Anda di halaman 1dari 13

Abstrak

Sehubungan dengan usaha bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari


belenggu penjajahan, maka umat islam sebagai kelompok mayoritas dari penduduk
Indonesia sudah barang tentu mempunyai peranan yang tidak kecil dalam
perjuangan kemerdekaan. Motif-motif yang melatar belakangi umat islam harus
aktif berperan serta dalam perjuangan kemerdekaan adalah umat islam merupakan
jumlah terbesar dari sekian banyak penduduk Indonesia, hal ini adalah logis jika
umat islam juga paling besar dan paling banyak mengalami suka duka yang
diakibatkan oleh setiap penjajahan. Oleh sebab itulah umat islam yang dipimpin
para Kyai, ulama dan tokoh-tokoh islam lainnya merasa terpanggil untuk memikul
tanggung jawab meyelamatkan rakyat Indonesia dari segala bentuk penjajahan.

Latar Belakang

Proklamasi kemerdekaan Indonesia telah 65 tahun di kumandangkan. Tetapi


banyak dari kalangan anak muda islam Indonesia yang tidak mengetahui peran
agama islam dan umat muslimin dibalik kemerdekaan itu. Entah memang tidak
mengetahuinya atau tidak mau tahu akan sejarah tersebut.
Jika menilik pada sejarah, peran agama islam dan umat muslimin dalam
kemerdekaan Indonesia sangatlah penting. Sebagai contoh, salah satu perlawanan
terhadap penjajah yaitu saat para kaum muslimin melawan penjajah di Aceh dimana
pada saat itu para penjajah Belanda dibuat kalang kabut menghadapi perlawanan
kaum Muslimin yang dipimpin Tengku Cik Di Tiro dan istrinya Cut Nyak Din
sampai sampai penjajah Belanda mengutus Snouk Hongurje untuk meneliti
kelemahan dari Aceh ini dan akhirnya mereka dapat mengalahkan perlawanann du
Aceh ini. Walaupun demikian, kekahalan ini merupakan semagat yang melecut
munculnya perlawanan kaum muslimin di seluruh daerah Indonesia.

A. PERANAN ISLAM SEBAGAI AJARAN MELAWAN PENJAJAHAN

1
Ajaran Islam yang dipeluk oleh sebagaian besar rakyat Indonesia telah
memberikan kontribusi besar, serta dorongan semangat, dan sikap mental dalam
perjuangan kemerdekaan. Tertanamnya “RUHUL ISLAM” yang di dalamnya
memuat antara lain :

1. Jihad fi Sabilillah, telah memperkuat semangat rakyat untuk berjuang


melawan penjajah ( Sartono Kartodirdjo, 1982). Dengan semangat Jihad, umat
akan melawan penjajah yang dlolim, termasuk perang suci, bila wafat syahid,
sorga imbalannya.

2. Ijin Berperang Dari Allah SWT. (Q.S. Al Haj : 39) “ Telah diijinkan
berperang bagi orang-orang yang diperangi, sesungguhnya mereka itu
dijajah/ditindas, maka Allah akan membela mereka ( yg diperangi dan ditindas
)”.

3. Symbol begrijpen (Simbol kalimat yang dapat menggerakkan rakyat), yaitu


“TAKBIR” Allahu Akbar, selalu berkumandang dalam era perjuangan umat
Islam di Indonesia.

4. “Khubul Wathon minal Iman”, cinta tanah air sebagian dari Iman,
menjadikan semangat Partiotik bagi umat Islam dalam melawan penjajahan.

Pada kesimpulannya Dr. Douwwes Dekker (Setyabudi Danudirdja)


menyatakan bahwa:

“Apabila Tidak ada semangat Islam di Indonesia, sudah lama kebangsaan


yang sebenarnya lenyap dari Indonesia” (dalam Aboebakar Atjeh: 1957, hlm.729).

Dengan demikian ajaran Islam yang sudah merakyat di Indonesia ini, punya
peranan yang sangat penting, berjasa, dan tidak dapat diabaikan dalam perjuangan
di Indonesia.

