Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila sebagai dasar Negara bangsa Indonesia hingga sekarang telah


mengalami perjalanan waktu yang tidak sebentar, dalam rentang waktu tersebut
banyak hal atau peristiwa yang terjadi menemani perjalanan Pancasila,
sehingga berdirilah pancasila seperti sekarang ini didepan semua bangsa
Indonesia Mulai peristiwa pertama saat pancasila dicetuskan sudah menuai
banyak konflik di internal para pencetusnya, hingga sekarangpun di era
reformasi dan globalisasi Pancasila masih hangat diperbincangkan oleh banyak
kalangan berpendidikan terutama kalangan Politik dan mahasiswa. Peran
pancasiladikalangan Perguruan Tinggi sangat penting untuk menumbuhkan
nasionalisme Bangsa Indonesia melalui Mahasiswa oleh karena
itu,adanyaTridharma Perguruan Tinggi sebagai Tombak kemajuan bangsa
Indonesia.

Makalah ini dibuat sebagaiTugas presentasi Pendidikan pancasila, agar


kita senantiasa tidak melupakan sejarah pembentukan Pancasila sebagai dasar
Negara, dan juga dapat digunakan untuk menjadi penengah bagi pihak yang
sedang berbeda pendapat tentang dasar Negara supaya kedepan kita tetap
seperti semboyan kita yaitu "Bhineka Tunggal Ika". Terutama hal tersebut
dalam penerapannya dalam kehidupan kita. Termasuk dilingkungan kampus.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas maka makalah ini secara khusus membahas


permasalahan sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan tri darma perguruan tinggi?

1
2. Bagaimana Aktualisasi pancasila di Indonesia ?

3. Bagaimana cara mengaktualisasikan pancasila tersebut di perguruan tinggi


atau kampus?

4. Apa yang dimaksud dengan budaya Akademik ?

1.3 Tujuan Penulisan

Setelah penulis mencoba memahami akan latar belakang serta rumusan


masalah diatas, maka tujuan kepenulisan ini adalah:

1. Mengetahui apa yang dimaksud Tridharma perguruan tinggi

2. Memahami Budaya Akademik

3. Serta mengenali betul peran dan cara mengaktualisasikan pancasila


sendiri dalam kehidupan, terutama dalam lingkungan kampus

1.4 Manfaat Penulisan

Setelah penulis mencoba makna dari pancasila sebagai dasar Negara,


maka penulispun tersadar akan pentingnya nilai pancasila tersebut untuk
diaktualisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Terutama dalam lingkungan
kampus yang memang kebetulan terdiri dari berbagai macam suku, adat serta
agama. Karena dasar pemikiran tersebutlah, maka sangat layak dan pantas
makna, peran pancasila kembali ditulis guna untuk kembali dibaca sebagai
salah satu bahan penyadaran diri setiap individu agar kembali mengintropeksi
dirinya untuk berprilaku sesuai dengan makna pancasilaDimana dengan
berjiwa pancasila tersebut, akan terangakai kehidupan yang matang, selaras
dan akan jauh dari poermasalahan yang didasarkan karena perbedaan adapt,
suku bahkan agama tersendiri. Maka dari itu, penulis menganggap sangat perlu
menulis makalah ini.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Aktualisasi Pancasila di Indonesia adalah sebagai dasar filsafat negara,


pandangan hidup bangsa, dan ideologi negarai. Aktualisasi Pancasila secara
subjektif adalah perwujudan kesadaran inidvidu antara manusia Indonesia
sebagai warga negara yang taat dan patuh, baik aparat penyelenggara negara,
penguasa maupun elit politik dalam melaksanakan kegiatan politiknya selalu
berlandaskan moral Ketuhanan dan kemanusiaan yang sesuai dengan
Pancasila. Aktualisasi Pancasila secara objektif terwujud dalam bidang
kehidupan kenegaraan yaitu meliputi kelembagaan negara antara lain legislatif,
eksekutif, dan yudikatif, juga bidang pragmatis yaitu politik, ekonomi, sosial
budaya, hukum (perundang-undangan), pertahanan dan keamanan serta dunia
pendidikan. Salah satu bentuk aktualisasi Pancasila di ranah pendidikan dalam
hal ini lebih difokuskan pada perguruan tinggi, baik jenjang diploma, akademi,
sekolah tinggi, institut, juga universitas. Perguruan tinggi adalah suatu wadah,
forum ilmiah atau masyarakat intelektual; yang notabene menjalankan budaya
akademis, tidak tersangkut dalam kegiatan politik praktis atau egitimasi
kepentingan penguasa. Dunia perguruan tinggi harus bersih dan berpegang
teguh pada komitmen moral yangbersumber pada Ketuhanan dan kemanusiaan,
bertanggung jawab secara moral-spiritual, bertanggung jawab terhadap bangsa
dan negara serta mengabdikan diri untuk kesejahteraan manusia.

