FARMAKOLOGI FARMASI
Disusun oleh :
1. Listyanto Dhewandaru (2171022)
2. Nada Dwi Nabila S. (2171023)
3. Natasya Intania P. (2171024)
4. Nindy Yuniar P.T (2171025)
5. Nisa Sindi Astuti (2171026)
I. Tujuan
Mengetahui efek sediaan farmasi dalam menurunkan kadar gula darah
dalam tikus yang di induksi glukosa berlebih
II. Dasar Teori
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit yang terjadi akibat
adanya gangguan pada metabolime glukosa, disebabkan kerusakan
proses pengaturan sekresi insulin dari sel-sel beta. Insulin, yang
diahasilkan oleh kelenjar pankreas sangat penting untuk menjaga
keseimbangan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah normal pada
waktu puasa antara 60-120 mg/dl, dan dua jam sesudah makan
dibawah 140 mg/dl. Bila terjadi gangguan pada kerja insulin, baik
secara kualitas maupun kuantitas, keseimbangan tersebut akan
terganggu, dan kadar glukosa darah cenderung naik (hiperglikemia)
(Kee dan Hayes,1996; Tjokroprawiro, 1998).
Diabetes melitus merupakan salah satu jenis penyakit yang ditandai
dengan meningkatnya kadar glukosa darah (hiperglikemia) sebagai
akibat dari rendahnya sekresi insulin, gangguan efek insulin, atau
keduanya. Diabetes mellitus bukan merupakan patogen melainkan
secara etiologi adalah kerusakan atau gangguan metabolisme.Gejala
umum diabetes adalah hiperglikemia, poliuria, polidipsia, kekurangan
berat badan, pandangan mata kabur, dan kekurangan insulin sampai
pada infeksi. Hiperglikemia akut dapat menyebabkan sindrom
hiperosmolar dan kekurangan insulin dan ketoasidosis.Hiperglikemia
kronik menyebabkan kerusakan jangka panjang, disfungsi dan
kegagalan metabolisme sel, jaringan dan organ.Komplikasi jangka
panjang diabetes adalah macroangiopathy, microangiopathy,
neuropathy, katarak, diabetes kaki dan diabetes jantung (Reinauer et al,
2002).
Metformin bersifat anti hiperglikemia, bukan hipoglikemia.Obat
ini tidak menyebabkan pelepasan insulin dari pancreas dan tidak
menyebabkan hipoglikemia, bahkan dalam dosis yang
besar.Metformin tidak memiliki efek yang signifikan pada sekresi
glucagon, kortisol, hormone pertumbuhan atau somatostatin.
Metformin menurunkan kadar glukosa terutama dengan cara
mengurangi produksi glukosa di hati dan meningkatkan kerja insulin di
otot dan lemak. Mekanisme menurunkan produksi glukosa di hati oleh
metformin masih controversial, tetapi banyak data menunjukan efek
penurunan glukoneogenesis.
100
Series1
80
Series2
60
Series3
40
Series4
20
0
0 30 60 90
Waktu
1 1 1
( (101+72)𝑥 30)+ ( (72+101)𝑥 30)+ ( (101+107)𝑥 30)
𝑅𝑒𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝐼 = 2 2 2
=
3
2770
1 1 1
( (59+110)𝑥 30)+ ( (110+152)𝑥 30)+ ( (152+81)𝑥 30)
𝑅𝑒𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝐼𝐼 = 2 2 2
=
3
3320
1 1 1
( (101+121)𝑥 30)+ ( (121+118)𝑥 30)+ ( (118+94)𝑥 30)
𝑅𝑒𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝐼𝐼𝐼 = 2 2 2
=
3
3365
1 1 1
( (77+99)𝑥 30)+ ( (99+91)𝑥 30)+ ( (91+86)𝑥 30)
𝑅𝑒𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝐼𝑉 = 2 2 2
=
3
2715
b. Metformin
Metformin
160
140
120
100
Axis Title
Series1
80
Series2
60
Series3
40
Series4
20
0
0 30 60 90
Axis Title
1 1
( (116+111)𝑥 30)+ ( (111+116)𝑥 30)+ (116 𝑥 30)
𝑅𝑒𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝐼 = 2 2
= 3430
3
1 1 1
( (71+124)𝑥 30)+ ( (124+149)𝑥 30)+ ( (149+81)𝑥 30)
𝑅𝑒𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝐼𝐼 = 2 2 2
=
3
3490
1 1 1
( (71+91)𝑥 30)+ ( (91+82)𝑥 30)+ ( (82+59)𝑥 30)
𝑅𝑒𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝐼𝐼𝐼 = 2 2 2
=
3
2380
1 1 1
( (80+112)𝑥 30)+ ( (112+118)𝑥 30)+ ( (118+86)𝑥 30)
𝑅𝑒𝑝𝑙𝑖𝑘𝑎𝑠𝑖 𝐼𝑉 = 2 2 2
=
3
3130
= 100 – (-23,82)%
= 123,82%
Replikasi 2
𝐴𝑢𝑐 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙−𝐴𝑢𝑐 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
%DH = 100 - ( )× 100%
𝐴𝑢𝑐 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
3320−3490
= 100 - ( ) × 100%
3320
= 100 – (-5,120)%
= 105,12%
Replikasi 3
𝐴𝑢𝑐 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙−𝐴𝑢𝑐 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
