Anda di halaman 1dari 28

BAB II

KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

A. Kajian Teori

1. Harga Pokok Produksi

a. Pengertian Harga Pokok Produksi

Penerapan harga pokok produksi bertujuan untuk menentukan

harga pokok persatuan produk yang akan dijual, sehingga ketika

produk tersebut diserahkan, perusahaan dapat mengetahui laba atau

kerugian yang akan diterima perusahaan setelah dikurangi dengan

biaya-biaya lainnya. Ketelitian dan ketepatan dalam melakukan

perhitungan harga pokok produksi harus diperhatikan karena apabila

terjadi kesalahan dalam perhitungan akan menyebabkan kerugian bagi

perusahaan.

Pengertian harga pokok produksi menurut Bustami dan

Nurlela (2010:49) yaitu :

“kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku


langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang
persediaan produk dalam proses akhir”.

Mulyadi (2016:14) mengungkapkan:

“harga pokok produksi dalam pembuatan produk terdapat dua


kelompok biaya yaitu biaya produksi dan biaya nonproduksi.
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan
dalam pengolahan bahan baku menjadi produk, sedangkan
biaya nonproduksi merupakan biaya biaya yang dikeluarkan
untuk kegiatan non produksi, seperti kegiatan pemasaran dan
kegiatan administrasi umum”.

10
11

Biaya produksi membentuk harga pokok produksi, yang

digunakan untuk menghitung harga pokok produk yang pada akhir

periode akuntansi masih dalam proses. Biaya non produksi

ditambahkan pada harga pokok produksi untuk menghitung total

harga pokok produk.

Menurut Abdullah (2012:24) harga pokok produksi adalah :

“biaya-biaya yang terjadi sehubungan dengan kegiatan


manufaktur. Biaya produksi dibagi menjadi tiga kategori, yaitu
bahan langsung (direct material), tenaga kerja langsung
(direct labour), dan biaya overhead pabrik (manufacturing
overhead)”.

Berdasarkan beberapa definisi harga pokok produksi di atas,

dapat disimpulkan bahwa harga pokok produksi adalah semua biaya;

baik langsung maupun tidak langsung yang dikeluarkan untuk

memproduksi suatu barang selama periode tertentu di mana biaya-

biaya tersebut terdiri dari total biaya bahan langsung, biaya tenaga

kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

b. Unsur-unsur Harga Pokok Produksi

Menghitung harga pokok produksi harus memperhatikan

unsur-unsur yang termasuk dalam harga pokok produksi. Mulyadi

(2016:19) mengatakan bahwa unsur-unsur harga pokok produksi

terdiri atas :
12

1) Biaya produksi

a) Biaya bahan baku

Bahan baku merupakan bahan yang digunakan dan

menjadi bagian dari produk jadi. Biaya ini mudah ditelusuri ke

tiap unit barang yang dihasilkan atau ke suatu tahapan

produksi. Oleh karena itu, biaya bahan baku dibebankan secara

langsung ke satuan hasil produk yang diproduksi atau ke

proses produksi.

b) Biaya tenaga kerja

Tenaga kerja yang terlibat langsung dalam proses

mengubah bahan menjadi produk jadi disebut tenaga kerja

langsung. Biaya tenaga kerja langsung bisa dengan mudah

dihubungkan dengan atau dibebankan pada satuan hasil atau

proses tertentu yang dikerjakan oleh tenaga kerja tersebut.

Dalam perusahaan manufaktur ada tiga fungsi pokok yaitu

produksi, pemasaran dan administrasi. Dengan demikian biaya

tenaga kerja digolongkan menjadi biaya tenaga kerja produksi,

biaya tenaga kerja pemasaran dan biaya tenaga kerja

administrasi.

c) Biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya-biaya produksi

selain bahan langsung dan tenaga kerja langsung. Biaya tenaga

kerja tidak langsung terdiri dari upah, tunjangan, dan biaya


13

kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak

langsung tersebut. Biaya-biaya ini disebut juga biaya produksi

tidak langsung. Dalam biaya overhead pabrik tidak termasuk

biaya pemasaran dan biaya administrasi dan umum, karena

tidak timbul dalam proses produksi.

