Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM FISOLOGI HEWAN

KESANGGUPAN/DAYA TAHAN TUBUH


(PHYSICAL FITNES)

Oleh

Efa Uswatun Khasanah

163112620150092

FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2018
I. Acara Latihan
Kesanggupan/daya tahan/edurance tubuh.

II. Tujuan
untuk menetapkan ondeks kesanggupan tubuh baik kesanggupan otot maupun
kesanggupan kardiovaskuler dengan berbagai cara dan menggolongkan orang
percobaan dalam golongan hiperreaktor atau hiporeaktor.

III. Teori Dasar


Ketahanan tubuh merupakan suatu kondisi kesegaran jasmani ditandai dengan
kemampuan seseorang untuk melakukan tugasdengan produktif tanpa mengalami
kelelahan yang berarti. Dalam haltersebut, ketahanan tubuh erat kaitannya dengan
fungsi empat sistemvital tubuh yaitu kemampuan jantung, pembuluh darah,
sistemrespirasi,dan otot untuk berfungsi dengan efisien yang optimal (Jaelani,
MR.2015).
Dalam hal ini dikenal 2 macam daya tahan, yaitu :
1. Daya Tahan Umum (general endurance) yaitu kemampuan seseorang dalam
mempergunakan system jantung, paru-paru dan peredaran darahnya secara efektif
dan efisien untuk menjalankan kerja secara terus-menerus yang melibatkan
kontraksi sejumlah otot-otot dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup
lama.
2. Daya Tahan Otot (local endurance) yaitu kemampuan seseorang dalam
mempergunakan ototnya untuk berkontraksi secara terus-menerus dalam waktu
yang relatif lama dengan beban tertentu.

Faktor - faktor yang mempengaruhi kekuatan dan daya tahan (Irawadi, H. 2013) :

