Tgs K3
Tgs K3
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK II
KENDARI
2019
Nitrat Organik
B. Mekanisme Kerja
Antagonis kalsium bekerja dengan cara menghambat pemasukan ion
kalsium ke dalam sel otot vaskular perifer sehingga menimbulkan vasodilatasi,
sedangkan pada sistem konduksi jantung, kalsium antagonis memperpanjang masa
konduksi dan masa refrakter AV node serta menekan otomatisitas SA node.
Antagonis kalsium menghambat arus masuk ion kalsium melalui saluran lambat
membran sel yang aktif. Golongan ini mempengaruhi sel miokard jantung, dan sel
otot polos pembuluh darah, sehingga mengurangi kemampuan kontraksi miokard,
pembentukan dan propagasi impuls elektrik dalam jantung, dan tonus vaskuler
sistemik atau koroner.
Antagonis kalsium (AK) bekerja dengan cara menghambat masuknya
kalsium ke dalam sel melalui chanel-L. AK dibagi 2 golongan besar, yaitu AK
non-dihidropiridin (kelas fenilalkilamin dan benzotiazepin) dan AK dihidropiridin
(1,4-dihidropiridin). Golongan dihidropiridin terutama bekerja pada arteri
sehingga dapat berfungsi sebagai OAH, sedangkan golongan non-dihidropiridin
mempengaruhi sistem konduksi jantung dan cenderung melambatkan denyut
jantung, efek hipertensinya melalui vasodilatasi perifer dan penurunan resistensi
perifer.
Antagonis kalsium bekerja dengan menghambat influks kalsium pada sel
otot polos pembuluh darah dan miokard. Di pembuluh darah, antagonis kalsium
terutama menimbulkan relaksasi arteriol, sedangkan vena kurang dipengaruhi.
Penurunan resistensi perifer ini sering diikuti efek takikardia dan vasokonstriksi,
terutama bila menggunakan golongan obat dihidropirin (Nifedipine). Sedangkan
Diltiazem dan Veparamil tidak menimbulkan takikardia karena efek kronotropik
negatif langsung pada jantung. Contoh antihipertensi dari golongan ini adalah
Amlodipine, Diltiazem, Verapamil, Nifedipine. Antagonis kalsium menghambat
arus masuk ion kalsium melalui saluran lambat membran sel yang aktif. Golongan
ini mempengaruhi sel miokard jantung, dan sel otot polos pembuluh darah,
sehingga mengurangi kemampuan kontraksi miokard, pembentukan dan propagasi
impuls elektrik dalam jantung, dan tonus vaskuler sistemik atau koroner.
C. Indikasi
a. Antagonis Kalsium sebagai Obat bagi penderita Hipertensi
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu
yang lama). Pada penderrita hipertensi Antagonis kalsium (AK) bekerja
dengan cara menghambat masuknya kalsium ke dalam sel melalui chanel-L.
Calcium Antagonists (antagonis kalsium). Kalsium menyebabkan dinding
arteri berkontraksi. Hal ini menyebabkan arteri menyempit, dan tekanan darah
meningkat. Golongan obat ini menghambat pengambilan kalsium ke dalam
dinding pembuluh darah. Sebagai akibatnya kontraksi arteri berkurang, arteri
melebar, dan tekanan darah turun. Contoh golongan obat ini adalah amlodipin.
Sering digunakan obat jantung jenis antihipertensi yang melebarkan
pembuluh darah (vasodilator), yang bisa melebarkan arteri, vena atau
keduanya. Pelebar arteri akan melebarkan arteri dan menurunkan tekanan
darah, yang selanjutnya akan mengurangi beban kerja jantung.Pelebar vena
akan melebarkan vena dan menyediakan ruang yang lebih untuk darah yang
telah terkumpul dan tidak mampu memasuki bagian kanan jantung.Hal ini
akan mengurangi penyumbatan dan mengurangi bebanjantung.Obat jantung
jenis antihipertensi yang paling banyak digunakan adalah ACE-inhibitor
(angiotensin converting enzyme inhibitor).Obat ini tidak hanya meringankan
gejala tetapi juga memperpanjang harapan hidup penderita. ACE-inhibitor
melebarkan arteri dan vena; sedangkan obat terdahulu hanya melebarkan vena
saja atau arteri saja (misalnya nitroglycerin hanya melebarkan vena,
hydralazine hanya melebarkan arteri).