2) Biaya Non Produksi

Pada umumnya, biaya non produksi digolongkan sesuai

dengan penggolongan fungsi atau kegiatan non produksi, sehingga

biaya tersebut digolongkan ke dalam :

a) Biaya Pemasaran adalah meliputi semua biaya dalam rangka

melaksanakan kegiatan pemasaran atau kegiatan untuk

menjual barang dan jasa perusahaan kepada para pembeli.

b) Biaya Administrasi dan Umum meliputi semua biaya dalam

rangka melaksanakan fungsi administrasi dan umum yaitu

biaya perencanaan, penentuan strategi dan kebijaksanaan,

pengarahan, dan pengendalian kegiatan agar berdaya guna.

c. Manfaat Perhitungan Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2016:65) dalam perusahaan berproduksi

umum, informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk

jangka waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen untuk :

1) Menentukan harga jual produk.

Perusahaan produksi bertujuan memproses produknya

untuk memenuhi persediaan di gudang dengan demikian biaya


14

produksi dihitung untuk jangka waktu tertentu untuk menghasilkan

informasi biaya produksi per satuan produk. Biaya produksi per

unit merupakan salah satu data yang dipertimbangkan untuk

menentukan harga jual produk.

2) Memantau realisasi biaya produksi.

Informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam jangka

waktu tertentu digunakan untuk memantau apakah proses produksi

mengkonsumsi total biaya produksi sesuai dengan apa yang

diperhitungkan sebelumnya.

3) Menghitung laba atau rugi periodik.

Laba atau rugi bruto dihitung dengan membandingkan

antara harga jual produk per satuan dengan biaya produksi

persatuan, hal itu diperlukan untuk mengetahui kontribusi produk

dalam menutup biaya non produksi dan menghasilkan laba atau

rugi.

4) Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk

dalam proses yang disajikan dalam neraca.

Manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa

neraca dan laporan laba rugi yang di dalamnya terdapat informasi

harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok persediaan

produk dalam proses. Biaya yang melekat pada produk jadi yang

belum terjual, dalam neraca disajikan dalam harga pokok

persediaan produk jadi.


15

d. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (2016:35) didalam perhitungan harga pokok

produksi terdapat dua metode yaitu:

1) Metode harga pokok produk pesanan

Biaya yang dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan harga

pokok persatuan untuk memenuhi pesanan tersebut, dan dihitung

dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan tersebut

dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.

2) Metode harga pokok proses

Biaya produksi dikumpulkan untuk periode tertentu dan

harga pokok produksi persatuan produk yang dihasilkan dalam

periode tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya

produksi untuk periode tersebut dengan jumlah satuan produk

yang dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.

e. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Sebelum menetapkan harga pokok produksi terhadap suatu

barang atau produk, perlu dilakukan perhitungan harga pokok

produksi agar dapat ditentukan harga pokok produksi yang tepat.

Menurut Mulyadi (2016:17) dalam memperhitungkan unsur-unsur

biaya kedalam produksi terdapat dua pendekatan, yaitu:

1) Metode full costing

Metode full costing merupakan metode penentuan kos

produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi ke


16

dalam kos produksi yang terdiri dari bahan baku, biaya tenaga

kerja langsung dan biaya overhead pabrik, yang berperilaku

variabel maupun tetap. Dengan demikian kos produksi menurut

metode full costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut ini :

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx

Biaya overhead pabrik variabel xxx

Biaya overhead pabrik tetap xxx

Harga pokok produksi xxx

Kos produk yang dihitung dengan pendekatan full costing

dari unsur kos produksi diatas ditambah dengan biaya non

produksi ( biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum).