Aktualisasi berasal dari kata aktual, yang berarti betul-betul ada, terjadi,
atau sesungguhnya, hakikatnya. Dimana pancasila memang sudah jelas berdiri
di Negara Indonesia sebagai dasar Negara dan ideologi Negara. Aktualisasi
Pancasila adalah bagaimana nilai-nilai Pancasila benar-benar dapat tercermin
dalam sikap dan perilaku seluruh warga negara mulai dari aparatur dan
pimpinan nasional sampai kepada rakyat biasa. Nilai-nilai Pancasila yang
bersumber pada hakikat Pancasila adalah bersifat universal, tetap dan tak

3
berubah. Nilai-nilai tersebut dapat dijabarkan dalam setiap aspek dalam
penyelenggaraan Negara dan dalam wujud norma-norma, baik norma hukum,
kenegaraan, maupun norma-norma moral yang harus dilaksanakan dan
diamalkan oleh setiap warga Negara Indonesia.

Aktualisasi Pancasila dapat dibedakan atas dua macam yaitu :

a. Aktualisasi objektif, Aktualisasi Pancasila yang objektif adalah aktualisasi


pancasila dalam berbagai bidang kehidupan kenegaraan yang meliputi
kelembagaan Negara antara lain, legislatif, eksekutif, maupun yudikatif.
Selain itu juga meliputi bidang-bidang aktualisasi lainnya. Seperti politik,
ekonomi, hokum terutama dalam penjabaran kedalam undang-undang,
garis-garis besar haluan Negara, hankam, pendidikan maupun bidang
kenegaraan lainnya.

b. Aktualisasi Subjektif, Aktualisasi Pancasila yang subyektif adalah


aktualisasi pancasila pada setiap individu terutama dalam aspek moral
dalam kaitannya dengan hidup Negara dan masyarakat. Aktualisasi yang
subjektif tersebut tidak terkecuali baik warga Negara biasa, aparat
pentelenggara Negara, penguasa Negara, terutama kalangan elit politik
dalam kegiatan politik, maka dia perlu mawas diri agar memiliki moral
ketuhanan dan kemanusiaan sebagaimana terkandung dalam pancasila.

Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,


berbangsa dan bernegara memerlukan kondisi dan iklim yang memungkinkan
segenap lapisan masyarakat yang dapat mencerminkan nilai-nilai Pancasila itu
dan dapat terlihat dalam perilaku. Perpaduan ciri tersebut di dalam kehidupan
kampus melahirkan gaya hidup tersendiri yang merupakan variasi dari corak
kehidupan yang menjadikan kampus sebagai pedoman dan harapan
masyarakat.

4
A. Tridharma Perguruan Tinggi
Pembangunan di Bidang Pendidikan yang dilaksanakan atas falsafah
Negara Pancasila diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangunan
yang berjiwa Pancasila, membentuk manusia-manusia Indonesia yang sehat
jasmani dan rohaninya, memiliki pengetahuan dan keterampilan, dapat
mengembangkan kecerdasan yang tinggi disertai budi pekerti yang luhur,
mencintai bangsa dan negara dan mencintai sesama manusia.

Peranan perguruan tinggi dalam usaha pembangunan mempunyai tugas


pokok menyelenggarakan pendidikan dan pegajaran di atas perguruan tingkat
menengah berdasarkan kebudayaan bangsa Indonesia dengan cara ilmiah yang
meliputi: pendidikan dan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, yang disebut Tri Darma Perguruan Tinggi.

