Anda di halaman 1dari 11

Name : Ades Kurnia

Nim : 1802111911

BURSA EFEK INDONESIA


Tentang BEI
Visi : Menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.
Misi : Menyediakan infrastruktur untuk mendukung terselenggaranya perdagangan efek yang
teratur, wajar, dan efisien serta mudah diakses oleh seluruh pemangku kepentingan
(stakeholders)

Sejarah dan Milestone


Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal
atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di
Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan
pemerintah kolonial atau VOC.
Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar
modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar
modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia
ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik
Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan
sebagaimana mestinya.
Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan
beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif
dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah.
Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:
 27 DESEMBER 2018 : Penambahan Tampilan Informasi Notasi Khusus pada kode
Perusahaan Tercatat
 26 NOVEMBER 2018 : Launching Penyelesaian Transaksi T+2 (T+2 Settlement)
 07 MEI 2018 : Pembaruan Sistem Perdagangan dan New Data Center
 2017 : Tahun peresmian Indonesia Securities Fund
 06 FEBRUARI 2017 : Relaksasi Marjin
 23 MARET 2017 :Peresmian IDX Incubator
 2016 : Penyesuaian kembali batas Autorejection. Selain itu, pada tahun 2016, BEI ikut
menyukseskan kegiatan Amnesty Pajak serta diresmikannya Go Public Information
Center
 18 APRIL 2016 : Peluncuran IDX Channel
 02 MEI 2016 : Penyesuaian Kembali Tick Size
 2015 : Tahun diresmikannya LQ-45 Index Futures
 10 NOVEMBER 2015 : TICMI bergabung dengan ICaMEL
 12 NOVEMBER 2015 : Launching Kampanye Yuk Nabung Saham
 06 JANUARI 2014 : Penyesuaian kembali Lot Size dan Tick Price
 02 JANUARI 2013 : Pembaruan Jam Perdagangan
 2012 : Peluncuran Prinsip Syariah dan Mekanisme Perdagangan Syariah.
 DESEMBER 2012 : Pembentukan Securities Investor Protection Fund (SIPF)
 JANUARI 2012 : Pembentukan Otoritas Jasa Keuangan
 AGUSTUS 2011 : Pendirian PT Indonesian Capital Market Electronic Library (ICaMEL)
 02 MARET 2009 : Peluncuran Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia:
JATS-NextG
 10 AGUSTUS 2009 : Pendirian Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI)
 08 OKTOBER 2008 : Pemberlakuan Suspensi Perdagangan
 30 NOVEMBER 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)
 06 OKTOBER 2004 : Perilisan Stock Option
 09 SEPTEMBER 2002 : Penyelesaian Transaksi T+4 menjadi T+3
 28 MARET 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
trading)
 21 JULI 2000 : Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan
di pasar modal Indonesia
 23 DESEMBER 1997 : Pendirian Kustodian Sentra Efek Indonesia(KSEI)
 6 AGUSTUS 1996: Pendirian Kliring Penjaminan Efek Indonesia(KPEI)
 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya
 10 NOVEMBER 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995
tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996
 22 MEI 1995 : Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem
computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems)
 21 DESEMBER 1993 : Pendirian PT Pemeringkat Efek Indonesia(PEFINDO)
 13 JULI 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar
Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ
 16 JUNI 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan
Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya
 DESEMBER 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang
memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang
positif bagi pertumbuhan pasar modal
 2 JUNI 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari
broker dan dealer
 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu
BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat
 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan
kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing
menanamkan modal di Indonesia
 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru
mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen
Pasar Modal
 10 AGUSTUS 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ
dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan kembali
pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten
pertama
 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum
 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif
 1942 – 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
 AWAL 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya
ditutup
 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di
Semarang dan Surabaya
 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
 DESEMBER 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh
Pemerintah Hindia Belanda

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal adalah
ketentuan umum mengenai undang-undang Pasar Modal. Berisi tentang definisi, pengertian,
serta aturan dan ketentuan mengenai aktivitas di pasar modal. Di dalamnya berisi tentang:
 BAB I Ketentuan Umum : Memberikan penjelasan tentang definisi, pengertian, serta
aturan dan ketentuan yang diatur di UU Pasar Modal.
 BAB II Badan Pengawas Pasar Modal : Aturan mengenai fungsi, peran, otoritas, serta
tanggung jawab yang dimiliki Badan Pengawas Pasar Modal.
 BAB III Bursa Efek, Lembaga Kliring, dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian : Memberikan pemaparan fungsi, syarat, dan ketentuan mengenai
aktivitas di Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan, serta Lembaga Penyimpanan
dan Penyelesaian.

