Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELLITUS II

I. KONSEP MEDIS

A. Pengertian

Diabetes berasal dari bahasa yunani yang berarti “mengalirkan atau mengalihkan”
(siphon). Melitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau madu. Penyakit
diabetes mellitus bisa diartikan individu yang mengalirkan volume urine yang banyak
dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes mellitus adlah penyakit hiperglikemia yang ditandai
dengan ketidakadaan absolute insulin/penurunan relative intensitivitas sel pada insulin
(Corwin, 2009)
Diabetes Melitus adalah penyakit seumur hidup yang tidak bisa di sembuhkan
namun kadar gula darah dapat di kendalikan sedemikian rupa sehingga selalu sama
dengan kadar glukosa orang normal atau dalam batas normal (Meydani, 2011)
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit metabolik karena adanya masalah
pada pengeluaran insulin, aksi insulin atau keduanya. (Ig natavicius, Workman &
Winkelman; 2016)

B. Klasifikasi

Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :


1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)

Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel beta dari
pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan oleh proses autoimun.
Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol kadar gula darah. Awitannya mendadak
biasanya terjadi sebelum usia 30 tahun.
2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)

Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi ini
diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten insulin) atau akibat
penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan pertama adalah dengan diit dan olah
raga, jika kenaikan kadar glukosa darah menetap, suplemen dengan preparat
hipoglikemik (suntikan insulin dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol
hiperglikemia). Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan
pada mereka yang obesitas.
3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat, infeksi, antibodi,
sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan karakteristik gangguan endokrin.
4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)

Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap diabetes.

C. Etiologi

1. Diabetes tipe I:

a. Faktor genetik

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi
suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe
antigen HLA.

b. Faktor-faktor imunologi

Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi


terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan
tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu antibodi
terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.

c. Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pankreas, sebagai pola
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel β pankreas.

2. Diabetes Tipe II

Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang
peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 tahun)
b. Obesitas
c. Riwayat keluarga

D. Patosifisiologi
Patofisiologi Diabetes Melitus (Tipe II).

Pada diabetes tipe II terdapat dua dilemma yang bekerjasama dua dilema yang
bekerjasama dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin.
Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai
jawaban terikatnya insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi
dalam metabolisme glukosa didalam sel. Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif
untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Akibat intoleransi glukosa yang
berlangsung lambat dan progresif maka awitan diabetes tipe II dapat berjalan tanpa
terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut sering bersifat ringan dan dapat
mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria, polidipsia, luka yang lama sembuh, infeksi
vagina atau pandangan yang kabur. (jikalau kadar glukosanya sangat tinggi)

Penyakit diabetes membuat gangguan/komplikasi melalui kerusakan pada


pembuluh darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetic. Penyakit ini berjalan
kronis dan terbagi dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular)
disebut makroangiopati, dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut
mikroangiopati. Ulkus diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar
dibanding pintu masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya proses
pembentukan ulkus bekerjasama dengan hiperglikemia yang berfek terhadap saraf
perifer, kolagen, keratin dan suplai vaskuler. Dengan adanya tekanan mekanik terbentuk
keratin keras pada tempat kaki yang mengalami beban terbesar. Neuropati sensoris
perifer memungkinkan terjadinya syok berulang menyebabkan terjadinya kerusakan
jaringan dibawah area kalus. Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan
akhirnya rupture hingga permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan
penyembuhan luka gula menghalangi resolusi. Mikroorganisme yang masuk
mengadakan kolonisasi di daerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed
space infection. Akhirnya sebagai konsekuensi sistem imun yang abnormal, bacteria
sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke jaringan sekitarnya.

E. Tanda dan Gejala

1) Gejala awal pada penderita Dm, Adalah :

a. Poliuria (peningkatan volume urine)

b. Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat besar dan
keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel. Dehidrasi intrasel mengikuti
dehidrasi ekstrasel karena air intrasel akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan
gradien konsentrasi ke plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel
merangsang pengeluaran ADH (Antidiuretic hormone) dan menimbulkan rasa haus.

c. Polifagia ( peningkatan rasa lapar) sejumlah kalori hilang kedalam air kemih,
penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk mengkompensasi hal ini penderita
seringkali merasa lapar yang luar biasa.

d. Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada pasien diabetes
lama, katabolisme protein diotot dan ketidakmampuan sebagian besar sel untuk
menggunakan glukosa sebagai energi.