%DH = 100 -( ) × 100%
𝐴𝑢𝑐 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
3365−2380
= 100 - ( ) × 100%
3365
= 100 – (29,27)%
= 70,73%
Replikasi 4
𝐴𝑢𝑐 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙−𝐴𝑢𝑐 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
%DH = 100 -( ) × 100%
𝐴𝑢𝑐 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
2715−3130
= 100 - ( ) × 100%
2715
= 100 – (-15,28)%
= 115,28%
Rata-rata = 103.7375%
b. Infus Daun Salam
Replikasi 1
𝐴𝑢𝑐 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙−𝐴𝑢𝑐 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
%DH = 100 -( ) × 100%
𝐴𝑢𝑐 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
2770 − 3495
=100 - ( ) ×100%
2770
= 100 – (-26,17)%
= 126,17%
Replikasi 2
𝐴𝑢𝑐 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙−𝐴𝑢𝑐 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
%DH = 100 -( ) × 100%
𝐴𝑢𝑐 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
3320 − 3555
=100 - ( ) ×100%
3320
= 100 – (-7,078)%
= 107,078%
Replikasi 3
𝐴𝑢𝑐 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙−𝐴𝑢𝑐 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
%DH = 100 -( ) × 100%
𝐴𝑢𝑐 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
3365−2710
=100 - ( ) ×100%
3365
= 100 – (19,535)%
= 80,535%
Replikasi 4
𝐴𝑢𝑐 𝐾𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙−𝐴𝑢𝑐 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢𝑎𝑛
%DH = 100 -( ) × 100%
𝐴𝑢𝑐 𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙
2715−4130
=100 - ( ) ×100%
2715
= 100 – (-52,11)%
= 152,11%
Rata-rata = 116.47325%
Grafik %DH
140%
120%
100%
80%
60%
40%
20%
0%
CMC-Na Metformin Infus daun salam
VI. Pembahasan
Dalam praktikum uji diabetes mellitus bertujuan untuk mengetahui
efek suatu sediaan farmasi dalam menurunkan kadar gula darah dalam
tikus yang diinduksi glukosa yang berlebih. Diabetes mellitus
merupakan gangguan kronis yang khususnya menyangkut metabolisme
glukosa tubuh.Glukosa yang diserap di jaringan otot ditimbun sebagai
glikogen atau dirombak menjadi asam laktat sedangkan jaringan lemak
juga menggunakan glukosa sebagai sumber energy dan substrat
sintesis trigliserida.Penyebab diabetes adalah kekurangan hormone
insulin yang berfungsi memanfaatkan glukosa sebagaisumber
energy.Akibatnya, glukosa menjadi bertumpuk dalam darah
(hiperglikemia) dan akirnya diekskresi melalui urin tanpa digunakan
(glikosuria).Hal ini menyebabkan produksi kemih pada pasien sangat
meningkat, merasa sangat haus, dan berat badan menurun. Untuk
memperingan gangguan-gangguan yang ditimbulkan akibat diabetes,
maka dibutuhkan obat-obat hipoglikemik yang bekerja meningkatkan
sekresi insulin.
Sebelum dilakukan percobaan, hewan yang akan diuji (tikus)
sebaiknya dipuasakan terlebih dahulu dengan cara tidak diberi makan
tetapi tetap diberi minum. Hal ini bertujuan untuk menormalkan kadar
glukosa dalam darah tikus dan agar glikosa darah yang nantinya
terukur tidak dipengaruhi oleh glukosa yang berasal dari makanan
tikus. Jika tikus diberi makan, maka kadar glukosa dalam darahnya
menjadi tidak stabil (berubah-ubah). Namun, dalam praktikum hewan
uji yang digunakan tidak dipuasakan karena keterbatasan waktu.
Pada praktikum ini obat antidibates yang digunakan adalah
Metformin, infuse daun salam dan CMC-Na 0,5%. Pertama tikus
ditimbang kemudian diberi tanda pada bagian ekornya. Tikus
dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu kelompok control positif
yaitu tikus diinduksi glukosa sebanyak 343.8mg dengan stock 1.146Ml
dan diberi metformin sebanyak 11.17 mg dengan stock 0.74ml yang
dilakukan secara peroral, kelompok uji yaitu tikus diinduksi glukosa
sebanyak 1.15ml dan diberi infuse daun salam sebanyak 1.739ml yang
dilakukan secara peroral, dan kelompok control negative yaitu tikus
diinduksi glukosa sebanyak 1.0001ml dan diberi CMC-Na 0,5%
sebanyak 2ml yang dilakukan secara peroral. Tikus diinduksi dengan
glukosa bertujuan untuk menambah peningkatan kadar glukosa dalam
darah tikus.