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan


a. Koordinasi intermuskuler, Interaksi beberapa kelompok otot sewaktu
melakukan akitifitas. Pada setiap aktifitas jasmani yang memerlukan kekuatan,
biasanya melibatkan bebrapa kelompok otot.
b. Koordinasi intramuskuler, Dimana kekuatan (hasil gaya) juga tergantung pada
fungsi saraf otot yang terlibat dalam pelaksanaan tugas aktifitas fisik tersebut.
c. Reaksi otot terhadapa rangsangan saraf, Otot akan memberikan reaksi terhadap
rangsangan latihan sebesar 30% dari potensi yang dimiliki otot yang
bersangkutan.
d. Sudut sendi, beberapa penemuan mengatakan bahwa kekuatan maksimum akan
dicapai apabila sendi yang terlibat saat aktifitas berada pada keadaan yang
benar-benar lurus atau mendekati keadaan itu.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Tahan
a. Genetik, yaitu tipe serabut otot yang dominan adalah jenis otot- slow twitch
fiber (jenis serabut otot merah atau otot lambat) dan kadar haemoglobin
(Hb. Faktor keturunan juga memegang peranan dalam pembentukan sistem
imun tubuh anak. Orangtua dengan imunitas tubuh baik lebih berpeluang
menurunkan anak dengan kualitas yang kurang lebih sama. Pengaruh genetik
pada kekuatan otot dan daya tahan otot pada umumnya berhubungan dengan
komposisi serabut otot yang terdiri dari serat merah dan serat putih. Seseorang
yang memiliki lebih banyak lebih tepat untuk melakukan kegitan
bersifat aerobic, sedangkan yang lebih banyak memiliki serat otot rangka putih,
lebih mampu melakukan kegiatan yang bersifat anaerobic. Demikian pula
pengaruh keturunan terhadap komposisi tubuh, sering dihubungkan dengan tipe
tubuh. Seseorang yang mempunyai tipe endomorf(bentuk tubuh bulat dan
pendek) cenderung memiliki jaringan lemak yang lebih banyak bila
dibandingkan dengan tipe otot ektomorf(bentuk tubuh kurus dan tinggi)
b. Umur
Umur mempengaruhi hampir semua komponen kesegaran jsmani. Daya tahan
kardiovaskuler menunjukkan suatu tendensi meningkat pada masa anak-anak
sampai sekitar dua puluh tahun dan mencapai maksimal di usia 20 sampai 30
tahun. Daya tahan tersebut akan makin menurun sejalan dengan bertambahnya
usia, dengan penurunan 8-10% perdekade untuk individu yang tidak aktif,
sedangkan untuk individu yang aktif penurunan tersebut 4-5% perdekade.
Peningkatan kekuatan otot pria dan wanita sama sampai usia 12 tahun,
selanjutnya setelah usia pubertas pria lebih banyak peningkatan kekuatan otot,
maksimal dicapai pada usia 25 tahun yang secara berangsur-angsur menurun
dan pada usia 65 tahun kekuatan otot hanya tinggal 65-70% dari kekuatan otot
sewaktu berusia 20 sampai 25 tahun.
c. Jenis Kelamin
Kesegaran jasmani antara pria dan wanita berbeda karena adanya perbedaan
ukuran tubuh yang terjadi setelah masa pubertas. Daya tahan kardiovaskuler
pada usia anak-anak, antara pria dan wanita tidak jauh berbeda, namun setelah
masa pubertas terdapat perbedaan. Rata-rata wanita muda memiliki kebugaran
aerobik antara 15-25% lebih kecil dari pria muda dan ini tergantung pada
tingkat aktivitas mereka. Tapi pada atlet remaja putri yang sering berlatih hanya
berbeda 10% dibawah atlet putra dalam usia yang sama dalam hal VO2max.
Wanita memiliki jaringan lemak 27% dari komposisi tubuhnya lebih banyak
dibanding pria 15% dari komposisi tubuhnya. Satu gram hemoglobin dapat
bersatu dengan 1,34 ml oksigen. Pada pria dalam keadaan istirahat terdapat
sekitar 15-16gr hemoglobin pada setiap 100ml darah dan pada wanita rata-rata
14gr pada setiap 100ml darah. Keadaan ini menyebabkan wanita memiliki
kapasitas aerobik lebih rendah dibanding pria. Selain itu ukuran jantung pada
wanita rata-rata lebih kecil dibanding pria. Pengambilan oksigen pada wanita
2,2L lebih kecil daripada pria 3,2L. Kapasitas vital paru wanita juga lebih kecil
dibanding pria.
d. Kegiatan Fisik
Kegiatan fisik sangat mempengaruhi semua komponen kesegaran jasmani.
Latihan yang bersifat aerobik yang dilakukan akan meningkatkan daya tahan
kardiorespirasi dapat mengurangi lemak tubuh.
e. Kebiasan Merokok
Sudah lama diketahui efek jelek rokok terhadap paru-paru, antara lain adalah
penyakit paru obstruktif menahun yang dikenal dengan COPD. Pada asap
tembakau terdapat 4% karbon monoksida (CO). Afinitas CO pada hemoglobin
200-300 kali lebih kuat dari pada oksigen, ini berarti CO tersebut lebih cepat
mengikat hemoglobin dari pada oksigen. Hemoglobin dalam tubuh berfungsi
sebagai alat pengangkutan oksigen untuk diedarkan ke jaringan tubuh yang
memerlukannya. Bila seseorang merokok 10-20 batang sehari di dalam
hemoglobin mengandung 4,9% CO maka kadar oksigen yang diedarkan ke
jaringan akan menurun sekitar 5%. Selain itu dalam rokok mengandung NO
dan NO2, merupakan substansia yang dapat memicu tebentuknya radikal bebas
yang berlebihan yang menyebabkan terbentuknya lipid peroksida yang lebih
lanjut merusak dinding sel. Beberapa sel tubuh telah terbukti mengalami proses
degeneratif antara lain membran sel endotel, pembuluh darah, epitel paru, lensa
mata dan neuron.

IV. Metode latihan


A. Alat dan Bahan
1. Sphygmomanometer
2. Stetoskop
3. Ember kecil berisi air es
4. Termometer
5. Stopwatch
6. Bangku Harvard
7. Metronom

B. Cara kerja
1. Harvard step test
1) Orang percobaan (OP) berdiri dihadapan bangku harvard setinggi 19 inci.
2) salah satu kaki OP diangkat di bangku tepat pada suatu detakan metronom.
3) Pada detakan berikutnya kaki lainnya dinaikkan ke bangku sehingga OP
berdiri tegak di atas bangku.
4) Pada detakan ketiga kaki yang pertama kali diturunkan.
Gambar 1. Posisi Harvard Step Test

5) Pada detakan keempat kaki yang masih di atas bangku diturunkan pula
sehingga OP berdiri tegak lagi didepan bangku. Siklus tersebut diulang terus
menerus sampai OP tidak kuat lagi, tetapi tidak lebih dari lima menit. Dicatat
berapa lama percobaan tersebut dilakukan dengan menggunakan stopwatch.
6) Segera setelah itu OP disuruh duduk. Frekuensi denyut nadinya dihitung dan
dicatat selama 30 detik sebanyak 3 kali masing-masing dari 1’-1’30”, dari 2’-
2’30” dan dari 3’-3’30”.
7) Indeks kesanggupan OP dihitung serta diberikan penilaiannya menurut cara :
a. cara lambat :
Lama naik turun bangku dalam detik x 100
Indeks kesanggupan badan = 2 × jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30 detik