Peningkatan peranan Perguruan Tinggi sebagai satuan pendidikan yang


menyelenggarakan pendidikan tinggi dalam usaha pembangunan selain
diarahkan untuk menjadikan Perguruan Tinggi sebagai pusat pemeliharaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni, juga mendidik
mahasiswa untuk berjiwa penuh pengabdian serta memiliki tanggung jawab
yang besar pada masa depan bangsa dan Negara, serta menggiatkan
mahasiswa, sehingga bermanfaat bagi usaha pembangunan nasional dan
pengembangan daerah.

Perlu diketahui, bahwa pendidikan tinggi sebagai institusi dalam


masarakat bukanlah merupakan menara gading yang jauh dari kepentingan
masyarakat, melainkan senantiasa mengembangkan dan mengabdi kepada
masarakat. Maka menurut PP. No. 60 Th. 1999, bahwa Perguruan Tinggi
mempunyai 3 tugas pokok, yaitu:

1. Melaksanakan Pendidikan dan Pengajaran


Lembaga Pendidikan tinggi memiliki tugas melaksanakan
pendidikan untuk menyiapkan ,membentuk,dan menghasilkan sumber
daya yang berkualitas

5
a) Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang
memiliki kemampuan akademik atau profesional yang dapat
menerapkan,mengembangkan atau memperkaryakhasanah ilmu
pengetahuan,teknologi dan kesenian.
b) Mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan,teknologi
dan kesenian serta mengupayakan penggunaannya untuk
meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan memperkaya
kebudayaan nasional.

2. Penelitian

Penelitian adalah suatu kegiatan telaah yang taat kaidah ,bersifat


objektif dalam upaya menemukan kebenaran dan menyelesaikan masalah
dalam ilmu pengetahuan ,teknologi dan kesenian.dalam suatu kegiatan
peanelitianselulruh unsur dalam penelitsian senantiasa mendasarkan pada
suatu paradigma tertentu,baikpermasalahan,hipotesis,kajianteoretik
maupun pendekatan metode,model,dan teknik yang dikembangkannya

Dasar-dasar nilai dalam pancasila menjiwai moral peneliti


sehingga suatu penelitian dapat bersifat objektif dan
ilmiah.penelitiandilalkukandilaboratorium,pengkondisiandilapangan atau
dimanasaja.pemelitian bersifat objektif dan ilmiah,kaidah serta untuk
menemukan kebenaran ilmiah atau menyelesaikan masalah dalam ilmu
pengetahuan,teknologi,sosial,politik,humaniora,budaya dan seni.penelitian
harus berpegang pada moral kejujuran yang bersumber kepada nilai-nilai
pancasila yang demikian,suatu penelitian harus selalu memperhitungkan
mafaat bagi masyarakat luas serta untuk meningkatkan harkat dan
martabat manusia yang berlandaskan pancasila.

6
3. Pengabdian kepada masyarakat

Pengabdian kepada msyarakat adalah suatu kegiatan yang


memanfaatkan ilmu pengetahuan dalam upaya memberikan sumbangan
demi kemajuan masyarakat realisasi pengabdian kepada masyarakat
dengan sendirinya disesuaikan dengan ciri khas,sifat serta karakteristik
bidang ilmu yang dikembangkan oleh perguruan Tinggi yang
bersangkutan.

Aktualisasi pengabdian kepada masyarakat ini pada hakikatnya


merupakan suatu aktualisasi pengembangan ilmu pengetahuan demi
kesejahteraan umat manusia.Kegiatan pengabdian kepada masyarakat
sebenarnya merupakan suatu aktualisasi kegiatan masyarkat ilmiah
perguruan tinggi yang dijiwai oleh nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan
sebagaimana terkandung dalam pancasila.

Warga perguruan Tinggi adalah insan-insan yang memiliki


wawasan dan integritas ilmiah.Oleh sebab itu, masyarakat akademik
harus selalu mengembangkan budaya akademik atau nudaya ilmiah yang
berupa esensi dari aktivitas perguruan tinggi.

Ciri-ciri Masyarakat ilmiah sebagai budaya akademik menurut


suhadi (dalam pasaribu ,2016: 121) adalah kritis ,kreatif,analitis,objektif,
konstruktif,dinamis,dialogis,menghargai prestasi ilmiah/akademik, bebas
dari prasangka ,menghargai waktu,,menghargai dan menjunjung tinggi
tradisi ilmiah,berorientasi ke masa depan,menerima kritik dan kemitraan .