2) Gejala lain yang muncul :

a. Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan pembentukan anti
bodi.

b. Kelainan kulit gatal-gatal

c. Kelainan ginekologis, keputihan

d. Kesemutan akibat neuropati.

e. Kelemahan tubuh

f. Penurunan energi metabolik

g. Luka yang lama sembuh

h. penglihatan kabur.

F. Komplikasi

Beberapa komplikasi dari Diabetes Mellitus (Mansjoer dkk,) adalah


1. Akut

a. Hipoglikemia dan hiperglikemia : Hipoglikemia ditandai dengan menurunnya kadar


glukosa darah hingga mencapai <60 mg/dL. Gejala hipoglikemia terdiri dari gejala
adrenergik (berdebar, banyak keringat, gemetar, rasa lapar) dan gejala neuro-glikopenik
(pusing, gelisah, kesadaran menurun sampai koma)

b. Penyakit makrovaskuler : mengenai pembuluh darah besar, penyakit jantung


koroner (cerebrovaskuler, penyakit pembuluh darah kapiler).

c. Penyakit mikrovaskuler, mengenai pembuluh darah kecil, retinopati, nefropati.

d. Neuropati saraf sensorik (berpengaruh pada ekstrimitas), saraf otonom


berpengaruh pada gastro intestinal, kardiovaskuler.

2. Komplikasi menahun Diabetes Mellitus


a. Neuropati diabetik

b. Retinopati diabetik

c. Nefropati diabetik

d. Proteinuria

e. Kelainan koroner

f. Ulkus/gangren

Terdapat lima grade ulkus diabetikum antara lain:


1) Grade 0 : Tidak ada luka

2) Grade I : Kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit

3) Grade II : Kerusakan kulit mencapai otot dan tulang

4) Grade III : Terjadi abses

5) Grade IV : Gangren pada kaki bagian distal

6) Grade V : Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

G. Pemeriksaan Penunjang

1. Glukosa darah sewaktu

2. Kadar glukosa darah puasa

3. Tes toleransi glukosa

4. Insulin darah: mungkin menurun/ tidak ada (Tipe I) atau normal sampai tinggi
(Tipe II).

5. Urine: gula dan aseton positif.

6. Trombosit darah: Ht meningkat (dehidrasi), leukositosis dan hemokonsentrasi


merupakan respon terhadap stress atau infeksi.
7. Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya ISK, infeksi pernafasan dan infeksi
luka.

Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)
Kategori Bukan DM Belum pasti DM DM
Kadar glukosa darah sewaktu
- Plasma vena
- Darah kapiler < 100 100-200 >200
Kadar glukosa darah puasa <80 80-200 >200
- Plasma vena
- Darah kapiler <110 110-120 >126
<90 90-110 >110

Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali


pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl

H. Penatalaksanaan

Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan


kadar glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada pola aktivitas
pasien.

Ada 3 komponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu :


1. Diet
A. Syarat diet DM hendaknya dapat :

1) Memperbaiki kesehatan umum penderita

2) Mengarahkan pada berat badan normal

3) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik

4) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda

5) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keasaan penderita

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti


pedoman 3 J yaitu :
1) Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi atau
ditambah

2) Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya

3) Jenis makanan yang manis harus dihindari

B. Prinsip diet DM, adalah :

1) Jumlah sesuai kebutuhan

2) Jadwal diet Ketat

3) Jenis; boleh dimakan/tidak

C. Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan


kandungan kalorinya.

1) Diit DM I : 1100 kalori

2) Diit DM II : 1300 kalori

3) Diit DM III : 1500 kalori

4) Diit DM IV : 1700 kalori

5) Diit DM V : 1900 kalori

6) Diit DM VI : 2100 kalori

7) Diit DM VII : 2300 kalori

8) Diit Dm VIII : 2500 kalori

Keterangan :
Diit I – III : Diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk.
Diit IV-V : Diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
Diit VI-VIII : Diberikan kepada penderita kurusm diabetes remaja,
atau diabetes komplikasi.