 BAB IV Reksa Dans : Aturan mengenai bentuk dan sifat Reksa Dana, serta ketentuan
mengenai pengelolaan Reksa Dana.
 BAB V Perusahaan Efek, Wakil Perusahaan Efek, dan Penasihat Investasi : Aturan
mengenai persyaratan, ketentuan, otoritas kegiatan, serta pedoman untuk Perusahaan
Efek, Wakil Perusahaan Efek, dan Penasihat Investasi.
 BAB VI Lembaga Penunjang Pasar Modal : Aturan mengenai persyaratan dan ketentuan
tentang Lembaga Penunjang Pasar Modal, yang di dalamnya termasuk Kustodian, Biro
Administrasi Efek, dan Wali Amanat.
 BAB VII Penyelesaian Transaksi Bursa dan Penitipan Kolektif : Penjelasan mengenai
tata cara aktivitas penyelesaian transaksi bursa, serta syarat dan ketentuan mengenai
penitipan kolektif.
 BAB VIII Profesi Penunjang Pasar Modal : Aturan yang mengatur profesi penunjang
aktivitas Pasar Modal, serta persyaratan, tata cara, dan kewajiban saat melakukan
aktivitas di Pasar Modal.
 BAB IX Emiten dan Perusahaan Publik : Penjelasan mengenai persyaratan pendaftaran,
kewajiban, ketentuan, serta hak yang dimiliki Emiten dan Perusahaan Publik dalam
aktivitas di bursa saham.
 BAB X Pelaporan dan Keterbukaan Informasi : Memberikan paparan kewajiban bagi
pelaku di bursa saham untuk melapor kepada Badan Pengawas Pasar Modal, termasuk
jenis laporan yang harus disampaikan.
 BAB XI Penipuan, Manipulasi Pasar, dan Perdagangan Orang Dalam : Penjelasan
mengenai aktivitas dan kegiatan apa saja yang dilarang di kegiatan Pasar Modal,
termasuk penipuan, dan pelarangan penggunaan orang dalam sesuai ketentuan berlaku.
 BAB XII Pemeriksaan :Dasar hukum mengenai wewenang Bapepam melakukan
pemeriksaan terhadap pelanggaran UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya,
termasuk aturan tata cara pemeriksaan.
 BAB XIII Penyidikan : Aturan mengenai prosedur dan tata cara pelaksanaan penyidikan
yang dilakukan Bapepam terhadap pelanggar UU Pasar Modal dan peraturan
pelaksanaannya.
 BAB XIV Sanksi Administratif : Aturan mengenai sanksi administratif yang diberikan
Bapepam terhadap pelanggar UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya.
 BAB XV Ketentuan Pidana : Penjelasan mengenai ketentuan pidana terhadap pihak yang
melanggar UU Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya.
 BAB XVI Ketentuan Lain-lain : Penjelasan mengenai ketentuan menuntut ganti rugi
terhadap pihak yang dirugikan dari pelanggaran UU Pasar Modal dan peraturan
pelaksanaannya, serta kewajiban konsultasi dan atau koordinasi Bapepam dan Bank
Indonesia terkait aktivitas pengawasan di Pasar Modal.
 BAB XVII Ketentuan Peralihan : Memberikan paparan kewajiban dan ketentuan bagi
Perusahaan Publik setelah UU Pasar Modal ini diundangkan, dan sifat peraturan lain
terkait Pasar Modal setelah UU Pasar Modal ini resmi berlaku.
 BAB XVIII Ketentuan Penutup : Penjelasan mengenai tanggal berlakunya UU Pasar
Modal mulai 1 Januari 1996, sekaligus tak berlakunya UU lama yang mengatur Pasar
Modal.

