1 April 2016
ABSTRAK
Penyakit tuberkulosis adalah penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat. WHO telah merekomendasikan strategi DOTS (Directly Observed
Treatment Short-course) sebagai strategi dalam penanggulangan TB. Kesembuhan
pengobatan TB sangat ditentukan oleh adanya keteraturan minum obat anti tuberkulosis.
Hal ini dapat dicapai dengan adanya pengawas menelan obat (PMO) yang memantau dan
mengingatkan penderita TB untuk meminum obat secara teratur. PMO sangat penting
untuk mendampingi penderita agar dicapai hasil yang optimal. Tujuan penelitian ini
untuk mengetahui hubungan kinerja PMO dengan kesembuhan TB. Metode penelitian ini
adalah penelitian korelasi dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini
adalah penderita TB dengan jumlah sampel 37 orang yang telah memenuhi kriteria
inklusi. Teknik sampling dalam penelitian ini adalah total sampling. Variabel bebas
penelitian ini adalah kinerja PMO, sedangkan variabel terikatnya adalah kesembuhan TB.
Data dianalisis dengan menggunakan uji chi square untuk mengetahui hubungan. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja PMO
dengan kesembuhan TB dengan nilai p value = 0,001. Kesimpulan bahwa kinerja PMO
yang baik akan membantu meningkatkan angka kesembuhan TB. Saran bagi PMO untuk
lebih meningkatkan kinerja nya sehingga mencapai hasil yang optimal terhadap
kesembuhan TB.
Kata Kunci : kinerja PMO; pengawas menelan obat; kesembuhan TB
ABSTRACK
Tuberculosis is an infectious disease remains a public health problem. WHO has
recommended DOTS strategy (Directly Observed Treatment Short-course) in TB control.
Cure TB treatment is determined by the regularity of taking anti tuberculosis drugs. This
can be achieved by the supervisor to take medication (PMO) that monitor and remind TB
patients to take medicine regularly. PMO is very important to assist the patient in order
to achieve optimal results. The purpose of this study was to analize the relationship
between the perpormance of PMO to the cure of TB. The methode of this research is a
correlation study with cross sectional. Sampels in this research is patients with TB. The
number of the sample was 37 people who have met the inclusion criteria by using
sampling technique. The independent variable of this reasearch is performance of PMO,
while the dependent variable is the cure of TB. Data were analyzed using chi square test
to know the relationship. The result of the research indicate that there is a significant
correlation between the performance of PMO to the cure of TB with P value = 0,001. The
conclusion is a good performance of PMO will help to improve the cure rate of TB.
Suggestions for the PMO to increase performance so that achieve result optimal for cure
TB.
Keyword : performance of PMO; PMO; cure of TB
ISSN: 2338-7246 10
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 1 April 2016
PENDAHULUAN
Penyakit tuberkulosis merupakan pengobatan TB sangat ditentukan oleh
masalah kesehatan masyarakat di adanya keteraturan minum obat anti
seluruh dunia karena telah menginfeksi tuberkulosis (Sukana et al., 2010). Hal
sepertiga penduduk dunia. Pada tahun ini dapat dicapai dengan adanya
1993 WHO (World Health pengawas menelan obat (PMO) yang
Organization) mencanangkan memantau. PMO sangat penting untuk
kedaruratan global penyakit TB. Hal ini mendampingi penderita agar dicapai
disebabkan banyaknya penderita yang hasil yang optimal (Depkes RI, 2011).
tidak berhasil disembuhkan. Prevalensi Walaupun semua pihak sudah dilibatkan
TB di Indonesia dan negara-negara dalam pelaksanaan program DOTS di
sedang berkembang lainnya cukup UPT Puskesmas Arcamanik, tetapi
tinggi. Angka kematian karena infeksi angka kesembuhan TB di UPT
TB berjumlah sekitar 300 orang per hari Puskesmas Arcamanik masih di bawah
dan terjadi >100.000 kematian per tahun target nasional. Dikarenakan PMO
(Saptawati et al., 2012). memiliki peran yang sangat penting
Menurut laporan WHO 2013, Indonesia dalam mencapai kesembuhan penyakit
menempati urutan ke tiga jumlah kasus TB, maka peneliti perlu meneliti tentang
tuberkulosis setelah India dan Cina kinerja PMO terhadap kesembuhan
dengan jumlah 700 ribu kasus. Secara penyakit TB.