Penilaian :
Kurang dari 5 = Kesanggupan Kurang
55-64 = Kesanggupan Sedang
65-79 = Kesanggupan Cukup
80-89 = Kesanggupan Baik
Lebih dari 90 = Kesanggupan Sangat Baik
b. cara cepat
Lama naik turun bangku dalam detik x 100
indeks kesanggupan badan = 5,5 ×harga denyut nadi selama 30 detik pertama

Dengan daftar :
Lihat daftar dan petunjuknya

Lamanya Pemulihan denyut nadi dari 1 menit hingga 1,5 menit


percobaan 40-44 45- 50- 55- 60- 65- 70- 75- 80- 85- 90-
49 54 59 64 69 74 79 84 89 94

0”-29” 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5

0’30”- 20 15 15 15 15 15 10 10 10 10 10
0’59”

1’0”- 30 30 25 25 20 20 20 20 10 10 10
1’29”

1’30”- 45 40 40 35 30 30 25 25 20 20 20
1’59”

2’0”- 60 50 45 45 40 35 35 30 30 30 25
2’29”

2’30”- 70 65 60 55 50 45 40 40 35 35 35
2’59”

3’0”- 85 75 70 60 55 55 50 45 45 40 40
3’29”

3’30”- 100 85 50 70 65 60 55 55 50 45 45
3’59”

4’0”- 110 100 90 80 75 70 65 60 55 55 55


4’29”

4’30”- 120 110 100 90 85 75 70 65 60 60 55


4’59”

5’0” 130 115 105 95 90 85 80 75 70 65 60

Petunjuk :

 cari baris yang berhubungan dengan lamanya percobaan dan kolom yang
berhubungan dengan banyaknya denyut nadi selama 30’ pertama
 indeks kesanggupan badan terdapat dipersilangan baris dan kolom
2. Percobaan menahan nafas
1) OP inspirasi dan ekspresi sedalam-dalamnya sebanyak dua kali.
2) Inspirasi biasa dilakukan oleh OP dan dilanjutkan dengan menahan nafas
selama mungkin.
3) Dicatat berapa lama OP menahan nafas.
4) Ulangi percobaan sebanyak 3 kali, hitung rata-ratanya
Penilaian :
Kurang dari 50 “ = Kesanggupan kurang
Lebih dari 50 “ = Kesanggupan baik
3. Percobaan Lorenz
1) Denyut nadi OP ditentukan setelah duduk selama lima menit (keadaan basal).
2) kegiatan jongkok – berdiri 20 kali dilakukan oleh OP dengan lutut membuka
keluar selama 20 detik.
3) Setelah duduk kembali, frekuensi nadi setelah menit pertama, kedua, ketiga dst.
dicatat (cukup dihitung tiap 30”) sampai kembali pada frekuensi denyut nadi
semula.
Peniaian :
Pemulihan setelah 2 menit = Kesanggupan baik
2-3 menit = Kesanggupan sedang
Lebih dari 3 menit = Kesanggupan kurang
4. Test Peninggian Tekanan Darah Dengan Pendinginan (Cold Pressor Test)
1) OP berbaring terlentang dengan tenang selama 20 menit untuk mendapatkan
keadaan basal
2) Selama menunggu, sphygmomanometer dipasang pada lengan atas OP.
3) Setelah OP berbaring selama 20 menit, tekanan darahnya ditetapkan setiap 5
menit sampai terdapat hasil yang sama 3 kali berturut-turut (= tekanan basal)
4) Tanpa membuka manset, tangan OP dimasukkan ke dalam air es (kurang lebih
4oC) sampai pergelangan tangan.
5) Pada detik ke 30 dan detik ke 60 pendiginan, tekanan sistolik dan diastoliknya
dicatat.
6) Hasil pengukuran tekanan darah OP selama pendinginan dicatat. Bila pada
pendinginan tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mm Hg dan tekanan
diastolic lebih dari 15 mm Hg dari tekanan basal, maka OP termasuk golongan
hiperreaktor. Bila kenaikkan tekanan darah OP masih di bawah angka-angka
tersebut di atas, maka OP termasuk golongan hiporeaktor. Kenyataan statistik
menunjukkan bahwa golongan hiperreaktor lebih besar kemungkinannya untuk
menjadi penderita hipertensi di kemudian hari dari pada golongan hiporeaktor.
5. Hitung Luas Permukan Tubuh Untuk engetahui Indeks Jantung
1) Tinggi badan dan berat badan OP diukur
2) Luas permukaan tubuhnya diukur dengan nomogram atau dengan rumus.
3) Indeks Jantung dihitung, bila diketahui rata-rata curah jantung orang dewasa
4.5 liter.
Rumus LP = BB0,425 × TB 0,725 × 71,84 cm2
BB dalam Kg
TB dalam cm
Indeks Jantung = CO (liter) / LP (m2) = ................L/m2