Jadi, di Perguruan Tinggi atau yang biasa disebut dengan kampus,


tidak hanya mengajar akan tetapi mendidik. Dimana dengan didikan tersebut
mahasiswa akan lebih didampingi baik secara intelektual dan emosional.
Contoh umumnya adalah bagaimana cara mahasiswa bergaul dalam sehari-hari
mereka dengan berpedoman pada pancasila.

7
B. Budaya Akademik

Budaya merupakan nilai yang dilahirkan oleh warga masyarakat yang


mendukungnya. Budaya akademik merupakan nilai yang dilahirkan oleh
masyarakat akademik yang bersangkutan.

Masyarakat akademik di manapun berada, hendaklah perkembangannya


dijiwai oleh nilai budaya yang berkembang di lingkungan akademik yang
bersangkutan. Suatu nilai budaya yang mendorong tumbuh dan
berkembangnya sikap kerja sama, santun, mencintai kemajuan ilmu dan
teknologi, serta mendorong berkembangnya sikap mencintai seni.

Perguruan tinggi sebagai suatu institusi dalam masyarakat memiliki cirri


khas tersendiri disamping lapisan-lapisan masyarakat lainnya. Warga dari suatu
perguruan tinggi adalah insane-insan yang memiliki wawasan dan integritas
ilmiah. Oleh karena itu masyarakat akademik harus senantiasa
mengembangkan budaya ilmiah yang merupakan esensi pokok dari aktivitas
perguruan tinggi. Terdapat sejumlah cirri masyarakat ilmiah sebagai budaya
akademik. Yaitu, kritis, kreatif, objektif, analitis, konstruktif, dinamis,
dialogis, menerima kritik, menghargai prestasi ilmiah/akademik, bebas dari
prasangka, menghargai waktu, memiliki dan menjunjung tinggi tradisi ilmiah,
berorientasi ke masadepan, kesejawatan/kemitraan (PPMB 1990 II-2).
Masyarakat ilmiah inilah yang harus dikembangkan dan merupakan budaya
dari suatu masyarakat akademik.\

Dalam kamus bahasa Indonesia,di ungkapkan bahwa definisi akademik


berakar dari kata akademi yang berarti lembaga pendidikan tinggi yang
mendidik tenaga professi,sedangkan arti akademik adalah bersifat
akademik,memiliki kesejajaran istilah akademis,yaiitu mengenai
akademi,memiliki kesejajaran istilah akademis,yaitu mengenai
akademi,bersifst teori tanpa arti praktis yang berlangsung;bersifatakademik
atau bersifat ilmu pengetahuan, istilah akademis selanjutnya mencakup
pengertian kegiatan intelektual yang besifatrefleksif,kritis,dan sistematis

8
Pemikiran intelektual dalam lingkup akademik berkaitan dengan nilai-
nilai pancasila sebagai berikut :

1. Pengolahan ilmiah mengenai Pancasila, adanya atau eksistensi objektif


Pancasila, Pancasila sebagai data empiris, yaitu sebagai ideology, dasar
Negara, dan sumber hukum yang terjadi di dalam sejarah. Sasaranini
dilakukan dengan penelusuran ilmiah terutama dengan menggunakan
disiplin sejarah.
2. Mengungkapkan ajaran yang terkandung dalam Pancasila, yaitu
mempelajari faktor-faktor objektif yang membentuk adanya Pancasila
itu. Penelusurannya dilakukan dengan pendekatan disiplin ilmu
kebudayaan, termasuk di dalamnya etimologi. anthropologi, sosiologi,
hukum, bahasa, dan ilmu kenegaraan. Dengan menggali faktor-faktor
yang ikut membentuk perkembangan pemikiran mengenai Pancasila,
dapat pula diungkapkan isi maupun fungsi pancasila secara analitis.
3. Renungan refleksif dan sistematis mengenai Pancasila yang sifatnya
diolah dengan menggunakankeyakinan- keyakinan pribadi mengenai
kebenaran-kebenaran yang sifatnya mendasari. Jenis pendekatan ketiga
ini adalah kegiatan intelektual yang dilakukan dalam rangka filsafat
atau teologi. Perbedaannya adalah teologi renungan fundamental
mengenai Pancasila dilaksanaka renungan berdasarkan kepada wahyu
yang diimani, sedangkan dalam filsafat renungan mendasar mengenai
Pancasila dilaksanakan atas dasar keyakinan pemikiran dan pengalaman
manusiawi.
4. Studi komparasiantara ajaran Pancasila dengan ajaran lain. Kegiatan
ini dapat dilakukan dalam rangka pemikiran filosofi, teologi, atau
kegiatan ilmiah. Namun, masing-masing mempunyai metodologinya
sendiri- sendiri. Studi perbandingan ini mempunyai persyaratan yang
banyak. Ajaran-ajaran Pancasila maupun ajaran lain diselami terlebih
dahulu, dan baru kemudian dibandingkan. Didalam studi seperti ini
masing-masing ajaran berkedudukan sebagai Normansetnormata satu
dengan yang lain.