A. PERANAN UMAT ISLAM MASA KEMERDEKAAN

2
Umat Islam Indonesia punya peranan yang menentukan dalam dinamika
perjuangan untuk memdapatkan kemerdekaan. Dalam perjuangan ini dapat dibagi
menjadi:

1. Perjuangan Kerajaan-Kerajaan Islam melawan Kolonial

Dimulai sejak awal masuknya bangsa barat dengan pendekatan


kekuatan yang represif (bersenjata), maka dilawan oleh karajaan-kerajaan Islam
di kawasan Nusantra ini. Perjuangan ini antara lain : Malaka melawan serangan
Portugis (1511) diteruskan oleh Ternate di Maluku (Portugis berhasil dihalau
sampai Timor Timur), kemudian Makasar melawan serangan Belanda(VOC),
Banten melawan serangan Belanda (VOC), dan Mataram Islam juga melawan
pusat kekuasaan Belanda(VOC) di Batavia (1628-1629) dan masih banyak lagi.
Mereka gigih, dan Belanda pun kalangkabut, namun setelah ada politik “Devide
Et Impera” (pecah belah), satu persatu kerajaan ini dapat dikuasai.

Meskipun demikian semangat rakyat tidak pudar melawan penjajahan


kolonial, maka selanjutnya perjuangan melawan penjajahan diteruskan oleh
rakyat dipimpin Ulama.

2. Perjuangan Rakyat Dipimpin oleh Para Ulama

Setelah kaum kolonial berhasil menguasai kerajaan-kerajaan di


Indonesia, namun umat Islam bersama para ulamanya tidak berhenti melawan
penjajahan. Munculah era Gerakan Sosial merata di seluruh pelosok tanah air.
Ulama sebagai Elite Agama Islam memimpin umat melawan penindasan
kedloliman penjajah. Sejak dari Aceh muncul perlawanan rakyat dipimpin oleh
Tengku Cik Di Tiro, Teuku Umar, Cut Nya’ Dhien; di Sumatera Barat muncul
Perang Paderi dipimpin oleh Imam Bonjol; Perlawanan KH.Hasan dari Luwu;
Gerakan R. Gunawan dari Muara Tembesi Jambi; Gerakan 3 Haji di Dena
Lombok; Gerakan H. Aling Kuning di Sambiliung Kal-Tim; Gerakan Muning
di Banjarmasin; Gerakan Rifa’iyah di Pekalongan; Gerakan KH. Wasit dari
Cilegon; Perlawanan KH. Jenal Ngarib dari Kudus; Perlawanan KH. Ahmad

3
Darwis dari Kedu; Perlawanan Kyai Dermojoyo dari Nganjuk; dan juga
perlawanan P. Dipanegara, masih banyak lagi.

Dari perlawanan itu, sesungguhnya pihak Belanda sudah goyah


kekuasaaanya, sebagai bukti tiga perlawanan: Rakyat Aceh, Sumatera Barat,
dan Java Oorlog (Dipanegara) telah mengorbankan: 8000 tentara Belanda mati
dan 20.000.000 Gulden kas kolonial habis. Oleh karena itu, mereka kemudian
mencari jalan lain, yaitu mengubah politik kolonialnya dengan pendekatan “
Welfere Politiek” (Politik Kemakmuran) untuk menarik simpati rakyat jajahan.
Namun, pada kenyataannya politik itu dijalankan dengan perang kebudayaan
dan idiologi, terutama untuk memecah dan melemahkan potensi umat Islam
Indonesia yang dianggapnya musuh utama pemerintah colonial.