V. Hasil percobaan
(Terlampir)

VI. Pembahasan
Dari hasil percobaan yang dilakukan, setiap orang mendapatkan hasil yang berbeda-
beda. Hal tersebut menandakan bahwa masing-masing orang memiliki kesanggupan
tubuh yang berbeda-beda. Faktor usia, jenis kelamin, dan aktivitas yang dilakukan dapat
mendasari perbedaan kesanggupan tubuh dari masing-masing orang. Semakin berat
aktivitas yang dilakukan, semakin cepat juga frekuensi denyut jantung yang dihasilkan
(Ganong, W.F. 2002).
Berdasarkan percobaan didapatkan hasil penilaian kesanggupan yang baik pada
Harvard step tes. Gambaran kesanggupan yang baik mencerminkan bahwa kerja jantung
dapat respon secara efektif terhadap aktivitas fisik yang diujikan. Tidak nampaknya
kelelahan dan napas yang terengah-engah pada OP setelah dilakukan percobaan, hal
tersebut menggambarkan saturasi oksigen yang baik. Hasil penilaian kesanggupan baik
juga didapatkan pada percobaan Lorenz.
Dari percobaan menahan nafas yang telah dilakukan, didapatkan penilaian
kesanggupan yang sedang pada OP. Kesanggupan dalam menahan nafas
menggambarkan kapasitas paru-paru yang dimiliki. Kapasitas paru-paru berhubungan
dengan otot pernafasan dan diafragma. Agar didapatkan kesanggupan menahan nafas
yang lebih lama diperlukan latihan olah pernafasan yang lebih lanjut (Ganong, W.F.
2002). Fase istirahat yang dilakukan setelah melakukan aktivitas dapat menyebabkan
frekuensi denyut nadi kembali seperti keadaan normal dalam beberapa waktu.
Berdasarkan data percobaan cold pressor test didapatkan kondisi OP yang normal.
Tidak terlihat adanya kenaikan atau penurunan tekanan darah. Kondisi ini tidak
mengurangi risiko terjadinya hipotensi atau bahkan hipertensi, karena banyaknya
faktor-faktor dari luar yang dapat menyebabkan terjadinya hal tersebut salah satunya
adalah dari pola makan. Beberapa orang mengalami kenaikan bahkan penurunan pada
percobaan ini, hal tersebut menandakan bahwa kesanggupan tubuh juga dapat
dipengaruhi oleh temperatur (Irawadi, H. 2013).
Indeks jantung pada OP setelah dilakukan pengukuran didapatkan dalam batasan
normal. Indeks jantung yang dibawah nilai normal dapat menyebabkan shock
kardiogenik. Kondisi tersebut membahayakan jalannya pasokan oksigen dan nutrient
(Jaelani, MR.2015) Nilai indeks jantung dipengaruhi oleh curah jantung dan luas
permukaan tubuh, dimana curah jantung berbanding terbalik dengan luas permukaan
tubuh. Luas tubuh dapat dilihat dari tinggi dan berat badan seseorang (Ganong, W.F.
2002).

VII. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa;
1. Kesanggupan/daya tahan tubuh dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas yang
dilakukan, dan juga temperatur. Selain itu juga genetik dapat mempengaruhi daya
tahan tubuh seseorang.
2. Pada percobaan fisik seperti Harvard step test dan percobaan Lorenz diperoleh hasil
dengan kesanggupan yang baik.
3. Pada percobaan menahan nafas diperoleh hasil kesanggupan sedang.
4. Didapatkan tekanan darah normal pada OP yang melakukan percobaan cold pressor
test.
5. Indeks jantung diperoleh pada batas normal. Indeks jantung dipengaruhi oleh tinggi
badan dan berat badan seseorang.

VIII. Saran
Perlu dilakukan latihan yang rutin untuk menambah kesanggupan otot maupun jantung,
salah satunya latihan fisik dengan begitu, maka akan terciptanya tubuh yang sehat dan
bugar.

IX. Daftar Pustaka


Jaelani, MR.2015.
https://www.academia.edu/16565741/PERCOBAAN_KETAHANAN_TUBU
H. Diakses pada tanggal 28 Oktober 2018.
Irawadi, H. 2013..Kondisi Fisik dan Pengukurannya. UNP. Padang.
Ganong, W.F. 2002. Fisiologi kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai