seorang Malaikat
menghadang mereka, katanya: jangan ganggu! Maka kedua orang itu pun meluangkan jalan
bagiku. Oleh Hafsah, yaitu saudaraku, mimpi itu diceritakan kepada Rasulullah n.Maka sabda
Rasulullah n:
‫هلل لو كان يصلي من الليل فيكثر‬,‫نعم الرجل عبد ا‬
Akan menjadi sebaik-baik laki-laki Abdullah itu, jika ia sering mengerjakan shalat malam
dan memperbanyaknya.9
Maka semenjak saat itu hingga tiba kematian beliau, Ibnu Umar tidak pernah
meninggalkan qiyamul lail baik diwaktu ia mukim atau musafir. Yang dilakukannya ialah
shalat, membaca Al Qur`an dan banyak berdzikir menyebut nama Allah dan yang sangat
menyerupai ayahnya adalah air matanya bercucuran jika mendenganr ayat-ayat dari Al
Qur`an.
Berkata Ubaid bin Umair, "Pada suatu hari saya bacakan ayat berikut ini kepada
Abdullah bin Umar:
           
         
     
"Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seseorang saksi
(rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas
mereka itu (sebagai umatmu). Di hari itu orang-orang kafir dan orang-orang yang
mendurhakai rasul, ingin supaya mereka disamaratakan dengan tanah, dan mereka tidak dapat
menyembunyikan (dari Allah) sesuatu kejadianpun."10
Maka Ibnu Umar menangis, hingga jenggotnya basah oleh air mata.11
Pada suatu hari ketika ia duduk diantara kawan-kawannya, lalu membaca:

9
Siyaru A'lam An Nubala, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Utsman Az Zuhri, jilid IV, hlm. 351,
Diriwayatkan oleh Bukhari dalam At Tahajud (1121), bab (2) Fadhlu Qiyamil Laill wa Athrafuhu no. 1157, 3739,
3741, 7016, 7029, 7031; dan Muslim dalam Fadhailus Sahabah bab Fadhailu Abdullah ibnu Umar; dan Tirmidzi
dalam Al Manaqib (3720), bab (44) Manaqibu Abdullah Ibnu Umar.
10
QS. An Nisa`: 41-42.
11
Ibid, hlm. 354, yang dinukil dari Tabaqat Ibnu Sa’ad.

3
         
         
          
"Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang‫هلل‬, (yaitu) orang-orang yang apabila
menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi, dan apabila mereka menakar atau
menimbang untuk orang lain, mereka mengurangi. Tidaklah orang-orang itu menyangka,
bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan, pada suatu hari yang besar, pada suatu hari
yang besar."12
Terus saja ia mengulang ayat
     