Adapun contoh perhitungan dari harga pokok produksi

dengan pendekatan full costing yaitu sebagai berikut:

Data produksi, biaya dan laba yang dikehendaki oleh suatu

perusahaan yang menghasilkan produk X adalah sebagai berikut :

Jumlah produk X yang diproduksi atau dijual 5000 unit

Biaya Bahan Baku Rp 123.986.500

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 2.286.667

Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 9.956.600

Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp 1.715.000

Berapa harga pokok produksi (HPP) keseluruhan dan per unit

produk X
17

Perhitungan :

Biaya Bahan Baku Rp 123.986.500

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 2.286.667

Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 9.956.600

Biaya Overhead Pabrik Tetap Rp 1.715.000 +

Harga Pokok Produksi Rp 137.944.767

Harga Pokok Produksi per Unit :

Rp 137,994,767 / 5,000 unit = Rp 27.588.95 Dibulatkan Rp 27.590

2) Metode variable costing

Metode variable costing adalah metode penentuan kos

produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang

berperilaku variabel, keadaan harga pokok produksi, yang terdiri

dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya

overhead pabrik variabel. Harga pokok produksi menurut metode

variable costing terdiri dari unsur biaya produksi berikut:

Biaya bahan baku xxx

Biaya tenaga kerja langsung xxx

Biaya overhead pabrik variabel xxx

Harga pokok produksi xxx

Kos produk dihitung dengan pendekatan variable costing

terdiri atas unsur diatas ditambah dengan biaya non produksi

(biaya pemasaran variabel, biaya administrasi dan umum variabel)


18

dan biaya tetap (biaya overhead pabrik tetap, biaya pemasaran

tetap, dan biaya administrasi dan umum tetap).

Adapun contoh perhitungan dari harga pokok produksi

dengan pendekatan variable costing yaitu sebagai berikut:

Data produksi, biaya dan laba yang dikehendaki oleh suatu

perusahaan yang menghasilkan produk X adalah sebagai berikut :

Jumlah produk X yang diproduksi atau dijual 5000 unit

Biaya Bahan Baku Rp 123.986.500

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 2.286.667

Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 9.956.600

Berapa harga pokok produksi (HPP) keseluruhan dan per unit

produk X

Perhitungan :

Biaya Bahan Baku Rp 123.986.500

Biaya Tenaga Kerja Langsung Rp 2.286.667

Biaya Overhead Pabrik Variabel Rp 9.956.600+

Harga Pokok Produksi Rp 136.229.767

Harga Pokok Produksi per Unit :

Rp 136.229.767 / 5.000 unit = Rp 27.245.95 Dibulatkan Rp 27.246


19

2. Harga Jual Produk

a. Pengertian Harga Jual Produk

Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang)

yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau

jasa. Perusahaan selalu menetapkan harga produknya dengan harapan

produk tersebut laku terjual dan boleh memperoleh laba yang

maksimal.

Menurut Mulyadi (2016:65) “pada prinsipnya harga jual harus

dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga

jual sama dengan biaya produksi ditambah mark-up”.

Sedangkan menurut Swastha (2007:241) “harga jual adalah

sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi

suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang

diinginkan perusahaan”.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga jual

adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan dimana harga

tersebut dapat untuk memenuhi biaya produksi suatu barang atau jasa

ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena

itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu

cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan

cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual

b. Strategi Penentuan Harga Jual Produk

Menurut Sukirno (2006:226) harga yang ditentukan untuk


20

sebuah produk akan mempengaruhi pendapatan perusahaan dan

tingkat laba. Perusahaan menentukan harga jual produknya dengan

tiga dasar pertimbangan yaitu biaya produksi, supplay persediaan, dan

harga persaingan.

1) Penentuan harga berdasarkan biaya produksi

Pada strategi ini, perusahaan menentukan harga untuk

sebuah produk dengan mengestimasi biaya per unit untuk

memproduksi produk tersebut dan menambahkan suatu kenaikan.

Jika metode ini digunakan, perusahaan harus mencatat semua

biaya yang melengkapi produksi sebuah produk dan diupayakan

agar harga tersebut dapat menutupi semua biaya tersebut.

2) Penentuan harga berdasarkan supplay persediaan

Pada umumnya perusahaan cenderung menurunkan harga

jika mereka harus mengurangi persediaan. Ketika akan

memperkenalkan produk baru, perusahaan akan menurunkan harga

produk yang lama, agar persediaannya berkurang.