Kemudian dalam pengukuran kadar gula darah tikus dilakukan
dengan pengambilan darah dengan menggunakan jarum yang
disuntikkan pada daerah vena ekor tikus, yang dilakukan dengan
interval waktu 30 menit selama 90 menit. Untuk mengukur kadar
glukosa darah dari tikus, digunakan alat yaitu seperangkat alat ukur
yang terdiri dari glukometer dan strip pembaca glukosa darah yang
terpasang pada bagian atas glukometer. Dalam strip terdapat enzim
glukooksigenase yang mana jika sampel darah mengenai strip, maka
akan langsung terbaca oleh glukometer. Alasan pengunakan alat
glukometer sebagai alat otometik memudahkan dalam memperoleh
hasil glukosa darah periksaan dengan menggunakan alat ini
memerlukan waktu yang relative singkat, akurat, waktu tesnya
minimal 30 detik.
Untuk tikus yang diberi metformin, setelah diberi obat, kadar
gulanya terus menikat. Sesuai dengan literature obat metformin
merupakan obat turunan biguanida yang tidak merangsang sekresi
insulin. Sehingga obat ini digolongan sebagai obat anthihipoglikemi.
Sehingga ada kemungkinan jika pengukuran kadar gula darah pada
tikus dilanjutkan maka darah akan terus naik sampai glukosa yang
diinduksi ketubuh tikus habis bereaksi dengan insulin baru kadar gula
darah kembali pada kadar gula awal atau normal. Mechanisme kerja
metformin yaitu berdaa mengurangi resisten insulin, meningkatkan
kembali pada kadar gula awal atau normal.
Untuk tikus yang diberi CMC-Na yang berfungsi sebagai kontrol
atau pembanding bila tikus tidak diberikan obat antidiabetes, tetapi
kadar gula darahnya mengalami penurunan karena dalam praktikum ini
pankreas tikus tidak dirusak masih dalam keadaan yang normal jadi
masih memiliki kemapuan untuk menghasilkan insulin. Sedangkan
untuk pemberian infus daun salam trhadap tikus dimana infus daun
salam memiliki potensi untuk menurunkan kadar gula darah, dalam
praktikum kadar gula darah pada tikus yang diinduksi glukosa dan
diberi infus daun salam masih mengalami peningkatan kadar gula
darah. Hal ini disebabkan karena infus daun salam merupakan obat
tradisional yang memiliki kerja lebih lambat dari obat kimia lain, jadi
untuk mendapatkan penurunan kadar gula darah harus diberi
pemberian yang rutin infus daun salam.
Kemudian dilakukan pembuatan kurva hubungan antara waktu vs
Kadar gula. Dilihat dari grafik dapat dianalisa semakin rendah grafik
menandakan semakin kecil kadar glukosa dalam darah didalam tubuh
tikus. Dari kurva tersebut akan dihitung luas area di bawah kurva
(AUC). Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil rata-rata nilai
AUC yaitu untuk perlakuan control CMC-Na adalah 3042,5;
metformin 3107,5; infus daun salam 3247,5. Nilai AUC dapat
menunjukkan perbedaan antara kontrol dan perlakuan. Dengan adanya
nilai AUC dapat dihitung daya hiperglikemik dari masing-masing
obat..
Antara kadar glukosa darah dengan efek antidiabetes obat
berbanding terbalik, semakin kecil kadar glkosa darahnya maka
semakin besar efek antidiabetes yang diberikan. Untuk memastikan hal
tersebut maka dihitung %DH, yang diperoleh dari membandingkan
selisish antara rata-rata AUC control dan AUC perlakuan. Daya
hiperglikemik (DH) ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar
obat dapat memberikan efek antidiabetes. Berdasarkan hasil
perhitungan didapatkan hasil rata-rata %DA CMC-NA sebesar 0%,
metformin 103,7375%, infus daun salam 116.47325%. dari hasil
tersebut bahwa infus daun salam memberikan efek antidiabetes melitus
yang besar dibandingkan dengan metformin.
Dari hasil pengamatan sudah tampak perbedaan apabila dilihat dari
rata-rata %DH, namun perbedaan ini masih harus dibuktikan apakah
perbedaan tersebut berbeda signifikan (berbeda bermakna) atau tidak.
Hasil analisa dengan software SPSS 18 dengan data kelompok dan
AUC dengan metode One Way Anova. Pada Homogenity tes didapat
nilai signifikan yaitu 0,835 lebih dari 0.05 maka HO dapat diterima
atau dapat dikatakan data tersebut homogen, dan pada ANOVA
didapat nilai signifikan 0.785 yang lebih dari 0.05 sehingga data sama
dan tidak berbeda signifikan (pemberian obat satu dengan yang lain
memberikan efek yang sama atau tidak memberikan perbedaan yang
nyata) sehingga dapat dikatakan bahwa antara obat satu dengan obat
yang lain efek yang didapat sama
VII. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Descriptives
AUC
Descriptives
AUC
Minimum Maximum
AUC
.185 2 9 .835
ANOVA
AUC
Total 1675425.000 11
Multiple Comparisons
AUC
LSD
AUC
LSD