"Pada suatu hari yang besar, pada suatu hari yang besar."13
Sedang air matanya mengucur bagaikan hujan, hingga ia jatuh disebabkan duka dan banyak
menangis.
Ia adalah seorang yang wara` dan zuhud. Ia banyak memberi karena ia seorang
pemurah. Yang diberikannya ialah barang halal karena ia seorang yang wara` atau salih dan ia
tidak peduli, apakah kemurahannya itu penyebab miskin karena ia zahid, tidak ada minat
terhadap dunia.
Thawus berkata, “Saya tidak melihat orang yang lebih wara’ dari pada Ibnu Umar.”14
Ibnu Umar termasuk orang yang hidup makmur dan berpenghasilan banyak. Ia adalah
seorang saudagar yang jujur dan berhasil dalam sebagian besar kehidupannya. Disamping itu
gajinya dari baitul mal tidak sedikit pula. Tetapi tunjangan itu tidak sedikitpun ia simpan
unutuk dirinya pribadi, tetapi dibagi-bagikan sebanyak-banyaknya kepada orang-orang
miskin, yang kemalangan dan peminta-minta.
Ayub bin Wa-il Ar Rasibi pernah menceritakan kepada kita salah satu contoh
kedermawanannya. Pada suatu hari Ibnu Umar menerima uang sebanyak empat ribu dirham
dan sehelai baju dingin. Pada hari berikutnya Ibnu Wa-il melihatnya di pasar sedang membeli
makanan untuk hewan tunggangannya secara berutang. Maka pergilah Ibnu Wa-il
mendapatkan keluarganya, kemudian ia bertanya, “Bukankah kemarin Abu Abdurrahman
(Ibnu Umar) menerima kiriman empat ribu dirham dan sehelai baju dingin?” “Benar”, ujar
mereka.
Kata Ibnu Wa-il, “Saya melihat ia tadi di pasar membeli makanan untuk hewan
tunggangannya dan tidak punya uang untuk membayarnya…”. Ujar mereka, “tidak sampai
malam hari, uang itu telah habis dibagi-bagikannya. Mengenai baju dingin, mula-mula
dipakainya, lalu ia pergi keluar. Tetapi ia kembali, baju itu tidak kelihatan lagi, dan ketika
kami tanyakan, jawabnya bahwa baju itu telah diberikanny akepada seorang miskin…”.
Berkata Maimun bin Mahran, “Saya masuk ke rumah Ibnu Umar dan menaksir harga
barang-barang yang terdapat disana berupa selimut, ranjang, tikar ….pendeknya apa juga
yang terdapat disana, maka saya dapati harganya tidak sampai seratus dirham.”15 Dan
demikian itu bukan karena kemiskinan, karena Ibnu Umar adalah seorang yang kaya. Bukan
pula karena kebakhilan, karena ia seorang yang pemurah dan dermawan. Sebabnya tidak lain
hanyalah karena ia seorang zahid tidak terpikat oleh dunia, tidak suka hidup mewah dan tidak
senang menyimpang dari kebenaran dan keshalihan dalam menempuh hidup ini.
Nafi’ berkata, “Tidaklah meninggal Ibnu Umar kecuali ia telah membebaskan seribu
budak atau lebih.”16

12
QS. Al Muthafifin: 1-6.
13
60 Karakteristik Shahabat, Khalid Muhammad Khalid, hlm. …
14
Siyaru A'lam An Nubala, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Utsman Az Zuhri, jilid IV, hlm. 352.
15
Ibid, hlm, 353, yang dinukil dari Tabaqat Ibnu Sa’ad 4/165, dari riwayat Abdullah bin Ja’far.
16
Ibid, hlm. 357, disebutkan oleh Abu Na’im di dalam Hilayatul Auliya` 1/296.