Organisasi
Tata Kelola Perusahaan
Tata Kelola Perusahaan atau Corporate Governance (selanjutnya disebut sebagai CG)
merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mengarahkan pengelolaan perusahaan secara
profesional berdasarkan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, tanggung jawab, independen,
kewajaran dan kesetaraan. BEI sebagai fasilitator dan regulator pasar modal di Indonesia
memiliki komitmen untuk menjadi Bursa Efek yang sehat dan berdaya saing global.
Penerapan komitmen CG yang baik atau biasa disebut Good Corporate Governance
(GCG) terkandung pada misi Perusahaan yaitu menciptakan daya saing untuk menarik investor
dan emiten melalui pemberdayaan Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah,
efisiensi biaya serta penerapan good governance.
BEI telah berhasil menerapkan pedoman, kerangka kerja serta prinsip-prinsip CG secara
efektif dan efisien dalam kegiatan operasional Perusahaan dan senantiasa memperbaiki praktik
CG di masa yang akan datang. Manfaat dari penerapan GCG dapat berdampak positif pada
terciptanya akuntabilitas Perusahaan, transaksi yang wajar dan independen, serta kehandalan dan
peningkatan kualitas informasi kepada publik.
Tujuan BEI menerapkan CG yaitu:
1. Sebagai pedoman bagi Dewan Komisaris dalam melaksanakan pengawasan dan pemberian
saran-saran kepada Direksi dalam pengelolaan Perusahaan.
2. Sebagai pedoman bagi Direksi agar dalam menjalankan kegiataan sehari-hari Perusahaan
dilandasi dengan nilai moral yang tinggi dengan memperhatikan Anggaran Dasar, etika bisnis,
perundang-undangan dan peraturan yang berlaku lainnya.
3. Sebagai pedoman bagi jajaran manajemen dan karyawan BEI dalam melaksanakan kegiatan
maupun tugasnya sehari-hari sesuai dengan prinsip-prinsip CG.

Strategi BEI agar implementasi CG berjalan dengan baik (GCG) yaitu:


1. Memelihara pedoman, piagam, dan prodsedur tata kelola secara konsistan.
BEI melakukan proses review secara berkala terhadap Pedoman, Piagam dan Prosedur. Hal ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas Pedoman, Piagam, Prosedur sehingga BEI dapat
menghasilkan kinerja yang lebih baik.
2. Sosialisasi yang berkesinambungan mengenai prinsip-prinsip CG
BEI telah melakukan proses sosialisasi yang berkesinambungan mengenai prinsip-prinsip CG
tersebut kepada seluruh karyawan dan stakeholder. Sosialisasi ini bertujuan untuk menanamkan
prinsip-prinsip CG kepada seluruh karyawan, sehingga dalam menjalankan kegiatan operasional
Perusahaan, karyawan selalu patuh terhadap ketentuan CG.
3. Penilaian pihak ketiga atas pelaksanaan CG di BEI
BEI meyakini bahwa penilaian pihak ketiga akan meningkatkan kualitas CG.
4. Sertifikasi Sistem Manajemen

Sruktur Organisasi

Struktur Pasar Modal Indonesia


Papan Pencatatan Saham

Perusahaan dapat mencatatkan sahamnya di Papan Utama, Papan Pengembangan atau


Papan Akselerasi Bursa Efek Indonesia (BEI). Persyaratan untuk dapat mencatatkan saham di
Bursa Efek Indonesia di Papan Utama, Papan Pengembangan atau Papan Akselerasi adalah
sebagai berikut:

Papan Akselerasi

Papan Akselerasi adalah Papan Pencatatan yang disediakan untuk mencatatkan saham dari
Emiten dengan Aset Skala Kecil atau Emiten dengan Aset Skala Menengah sebagaimana
dimaksud dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 53/POJK.04/2017 Tentang
Pernyataan Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum dan Penambahan Modal Dengan
Memberikan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu Oleh Emiten Dengan Aset Skala Kecil Atau
Emiten Dengan Aset Skala Menengah dan belum dapat memenuhi persyaratan di Papan
Pengembangan. Peraturan Pencatatan Papan Akselerasi diberlakukan oleh BEI pada 22 Juli tahun
2019.

Latar Belakang
1. Penetapan Peraturan OJK Terkait Penawaran Umum untuk Emiten dengan Aset Skala Kecil
atau Menengah
Pada tahun 2017 OJK telah memberlakukan POJK Nomor 53/POJK.04/2017 tentang Pernyataan
Pendaftaran Dalam Rangka Penawaran Umum Dan Penambahan Modal Dengan Memberikan
Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu Oleh Emiten Dengan Aset Skala Kecil Atau Emiten Dengan
Aset Skala Menengah.

2. Karakteristik Perusahaan dengan Aset Skala Kecil dan Menengah

Perusahaan dengan Aset Skala Kecil dan Menengahmemiliki karakteristik tersendiri, sehingga
perlu diatur secara khusus baik dari aspek persyaratan, kewajiban, dan sanksi.