3) Penentuan harga berdasarkan harga pesaing

Penentuan harga berdasarkan harga pesaing dibagi atas

tiga yaitu:

a) Penentuan harga penetrasi, di mana perusahaan menentukan

harga yang lebih rendah dari harga pesaing agar dapat

menembus pasar. Keberhasilan penentuan harga penetrasi

tergantung pada seberapa besar tanggapan konsumen terhadap


21

penurunan harga dan juga perusahaan tidak perlu

menggunakan strategi ini bila produknya tidak elastis terhadap

harga karena kebanyakan konsumen tidak akan beralih ke

produk pesaing untuk mengambil keuntungan dari harga yang

lebih rendah.

b) Penentuan harga defensive, di mana perusahaan menurunkan

harga produk untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Selain

itu beberapa perusahaan juga menurunkan harga untuk

menyerang pesaing baru yang masuk ke dalam pasar, disebut

dengan biaya predatori.

c) Penentuan harga prestise, harga prestise ditentukan dengan

tujuan untuk memberikan kesan lini terbaik bagi produk

perusahaan. Perusahaan yang memiliki diversifikasi bauran

produk akan menggunakan strategi penetrasi harga pada

beberapa produk dan penentuan harga prestise untuk produk

lainnya.

c. Metode Penetapan Harga Jual Produk

Harga merupakan satu-satunya variabel strategi pemasaran

yang berkaitan dengan pemasukan perusahaan. Dalam menentukan

kebijakan harga memang penting dilakukan, karena selain akan

berpengaruh secara langsung terhadap pendapatan perusahaan, juga

akan berpengaruh terhadap daya saing atas kompetitor. Banyak

metode untuk menentukan harga jual produk, namun secara umum


22

terdapat tiga cara dalam pelaksanaan penetapan harga yakni :

1. Cost Oriented Pricing (Penetapan harga berdasar pendekatan

biaya)

Merupakan cara paling umum yang banyak

digunakan oleh perusahaan, yakni dengan penetapan harga jual

berdasar biaya-biaya yang dikeluarkan untuk produksi dan

menambahkan suatu prosentase tertentu sebagai labanya.

Terdapat tiga kelompok dalam melakukan penetapan harga model

ini yakni :

a. Cost Plus Pricing Method (Metode Penetapan Harga Biaya-

Plus)

Penetapan biaya yang banyak dilakukan oleh

perusahaan produksi. Dalam keadaan normal, manager

penentu harga jual memerlukan informasi biaya penuh yang

akan datang sebagai dasar penentuan harga jual produk atau

jasa. Menurut Abdul Halim (2013:126) metode penentuan

harga jual normal sering disebut dengan istilah cost-plus

pricing, karena harga jual ditentukan dengan menambah biaya

masa yang akan datang denagn suatu persentase markup

(tambahan diatas jumlah biaya) yang dihitung dengan formula

tertentu, yaitu sebagai berikut:

Harga jual = Biaya Total + Laba Yang Diharapkan


23

Penerapan penentuan harga jual produk atau jasa ada

dua pendekatan sebagai berikut :

1. Konsep Biaya Total

a) Pertama, menentukan besarnya biaya produksi yang

terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan

biaya overhead pabrik.

b) Kedua, biaya produksi tersebut selanjutnya ditambah

dengan biaya pemasaran dan biaya administrasi dan

umum, hasilnya sama dengan biaya total.

c) Ketiga, biaya total tersebut dibagi dengan jumlah unit

yang diproduksi atau dijual untuk memperoleh angka

biaya per unit.

d) Keempat, menentukan jumlah markup atau dalam hal

ini adalah jumlah laba yang dikehendaki. Laba yang

diinginkan pada umumnya dinyatakan dengan

presentase tertentu dari aktiva yang digunakan (rate

of return of assets).

e) Kelima, menentukan persentase markup dari biaya

total yang dihitung dari jumlah laba yang diinginkan

dibagi dengan biaya total

f) Keenam, persentase markup tersebut dikalikan

dengan biaya per unit untuk memperolah angka

‘markup’.
24

g) Ketujuh, harga jual per unit ditentukan dari biaya per

unit ditambah dengan markup per unit.

2. Konsep Biaya Variabel

a) Pertama, menentukan besarnya biaya produksi

yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga

kerja dan biaya overhead pabrik variabel, biaya

pemasaran variabel, biaya administrasi dan

umum variabel.

b) Kedua, biaya total tersebut dibagi dengan

jumlah unit yang diproduksi atau dijual untuk

memperoleh angka biaya per unit.

c) Ketiga, menentukan jumlah markup atau dalam

hal ini adalah jumlah laba yang dikehendaki.