9
5. Pengolahan ilmiah mengenai pelaksanaan Pancasila, yaitu masalah
pelaksanaan atau operasionalisasinya. Pemikiran akademik itu dapat
bergerak, baik dalam ruang lingkup das sain maupun das sollen. Dalam
kaitan dengan pemikiran akademis itu, baik ilmu filasafat maupun
teologi dapat mempunyai fokus pada ruang lingkup kenyataan atau
ruang lingkup praktis (Pranarka, 1985: 375).

Dalam kerangka memberdayakan masyarakat terdidik agar lebih


berbudaya, menurut Soedijarto (2000) terdapat beberapa kunci dasar yang
dapat diterapkan sebagai berikut:
1. Pengembangan manusia seutuhnya, termasuk pengembangan
skill yang mampu beradaptasi dengan perubahan
2. Pengembangan pendidikan yang dapat menumbuhkan perspektif
historis yaitu kesadaran akan nilai-nilai yang diyakini sangat
dibutuhkan masyarakat madani indonesia.
3. Pengembangan isi pembelajaran (kurikulum) pendidikan sekolah
yang berbasis pada niali-nilai kebudayaan nasional
4. Pengembangan pendidikan nasional melalui pemberdayaan dan
penggunaan media komunikasi.

Pemaparan di atas menegaskan bahwa perguruan tinggi berperan


sebagaí pusat budaya karena hampir semua unsur dan/atau wujud kebudayaan
digunakan untuk acuan materi perkuliahan. Pendidikan tinggi merupakan
lembaga yang didesain untuk memperlancar transmisi budaya antargenerasi.
Artinya, melalui konten perkuliahan, mahasiswa memperoleh kesempatan
untuk mengkaji secara proporsional, baik aspek kompetensi IPTEK maupun
moral -kebudayaan.

10
C. Perguruan Tinggi sebagai Moral Force Pengembangan Hukum dan HAM

Permasalahan utama yang perlu mendapatkan perhatian dalam


rangka pendidikan Pancasila ini adalah pembangunan Hukum dan Hak Asasí
Manusia (HAM). Berbagai persoalan utama dalam kehidupan ketatanegaraan
sejak kemerdekaan terkait erat dengan kekuatan moral (moral force) dari
kalangan perguruan tinggi. Gairah reformasi yang menjadi tuntutan utama dan
bermula di dunia kampus tentu saja tidak lepas dari upaya mereka dalam
mencari solusi pemecahan permasalahan bangsa Indonesia. Reformasi
menyeluruh yang dikehendaki oleh seluruh lapisan masyarakat adalah tuntutan
agar kedaulatan rakyat dalam penyelenggaraan Republik Indonesia ditegakkan.
Oleh sebab itu, perwujudan Negara berdasarkan kepada hukum dan
pemerintahan yang konstitusional benar-benar dapat diabadikan untuk
memenuhi aspirasi dan kepentingan rakyat sesuai dengan tujuan Negara.

