Oleh
163112620150092
FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS NASIONAL
JAKARTA
2018
I. Acara Latihan
Kesanggupan/daya tahan/edurance tubuh.
II. Tujuan
untuk menetapkan ondeks kesanggupan tubuh baik kesanggupan otot maupun
kesanggupan kardiovaskuler dengan berbagai cara dan menggolongkan orang
percobaan dalam golongan hiperreaktor atau hiporeaktor.
Faktor - faktor yang mempengaruhi kekuatan dan daya tahan (Irawadi, H. 2013) :
B. Cara kerja
1. Harvard step test
1) Orang percobaan (OP) berdiri dihadapan bangku harvard setinggi 19 inci.
2) salah satu kaki OP diangkat di bangku tepat pada suatu detakan metronom.
3) Pada detakan berikutnya kaki lainnya dinaikkan ke bangku sehingga OP
berdiri tegak di atas bangku.
4) Pada detakan ketiga kaki yang pertama kali diturunkan.
Gambar 1. Posisi Harvard Step Test
5) Pada detakan keempat kaki yang masih di atas bangku diturunkan pula
sehingga OP berdiri tegak lagi didepan bangku. Siklus tersebut diulang terus
menerus sampai OP tidak kuat lagi, tetapi tidak lebih dari lima menit. Dicatat
berapa lama percobaan tersebut dilakukan dengan menggunakan stopwatch.
6) Segera setelah itu OP disuruh duduk. Frekuensi denyut nadinya dihitung dan
dicatat selama 30 detik sebanyak 3 kali masing-masing dari 1’-1’30”, dari 2’-
2’30” dan dari 3’-3’30”.
7) Indeks kesanggupan OP dihitung serta diberikan penilaiannya menurut cara :
a. cara lambat :
Lama naik turun bangku dalam detik x 100
Indeks kesanggupan badan = 2 × jumlah ketiga harga denyut nadi tiap 30 detik
Penilaian :
Kurang dari 5 = Kesanggupan Kurang
55-64 = Kesanggupan Sedang
65-79 = Kesanggupan Cukup
80-89 = Kesanggupan Baik
Lebih dari 90 = Kesanggupan Sangat Baik
b. cara cepat
Lama naik turun bangku dalam detik x 100
indeks kesanggupan badan = 5,5 ×harga denyut nadi selama 30 detik pertama
Dengan daftar :
Lihat daftar dan petunjuknya
0”-29” 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
0’30”- 20 15 15 15 15 15 10 10 10 10 10
0’59”
1’0”- 30 30 25 25 20 20 20 20 10 10 10
1’29”
1’30”- 45 40 40 35 30 30 25 25 20 20 20
1’59”
2’0”- 60 50 45 45 40 35 35 30 30 30 25
2’29”
2’30”- 70 65 60 55 50 45 40 40 35 35 35
2’59”
3’0”- 85 75 70 60 55 55 50 45 45 40 40
3’29”
3’30”- 100 85 50 70 65 60 55 55 50 45 45
3’59”
Petunjuk :
cari baris yang berhubungan dengan lamanya percobaan dan kolom yang
berhubungan dengan banyaknya denyut nadi selama 30’ pertama
indeks kesanggupan badan terdapat dipersilangan baris dan kolom
2. Percobaan menahan nafas
1) OP inspirasi dan ekspresi sedalam-dalamnya sebanyak dua kali.
2) Inspirasi biasa dilakukan oleh OP dan dilanjutkan dengan menahan nafas
selama mungkin.
3) Dicatat berapa lama OP menahan nafas.
4) Ulangi percobaan sebanyak 3 kali, hitung rata-ratanya
Penilaian :
Kurang dari 50 “ = Kesanggupan kurang
Lebih dari 50 “ = Kesanggupan baik
3. Percobaan Lorenz
1) Denyut nadi OP ditentukan setelah duduk selama lima menit (keadaan basal).
2) kegiatan jongkok – berdiri 20 kali dilakukan oleh OP dengan lutut membuka
keluar selama 20 detik.
3) Setelah duduk kembali, frekuensi nadi setelah menit pertama, kedua, ketiga dst.
dicatat (cukup dihitung tiap 30”) sampai kembali pada frekuensi denyut nadi
semula.
Peniaian :
Pemulihan setelah 2 menit = Kesanggupan baik
2-3 menit = Kesanggupan sedang
Lebih dari 3 menit = Kesanggupan kurang
4. Test Peninggian Tekanan Darah Dengan Pendinginan (Cold Pressor Test)
1) OP berbaring terlentang dengan tenang selama 20 menit untuk mendapatkan
keadaan basal
2) Selama menunggu, sphygmomanometer dipasang pada lengan atas OP.
3) Setelah OP berbaring selama 20 menit, tekanan darahnya ditetapkan setiap 5
menit sampai terdapat hasil yang sama 3 kali berturut-turut (= tekanan basal)
4) Tanpa membuka manset, tangan OP dimasukkan ke dalam air es (kurang lebih
4oC) sampai pergelangan tangan.
5) Pada detik ke 30 dan detik ke 60 pendiginan, tekanan sistolik dan diastoliknya
dicatat.
