Hampir setiap pasangan yang telah menikah pasti beranggapan bahwa keluarga mereka belumlah lengkap jika belum dikaruniai seorang anak. Kehadiran anak membawa kebahagiaan bagi seluruh keluarga serta sebagai penerus yang diharapkan akan membawa kebaikan bagi keluarga. Memiliki anak yang normal baik fisik maupun mental adalah harapan bagi semua orangtua, akan tetapi pada kenyataannya tidak semua individu dilahirkan dalam keadaan normal. Beberapa di antaranya memiliki keterbatasan baik secara fisik maupun psikis, yang telah dialami sejak awal masa perkembangan seperti retardasi mental (Ekantari, 2010).1 Menurut American Association on Mental Retardation (AAMR), retardasi mental adalah suatu disabilitas yang ditandai dengan suatu limitasi atau keterbatasan yang bermakna baik dalam fungsi intelektual maupun perilaku adaptif yang diekspresikan dalam keterampilan konseptual, sosial dan praktis. Keadaan ini terjadi sebelum usia 18 tahun (Elvira, 2013).2 Prevalensi kejadian retardasi mental di Indonesia yaitu 1-3% penduduk mengalami retardasi mental, penderita tersebut meliputi retardasi mental ringan 80%, retardasi mental sedang 12%, retardasi mental berat 7%, dan retardasi mental sangat berat 1%. Pada sebagian besar kasus retardasi mental, penyebabnya tidak diketahui; hanya 25 % kasus yang memiliki penyebab yang spesifik. Insiden tertinggi adalah masa anak-anak sekolah dengan puncak umur 10 sampai 14 tahun (Winarti, 2015).3 Retardasi mental terbagi atas retardasi mental ringan, sedang, berat dan sangat berat. Anak dengan retardasi mental sangat berat memerlukan pengawasan terus- menerus dan sangat terbatas dalam keterampilan berkomunikasi dan motoriknya. Namun, pada saat dewasa dapat terjadi suatu perkembangan bicara dan keterampilan menolong diri-sendiri (Kaplan dkk, 2010).4 Retardasi mental dapat terjadi dengan atau tanpa gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya. Namun demikian, peyandang retardasi mental bisa mengalami semua gangguan jiwa yang ada. Selain itu penyandang Retardasi Mental mempunyai risiko lebih besar untuk di eksploitasi dan diperlakukan sala secara fisik atau seksual (physical/sexual abuse).2
1 2
1.2. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi retardasi mental 2. Untuk mengetahui epidemiologi retardasi mental 3. Untuk mengetahui etiologi retardasi mental 4. Untuk mengetahui klasifikasi retardasi mental. 5. Untuk mengetahui diagnosis retardasi mental. 6. Untuk mengetahui diagnosis banding retardasi mental. 7. Untuk mengetahui tatalaksana retardasi mental. 8. Untuk mengetahui prognosis retardasi mental.
1.3. Manfaat Penulisan
Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai retardasi mental.