Target Calon Perusahaan Tercatat di Papan Akselerasi

Target Calon Perusahaan Tercatat di Papan Akselerasi adalah perusahaan dengan aset skala kecil
atau menengah yang penggolongannya telah diatur dalam POJK Nomor 53/POJK.04/2017.

Manfaat

Manfaat dari Papan Akselerasi adalah sebagai berikut:

Mekanisme Pencatatan
Ketentuan dan Syarat Pencatatan

Selain di Papan Utama dan Papan Pengembangan, saat ini Calon Perusahaan Tercatat dapat
mencatatkan sahamnya di Papan Akselerasi. Berikut beberapa kemudahan untuk tercatat di
Papan Akselerasi dibandingkan dengan Papan Utama dan Papan Pengembangan.

*Aktiva Berwujud Bersih : Total Aset dikurangi dengan Aset Tak Berwujud, Aset Pajak
Tangguhan, Total Liabilitas dan Kepentingan Non Pengendali

Persyaratan lain yang wajib dipenuhi oleh calon Perusahaan Tercatat yang diatur melalui
Peraturan OJK
Tentang T+2
Siklus Penyelesaian adalah jeda hari sejak Transaksi dilakukan oleh investor hingga dengan
Transaksi tersebut diselesaikan. Setelah investor melakukan transaksi penjualan atau pembelian
efek, maka transaksi tersebut harus diselesaikan dengan cara penjual menyerahkan sejumlah efek
dan pembeli menyerahkan sejumlah dana pada hari penyelesaian yang telah ditentukan, hal ini
disebut juga dengan penyelesaian T Plus (T+). Siklus Penyelesaian Bursa T+2 (T+2) merupakan
Penyelesaian dimana penyerahan efek oleh pihak penjual dan penyerahan dana oleh pihak
pembeli dilakukan pada Hari Bursa ke-2 setelah terjadinya Transaksi Bursa.

Penjelasan Singkat T+2

Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan praktik yang diterapkan oleh Bursa di
dunia, salah satu rekomendasi pengembangan Pasar Modal Dunia dan praktik yang ada saat ini
adalah mempersingkat siklus penyelesaian transaksi Bursa. Saat ini negara - negara dari
Kawasan Eropa, Asia, dan Amerika sudah mulai mempercepat Siklus Penyelesaian mereka dari
T+3 menjadi T+2.

Penerapan T+2 dapat memberikan manfaat bagi Industri diantaranya peningkatan efisiensi proses
penyelesaian, penyelarasan waktu penyelesaian dengan Bursa Dunia, likuiditas pasar yang lebih
tinggi, pemanfaatan dana yang lebih cepat, hingga penurunan risiko pasar secara keseluruhan.

Skema Penyelesaian Bursa Efek Indonesia

Skema Penyelesaian di Bursa Efek Indonesia setelah T+2 di implementasi menjadi sebagai
berikut :
Manfaat T+2

1. Efisiensi proses Penyelesaian

Siklus Penyelesaian T+2 merampingkan proses penyelesaian saat ini sehingga dapat
meningkatkan efisiensi dan penurunan biaya penyelesaian bagi pelaku secara jangka panjang.

2. Penyelarasan waktu penyelesaian dengan Bursa Dunia

Berbagai Bursa dari Kawasan Eropa, Asia Pasifik, Australia, New Zealand, Arab Saudi, Amerika
Serikat, dan Kanada sudah menerapkan Siklus Penyelesaian T+2. Bursa ñ bursa lainnya juga
telah mengumumkan rencana untuk mempercepat Siklus Penyelesaian mereka.

3. Likuiditas pasar menjadi lebih tinggi

Dengan waktu Penyelesaian yang lebih cepat, efek yang telah dibeli oleh investor dapat dijual
kembali dalam waktu yang lebih singkat sehingga pasar menjadi lebih likuid.

4. Perputaran dan pemanfaatan dana yang lebih cepat

Sama halnya dengan efek, penjual akan menerima dana dan merealisasi gain 1 hari lebih cepat
serta mempermudah investor untuk melakukan ëswitchingí ke instrument investasi lainnya.

5. Penurunan risiko counterparty dan pasar

Semakin lama waktu Penyelesaian transaksi, semakin besar risiko yang akan dihadapi oleh
kedua belah pihak. Mempercepat siklus Penyelesaian akan membantu memitigasi risiko pasar
dengan mengurangi exposure antara pihak yang bertransaksi dan Lembaga Kliring dan
Penjaminan itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai