OLEH :
NI PUTU BRIYAN DANI ELISTAYANI
19.901.2257
I. Pengertian
Sepsis neonatorum merupakan istilah yang menggambarkan respon sistemik
terhadap infeksi berat pada bayi baru lahir dengan kultur darah positif pada empat
minggu pertama kehidupan neonates. Sepsis neonatorum merupakan salah satu
penyebab tersering pada neonatus untuk dirawat di rumah sakit (Jurnal Kesehatan
Andalas, 2014).
Pada sepsis neonatorum terjadi infeksi secara vertikal dari penyakit ibu atau
infeksi yang diderita ibu selama persalinan atau kelahiran. Infeksi pada awal
minggu pertama kehidupan berhubungan dengan mikro-organisme yang ditularkan
dari ibu kepada janin dan memiliki epidemiologi yang berbeda dengan infeksi yang
didapat setelah periode neonatal. Perjalanan penyakit sepsis neonatorum dapat
berlangsung cepat sehingga sering sekali tidak terpantau,tanpa pengobatan yang
memadai bayi dapat meninggal dalam 24 sampai 48 jam. (Jurnal Biomedik, 2012).
II. Etiologi
Penyebab sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri,
virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri
seperti Acinetobacter sp, Enterobacter sp, Pseudomonas sp, Serratia sp, Escerichia
Coli, Group B streptococcus, Listeria sp. Beberapa komplikasi kehamilan yang
dapat meningkatkan resiko terjadinya sepsis pada neonatus adalah (Jurnal
Kesehatan Andalas, 2018) :
1. Perdarahan
2. Demam yang terjadi pada ibu
3. Infeksi pada uterus dan plasenta
4. Ketuban pecah dini (sebelum usia kehamilan 37 minggu)
5. Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum
melahirkan)
6. Proses kelahiran yang lama dan sulit dan kelahiran belum cukup bulan
III. Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya, sepsis neonatus dapat dibagi menjadi dua bentuk
(Jurnal Ilmiah, 2016) yaitu:
1. Sepsis dini/Sepsis awitan dini
Merupakan infeksi perinatal yang terjadi segera dalam periode setelah lahir
(kurang dari 72 jam) dan biasanya diperoleh pada saat proses kelahiran atau in
utero.
2. Sepsis lanjutan/sepsis nasokomial atau sepsis awitan lambat (SAL)
Merupakan infeksi setelah lahir (lebih dari 72 jam) yang diperoleh dari
lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi nasokomial).
V. Patofisiologi
Sepsis dimulai dengan invasi bakteri dan kontaminasi sistemik. Pelepasan
endotoksin oleh bakteri menyebabkan perubahan fungsi miokardium, perubahan
ambilan dan penggunaan oksigen, terhambatnya fungsi mitokondria, dan kekacauan
metabolik yang progresif. Pada sepsis yang tiba-tiba dan berat, menimbulkan
banyak kematian dan kerusakan sel. Akibatnya adalah penurunan perfusi jaringan,
asidosis metabolik, dan syok, yang mengakibatkan disseminated intravaskuler
coagulation (DIC) dan kematian. Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi
dapat mencapai neonatus melalui beberapa cara, yaitu :
1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari
ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk kedalam tubuh bayi
melalui sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang
dapat menembus plasenta, antara lain virus rubella, herpes, situmegalo,
koksari, hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini,
antara lain malaria, sifilis, dan toksoplasma.
2. Pada masa intranatal atau saat pesalinan. Infeksi saat persalinan terjadi
karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan
amnion. Akibatnya, terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman
melalui umbilikus masuk ke tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan,
cairan amnion yang sudah terinfeksi dapat terinhalasi oleh bayi dan masuk
ke tyraktus digestivus dan trakus respiratorius, kemudian menyebabkan
infeksi pada lokasi tersebut. Selain melalui cara tersebut diaras infeksi pada
janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre lain saat bayi
melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh kuman (misalnya herpes
genitalis, candida albika, dan n.gonnorea).
3. Infeksi pascanatal atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah
kelahiran umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar
rahim (misalnya melalui alat-alat: penghisap lendir, selang endotrakea, infus,
selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang
ikut menangani bayi dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial.
Infeksi juga dapat terjadi melalui luka umbilicus.