kasar di perkirakan di Indonesia setiap
100.000 penduduk terdapat 130
penderita baru BTA (+). KAJIAN LITERATUR
WHO telah menetapkan target untuk Tuberkulosis adalah penyakit menular
temuan kasus TB melalui strategi langsung yang disebabkan oleh kuman
DOTS (Directly Observed Treatment Mycobacterium tuberculosis, yakni
Short-course) sebesar >70% dan angka kuman aerob yang dapat hidup terutama
kesembuhan >85%. Sementara di paru atau di berbagai organ tubuh
pencapaian secara global temuan kasus yang lainnya yang mempunyai tekanan
untuk semua bentuk TB pada tahun parsial oksigen yang tinggi. Kuman ini
2011 adalah 66% (rentang: 64-69%), mempunyai kandungan lemak yang
meningkat dari 53-59% pada tahun 2005 tinggi pada membrana selnya, sehingga
dan 38-43% di tahun 1995 (Depkes RI, menyebabkan bakteri ini menjadi tahan
2012). Pada tahun 2014, di Jawa Barat terhadap asam dan pertumbuhan dari
telah ditemukan dan diobati sebanyak kumannya berlangsung lambat (Tabrani,
25.038 kasus TB. Sebanyak 3.832 atau 2010).
16% kasus TB yang ditemukan dan Kinerja Pengawas Menelan Obat (PMO)
diobati yaitu kasus baru TB BTA positif. adalah hasil kerja yang dicapai oleh
Angka kesembuhan TB di Jawa Barat PMO melalui aktivitas kerja yang telah
mencapai 92% (Dinas Kesehatan ditentukan menurut kriteria yang berlaku
Provinsi Jawa Barat, 2014). Kasus TB di bagi pekerjaan tersebut. Kinerja PMO
Kota Bandung pada tahun 2014 dipengaruhi beberapa variable antara
mencapai 1.323 jiwa, 38% kasus dengan lain usia, jenis kelamin, pendidikan,
TB BTA (+). Angka kesembuhan keluarga, tingkat sosial, pengalaman,
penyakit TB di Kota Bandung hanya kemampuan, dan lain-lain
mencapai 78%. (Dinas Kesehatan Kota (Sukamto,2002).
Bandung, 2014).
Pada tahun 2014 UPT Puskesmas METODE PENELITIAN
Arcamanik menempati urutan ke enam Jenis penelitian yang digunakan dalam
tertinggi angka kelalaian pengobatan penelitian ini adalah penelitian korelasi
TB. Angka kesembuhan di UPT dengan pendekatan cross sectional.
Puskesmas Arcamanik pada tahun 2014 Kinerja PMO menjadi variabel terikat
hanya mencapai 76% (Puskesmas didalam analisis hubungan karakteristik
Arcamanik, 2014). Keberhasilan individu PMO dengan kinerja PMO dan
ISSN: 2338-7246 11
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 1 April 2016
ISSN: 2338-7246 12
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 1 April 2016
ISSN: 2338-7246 13
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 1 April 2016
ISSN: 2338-7246 14
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 1 April 2016
7orang (58%) PMO memilki kinerja membantah suaminya. Sehingga hal ini
yang baik. Pada penelitian ini tidak ada berpengaruh terhadap kinerja PMO.
hubungan karakteristik individu PMO Tetapi pada penelitian ini tidak ada
berdasarkan umur dengan kinerja PMO. hubungan karakteristik individu PMO
Menurut Gobbins (2003), menyatakan berdasarkan hubungan kedekatan
bahwa kinerja individu akan merosot dengan kinerja PMO.