4
Abdullah bin Umar pernah berkata, “Ya Allah, Engkau mengetahui bahwa kalau
tidaklah karena takut kepada-Mu, tentulah kami akan ikut berdesakan dengan bangsa kami
Quraisy memperebutkan dunia ini……”.
Seandainya ia tidak takut kepada Allah, tentulah ia akan ikut memperebutkan dunia
dan tentulah ia akan berhasil. Tetapi ia tidak perlu berebutan dengan berbagai kesenangan.
Adakah jabatan yang lebih menarik dari jabatab khalifah? Berkali-kali jabatan itu ditawarkan
kepada Ibnu Umar, tetapi ia tetap menolak. Bahkan ia pernah diancam jika tidak mau
menerimanya, tetapi pendiriannya semakin teguh dan penolakannya semakin keras lagi.
Hasan berkata, “Tatkala Utsman bin ‘Affan dibunuh orang, umat mengatakan kepada
Abdullah bin Umar, “Anda adalah seorang pemimpin, keluarlah agar kami minta orang-orang
untuk bai’at kepada anda!” Ujarnya, “Demi Allah seandainya dapat, janganlah walau ada
setetes darah pun yang tertumpah disebabkan aku.” Kata mereka pula, “Anda harus keluar!
Kalau tidak akan kami bunuh di tempat tidurmu!” Tetapi jawaban Ibnu Umar tidak berbeda
dengan yang pertama. Demikianlah mereka membujuk dan mengancamnya, tetapi tak satu
pun hasil yang mereka peroleh.17
 Guru-guru dan murid-muridnya
Beliau adalah orang yang paling banyak meriwayatkan hadits sesudah Abu Hurairah,
yaitu 2.630 hadits.
Guru-guru beliau
Beliau meriwayatkan ilmu yang banyak dan bermanfaat dari Nabi SAW dan dari
ayahnya, Abu Bakar, Utsman bin 'Affan, Ali bin Abi Thalib, Bilal bin Rabbah, Shuhaib, ‘Amir
bin Rabi’ah, Zaid bin Tsabit, Zaid (pamannya), Sa’ad, Abdullah bin Mas’ud, Utsman bin
Thalhah, Aslam, Hafshah (saudaranya), ‘Aisyah dan dari yang lainnya.
Murid-murid beliau
Meriwayatkan dari beliau Adam bin Ali, Aslam maula ayahnya, Ismail bin
Abdurrahman bin Abi Dzuaib, Umayah bin Abdullah Al Uamawi, Anas bin Sirin, Busr bin
Sa’id, Bisyr bin Harb, Bisyr bin ‘Aid, Bisyr bin Al Muhtafiz, Bakar bin Al Muzni, Bilal bin
Abdullah (anaknya), Tamim bin ‘Iyadh, Hubaib bin Abi Mulaikah, Al Hasan Al Bashri,
Humaid bin Abdurrahman Az Zuhr, Said bin Al Musayyib, Thawus, Ibnu Abi Mulaikah, Atha`
bin Abi Rabbah, Muhammad bin Sirin, Ibnu Syihab Az Zuhri, Masruq, dan yang lainnya.
 Wafatnya
Suatu hari dari tahun 73 H18 ada yang mengatakan tahun 72 H/629 M, dalam usia 84
19
tahun. Ketika sang surya telah condong ke barat hendak memasuki peraduannya, sebuah
layar kapal keabadian telah mengangkat jangkar dan mulai berlayar, bertolak menuju rafiqul
a’la di alam barzakh, dengan membawa suatu sososk tubuh salah seorang tokoh teladan
terakhir mewakili zaman wahyu di makkah dan Madinah, yaitu jasad Abdullah bin Umar bin
Khaththab.

Referensi:
 Siyaru A'lam An Nubala, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad Utsman Az Zuhri,
Darul Fikr, Beirut, 1417 H/1997 M, cet. I, jilid IV.

17
60 Karakteristik Shahabat, Khalid Muhammad Khalid, hlm. …; Siyaru A'lam An Nubala, Syamsuddin
Muhammad bin Ahmad Utsman Az Zuhri, jilid IV, hlm. 373, yang dinukil dari riwayat Abu Na’im di dalam Al
Hilyah 1/293.
18
Dhamrah bin Rabi’ah mengatakan Ibnu Umar wafat tahun 73 H (Siyaru A'lam An Nubala, Syamsuddin
Muhammad bin Ahmad Utsman Az Zuhri, hlm. 367, yang dinukil dari Tabaqat Ibnu Sa’ad 4/187 dari riwayat Al
Fadhl bin Dakiin).
19
www.agus-haris.net/modules.php?name=News&file=article&sid=449, yang dinukil dari 1001 Kisah-Kisah
Nyata, Achmad Sunarto.

5
 60 Karakteristik Shahabat, Khalid Muhammad Khalid, CV. Diponegoro: Bandung,
2000, cet. XVI.
 Ilmu dan Ulama, Abu Bakar Jabir Al Jazairi, Pustaka Azzam: Jakarta, cet. I, 2001.
 www.freewebs.com/perantauan/articlescollection.htm#37046739
 www.agus-haris.net/modules.php?name=News&file=article&sid=449, yang dinukil dari 1001 Kisah-
Kisah Nyata, Achmad Sunarto.

Anda mungkin juga menyukai