Pathway
Masuk ke Neonatus
Infeksi saluran kencing ibu, KPD > 18 jam, Bayi yang mendapatkan
persalinan kurang bulan, dan maternal, BBLR, prosedur invasif (ventilator,
infeksi kuman pada ibu yang persalinan dengan alat infus, akses vena sentral,
dapat mencapai aliran darah tindakan invasif dan kateter urine, kateter
janin seperti infeksi TORCH demam pada saat intratorakal) terjadinya infeksi
persalinan silang dan tidak diberikan ASI
Ansietas Kontraktilitas
Sistem pencernaan,
jantung menurun
Sistem pernapasan anoreksia, muntah,
dispnu, takipnue, diare, menyusui
apnue, tarikan otot buruk. Aliran darah ke
pernapasan, sianosis perifer terganggu
Distensi abdomen
Pola nafas terganggu Sianosis, Akral
dingin
Gangguan Absorbsi
Pola Nafas Tidak
Efektif Hipotermi
Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang
Dari Kebutuhan
VI. Pemeriksaan penunjang
Radiografi pada dada seharusnya dilakukan sebagai bagian dari evaluasi
diagnostik dari bayi yang diduga sepsis dan tanda-tanda penyakit saluran
pernapasan. Dalam kasus ini, radiografi dada dapat menunjukkan difusi atau
infiltrat fokus, penebalan pleura, efusi atau mungkin menunjukkan broncograms
udara dibedakan dari yang terlihat dengan sindrom gangguan pernapasan surfaktan-
kekurangan. Studi radiografi lainnya dapat diindikasikan dengan kondisi klinis
spesifik, seperti diduga osteomyelitis atau necrotizing enterocolitis.
Pemeriksaan labolatorium perlu dilakukan untuk menunjukan penetapan
diagnosis. Selain itu, hasil pemeriksaan tes resistensi dapat digunakan untuk
menentukan pilihan antibiotik yang tepat. Pada hasil pemeriksaan darah tepi,
umumnya ditemuksan anemia, laju endap darah mikro tinggi, dan trombositopenia.
Hasil biakan darah tidak selalu positif walaupun secara klinis sepsis sudah jelas.
Selain itu, biakan perlu dilakukan terhadap darah, cairan serebrospinal, usapan
umbilikus, lubang hidung, lesi, pus dari konjungtiva, cairan drainase atau hasil
isapan isapan lambung. Hasil biakan darah memberi kepastian adanya sepsis,
setelah dua atau tiga kali biakan memberikan hasil positif dengan kuman yang sama.
Bahan biakan darah sebaiknya diambil sebelum bayi diberi terapi antibiotika.
Pemeriksaan lain yang perlu dilakukan, antara lain pemeriksaan C-Reactive protein
(CRP) yang merupakan pemeriksaan protein yang disentetis di hepatosit dan
muncul pada fase akut bila terdapat kerusakan jaringan.
VIII. Komplikasi
1. Hipoglikemia, hiperglikemia, asidosis metabolik, dan jaundice
Bayi memiliki kebutuhan glukosa meningkat sebagai akibat dari keadaan septik.
Bayi mungkin juga kurang gizi sebagai akibat dari asupanenergi yang
berkurang. Asidosis metabolik disebabkan oleh konversi ke metabolisme
anaerobik dengan produksi asam laktat, selain itu ketika bayi mengalami
hipotermia atau tidak disimpan dalam lingkungan termal netral, upaya untuk
mengatur suhu tubuh dapat menyebabkan asidosis metabolik. Jaundice terjadi
dalam menanggapi terlalu banyaknya bilirubin yang dilepaskan ke seluruh
tubuh yang disebabkan oleh organ hati sebagian bayi baru lahir belum dapat
berfungsi optimal, bahkan disfungsi hati akibat sepsis yang terjadi dan
kerusakan eritrosit yang meningkat.
2. Dehidrasi
Kekuarangan cairan terjadi dikarenakan asupan cairan pada bayi yang kurang,
tidak mau menyusu, dan terjadinya hipertermia.