AK dibagi 2 golongan besar, yaitu AK non-dihidropiridin (kelas
fenilalkilamin dan benzotiazepin) dan AK dihidropiridin (1,4-dihidropiridin).
Golongan dihidropiridin terutama bekerja pada arteri sehingga dapat berfungsi
sebagai OAH, sedangkan golongan non-dihidropiridin mempengaruhi sistem
konduksi jantung dan cenderung melambatkan denyut jantung, efek
hipertensinya melalui vasodilatasi perifer dan penurunan resistensi perifer.
Penelitian yang membandingkan efek antihipertensi AK dengan obat lain
menunjukkan efek antihipertensi yang sama baiknya pada pasien dengan
hipertensi ringan dan moderat. Efek anti hipertensi AK berhubungan dengan
dosis, bila dosis ditambah maka efek antihipertensi semakin besar dan tidak
menimbulkan efek toleransi. AK tidak dipengaruhi asupan garam sehingga
berguna bagi orang yang tidak mematuhi diet garam. Menurut beberapa studi
penggunaan AK dalam hipertensi secara umum tidak berbeda dalam
efektivitas, efek samping, atau kualitas hidup dibandingkan dengan OAH lain.
Ditinjau dari mortalitas, tidak ada perbedaan bermakna antara diuretik, AK dan
penghambat ACE dalam pengobatan hipertensi. Hanya mungkin ada sedikit
perbedaan dalam respons terapi sesuai usia dan kelompok suku bangsa atau
warna kulit. AK sebagai OAH banyak dipakai pada pasien dengan
hipertensi esensial, pasien dengan hipertensi renovaskular, hipertensi pada
pasien kulit hitam (dimana respons penyakit terhadap b blocker atau ACE
biasanya kurang memuaskan) dan pasien hipertensi dengan diabetes mellitus,
hipertensi dengan asma bronkhial, serta hipertensi dengan hipertrofi ventrikel
kiri.AK mempunyai efek tambahan yang menguntungkan pasien. AK dan
penghambat ACE lebih baik dari penghambat beta dan diuretik dalam
mengurangi kejadian hipertrofi ventrikel kiri yang merupakan risiko
independen pada hipertensi Banyak studi menunjukkan AK mempunyai efek
proteksi vaskular dengan mengurangi remodelling vaskular dan memperbaiki
faal endothelium. Beberapa studi jangka panjang pada penggunaan AK
(kelompok diltiazem) sebagai OAH menunjukkan hasil bahwa AK dapat
mengurangi kejadian stroke sampai 20%. Kontraindikasi utama penggunaan
AK adalah gangguan konduksi (heart block) gagal jantung berat dan sindrom
sick sinus. Semua AK menyebabkan vasodilatasi. Potensi relatif sebagai
vasodilator bervariasi dengan nifedipin dianggap paling poten sedangkan
verapamil dan diltiazem kurang poten. Pada penelitian in vitro, diketahui
bahwa beberapa AK (nifedipin, nisoldipin, isradipin) berikatan di saluran.
Kalsium tipe L di pembuluh darah dengan beberapa sifat selektif,
sedangkan verapamil berikatan sama baiknya di saluran kalsium tipe L pada
jantung dan pembuluh darah.Semua kelas AK menurunkan aktivitas sinus
jantung dan memperlambat konduksi arterioventrikular (AV), sedangkan di
klinik, hanya verapamil dan diltiazem yang menghambat konduksi AV atau
menyebabkan berkurangnya aktivitas sinus.
Semua kelas AK menyebabkan kontraksi otot jantung yang
tergantung konsentrasi pada in vitro, sedangkan in vivo hanya verapamil dan
diltiazem yang menunjukan hal tersebut. Perbedaan in vitro dan in vivo
mungkin dapatdijelaskan dengan aktivasi simpatis yang terjadi sebagai respons
terhadap vasodilatasi yang diinduksi oleh dihidropiridin, yang mengurangi
efek kronotropik dan inotropik negatif.