Laba yang diinginkan pada umumnya

dinyatakan dengan presentase tertentu dari

aktiva yang digunakan (rate of return of assets).

d) Keempat, menentukan persentase markup dari

laba di kehendaki, biaya overhead pabrik tetap,

biaya pemasaran tetap, biaya administrasi dan

umum. Kemudian beberapa unsur biaya tersebut

dijumlahkan.
25

e) Kelima, persentase markup tersebut dikalikan

dengan biaya per unit untuk memperolah angka

‘markup’.

f) Keenam, harga jual per unit ditentukan dari

biaya per unit ditambah dengan markup per

unit.

b. Markup Pricing (Metode Penetapan Harga Markup)

Merupakan penetapan harga yang dilakukan hanya

dengan menambah laba, cara ini banyak dilakukan oleh

pedagang perantara karena mereka tidak ada biaya-biaya

produksi. Adapun rumus untuk menghitung harga jual dengan

pendekatan biaya Markup, yaitu:

Harga jual = Harga Beli + Markup

c. Target pricing, merupakan penetapan harga yang

dilakukan berdasarkan tingkat pengembalian investasi (ROI)

yang diinginkan.

2. Demand-Oriented Pricing (Penetapan harga berdasarkan

pendekatan kebutuhan/permintaan)

Menurut Djaslim Saladin (2003:96) Demand-Oriented

Pricing adalah penentuan harga dengan mempertimbangkan

keadaan permintaan, keadaan pasar dan keinginan konsumen.

Untuk menanggapi aneka macam konsumen yang

mengiinginkan suatu produk, maka cara yang biasa ditempuh


26

adalah dengan mengadakan diskriminasi harga. Macam-macam

diskriminasi harga yang dapat dilakukan misalnya adalah

diskriminasi terhadap teritorial (wilayah), kelompok customer

(pelanggan), Waktu dan kualitas atau bentuk produk.

3. Competition Oriented Pricing (penetapan harga berdasarkan

pendekatan persaingan)

Competition oriented pricing merupakan penetapan harga

yang didasarkan kepada harga yang ditetapkan oleh pesaing, hal ini

dilakukan terutama untuk produk-produk yang bersifat homogen.

Beberapa metode penetapan harga yang dapat disebutkan sebagai

berikut:

a. Perceived value pricing, yaitu penetapan harga dimana

perusahaan berusaha menetapkan harga setingkat dengan rata –

rata industri.

b. Sealed bid pricing yaitu suatu penetapan harga didasarkan pada

tawaran yang diajukan oleh pesaing.

Ada banyak tujuan dalam penetapan harga produk sebelum

dilempar ke pasaran. Berbagai kemungkinan tujuan tersebut

misalnya untuk penetrasi pasar baru, market skimming,

mempercepat pemasukan uang tunai, memenuhi target laba.


27

d. Rumus Menghitung Harga Jual Produk Dalam Cost Plus Pricing

Method

Menurut Abdul Halim (2013:126) dalam menghitung harga jual

produk perusahaan harus teliti, karena harga jual produk nantinya

akan berpengaruh terhadap penjualan produk tersebut dipasaran.

Adapun rumus untuk menghitung harga jual sebagai berikut:

(1) Konsep Biaya Total

(a) Biaya Produksi = BBB + BTKL + BOP

(b) Biaya Total = Biaya Produksi + Biaya Pemasaran + Biaya

Administrasi dan Umum

Biaya Total
(c) Biaya per Unit =
Unit

(d) Laba yang Dikehendaki = ...% x Jumlah aktiva yang

digunakan

Laba yang Dikehendaki


(e) Persentase Markup = x 100%
Biaya Total

(f) Markup per Unit = Persentase markup ...% x Biaya per Unit

(g) Harga Jual per Unit = Biaya per Unit + Mark up per Unit

Menurut Abdul Halim (2013:126) adapun contoh perhitungan

dari harga jual produk yaitu sebagai berikut:

Data mengenai produksi, biaya dan laba yang dikehendaki oleh

suatu perusahaan yang menghasilkan produk X adalah sebagai

berikut:
28

Jumlah X yang diproduksi atau dijual 10.000 unit

Biaya variabel per unit :