Permasalahan aktual tentang hukum di Indonesia yang mendesak


untuk dicarikan solusinya adalah independensi institusi lembaga peradilan,
lawenforcement, dan masalah HAM. Tugas penting dan berat yang diterima
sarjana hukum termasuk kalangan perguruan tinggi adalah menciptakan
masyarakat Indonesia baru yang didasarkan pada Pancasila melalui hukum.
Rekayasa socialtersebut menurut Satjipto (dalam Dewi Tri W., 2016: 1-6)
dimulai dari sumber nilai-nilai yang merupakan orientasi tertinggi dalam teknik
pengaturan hukum. Penjabaran Pancasila ke dalam postulat hukum terlebih
dahulu, sebagai langkah sistematis memasukan Pancasila ke dalam sistem
hukum Indonesia. Postulat hukum yang diusulkan dan didasarkan pada
Pancasila ini dimulai dengan diinginkan dalam suatu masyarakat yang
berdasarkan Pancasila.
Penegakan HAM, khususnya untuk menyatakan apa yang dianggap
benar, seharusnya menjamin bahwa kemakmuran yang diperoleh oleh suatu
Negara secara nyata di rakyat kecil dapat menikmatinya. Perguruan tinggi
melalui kajian ilmiah, mimbar akademik yang bebas, budaya akademik, dan
berpikir rasional objektif dengan menggunakan metode ilmiah dalam kerangka

11
pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi, akan mempunyai peluang yang
sangat besar untuk berperan serta sebagai kekuatan moral (moral force) untuk
mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Kampus merupakan wadah kegiatan pendidikan, penelitian, dan
pengabdian masyarakat, sekaligus merupakan tempat persemaian dan
perkembangan nilai-nilai luhur. Kampus merupakan wadah perkembangan
nilai-nilai moral, di mana seluruh warganya diharapkan menjunjung tinggi
sikap yang menjiwai moralitas yang tinggi dan dijiwai oleh pancasila.

Kampus merupakan wadah membentuk sikap yang dapat memberikan


kekuatan moral yang mendukung lahir dan berkembangnya sikap mencintai
kebenaran dan keadilan dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Masarakat kampus sebagai masyarakat ilmiah harus benar-benar


mengamalkan budaya akademik. Masarakat kampus wajib senantiasa
bertanggung jawab secara moral atas kebenaran obyektif, bertanggung jawab
terhadap masarakat bangsa dan negara, serta mengabdi pada kesejahteraan
kemanusiaan. Oleh karena itu sikap masarakat kampus tidak boleh tercemar
oleh kepentingan-kepentingan politik penguasa sehingga benar-benar luhur dan
mulia.

a. Kampus Sebagai Sumber Pengembangan Hukum


Dalam rangka bangsa Indonesia melaksanakan reformasi dewasa ini
suatu agenda yang sangat mendesak untuk mewujudkan adalah
reformasi dalam bidang hukum dan peraturan perundang- undangan.
Negara indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum, oleh
karena itu dalam rangka melakukan penataan Negara untuk
mewujudkan masyarakat yang demokratis maka harus menegakkan
supremasi hukum. Agenda reformasi yang pokok untuk segera
direalisasikan adalah untuk melakukan reformasi dalam bidang
hukum. Konsekuensinya dalam mewujudkan suatu tatanan hukum

12
yang demokratis, maka harus dilakukan pengembangan hukum
positif.
Sesuai dengan tatib hukum Indonesia dalam rangka
pengembangan hukum harus sesuai dengan tatib hukum Indonesia.
Berdasarkan tatib hukum Indonesia maka dalam pengembangan
hukum positif Indonesia, maka falsafah negara merupakan sumber
materi dan sumber nilai bagi pengembangan hukum. Hal ini
berdasarkan Tap No. XX/MPRS/1966, dan juga Tap No.
III/MPR/2000. namun perlu disadari, bahwa yang dimaksud dengan
sumber hukum dasar nasional, adalah sumber materi dan nilai bagi
penyusunan peraturan perundang-undangan di Indonesia. Dalam
penyusunan hukum positif di Indonesia nilai pancasila sebagai
sumber materi, konsekuensinya hukum di Indonesia harus bersumber
pada nilai-nilai hukum Tuhan (sila I), nilai yamh terkandung pada
harkat, martabat dan kemanusiaan seperti jaminan hak dasar (hak
asasi) manusia (sila II), nilai nasionalisme Indonesia (sila III), nilai
demokrasi yang bertumpu pada rakyat sebagai asal mula kekuasaan
negara (sila IV), dan nilai keadilan dalam kehidupan kenegaraan dan
kemasyarakatan (sila V). Selain itu, tidak kalah pentingnya dalam
penyusunan dan pengembangan hukum aspirasi dan realitas
kehidupan masyarakat serta rakyat adalah merupakan sumber materi
dalam penyusunan dan pengembangan hukum.
b. Kampus Sebagai Kekuatan Moral Pembangunan Hak Asasi Manusia
Dalam penegakan hak asasi manusia tersebur, mahasiswa sebagai
kekuatan moral harus bersikap obyektif, dan benar-benar berdasarkan
kepentingan moral demi harkat dan martabat manusia, bukan karena
kepentingan politik terutama kepentingan kekuasaan politik dan
konspirasi kekuatan internasional yang ingin menghancurkan negara
Indonesia. Perlu kita sadari bahwa dalam penegakan hak asasi
tersebut, pelanggaran hak asasi dapat dilakukan oleh seseorang,