b. Antagonis Kalsium sebagai Obat bagi penderita Angina pektor
Angina Pectoris adalah suatu syndrom klinis dimana terjadi
sakit dada yang khas, yaitu seperti tertekan atau terasa berat di dada yang
sering menjalar ke lengan kiri. Antagonis kalsium disini di pakai pada
pengobatan jangka panjang untuk mengurangi frekuensi serangan pada
beberapa bentuk angina, dengan cara kerja memperbaiki spasme koroner
dengan cara menghambat tonus vasometer.bekerja dengan cara menghambat
masuknya kalsium pada saluran kalsium,yang akan menyebabkan relaksai otot
polos pembuluh darah sehingga terjadi vasodilatasi pada pebuluh darah
epikardial dan sistemik. Antagonis kalsium yang efektif dalam pengobatan
baik pectoris angina klasik dan vasospastic lebih jarang, atau varian, angina
(Angina varian) . Di Amerika Serikat, amlodipine, diltiazem, nicardipine,
nifedipine, dan verapamil disetujui untuk pengobatan angina .Selain itu,
bepridil diindikasikan hanya untuk pasien dengan angina yang refrakter
terhadap pengobatan dengan obat lain. Dengan pengecualian dari formulasi
yang cepat bertindak, yang kadang-kadang memperburuk angina, masing-
masing obat ini secara substansial memperpanjang waktu untuk timbulnya
angina selama latihan, mengurangi frekuensi episode angina, atau mengurangi
kebutuhan untuk nitrogliserin short-acting di pasien yang membutuhkan
pemberian oral jangka panjang nitrogliserin. Meskipun antagonis kalsium
efektif sebagai monoterapi untuk angina, pengobatan dikombinasikan dengan
antagonis kalsium, nitrat, dan beta-blocker dapat memiliki aditif effect.
kombinasi Terutama efektif untuk pasien dengan angina stabil termasuk baik
dihidropiridin dan beta-blocker atau verapamil atau diltiazem dalam
kombinasi dengan nitrat, diikuti oleh penambahan beta-blocker pada pasien
dengan kontrol yang tidak memuaskan dari angina. terapi kalsium-antagonis
saja tidak efektif pada pasien dengan angina. tidak stabil
Efek komparatif pada morbiditas atau mortalitas terapi jangka
panjang dengan berbagai antagonis kalsium pada pasien dengan angina stabil
tidak diketahui. Sebuah tinjauan retrospektif data telah menyebabkan
kekhawatiran bahwa risiko kematian mungkin sedikit lebih tinggi di antara
pasien yang menerima kalsium dihidropiridin antagonists.
c. Antagonis Kalsium sebagai Obat bagi penderita Disritmia Supraventrikuler
Distritmia (aritmia) jantung didefinisikan sebagai setiap penyimpangan
frekuensi atau pola denyut jantung yang normal; termasuk denyut jantung
terlalu lambat (bradikardia), terlalu cepat (takikardia), atau tidak teratur.
Kalsium Antagonis di sini bekerja dengan cara menghambat perangsangan
adrenergik dari jantung, menekan eksitabilitas dan kontraktilitas dari
miokardium, Menurunkan kecepatan hantaran pada jaringan jantung,
Meningkatkan masa pemulihan (repolarisasi) dari miokardium, Menekan
otomatisitas (depolarisasi spontan untuk memulai denyutan). Verapamil dan
diltiazem disetujui untuk pengobatan pasien dengan aritmia supraventrikular -
khusus untuk jangka pendek dan jangka panjang pengobatan fibrilasi atrium,
flutter atrium, dan atrioventrikular masuk kembali nodal pada pasien tanpa
saluran pintas aksesori. Verapamil dan diltiazem lambat konduksi melalui
node atrioventrikular dan meningkatkan periode refrakter nodal
atrioventrikular, yang, pada gilirannya, hasil dalam memperlambat laju
respons ventrikel pada fibrilasi atrium atau bergetar atau konversi
atrioventrikular takiaritmia masuk kembali ke irama sinus nodal oleh
gangguan dari waktu sirkuit masuk kembali. Seperti efek lain dari verapamil
pada blokade L-jenis saluran kalsium, ini adalah efek stereospesifik, dengan S
-verapamil menyebabkan keterlambatan dalam konduksi nodal
atrioventrikular dan R -verapamil memiliki sedikit effect. Kemampuan
verapamil dan diltiazem untuk memblokir tindakan node atrioventrikular lebih
diucapkan di lebih cepat dari denyut jantung lebih lambat, properti disebut
"menggunakan ketergantungan" atau "ketergantungan frekuensi." Verapamil
dan diltiazem juga dapat menyebabkan sinus-node depresi. Pada dosis klinis
ditoleransi, antagonis kalsium dihidropiridin tidak memperpanjang
atrioventrikular konduksi atau refrakter atau menyebabkan sinus-node depresi
dan oleh karena itu tidak diindikasikan untuk pengobatan aritmia
supraventrikuler. Efek elektropsikologi yang berbeda mungkin karena efek
yang berbeda pada tegangan dan menggunakan ketergantungan antara
phenylalkylamine dan benzothiazepine obat, di satu sisi, dibandingkan dengan
obat dihidropiridin, di sisi lain. Atau, perbedaan mungkin berkaitan dengan
perbedaan antara berbagai golongan obat dalam aksi mereka pada T-jenis
saluran kalsium, yang lebih menonjol dalam struktur nodal jantung.