- Biaya bahan baku Rp 120

- Biaya tenaga kerja Rp 400

- Biaya overhead pabrik Rp 60

- Biaya pemasaran Rp 40

- Biaya administrasi dan umum Rp 20

Biaya tetap :

- Biaya overhead pabrik Rp 2.000.000

- Biaya pemasaran Rp 600.000

- Biaya administrasi dan umum Rp 200.000

Laba yang dikehendaki sebesar 20% dari jumlah aktiva yang

digunakan sebesar Rp 20.700.000

Perhitungan Biaya Total Produksi

Biaya produksi :

- Biaya bahan baku 10.000 x Rp 120 = Rp 1.200.000

- Biaya tenaga kerja 10.000 x Rp 400 = Rp 4.000.000

- Biaya overhead pabrik (10.000 x Rp 60)

+ Rp 2.000.000 = Rp 2.600.000

Biaya produksi Rp 7.800.000

Biaya total :

- Biaya produksi Rp 7.800.000


29

- Biaya pemasaran (10.000 x Rp40)

+ Rp 600.000 = Rp 1.000.000

- Biaya administrasi & umum

(10.000 x Rp 20) + Rp 200.000 = Rp 400.000

Biaya total Rp 9.200.000

Biaya per unit = Rp 9.200.000 = Rp 920


10.000
Laba yang diharapkan = 20 % x Rp 20.700.000

= Rp 4.140.000

Presentase markup = Rp 4.140.000 x 100% = 45%


Rp 9.200.000

Markup per unit = 45% x Rp 920 = Rp 414

Harga jual per unit = Rp 920 + Rp 414 = Rp 1.334

(2) Konsep Biaya Variabel

(a) Biaya Total Variabel = BBB + BTK + BOP Variabel + Biaya

Pemasaran Variabel + Biaya Administrasi dan Umum Variabel

Biaya Total Variabel


(b) Biaya per Unit =
Unit

(c) Laba yang Dikehendaki = ...% x Jumlah aktiva yang digunakan

Laba yang Dikehendaki +


BOP tetap + biaya administrasi
dan umum tetap
(d) Persentase Markup = x 100%
Biaya Total Variabel

(e) Markup per Unit = Persentase markup ...% x Biaya per Unit

(f) Harga Jual per Unit = Biaya per Unit + Mark up per Unit
30

Menurut Abdul Halim (2013:131) adapun contoh

perhitungan dari harga jual produk menurut konsep biaya variabel

menggunakan data dari contoh soal sebelumnya, yaitu sebagai

berikut:

Perhitungan Total Biaya Variabel

Biaya produksi :

- Biaya bahan baku 10.000 x Rp 120,00 = Rp 1.200.000

- Biaya tenaga kerja 10.000 x Rp 400,00 = Rp 4.000.000

- Biaya overhead pabrik variabel = Rp 600.000

Biaya produksi Rp 5.800.000

Biaya total :

- Biaya produksi = Rp 5.800.000

- Biaya pemasaran variabel = Rp 400.000

- Biaya administrasi & umum variabel = Rp 200.000

Biaya total variabel Rp 6.400.000

Biaya per unit = Rp 6.400.000 = Rp 640

10.000

Laba yang diharapkan = 20 % x Rp 20,700,000

= Rp 4.140.000

Presentase markup :

Laba yang diharapkan =Rp 4.140.000

Biaya overhead pabrik tetap = Rp 2.000.000

Biaya pemasarana tetap = Rp 600.000


31

Biaya administrasi dan umum tetap = Rp 200.000

Rp 6.940.000

Presentase markup = Rp 6.940.000 x 100% = 108,44%

Rp 6.400.000

Markup per unit = 108,44% x Rp 640.000 = Rp 694

Harga jual per unit = Rp 640 + Rp 694 = Rp 1.334

3. Metode Cost Plus Pricing

a. Pengertian Cost Plus Pricing

Garrison dkk (2013:125) menyatakan bahwa “cost plus pricing

adalah proses penentuan harga jual dengan cara menghitung biaya

produksi per unit, memutuskan berapa laba yang diinginkan,

kemudian menentukan harga jual”.