13
kelompok orang termasuk aparat negara, penguasa negara baik
disengaja ataupun tidak disengaja (UU. No. 39 Tahun 1999).
Dasawarsa ini, kita melihat dalam menegakkan hak asasi
seringkali kurang adi. Misalnya kasus pelanggaran di Timur-timur,
banyak kekuatan yang mendesak untuk mengusut dan mernyeret
bangsa sendiri ke Mahkamah Internasional. Namun, ratusan ribu
rakyat kita. Seperti korban kerusuhan Sambas, Sampit, Poso dan
lainnya tidak ada kelompok yang mau memperjuangkannya. Padahal
hak asasi mereka sudah diinjak-injak, jelaslah kejadian serta
menderitanya mereka sama. Akan tetapi tetap tidak ada yang mau
menolong.

Jadi, marilah kita sebagai mahasiswa pencetus terjadinya reformasi, mari kita
tujukan pada dunia bahwa kita mampu dalam merealisasikan semua cita-cita
dan tujuan dasar dari reformasi. Akan tetapi disamping itu, perlu kita sadari
juga bahwasanya kita merupakan mahasiswa sebagai tonggak dari penjunjung
tinggi hak asasi manusi masihlah belum maksimal kinerjanya untuk hal yang
disebutkan diatas. Maka, dari detik ini. Kita sebagai generasi bangsa haruslah
benar-benar menanamkan nilai-nilai pancasila dalam setiap prilaku kita.
Dimanapun, dan pada siapapun.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila sebagai aktualisasi diri yang berarti betul-betul ada, terjadi atau
sesungguhnya. Sehingga terbentuklah aktualisasi objektif dan subjektif.
Aktualisasi Pancasila yang objektif adalah pelaksanaan Pancasila dalam bentuk
realisasi dalam setiap aspek penyelenggaraan negara, baik di bidang legislatif,
eksekutif, yudikatif maupun semua bidang kenegaraan lainnya. Aktualisasi
Pancasila yang subyektif adalah pelaksanaan dalam sikap pribadi, perorangan,
setiap warga negara, setiap individu, setiap penduduk, setiap penguasa, dan
setiap orang Indonesia.
Aktualisasi diripun meliputi mencakup dalam tridarma perguruan tinggi, budaya
akademik dan lingkungan kampus sebagai moral force pengembangan hukum
dan HAM, yang mencerminkan bahwa aktualisasi diri itupun benar-benar ada
dan terjadi disekitar kita. Terrmasuk dalam lingkungan kampus.

B. Saran
Sebelum kita terlampau melangkah jauh, menyisakan jejak yang tidak
pantas bagi seorang mahasiswa. Marilah kita kembali pahami arti dari
keberadaan pancasila itu sendiri. Serta kita harus sadar diri, bahwa kitalah yang
akan memegang Negara kita ini. Maka dari itu, mulai saat ini, biasakanlah
berprilaku, bertindak bahkan menganbil keputusan dengan jiwa pancasila kita.
Karena dengan itulah, akan terwujud bangsa yang makmur serta tujuan Negara
akan mudah dicapai.

15

Anda mungkin juga menyukai