dengan bertambahnya umur seseorang, Hubungan kinerja PMO dengan
hal tersebut sejalan dengan hasil kesembuhan TB di UPT Puskesmas
penelitian ini. Seorang PMO yang Arcamanik Kota Bandung
bertugas melakukan pengawasan minum Analisis kinerja PMO dengan
obat kepada penderita diharuskan bisa kesembuhan TB, bahwa 23 orang
menjadi sosok yang disegani oleh (100%) penderita TB yang sembuh
penderita. Sehingga, pasien cenderung memiliki kinerja PMO yang baik. Pasien
lebih menurut dan ini akan TB dengan kinerja PMO yang baik lebih
memudahkan PMO dalam menjalankan besar kemungkinan untuk sembuh. Hal
tugasnya. ini sesuai dengan penelitian sebelumnya
Analisis karakteristik individu PMO yang menyebutkan pada kelompok yang
berdasarkan tingkat pendidikan dengan menerapkan strategi DOTS dengan
kinerja PMO, bahwa dari 22 orang PMO pengawasan oleh PMO, cenderung
dengan tingkat mendidikan menengah memperoleh kesembuhan total (Sukarna
15 (68%) PMO memilki kinerja yang et al., 2003). Kesembuhan pasien TB
baik dan dari 9 orang PMO dengan dapat dicapai dengan adanya pengawas
tingkat pendidikan tinggi 7 (78%) PMO minum obat (PMO) yang memantau dan
memiliki kinerja yang baik. Pada mengingatkan penderita TB untuk
penelitian terdapat hubungan meminum obat secara teratur. PMO
karakteristik individu PMO berdasarkan sangat penting untuk mendampingi
tingkat pendidikan dengan kinerja PMO. penderita agar dicapai hasil yang
Hal ini sejalan dengan penelitian optimal (DepKes, 2000).
Sukamto (2002), bahwa kinerja PMO Berdasarkan hasil penelitian Jumaelah
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. (2013), didapat bahwa ada hubungan
Pendidikan PMO dapat mempengaruhi antara kinerja pengawas menelan obat
tingkat pengetahuan dan pemahaman terhadap keberhasilan pengobatan TB
PMO tentang pengawasan penderita TB. paru dengan DOTS di RSUP Dr.Kariadi
Semakin tinggi tingkat pendidikan PMO Semarang. Strategi baru pengobatan TB
maka PMO akan semakin tinggi pula yang melibatkan PMO dalam program
tingkat pengetahuan dan DOTS dapat meningkatkan keberhasilan
pemahamannya. Sehingga secara tidak pengobatan TB yang tercermin dari
langsung juga akan mempengaruhi meningkatnya angka konversi dan angka
kinerja PMO. kesembuhan serta menurunnya angka
Analisis karakteristik individu PMO drop out. Namun demikian, tidak
berdasarkan hubungan kedekatan menutup kemungkinan untuk terjadi
dengan kinerja PMO, bahwa pada PMO kegagalan pada pasien TB dengan
dengan kinerja yang baik terbanyak kinerja PMO baik. Hal ini dikarenakan
pada hubungan kedekatan sebagai orang faktor yang mempengaruhi kesembuhan
tua 11 orang (73%) 10 orang TB tidak hanya dari kinerja PMO saja
diantaranya adalah seorang ibu. melainkan dari faktor pasien dan faktor
Sedangkan Semua PMO yang berjumlah lingkungan.
6 orang dengan kinerja yang buruk, Kasus penyakit TB sangat terkait
memiliki hubungan kedekatan dengan faktor perilaku pasien dan
sebagai seorang istri. Hal ini terjadi lingkungan. Faktor lingkungan, sanitasi
dikarenakan PMO yang tidak dapat dan higiene terutama sangat terkait
menjalankan tugasnya, sehubungan dengan keberadaan kuman, dan proses
dengan posisi PMO di dalam tatanan timbul serta penularannya. Faktor
keluarga dimana seorang istri dilarang perilaku sangat berpengaruh pada
ISSN: 2338-7246 15
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 1 April 2016
ISSN: 2338-7246 16
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 1 April 2016
ISSN: 2338-7246 17
Jurnal Ilmu Keperawatan, Vol. IV No. 1 April 2016
ISSN: 2338-7246 18