Dalam pengertian yang lebih ringkas bisa dikatakan bahwa

cost-plus pricing method adalah metode penetapan harga jual produk

dengan cara menambahkan biaya total produksi dengan nilai

marjinnya. Jika biaya dipakai sebagai dasar penentuan harga jual, baik

dalam pendekatan full costing maupun variable costing, biaya penuh

masa yang akan datang akan dibagi menjadi dua yaitu biaya yang

dipengaruhi secara langsung oleh volume produk dan biaya penuh

yang tidak dipengaruhi oleh volume produk.

Dalam penentuan harga jual, taksiran biaya penuh yang secara

langsung berhubungan dengan volume produk dipakai sebagai dasar

penentuan harga jual, sedangkan taksiran biaya penuh yang tidak


32

dipengaruhi oleh volume produk ditambahkan kepada laba yang

diharapkan untuk kepentingan perhitungan markup.

b. Rumus Menghitung Cost Plus Pricing

Dalam metode ini, penjual atau produsen menetapkan harga

jual untuk satu unit barang yang besarnya sama dengan jumlah biaya

per unit ditambah dengan suatu jumlah untuk menutup laba yang

diinginkan (disebut marjin) pada unit tersebut. Menurut Abdul Halim

(2013:126) adapun formula dari cost-plus pricing method adalah

sebagai berikut:

Harga Jual = Biaya Total + Laba yang diharapkan

c. Contoh Perhitungan Cost Plus Pricing

Menurut Abdul Halim (2013:126) diberikan contoh

perhitungan “Cost Plus Pricing Method” sebagai berikut:

Data mengenai produksi, biaya dan laba yang dikehendaki

oleh suatu perusahaan yang menghasilkan produk X adalah:

Jumlah produk X yang diproduksi atau dijual 10.000 unit

Biaya produksi Rp 7.800.000

Biaya non produksi Rp 1.400.000

Laba yang diharapkan sebesar 20 % dari jumlah aktiva yang

digunakan sebesar Rp 20.700.000

1. Perhitungan konsep biaya total

Biaya total = Rp 9.200.000


33

Laba yang diharapkan = 20 % x Rp 20.700.000

= Rp 4.140.000

Harga Jual = Biaya Total + Laba Yang Diharapkan

= Rp 9.200.000 + Rp 4.140.000

= Rp 13.340.000

2. Perhitungan konsep biaya variabel

Biaya total variabel = Rp 6.400.000

Laba yang diharapkan = 20 % x Rp 20.700.000

= Rp 4.140.000

Harga Jual = Biaya Total + Laba Yang Diharapkan

= Rp 6.400.000 + Rp 4.140.000

= Rp 13.340.000

B. Kajian Hasil Peneliti Terdahulu

Beberapa penelitian yang berkaitan dengan harga pokok produksi

(HPP), cost plus pricing method dan harga jual yang pernah dilakukan antara

lain:

Tabel 2.1
Kajian Hasil Peneliti Terdahulu

No. Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Rezandra Analisis Penentuan Harga Jual Penentuan harga jual cost plus
Fitrah Produk Dengan Menggunakan pricing dengan pendekatan variabel
(2014) Metode Cost Plus Pricing costing dapat memudahkan
Dengan Pendekatan Variable pengambilan keputusan manajemen
Costing Pada Starmug’s Coffee khususnya dalam penentuan harga
Surabaya jual coffee latte, capucino, atau
34

machiatto yaitu dengan menghitung


biaya variabel ditambah mark
up, disamping itu jika terjadi
perubahan biaya-biaya variabel
seperti biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung, manajemen
dapat segera menyesuaikan harga
jual tanpa harus menghitung biaya
keseluruhan.
2. Winny Penentuan Harga Jual Produk Terjadi perbedaan signifikan untuk
Gayatri dengan Metode Cost Plus beberapa varietas yaitu varietas
(2013) Pricing pada PT Pertani ciherang, mekongga, dan varietas
ISSN (Persero) Cabang Sulawesi inpari 13 karena perusahaan tidak
2303-1174 Utara membebankan biaya tenaga kerja,
biaya overhead variable dan laba
secara proporsional, sehingga
terjadi perbedaan harga jual yang
ditetapkan perusahaan dengan yang
dilakukan oleh penelitian ini yaitu
dengan mengunakan metode cost
plus pricing.
3. Desliane Analisis Penentuan Harga Menunjukkan adanya perbedaan
Wauran Pokok Produk dan Penerapan terhadap harga jual yang saat ini
(2016) Cost Plus Pricing Method berlaku dengan harga jual yang
ISSN dalam Rangka Penetapan dihitung dengan menggunakan
2303-1174 Harga Jual pada Rumah metode cost plus pricing.
Makan Soto Rusuk Ko’ Petrus
Cabang Megamas
4. Reza Penentuan Harga Jual Produk UD. Vanela menetapkan harga jual
Woran Dengan Menggunakan Metode produknya masih menggunakan
35