3. Peranan Umat Islam dalam Mengusir Penjajah


Ketika kaum penjajah datang, Islam sudah mengakat dalam hati bangsa
Indonesia, bahkan saat itu sudah berdiri beberapa kerajaan Islam, seperti
Samudra Pasai, Perlak, Demak dan lain-lain. Jauh sebelum mereka datang,
umat islam Indonesia sudah memiliki identitas bendera dan warnanya adalah
merah putih. Ini terinspirasi dari oleh bendera Rasullulah SAW yang juga
berwarna merah dan putih. Rasulullah SAW pernah bersabda: “ Allah telah
menundukkan pada dunia, timur dan barat. Aku diberi pula warna yang sangat
indah yakni Al-Ahmar dan Al-Abyadl, merah dan putih”. Begitu juga dengan
Indonesia.
Beberapa ajaran Islam seperti jihad, membela yang tertindas,
mencintai tanah air dan membasmi kezaliman adalah faktor terpenting dalam
membangkitkan semangat melawan penjajah. Bisa dikatakan bahwa hampir
semua tokoh pergerakan, termasuk yang berlabrel nasionalis radikal sekalipun
sebenarnya terinspirasi dari ruh ajaran agama Islam. Seperti Ki Hajar
Dewantara, soekarno, dan termasuk RA Kartini yang memperjuangkan
emansipasi wanita. Ia pejuang Islam yang sedang dalam perjalanan menuju
Islam yang kaffah. Ketika sedang mencetuskan ide-idenya, ia sedang beralih
dari kegelapan (jahiliyah) kepada cahaya terang (Islam) atau minaz-zulumati

4
ilannur (habislah gelap terbitlah terang). Patimura yang yang diklaim sebagai
seorang Nasrani akan tetapi dia adalah seorang Islam yang taat.
Semangat jihad yang dikumandangkan oleh para pahlawan semakin
terbakar ketika para penjajah berusaha menyebarkan agama Nasrani kepada
bangsa Indonesia yang mayoritas sudah beragama Islam yang tentu saja dengan
cara-cara yang berbeda dengan ketika Islam datang dan diterima oleh mereka,
bahwa Islam tersebar dan di anut oleh mereka lewat jalan damai dan persuasif
yakni lewat jalur perdagangan dan pergaulan yang mulia bahwa wali songo
menyebarkan lewat seni dan budaya. Para da’i Islam sangat paham dan
menyadari akan kewajiban menyebarkan Islam kepada orang lain, tapi mereka
juga sangat paham bahwa tugasnya hanya sekedar menyebarkan saja. Hal ini
sesuai dengan Q.S Yasin ayat 17 yang berbunyi: “Tidak ada kewajiban bagi
kami hanyalah penyampai (Islam) yang nyata”.

4. Peranan Umat Islam dalam Mempersiapkan dan Meletakkan Dasar-dasar


Indonesia Merdeka
Dalam upaya mempersiapkan kemerdekaan Indonesia tidak
disangsikan lagi peran kaum muslimin terutama para ulama. Mereka berkiprah
dalam BPUPKI (Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia)
yang dibentuk tanggal 1 Maret 1945. Lebih jelas lagi ketika Badan ini
membentuk panitia kecil yang bertugas merumuskan tujuan dan maksud
didirikannya negara Indonesia. Dan panitia yang terdiri dari 9 orang muslimin
dan satu orang yang beragama Kristen yaitu Ir. Soekarno, Drs. Moh Hatta, Mr.
Moh Yamin, Mr. Ahmad Subardjo, Abdul Kahar Mujaki, Wahid Hasyim, H.
Agus Salim, Abi Kusno Tjokrosuyono dan A.A. Maramis (Kristen).
Meski dalam persidangan-persidangan merumuskan dasar negara
Indonesia terjadi banyak pertentangan antar (mengutip istilah Endang Saefudin
Ansori dalam bukunya Piagam Jakarta) kelompok nasionalis Islamis dan
kelompok nasionalis sekuler. Kelompok Nasionalis Islamis antar lain KH.
Abdul Kahar Mujaki, KH. Wahid Hasyim, KH. Ki Agus Salim, dan Abi Kusno
menginginkan agar Islam dijadikan dasr negara Indonesia. Sedangkan