D. Kontra Indikasi
1. Golongan Dihidropiridin :
a. Niferdipin dan Nicardipin
Syokkardiogenik
Hipersensifitas
stenosis aorta
menderita miokardial infark dalam 1 bulan terakhir
angina tak stabil atau serangan akut angina akut porphyria
Amlodipin
Kehamilan
Hipersensitifterhadapterhadap amlodipine atau derivate
dehidroperidinlainya
2. Golongan Non Dihidropiridin :
a. Verapamil
Sick sinus Sindrom
Block AV
Hipotensi
Hipersensitivitas terhadap verapamil
Syokkardiogenik
Riwayat gagal jantung
Hipotensi
Bradikardi Blok SA
b.Diltiazem
Sick sinus Sindrom
Bradikariberat
Gagal ventrikel kiri disertai kongesti pulmonal
Block AV
Hipotensi
Hipersensitivitas terhadap diltiazem
Kehamilan dan menyusui
E. Efek samping
Efek samping yang sering timbul dalam uji klinik antara lain : edema,
sakit kepala. Secara umum : sakit kepala, nyeri, peningkatan atau penurunan
berat badan. Pada keadaan hamil dan menyusui : belum ada penelitian pemakaian
amlodipine pada wanita hamil, sehingga penggunaannya selama kehamilan hanya
bila keuntungannya lebih besar dibandingkan risikonya pada ibu dan janin. Belum
diketahui apakah amlodipine diekskresikan ke dalam air susu ibu. Karena
keamanan amlodipine pada bayi baru lahir belum jelas benar, maka sebaiknya
amlodipine tidak diberikan pada ibu menyusui.Efektivitas dan keamanan
amlodipine pada pasien anak belum jelas benar.
Efek samping lainnya :
1. Vasodilatasi berlebihan ( pusing, muka merah, sakit kepala berdenyut,
hipotensi, refleks takikardia dan palpitasi )
2. Gagal jantung (jika di berikan bersama β blocker ).
3. AV block ( terleblih jika di berikan bersama β bocker atau digitalis )
4. Bradikardi sinus atau henti sinus
F. Interaksi Obat
Antagonis kalsium berinteraksi di dalam tubuh dengan cara menghambat
arus masuk ion kalsium melalui saluran lambat membran sel yang aktif. Golongan
ini mempengaruhi sel miokard jantung, dan sel otot polos pembuluh darah,
sehingga mengurangi kemampuan kontraksi miokard, pembentukan dan propagasi
impuls elektrik dalam jantung, dan tonus vaskuler sistemik atau koroner.
Pemilihan obat-obat golongan antagonis kalsium berbeda-beda
berdasarkan perbedaan lokasi kerja, sehingga efek terapetiknya tidak sama, dengan
variasi yang lebih luas daripada golongan beta-bloker. Terdapat beberapa
perbedaan penting di antara obat- obat golongan antagonis kalsium verapamil,
diltiazem, dan dihidropiridin (amlodipin, felodipin, isradipin, lasidipin,
lerkanidipin, nikardipin, nifedipin, nimodipin, dan nisoldipin). Verapamil dan
diltiazem biasanya harus dihindari pada gagal jantung karena dapat menekan
fungsi jantung sehingga mengakibatkan perburukan klinis.