(2014) Cost Plus Pricing Pada Ud. cara yang tradisional. Perhitungan
Vanela biaya produksi yang dilakukan oleh
perusahaan biasanya tidak dihitung
secara rinci melainkan beberapa
biaya dihitung berdasarkan biaya
yang diestimasi. Harga jual produk
dengan menggunakan metode ini
lebih rendah dibandingkan dengan
penetapan harga jual produk
menurut UD. Vanela.

Adapun kesamaan penelitiaan ini dengan penlitian terdahulu yaitu

menggunakan metode yang sama dalam penentuan harga jual. Sedangkan

perbedaan penelitian ini dengan penelitian terdahulu yaitu obyek penelitian,

sumber data penelitian.

C. Kerangka Berfikir

Menurut Sugiyono (2015:60) “kerangka berfikir merupakan sintesa

tentang hubungan antar variabel yang disusun dari beberapa teori yang telah

dideskripsikan”.

Pada penelitian ini peneliti menghitung biaya apa saja yang berkaitan

dengan proses produksi lalu mengitung harga pokok produksi. Selanjutnya

menghitung harga pokok produksi dimana akan diterapkan cost plus pricing

method dalam perhitungan ini ada dua pendekatan yang pertama dengan

pendekatan full costing dan pendekatan variable costing. Dari perhitungan

tersebut kemudian dapat dihitung harga jual produk perusahaan kemudian


36

ditarik kesimpulan dan memberi rekomendasi, perhitungan mana yang lebih

efisien untuk perusahaan.

Berdasarkan penjelasan yang telah diungkapkan di atas, maka untuk

mempermudah dalam proses dilakukannya penelitian ini, peneliti membuat

suatu kerangka pemikiran. Berikut adalah bentuk kerangka pemikiran

tersebut:

Menghitung harga
pokok produksi

Menghitung harga pokok Menghitung harga pokok


produksi untuk penentuan produksi untuk penentuan
harga jual dengan penerapan harga jual dengan penerapan
cost plus pricing method
cost plus pricing method
pendekatan full costing
pendekatan variable costing

Menganalisis
Perhitungan harga jual
produk

Rekomendasi

Gambar 2.1 Peta Konsep Penelitian


37

D. Hipotesis

Sugiyono (2015: 64) mengemukakan “hipotesis adalah jawaban

sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah

penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”. Dikatakan

sementara karena kalimat jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori

yang relevan. Belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh

melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai

jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang

empiric dengan pengumpulan data.

Sedangkan menurut Anwar Sanusi (2017:44) “hipotesis merupakan

hasil penelitian rasional yang dilandasi teori, dalil, hukum, dan sebagainya

yang sudah ada sebelumnya”. Hipotesis dapat juga berupa pernyataan yang

menggambarkan atau memprediksi hubungan-hubungan tertentu di antara dua

variabel atau lebih, yang kebenaran hubungan tersebut tunduk pada peluang

untuk menyimpang dari kebenaran.

Berdasarkan beberapa definisi hipotesis di atas, dapat disimpulkan

bahwa hipotesis adalah jawaban sementara yang dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan dan dilandasi teori, dalil, hukum, dan sebagainya yang

sudah ada sebelumnya. Berdasarkan permasalahan yang ada maka penulis

dapat merumuskan hipotesis sebagai berikut yaitu penentuan harga pokok

produksi dan penerapan cost plus pricing method dapat dipakai dalam rangka

penetapan harga jual produk pada UD. Sumber Pisang Alam.

Anda mungkin juga menyukai