5
kelompok nasionalis sekuler dibwah pimpinan soekarno menginginkan negara
Indonesia yang akan di bentuk itu netral dari agama. Namun akhirnya terjadi
sebuah kompromi antara kedua kelompok sehingga melahirkan sebuah
rumusan yang dikenal dengan Piagam Jakarta tanggal 22 Juni 1945 yang
berbunyi:
1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syareat Islam bagi pemeluk-
pemeluknya
2. Kemanusian yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan, perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Saat proklamasipun peran umat Islam sangat besar. 17 Agustus 1945


itu bertepatan dengan tanggal 19 Ramadhan 1364 H. Proklamasi dilakukan
juga atas desakan-desakan para ulama kepada Bung Karno. Tadinya Bung
Karno tidak berani. Saat itu Bung karno keliling untuk menemui para ulama
misalnya ulama di Cianjur selatan,Abdul Mukti dari Muhammadiyah,
termasuk Wahid Hasyim dari NU. Mereka mendesak agar Indonesia segera
diproklamasikan tanggal 17 Agustus 1945. Demikian penting peran ulama di
mata Bung Karno setelah Indonesia diproklamasikan.1

5. Pada Masa Mempertahankan Kemerdekaan

1
Abdul Karim, Islam Dan Kemerdekaan Indonesia (Yogyakarta: Sumbangsih Press, 2005) hlm, 38-
45

6
Perjuangan umat Islam bukan hanya sebatas merebut kemerdekaan
Indonesia dari tangan penjajah, namun antara peran penting umat Islam lainnya
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara yaitu:
a) Pada tahun 1960 para aktivis islam yang tergabung dalam organisasi
masa dan partai berusaha mencegah gagasan Nasakom
b) Mengusulkan pembubaran PKI pada tahun 1965 untuk menyelamatkan
Pancasila dan kesatuan bangsa
c) Mempelopori pembentukan Front pancasila
d) Mendirikan organisasi social dan lembaga-lembaga pendidikan, antara
lain ;

1) MUI (Majelis Ulama Indonesia) didirikan padatanggal 26 Juli 1975


guna memberikan suatu pertimbangan mengenai kehidupan
beragam kepada pemerintah
2) NU (Nahdatul Ulama)bergerak dibidang pendidikan dan dakwah
terutama dalam pembinaan pesantren-pesantren di Indonesia.
3) Muhammadiyah didirikan pada tanggal 28 November 1912
bergerak di bidang pendidikan dan kemasyarakatan, pendidikan
sekolah-sekolah umum, sekolah-sekolah Agama dan mendirikan
panti asuhan serta rumah sakit.
4) Organisasi mahasiswa dan pelajar islam antara lain : PMII
(pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia), HMI (Himpunan
Mahasiswa Islam), IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah).
Adapun organisasi pelajar islam Indonesia antara lain :Pelajar
Islam Indonesia (PII), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM),
Ikatan Pelajar Nahdatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Putri
Nahdatul Ulama (IPPNU).

7
6. Eksistensi Perjuangan Umat Islam dalam mencapai kemerdekaan
Dalam bidang ideologi. Sebagai eksistensi dari perjuangan memperoleh
kemerdekaan dalam bidang ideology menampakkan adanya sebuah kristanisasi
dari tiga dimensi.
1) Dimensi Masa Lalu
Dimensi Masa Lalu cukup memberikan pengalaman yang
berharga.Masalalu merupakan pengalaman yang panjang, ditinggalkan
oleh para patriot kemerdekaan. Dari zaman yang terlingkar akan adanya
kekuasaan bersifat kerajaan, diteruskan oleh perjuangan anti penjajahan
bersifat kedaerahan hingga muncul kesadaran perjuangan kemerdekaan
yang didukung oleh kekuatan persatuan nasional.
2) Dimensi Masa Kini
Kemantapan prinsip-prinsip hidup dan nilai-nilai yang
ditinggalkan generasi yang lalu, benar-benar merupakan prinsip-prinsip
yang terwujud dalam budaya yang tinggi, mendasari kehidupan manusia
Indonesia, dan sekaligus pemersatu terwujud dalam Pancasila setelah
melalui perjuangan-perjuangan yang meminta banyak korban. Barulah
tertera hitam diatas putih sebagai muqaddimah dari undang-undang dasar
1945.
3) Dimensi Masa Depan
Untuk menjamin kelangsungan kehidupan kemerdekaan sudah
tentu tidaklah dibatasi oleh suatu kurun waktu melainkan berkelanjutan
hingga manusia mempunyai batas waktu tertentu, sedangkan
kemerdekaan harus tetap abadi oleh sebab itu seluruh budaya terutama
yang bersangkutpaut dengan ideology harus dapat diwarisi dan di
lanjutkan oleh generasi penerus, Pancasila dari UUD 1945, dengan
redaksinya yang sederhana dan mudah dipahami mempunyai elastisitas
dan fleksibel, yang mudah menampung perkembangan pikiran, sehingga