2. Latihan

Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah :

a. Meningkatkan kepekaan insulin, apabila dikerjakan setiap 1 1/2 jam


sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin
dan meningkatkan sensivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan bila ditambah latihan pagi dan sore

c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah suplai oksigen

d. Meningkatkan kadar kolesterol – high density lipoprotein

e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru.

f. Menurunkan kolesterol (total) dan trigeserida dalam darah karena


pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

3. Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan masyarakat di rumah sakit merupakan salah satu bentuk


penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau
media misalnya : leaflet, poster, TV, Kaset video, diskusi kelompok dan
sebagainya.

II. Konsep Keperawatan

A. Pengkajian

1. Riwayat Kesehatan Keluarga

Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?

2. Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya

Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi


insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa
saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.

3. Aktivitas/ Istirahat :

Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.

4. Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada
ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan
tekanan darah ,Ego,Stress, ansietas

5. Eliminasi

Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare.

6. Makanan / Cairan

Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus,
penggunaan diuretik.

7. Neurosensori

Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot,


parestesia,gangguan penglihatan.

8. Nyeri / Kenyamanan

Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)

9. Pernapasan

Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergantung adanya infeksi / tidak)

10. Keamanan

Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


intake nutrisi tidak adekuat.

3. Intolerasi aktivitas berhubugan dengan kelemahan otot.

4. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan


nafas.

5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang penyakit.


6. Resiko Infeksi berhubungan dengan adanya abses pada leher
INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan dan Kriteria Intervensi


No Diagnosa
NOC NIC
1. Nyeri akut Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam Manajemen nyeri :
pada Tn.M diharapkan tingkat kenyamanan atau nyeri
Domain 12 : Kenyamanan Dengan Kriteria Hasil: 1. Kaji tingkat nyeri secara komprehensif
Kelas 1 : Kenyamanan fisik 1. Klien mengatakan nyeri berkurang (skala 2-3)
Kode : 00132 2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
2. Ekspresi wajah tenang
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui
Definisi : 3. Klien dapat istirahat dan tidur pengalaman nyeri klien sebelumnya.
Pengalaman sensori dan
emosional tidak menyenangkan 4. Kontrol lingkungan yang mempengaruhi nyeri seperti suhu
yang muncul akibat kerusakan ruangan, pencahayaan, kebisingan.
jaringan aktual atau potensial
atau yang digambarkan sebagai 5. Kurangi presipitasi nyeri.
kerusakan (International 6. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologis/non
Association for the Study of farmakologis).
Pain)
Batasan Karakteristik : 7. Ajarkan teknik non farmakologis
 Bukti nyeri dengan
menggunakan standar 8. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri.
daftar periksa nyeri untuk
pasien yang tidak dapat 9. Anjurkan klien untuk meningkatkan istirahat
mengungkapkannya.
10. Evaluasi tindakan pengurang nyeri/kontrol nyeri.
 Dilatasi pupil 11. Kolaborasi dengan dokter bila ada komplain tentang
pemberian analgetik tidak berhasil.
 Ekspresi wajah nyeri
(mis.mata kurang 12. Monitor penerimaan klien tentang manajemen nyeri.
bercahaya, tampak kacau)

 Mengekspresikan perilaku
Administrasi analgetik :
(gelisah, menangis)

 Perubahan selera makan 1. Cek program pemberian analogetik; jenis, dosis, dan
frekuensi.
Faktor yang berhubungan :
 Agens cedera biologis 2. Cek riwayat alergi.
(Mis.infeksi, iskemia,
neoplasma) 3. Tentukan analgetik pilihan, rute pemberian dan dosis
optimal.
 Agens cedera fisik (mis.
Abses, amputasi, luka
4. Monitor TTV sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
bakar, terpotong, trauma,
mengangkat berat) 5. Berikan analgetik tepat waktu terutama saat nyeri muncul.
 Agens cedera kimiawi
6. Evaluasi efektifitas analgetik, tanda dan gejala efek
(mis. Luka bakar,
kapsaisin, metilen klorida, samping.
agens mustard)
2 Ketidakseimbangan nutrisi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam Nutrition management
kurang dari kebutuhan tubuh pada Tn.M diharapkan klien menunjukan status nutrisi 1. Kaji adanya alergi makanan.
yang adekuat dibuktikan dengan, 2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menetukan jumlah kalori
Domain 2 : Nutrisi dan nutrisi yang dibutukan pasien.
Kelas 1 : Makan Kriteria Hasil : 3. Anjurkan pasien untuk meningatkan protein dan vitamin C.
Kode : 00002 1. BB ideal sesuai dengan TB 4. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.

2. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi Nutrition Monitoring


Definisi :
3. Tidak ada tanda tanda malnutrisi 1. Monitor adanya penurunan BB.
Asupan nutrisi tidak cukup
2. Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang bisa dilakukan.
untuk memenuhi kebutuhan 4. Tidak terjadi penurunan BB yang berarti
3. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan,
metabolik
kongjungtiva
Batasan Karakterisik :
 Nyeri abdomen
 Menghindari makanan
 Berat badan 20% atau lebih
dibawah berat badan ideal
 Kerapuhan kapiler
 Kurang informasi
 Penurunan berat badan
 Dengan asupan makanan
adekuat
 Cepat kenyang setelah
makan

Faktor yang berhubungan :


 Faktor biologi
 Faktor ekonomi
 Ketidakmampuan untuk
mengabsorbsi nutrisi

3. Intolerasi Aktivitas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam Pengelolahan energy
1. Tentukan penyebab dari keterbatasaan.
pada Tn.M diharapkan klien akan menunjukan toleransi
Domain 4 : Aktivitas/istirahat 2. Monitor lokasi dari ketidaknyamanan atau nyeri selama
aktivitas ditandai dengan, Kriteria Hasil : aktivitas
Kelas 4 : Respon
Kardiovaskuler/ Pulmonal 1. Daya tahan tubuh meningkat, 3. Kurangi ketidaknyamanan fisik yang menggangu dengan
fungsi kognitif dan monitor / mengatur aktifitasnya.
2. Tidak tampak lemah dan ADL tidak dibantu lagi.
Definisi : 4. Batasi rangsangan lingkungan ( misal: cahaya dan
kebisingan) untuk fasilitas relaksasi
Ketidakcukupan energi
5. Batasi banyaknya pengunjung yang bisa menggangu bila
secara fisiologis untuk dibutuhkan.
mempertahankan atau
menyelesaikan aktivitas 6. Rencanakan aktivitas pasien ketika pasien memenuhi banyak
energi.
kehidupan sehari-hari yang
harus atau yang harus 7. Bantu dengan aktivitas fisik teratur (misal : ambulasi,
transfer, berubah posisi dan perawatan personal )sesuai
dilakukan. kebutuhan .

8. Konsul dengan ahli gizi tentang cara untuk meningkatkan /


Batasan Karakteristik : menambah intake yang tinggi untuk kebutuhan energi.
 Laporan verbal kelelahan
dan kelemahan.

 Respon terhadap aktivitas


menujukan nadi dan tekanan
darah abnormal.

 Dispna dan
ketidaknyamanan yang
sangat.

Faktor yang berhubungan :


 Tirah baring atau imobilisasi

 Ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan suplai
oksigen

 Gaya hidup yang menetap


4. Ketidakefektifan bersihan jalan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam Manajemen Jalan nafas
nafas 1. Lakukan pengurangan cemas
pada Tn.M diharapkan klien akan menunjukan jalan
Domain 11 : 2. Lakukan penghisapan lendir pada jalan nafas
nafas yang paten ditandai dengan, Kriteria Hasil :
Keamanan/Perlindungan
3. Lakukan fisioterapi dada
Kelas 2 : Cedera Fisik 1. Menunjukkan bersihan jalan napas yang efektif
Kode : 00031
yang dibuktikan oleh, pencegahan aspirasi, status
Definisi :
pernapasan: ventilasi tidak terganggu dan status Manajemen Batuk
Ketidakmampuan untuk
membersihkan sekresi atau pernapasan: kepatenan jalan napas 1. Berikan terapi oksigen
obstruksi dari saluran nafas
2. Menunjukkan status pernapasan: kepatenan jalan 2. Atur posisi klien
untuk mempertahankan bersihan
napas. 3. Beri obat : inhalasi
jalan nafas.
Batasan Karakteristik : 3. Mempunyai irama dan frekuensi pernapasan dalam 4. Anjurkan minum air hangat

 Batuk yang tidak efektif 5. Ajarkan untuk melakukan batuk efektif


rentang normal
 Dispnea
Monitor Pernafasan
 Gelisah
1. Beri bantuan ventilasi
 Perubahan pola nafas
2. Monitor Tanda-tanda vital
 Sianosis

 Suara nafas tambahan


 Sputum dalam jumlah yang
berlebihan

Faktor yang berhubungan :