3. Hiperbilirubinemia dan anemia
Hiperbilirubinemia berhubungan dengan penumpukan bilirubin yang
berlebihan pada jaringan. Bilirubin dibuat ketika tubuh melepaskan sel-sel
darah merah yang sudah tua, ini merupakan proses normal. Bilirubin merupakan
zat hasil pemecahan hemoglobin (protein sel darah merah yang memungkinkan
darah mengakut oksigen). Hemoglobin terdapat pada sel darah merah yang
dalam waktu tertentu selalu mengalami destruksi (pemecahan). Namun pada
bayi yang mengalami sepsis terdapat infeksi oleh bakteri dalam darah di seluruh
tubuh, sehingga terjadi kerusakan sel darah merah bukanlah hal yang tidak
mungkin, bayi akan kekurangan darah akibat dari hal ini (anemia) yang disertai
hiperbilirubinemia karena seringnya destruksi hemoglobin sering terjadi.
4. Meningitis
Infeksi sepsis dapat menyebar ke meningies (selaput-selaput otak) melalui
aliran darah.
5. Disseminated Intravaskuler Coagulation (DIC)
Kelainan perdarahan ini terjadi karena dipicu oleh bakteri gram negatif yang
mengeluarkan endotoksin ataupun bakteri gram postif yang mengeluarkan
mukopoliskarida pada sepsis. Inilah yang akan memicu pelepasan faktor
pembekuan darah dari sel-sel mononuklear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini
akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi trombi dan emboli pada
mikrovaskular.
B. KONSEP TEORI ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
2. Data Obyektif
Adalah data yang dapat diobservasi dan diukur oleh tenaga kesehatan yang
meliputi :
1. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
Untuk mengetahui bagaimana keadaan umum bayi, pada bayi dengan
hiperbilirubin keadaan umum lemah.
2) Kesadaran
Untuk mengetahui keadaan umum bayi meliputi tingkat kesadaran
(sadar penuh, apatis, gelisah, koma) gerakan yang ekstrem dan
ketegangan otot.
3) Suhu
Untuk mengetahui bayi hipotermi atau tidak, nilai batas normal 360C-
370C.
4) Nadi
Untuk mengetahui nadi lebih cepat atau tidak, nilai batas normal 120-
160x/menit.
5) Resprasi
Untuk mengetahui pola pernafasan, nilai batas normal 30-60x/menit
6) APGAR score
Pemeriksaan khusus APGAR score :
a. Denyut jantung, dengan nilai batas normal adalah 120-160x/menit
b. Pernafasan, dengan nilai batas normal adalah 30-60x/menit
c. Tonus otot, dengan batas normal adalah bayi dapat bergerak normal
dan aktif
d. Reaksi pengisapan, dengan batas normal adalah dapat menghisap
dengan baik pada saat menetek atau pada saat pemeriksaan fisik.
e. Warna kulit, dengan nilai batas normal merah muda dan tidak
kebiru-biruan
7) Pemeriksaan Head Toe To
a. Kepala
Terdapat caput atau tidak, bentuk kepala normocepal
b. Muka
Simetris atau tidak.
c. Mata
Konjungtiva pucat atau tidak, sclera kuning atau tidak
d. Hidung
Ada cairan atau tidak, ada kotoran yang menyumbat jalan nafas atau
tidak
e. Telinga
Simetris atau tidak antara kanan dan kiri, ada gangguan pendengaran
atau tidak
f. Mulut
Ada lendir atau tidak, ada labiopalatoskisis atau tidak
g. Leher
Ada pembesaran kelenjar tiroid atau tidak
h. Dada
Kanan/ kiri simetris atau tidak
i. Abdomen
Ada distensi abdomen atau tidak
j. Tali pusat
Kering atau basah, ada kemerahan atau tidak, ada bengkak atau
tidak.
k. Genetalia
Laki-laki : Testis sudah turun atau belum
Perempuan : Labia mayora sudah menutupi labia minora
l. Ekstremitas
Lengkap atau tidak, ada sianosis atau tidak, tangan kanan dan kiri
simetris atu tidak, kaki kanan dan kiri simetris atau tidak
m. Anus
Anus ada atau tidak
n. Warna kulit
Ada sianosis atau tidak, persebaran bulu merata atau tidak.