6) Hasil pengukuran tekanan darah OP selama pendinginan dicatat. Bila pada
pendinginan tekanan sistolik naik lebih besar dari 20 mm Hg dan tekanan
diastolic lebih dari 15 mm Hg dari tekanan basal, maka OP termasuk golongan
hiperreaktor. Bila kenaikkan tekanan darah OP masih di bawah angka-angka
tersebut di atas, maka OP termasuk golongan hiporeaktor. Kenyataan statistik
menunjukkan bahwa golongan hiperreaktor lebih besar kemungkinannya untuk
menjadi penderita hipertensi di kemudian hari dari pada golongan hiporeaktor.
5. Hitung Luas Permukan Tubuh Untuk engetahui Indeks Jantung
1) Tinggi badan dan berat badan OP diukur
2) Luas permukaan tubuhnya diukur dengan nomogram atau dengan rumus.
3) Indeks Jantung dihitung, bila diketahui rata-rata curah jantung orang dewasa
4.5 liter.
Rumus LP = BB0,425 × TB 0,725 × 71,84 cm2
BB dalam Kg
TB dalam cm
Indeks Jantung = CO (liter) / LP (m2) = ................L/m2
V. Hasil percobaan
(Terlampir)
VI. Pembahasan
Dari hasil percobaan yang dilakukan, setiap orang mendapatkan hasil yang berbeda-
beda. Hal tersebut menandakan bahwa masing-masing orang memiliki kesanggupan
tubuh yang berbeda-beda. Faktor usia, jenis kelamin, dan aktivitas yang dilakukan dapat
mendasari perbedaan kesanggupan tubuh dari masing-masing orang. Semakin berat
aktivitas yang dilakukan, semakin cepat juga frekuensi denyut jantung yang dihasilkan
(Ganong, W.F. 2002).
Berdasarkan percobaan didapatkan hasil penilaian kesanggupan yang baik pada
Harvard step tes. Gambaran kesanggupan yang baik mencerminkan bahwa kerja jantung
dapat respon secara efektif terhadap aktivitas fisik yang diujikan. Tidak nampaknya
kelelahan dan napas yang terengah-engah pada OP setelah dilakukan percobaan, hal
tersebut menggambarkan saturasi oksigen yang baik. Hasil penilaian kesanggupan baik
juga didapatkan pada percobaan Lorenz.
Dari percobaan menahan nafas yang telah dilakukan, didapatkan penilaian
kesanggupan yang sedang pada OP. Kesanggupan dalam menahan nafas
menggambarkan kapasitas paru-paru yang dimiliki. Kapasitas paru-paru berhubungan
dengan otot pernafasan dan diafragma. Agar didapatkan kesanggupan menahan nafas
yang lebih lama diperlukan latihan olah pernafasan yang lebih lanjut (Ganong, W.F.
2002). Fase istirahat yang dilakukan setelah melakukan aktivitas dapat menyebabkan
frekuensi denyut nadi kembali seperti keadaan normal dalam beberapa waktu.
Berdasarkan data percobaan cold pressor test didapatkan kondisi OP yang normal.
Tidak terlihat adanya kenaikan atau penurunan tekanan darah. Kondisi ini tidak
mengurangi risiko terjadinya hipotensi atau bahkan hipertensi, karena banyaknya
faktor-faktor dari luar yang dapat menyebabkan terjadinya hal tersebut salah satunya
adalah dari pola makan. Beberapa orang mengalami kenaikan bahkan penurunan pada
percobaan ini, hal tersebut menandakan bahwa kesanggupan tubuh juga dapat
dipengaruhi oleh temperatur (Irawadi, H. 2013).
Indeks jantung pada OP setelah dilakukan pengukuran didapatkan dalam batasan
normal. Indeks jantung yang dibawah nilai normal dapat menyebabkan shock
kardiogenik. Kondisi tersebut membahayakan jalannya pasokan oksigen dan nutrient
(Jaelani, MR.2015) Nilai indeks jantung dipengaruhi oleh curah jantung dan luas
permukaan tubuh, dimana curah jantung berbanding terbalik dengan luas permukaan
tubuh. Luas tubuh dapat dilihat dari tinggi dan berat badan seseorang (Ganong, W.F.
2002).
VII. Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa;
1. Kesanggupan/daya tahan tubuh dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, aktivitas yang
dilakukan, dan juga temperatur. Selain itu juga genetik dapat mempengaruhi daya
tahan tubuh seseorang.
2. Pada percobaan fisik seperti Harvard step test dan percobaan Lorenz diperoleh hasil
dengan kesanggupan yang baik.
3. Pada percobaan menahan nafas diperoleh hasil kesanggupan sedang.
4. Didapatkan tekanan darah normal pada OP yang melakukan percobaan cold pressor
test.
5. Indeks jantung diperoleh pada batas normal. Indeks jantung dipengaruhi oleh tinggi
badan dan berat badan seseorang.
VIII. Saran
Perlu dilakukan latihan yang rutin untuk menambah kesanggupan otot maupun jantung,
salah satunya latihan fisik dengan begitu, maka akan terciptanya tubuh yang sehat dan
bugar.