8
ideology itu dapat bertambah sesuai dengan perkembangan pikiran
dimasa yang akan datang.2

7. Peranan Islam Organisasi-organisasi Islam dan Partai-Partai Politik

Dalam perjuangan membela bangsa, Negara dan menegakkan Islam di


Indonesia, Umat Islam mendirikan berbagai organisasi dan partai-partai politik
dengan corak dan warna yang berbeda-beda. Ada yang bergerak dalam bidang
politik, sosial budaya, pendidikan, ekonomi dan sebagainya. Namun semuanya
mempunyai tujuan yang sama, yaitu memajukan bangsa Indonesia khususnya
umat Islam dan melepaskan diri dari belenggu penjajahan. Tercatat dalam
sejarah, bahwa dari lembaga-lembaga tersebut telah lahir para tokoh dan
pejuang yang sangat berperan baik di masa perjuangan mengusir penjajahan,
maupun pada masa pembangunan.

1. Sarekat Islam (SI)


2. Muhammadiyah
3. Al Irsyad
4. Nahdatul Ulama
5. Majlis Islam A’la Indonesia (MIAI)
6. Masyumi
7. Mathl’ul Anwar
8. Persatuan Islam (Persis)
9. Organisasi Pelajar, Mahasiswa, dan Kepemudaan Islam
10. Departemen Agama
11. Peran Lembaga Pendidikan Islam
12. Majlis Ulama Indonesia (MUI)
13. Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI)

2
Mahasiswa Prodi PBA Angkatan 2016. Islam Nusantara dan Kepesantrenan, (Jember:
Mahasiswa Prodi PBA Angkatan 2016), hlm 87-91

9
8. Melawan Penjajah Dengan Non-Senjata
a) Perlawanan Kultural
Dizaman penjajahan colonial sedang berlangsung, terdapat sikap dan
perlawanan para Kyai pengasuh pondok pesantren, bersama masyarakat santri.
Sikap dan perlawanan tersebut unik namun efektif untuk menumbuhkan emosi
kebencian terhadap penjajah Belanda. Sikap dan perlawanan tersebut dikenal
dizaman itu sebagai perlawanan kurtural atau sikap “emoh dan benci”. Perilaku
dan tata budaya kaum colonial termasuk bertutur kata, berpakaian dan model
paket pendidikannya.
Sikap yang dijiwai “emoh” budaya Belanda itu ditulis juga oleh Drs.
Slamet Effendy Yusuf dkk, dalam bukunya “Dinamika kaum Santri”.
Perlawanan kultural juga pernah disampaikan oleh K.H Syaifuddin Zuhri
dalam bukunya “Sejarah Kebangkitan Islam”.
b) Doa dan Suwuk dalam Perang
Bekal lahir batin bagi seorang pejuang kemerdekaan, bukanlah hal yang
aneh bagi seorang yang maju ke medan tempur. Bekal lahir bias diperoleh dari
ilmu beladiri atau senjata tajam dan senjata api. Sedangkan bekal batin bagi
pejuang, tidak dapat ia peroleh sendiri. Mereka memperolehnya dari “doa dan
suwuk”. Para Ulama pejuang yang memang memiliki keahlian dalam
bidangspesialisasi bekal batin.