8) Pemeriksaan Reflek
a. Reflek Moro
Lengak ekstensi dengan ibu jari dan jari telunjuk bentuk huruf C
diikuti dengan ekstremitas kembali ke fleksi jika posisi bayi berubah
tiba-tiba atau jika bayi diletakkan terlentang pada permukaan yang
datar.
b. Reflek menggenggam atau reflek gaspin
Reflek menggenggam bisa kuat sekali dan kadang-kadang bayi
dapat diangkat dari permukaan meja/ tempat tidurnya sementara ia
berbaring terlentang dan menggenggam jari tangan di pemeriksa.
c. Reflek menghisap atau reflek suching
Bayi normal yang cukup bulan akan berupaya untuk menghisap
setiap benda yang menyentuh bibirnya, juga terdapat reflek menelan.
d. Reflek mencari atau reflek rooting
Kalau pipi bayi disentuh ia akan menolehkan kepalanya kesisi yang
disentuh itu untuk mencari puting susu.
e. Reflek melangkah atau palantar
Jari-jari kaki bayi akan melekuk kebawah bila jari-jari diletakkan
didasar jari-jari kakinya.
9) Pemeriksaan Antopometri
a. Lingkar kepala : batas normal 33-35 cm
b. Lingkar dada : batas normal 30-33 cm
c. Berat badan : batas normal 2500-3500 gram
d. Panjang badan : batas normal 45-50 cm
10) Eliminasi
Pada pemeriksaan ini yang dikaji antara lain eliminasi urine dan
mekonieum terutama pada 24 jam pertama baik frekuensi, warna dan
kondisi eliminasinya. Pada keadaan normal urine dan mekonium sudah
keluar pada 24 jam.
II. Diagnosa
1. Ketidakseimbangan nutrisi berhubungan dengan diare dan menyusui buruk
ditandai dengan BB berkurang, muntah.
2. Pola nafas tidak efektif beruhubungan dengan hipoventilasi ditandai dengan
irama nafas irreguler
3. Hipotermi berhubungan dengan ketidakmampuan sel untuk menggunakan O2
ditandai dengan sianosis dan akral dingin
4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi ditandai dengan
pasien merasa cemas dan takut terhadap kondisi bayinya
III. Intervensi
No. Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1 Ketidakseimbangan NOC : NIC :
nutrisi 1. Nutrional status: Nutrion
berhubungan food and fluid Management
dengan diare dan intake.
menyusui buruk 2. Nutrional status: 1. Kaji adanya alergi 1. Untuk mengetahui
ditandai dengan BB nutrient intake makanan. tanda-tanda alergi
berkurang, muntah. 3. Weight control 2. Ajarkan pasien terhadap
membuat catatan makanan.
Setelah dilakukan makanan harian. 2. Agar mampu
tindakan keperawatan 3. Monitor jumlah mengontrol
selama … x 24 jam nutrisi dan asupan nutrisi.
kebutuhan nutrisi kandungan kalori 3. Untuk
pasien dapat terpenuhi 4. Berikan mengetahui
dengan kriteria hasil: informasi tentang jumlah dan
1. Adanya kebutuhan nutrisi. kandungan kalori.
peningkatan berat 5. Kolaborasi 4. Agar pasien
badan sesuai dengan ahli gizi paham tentang
dengan tujuan. untuk kebutuhan
2. Berat badan ideal menentukan nutrisinya.
sesuai dengan jumlah kalori dan 5. Untuk memenuhi
tinggi badan. nutrisi yang kebutuhan nutrisi
3. Mampu dibutuhkan pasien.
mengidentifikasi pasien.
kebutuhan nutrisi.
4. Tidak terjadi
penurunan berat
badan yang berarti.