Obstruksi jalan nafas
 Benda asing dalam jalan
nafas

 Penyakit paru obstruktif


kronis

 Spasme jalan nafas

 Skresi yang tertahan

5. Defisiensi pengetahuan Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam Teaching : disease Process
1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien
pada Tn.M diharapkan klien dan keluarga memahami
Domain 5 : Persepsi/Kognisi tentang proses penyakit yang spesifik
tentang penyakitnya dan perawatannya ditandai dengan,
Kelas 4 : Kognisi 2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini
Kriteria Hasil :
Kode : 00126 berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara
1. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman yang tepat.
Definisi : tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program
Ketiadaan atau defisiensi pengobatan 3. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada
informasi kognitif yang penyakit, dengan cara yang tepat.
2. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur
berkaitan dengan topik tertentu.
yang dijelaskan secara benar. 4. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.

3. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali 5. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengna cara yang
apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya tepat
Batasan Karakteristik : 6. Sediakan informasi pada pasien tentang kondisi, dengan
 Ketidakakuratan mengikuti cara yang tepat
perintah
7. Hindari harapan yang kosong
 Kurang pengetahuan
8. Sediakan bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien
 Perilaku tidak tepat dengan cara yang tepat
misalnya histeria, apatis,
9. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin
bermusuhan
diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan
datang dan atau proses pengontrolan penyakit.

Faktor yang berhubungan : 10. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan


 Gangguan fungsi kognitif
11. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan
 Gangguan memori second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan

 Kurang informasi 12. Eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan


cara yang tepat
 Kurang minat untuk belajar
13. Rujuk pasien pada grup atau agensi di komunitas lokal,
 Kurang sumber
dengan cara yang tepat.
pengetahuan
14. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
6 Resiko Infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam  Kontrol Infeksi
Faktor Resiko : pada Tn.M diharapkan klien sehat dan terhindar dari Aktivitas-aktivitas
 Adanya abses pada leher infeksi, di tandai dengan, Kriteria Hasil:
1. Ajarkan pasien dan keluarga mengenai tanda dan gejala
 Penurunan berat badan 1. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
infeksi
 Albumin : 2.2 2. Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor
2. Anjurkan pasien mengenai tekhnik mencuci tangan
 Adanya Penyakit Kronik : yang mempengaruhi penularan serta
dengan tepat.
Diabetes Mellitus penatalaksanaannya.
3. Pastikan tekhnik perawatan luka yang tepat.
3. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah
4. Dorong untuk beristirahat
timbulnya infeksi.
5. Ajarkan pasien dan anggota keluarga mengenai
4. Menunjukkan perilaku hidup sehat.
bagaimana menghindari infeksi.
BAGIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II
PROGRAM PROFESI NERS
STIKES MEGA REZKY MAKASSAR

LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELLITUS TIPE 2

DisusunOleh :

DIAN ANUGRAWATI S.Kep


17 3145 901 012

CI. Institusi CI. Lahan

( ) ( )

Dibuat Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Ners


Bagian Keperawatan Medikal Bedah II
STIKes Mega Rezky
Makassar
2018
PENYIMPANGAN KDM

Diabetes Mellitus

Glukosa darah tidak bisa masuk sel Perubahan status Sel-sel kaya glukosa Sel beta pankreas terganggu Defisiensi insulin
Kesehatan
Pertumbuhan pesat mikroorganisme Produksi Insulin menurun Hiperglikemia
Pembentukan ATP terganggu
Kurang informasi tentang Peradangan Sekresi Insulin menurun Fleksibilitas
Penyakitnya darah merah
Kelemahan otot Penurunan Daya Tahan Tubuh Hiperglikemia
Defisiensi Pengetahuan Pelepasan O2

Intoleransi Aktivitas Kelemahan, Imobilisasi Pembatasan Diit Hipoksia Perifer

Kerusakan jaringan Produksi sekret meningkat Intake tidak adekuat Nyeri

Invasif kuman Obstruksi jalan nafas Nutrisi kurang dari


kebutuhan
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Terputusnya kontinuitas jaringan

Penurunan daya tahan tubuh Resiko Infeksi


DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan


dengan intake nutrisi tidak adekuat.

3. Ketidakefektifan Bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi


jalan nafas.

Anda mungkin juga menyukai