B. Catatan Akhir

Ketika kaum penjajah datang, Islam sudah mengakar dalam hati Indonesia,
seperti Samudra Pasai, Perlak, Demak, dan lain-lain. Jauh sebelum mereka datang,
umat Islam Indonesia sudah memiliki identitas benderabdan warnanya adalah
merah putih sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW.

10
KESIMPULAN

Ketika kaum penjajah datang, Islam sudah mengakat dalam hati bangsa
Indonesia, bahkan saat itu sudah berdiri beberapa kerajaan Islam, seperti Samudra
Pasai, Perlak, Demak dan lain-lain.
Rasulullah SAW pernah bersabda: “ Allah telah menundukkan pada dunia,
timur dan barat. Aku diberi pula warna yang sangat indah yakni Al-Ahmar dan Al-
Abyadl, merah dan putih”. Begitu juga dengan Indonesia.
Dalam upaya mempersiapkan kemerdekaan Indonesia tidak disangsikan lagi
peran kaum muslimin terutama para ulama. Mereka berkiprah dalam BPUPKI
(Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dibentuk
tanggal 1 Maret 1945. Lebih jelas lagi ketika Badan ini membentuk panitia kecil
yang bertugas merumuskan tujuan dan maksud didirikannya negara Indonesia. Dan
panitia yang terdiri dari 9 orang muslimin dan satu orang yang beragama Kristen.
Peran penting umat islam lainnya dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
yaitu:
a. Pada tahun 1960 para aktivis islam yang tergabung dalam organisasi masa
dan partai berusaha mencegah gagasan Nasakom
b. Mengusulkan pembubaran PKI pada tahun 1965 untuk menyelamatkan
Pancasila dan kesatuan bangsa
c. Mempelopori pembentukan Front pancasila
d. Mendirikan organisasi social dan lembaga-lembaga pendidikan,

Sebagai eksistensi dari perjuangan memperoleh kemerdekaan dalam bidang


ideology menampakkan adanya sebuah kristanisasi dari tiga dimensi.

1) Dimensi Masa Lalu


Dari zaman yang terlingkar akan adanya kekuasaan bersifat kerajaan,
diteruskan oleh perjuangan anti penjajahan bersifat kedaerahan hingga muncul
kesadaran perjuangan kemerdekaan yang didukung oleh kekuatan persatuan
nasional.
2) Dimensi Masa Kini

11
Kemantapan prinsip-prinsip hidup dan nilai-nilai yang ditinggalkan
generasi yang lalu, benar-benar merupakan prinsip-prinsip yang terwujud dalam
budaya yang tinggi, mendasari kehidupan manusia Indonesia.
3) Dimensi Masa Depan
Kemerdekaan harus tetap abadi oleh sebab itu seluruh budaya terutama yang
bersangkutpaut dengan ideology harus dapat diwarisi dan di lanjutkan oleh generasi
penerus, Pancasila dari UUD 1945, dengan redaksinya yang sederhana dan mudah
dipahami mempunyai elastisitas dan fleksibel, yang mudah menampung
perkembangan pikiran, sehingga ideology itu dapat bertambah sesuai dengan
perkembangan pikiran dimasa yang akan dating.
Umat Islam mendirikan berbagai organisasi dan partai-partai politik dengan
corak dan warna yang berbeda-beda. Ada yang bergerak dalam bidang politik,
sosial budaya, pendidikan, ekonomi dan sebagainya. Namun semuanya mempunyai
tujuan yang sama, yaitu memajukan bangsa Indonesia khususnya umat Islam dan
melepaskan diri dari belenggu penjajahan.

DAFTAR PUSTAKA

12
Mahasiswa Prodi PBA Angkatan 2016. 2017. Islam Nusantara dan
Kepesantrenan. Jember. Mahasiswa Prodi PBA Angkatan 2016.

Karim, Abdul. Islam Dan Kemerdekaan Indonesia

13

Anda mungkin juga menyukai