2 Pola nafas tidak NOC : NIC :
efektif 1. Respiratory status Airway
beruhubungan ventilation Management
dengan 2. Respiratoty status
hipoventilasi : airway patency 1. Identifikasi 1. Untuk membantu
ditandai dengan 3. Vital sign status pasien perlunya jalan nafas pasien
irama nafas pemasangan alat 2. Untuk
irreguler Setelah dilakukan jalan nafas buatan mengetahui
tindakan keperawatan 2. Monitor respirasi keadaan umum
selama … x 24 jam dan status O2 pasien
pasien mampu 3. Observasi adanya 3. Untuk
bernafas dengan tanda-tanda mengetahui
normal dengan kriteria hipoventilasi tanda-tanda
hasil: 4. Posisikan pasien hipoventilasi
1. Suara nafas bersih untuk 4. Untuk
2. Menunjukkan memaksimalkan memudahkan
jalan nafas paten ventilasi jalan nafas pasien
3. Tanda-tanda vital 5. Atur intake cairan 5. Untuk
dalam rentang mengoptimalkan
normal keseimbangan
cairan pasien
3 Hipotermi NOC : NIC :
berhubungan 1. Thermoregulation Temperature
dengan 2. Thermoregulation regulation
ketidakmampuan sel : neonate
1. Monitor suhu 1. Untuk
untuk menggunakan
Setelah dilakukan tubuh mengetahui
O2 ditandai dengan
tindakan keperawatan 2. Monitor tanda keadaan umum
sianosis dan akral
selama … x 24 jam dan gejala pasien
dingin 2. Untuk
diharapkan hipotermi hipotermia mengetahui tanda
pasien dapat teratasi 3. Sediakan dan gejala
dengan kriteria hasil: lingkungan yang hipotermi
1. Suhu tubuh dalam hangat 3. Agar pasien tetap
rentang normal 4. Berikan dalam lingkungan
2. Nadi dan RR dalam makan/minum yang hangat
rentang normal 4. Untuk
hangat
menghangatkan
tubuh pasien
4 Ansietas NOC : NIC :
berhubungan 1. Anxiety self- Anxiety Reduction
dengan kurang control (penurunan
terpapar informasi 2. Anxiety level kecemasan)
ditandai dengan 3. Coping
pasien merasa 1. Jelaskan semua 1. Agar orang tua
cemas dan takut prosedur dan apa bayi dapat
terhadap kondisi Setelah dilakukan yang akan memahami
bayinya tindakan keperawatan diberikan pada tindakan yang
selama … x 24 jam bayinya diberikan
2. Agar dapat
ansietas orang tua 2. Pahami
memberikan
pasien dapat teratasi prespektif pasien koping yang
dengan kriteria hasil: terhadap situasi sesuai dengan
1. Klien mampu stres stress yang
mengidentifikasi 3. Dengarkan dialami
dan dengan penuh 3. Untuk
mengungkapkan perhatian meningkatkan
rasa percaya
gejala cemas 4. Identifikasi
pasien pada
2. Mengidentifikasi, tingkat perawat
mengungkapkan kecemasan 4. Agar dapat
dan menunjukkan 5. Bantu pasien memberikan
tehnik untuk mengenal situasi koping yang tepat
mengontol cemas. yang 5. Untuk dapat
3. Postur tubuh, menimbulkan mengidentifikasi
situasi yang
ekspresi wajah, kecemasan
meninkatkan
bahasa tubuh dan 6. Dorong pasien kecemasan
tingkat aktivfitas untuk 6. Agar dapat
menunjukkan mengungkapkan memberikan
berkurangnya perasaan, koping yang
kecemasan. ketakutan, sesuai dengan
stress yang
persepsi
dialami
IV. Implementasi
Implementasi dilakukan sesuai dengan intervensi yang ada.
V. Evaluasi
Evaluasi terhadap bayi dengan sepsis neonatus dilakukan dengan menilai
kemampuan klien dalam merespon diantaranya:
1. Nutrisi bayi dapat terpenuhi dengan baik:
a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan.
c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi.
d. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
2. Pola nafas bayi normal (reguler) :
a. Suara nafas bersih
b. Menunjukkan jalan nafas paten
c. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
3. Suhu tubuh dalam rentang normal
4. Nadi dan RR dalam rentang normal
5. Kecemasan pada orang tua bayi dapat teratasi
DAFTAR PUSTAKA
Rahmawati. Putri, Mayetti, Sukri Rahman. 2018. Hubungan Sepsis Neonatorum dengan
Berat Badan Lahir pada Bayi di RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan
Andalas. 7(3). pg 405-410.
Salendu. Praevilia, M. 2012. Sepsis Neonatorum dan Pneumonia pada Bayi Aterm. Jurnal
Biomedik (JBM). 4(3).pg 175-179
Putri. Susan Insani, Aziz Djamal, Rahmatini. 2014. Sensitivitas Bakteri Penyebab Sepsis
Neonatorum terhadap Meropenem di Neonatal Intensive Care Unit dan Perinatologi
RSUP DR M Djamil Padang Padang Tahun 2012. Jurnal Kesehatan Andalas. 3(3).pg
475-479.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Edisi I.
Jakarta:Persatuan Perawat Pusat (PPNI)